Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat menentukan panas pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4.
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan menggunakan Hukum HESS.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan mencari panas
pelarutan dua senyawa yaitu tembaga (III) sulfat.5H2O dan tembaga (II) sulfat anhidrat.
Dengan menggunakan Hukum HESS dapat dihitung panas reaksi :
Menurut hukum HESS bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak bergantung
pada jalannya reaksi, tetapi hanya tergantung kepada keadaan awal dan akhir dari suatu
reaksi.
Sebagai contoh penggunaan Hukum HESS :
CuSO4 (s) + aq -----> CuSO4 (aq) = a kj
90
CuSO4.5H2O (s) + aq -----> CuSO4 (aq) + 5H2O (aq) = b kj
Sehingga : CuSO4 (s) + 5H2O (aq) -----> CuSO4.5H2O (s) = (a - b) kj
Teori Tambahan
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekulCuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan
kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau
pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna
biru terang.
Sifat-sifat kimia
Tembaga(II) sulfat pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair pada
150 °C, akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2 molekul lagi
pada suhu 109 °C dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C.
Proses dehidrasi melalui dekomposisi separuh tembagatetraaqua(2+), 2 gugus
aqua yang berlawanan akan terlepas untuk menghasilkan separuh tembagadiaqua(2+).
Tahap dehidrasi kedua dimulai ketika 2 gugus aqua terakhir terlepas. Dehidrasi
sempurna terjadi ketika molekul air yang tidak terikat terlepas.
Pada suhu 650 °C, tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi menjadi
tembaga(II) oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3).
Warna tembaga(II) sulfat yang berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika
tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi dan
berubah warna menjadi hijau abu-abu.
Tembaga sulfat bereaksi dengan asam klorida. Pada reaksi ini, larutan
tembaga(II) yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau karena pembentukan
tetraklorokuprat(II):
Tembaga(II) sulfat juga dapat bereaksi dengan logam lain yang lebih reaktif
dari tembaga (misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb, etc.):
CuSO4 + Zn → ZnSO4 + Cu
91
CuSO4 + Fe → FeSO4 + Cu
CuSO4 + Mg → MgSO4 + Cu
CuSO4 + Sn → SnSO4 + Cu
3 CuSO4 + 2 Al → Al2(SO4)3 + 3 Cu
92
Beberapa tes kimia menggunakan tembaga sulfat. Tembaga sulfat digunakan
dalam larutan fehling dan larutan benedict untuk mengetes gula pereduksi, yang
nantinya akan mereduksi tembaga(II) sulfat yang berwarna biru menjadi tembaga(I)
oksida yang berwarna merah. Tembaga sulfat juga digunaka pada reagen biuret untuk
mengetes protein.
Tembaga sulfat juga digunakan dalam uji darah seseorang penderita anemia.
Uji darah dilakukan dengan meneteskannya pada larutan tembaga sulfat. Dengan efek
gravitasi, darah yang banyak mengandung hemoglobin akan dengan cepat tenggelam
karena massa jenisnya besar, sedangkan darah yang hemoglobinnya sedikit akan lebih
lama tenggelam.
Sintesis organik
Tembaga sulfat juga digunakan dalam sintesis organik. Tembaga sulfat
anhidrat ini akan mengkatalistransasetilasi pada sintesis organik. Tembaga sulfat
terhidrasi yang direaksikan dengan kalium permanganat akan menjadi oksidan untuk
mengkonversi alkohol primer.
Efek racun
Tembaga sulfat bersifat mengiritasi. Biasanya manusia terpapar tembaga sulfat
melalui kontak mata atau kulit, termasuk juga dengan menghirup serbuk atau debunya.
Kontak dengan kulit akan menyebabkan eksim Kontak tembaga sulfat dengan mata
dapat menyebabkan konjungtivitis dan radang pada kelopak mata dan kornea. Asalkan
tidak terkena paparan tinggi, sebenarnya tembaga sulfat tidak terlalu beracun. Menurut
sebuah studi, tembaga sulfat menjadi racun dalam tubuh manusia setelah terkena
paparan 11 mg/kg. Karena tembaga sulfat akan menyebabkan iritasi pada sistem
pencernaan, maka biasanya orang yang menelannya akan langsung muntah. Setelah 1-
12 gram tembaga sulfat tertelan, tanda-tanda racun akan muncul seperti rasa terbakar
di dada, mual, diare, muntah, sakit kepala, yang nantinya akan menyebabkan kulit
menjadi kuning. Selain itu, keracunan tembaga sulfat juga merusak otak, hati, dan
ginjal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat antara lain :
1. Temperatur
Umumnya kelarutan akan naik seiring dengan naiknya suhu. Dalam beberapa
hal perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat menjadi dasar pemisahan.
2. Pelarut
93
Garam anorganik kebanyakan lebih dapat larut dalam air murni dari pada
pelarut organik.
3. Ion sekutu atau sejenis
Adanya ion sekutu dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan kelarutan
suatu endapan berkurang.
4. Ion asing
Dengan adanya ion asing maka kelarutan akan bertambah.
5. pH
6. Konsentrasi
Bila konsentrasi lebih kecil dari pada kelarutan, zat padat akan terlarut dan
sebaliknya, bila konsentrasi melebihi kelarutan maka akan terjadi pengendapan. Proses
pelarutan umumnya melibatkan atau kehilangan sejumlah entalpi, kelaruttan sangat
bergantung pada suhu.
Catatan :
94
Serbuk CuSO4 pentahidrat dihaluskan pada mortar.
Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4 pentahidrat
sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan dalam desikator sampai
dingin dan selanjutnya ditimbang.
V. KESELAMATAN KERJA
Dalam menjaga keselamatan kerja usahakan dalam bekerja hati-hati dan menggunakan
jas lab dan kaca pelindung. Jika anggota tubuh kena bahan kimia tuang digunakan cuci
dengan air yang mengalir.
95
VII. GRAFIK
30.5
30
29.5
29
Suhu ºC
27.5
27
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Waktu (detik)
Analisa Grafik
Berdasarkan grafik terlihat bahwa suhu pelarutan CuSO4.5H2O (hidrat) lebih
rendah dari pada suhu pelarutan CuSO4 anhidrat. Suhu air mengalami penurunan
setalah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan karena system melepaskan kalor kelingkungan
sehingga suhunya turun. Turunnya suhu air dalam calorimeter dikarenakan pada serbuk
CuSO4.5H2O telah mengandung air sehingga pada saat dilarutkan kedalam air terjadi
interaksi antara keduanya yang menyebabkan suhu larutan menjadi turun.
VIII. PERHITUNGAN
X = m. Cp. Δt
= m. Cp. (t3 – t1)
= 50gram x 4,2 j/grºC x (32-28) ºC
= 840 joule
=
=
= 105 j/ºC
97
= 13125 j/mol
= 13,13 Kj/mol
Mol =
=
= 0,03 mol
ΔH =
=
= 24500 j/mol
= 24,5 Kj/mol
Hukum HESS
ΔH = (a+b) kJ/mol
= (13,13 – 24,5) kJ/mol
= -11,37 kJ/mol
98
Biasanya panas pelarutan sulit untuk ditentukan tetapi dengan menggunakan hukum
Hess dalam reaksi dapat dihitung secara tidak langsung. Dalam percobaan ini digunakan
pelarut air dimana air mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai
kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal
(pelarut yang dapat melarutkan semua zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam senyawa
ionik.
Dalam praktikum panas pelarutan yang menjadi sistem adalah larutan air dengan
CuSO4. 5H2O atau dengan CuSO4 anhidrat sedangkan yang menjadi lingkungannya adalah
kalorimeter.
Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4. 5H2O setelah air dalam kalorimeter
suhunya telah konstan maka serbuk CuSO4. 5H2O yang telah ditimbang dimasukkan kedalam
kalorimeter dan tepat pada saat itu juga suhunya diukur ternyata suhu air mengalami
penurunan setelah serbuk CuSO4. 5H2O dimasukkan.
Suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4. 5H2O dimasukkan karena disini
sistem melepaskan kalor kelingkungan sehingga suhunya turun. Turunnya suhu air dalam
kalorimeter dikarenakan karena pada serbuk CuSO4. 5H2O telah mengandung air sehingga
pada saat dilarutkan kedalam air terjadi interaksi antara keduanya yang menyebabkan suhu
larutan menjadi turun.
Pengamatan kedua yaitu pada CuSO4 anhidrat. Setelah CuSO4. 5H2O ditimbang
kemudian CuSO4. 5H2O dipanaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar air hidrat yang
terdapat dalam CuSO4. 5H2O ini hilang yang menghasilkan CuSO4 anhidrat. Setelah itu
CuSO4 ini dimasukkan ke desikator agar suhunya dingin dan juga menghindarkannya agar
tidak terkontaminasi dengan udara luar. Setelah suhu air dalam desikator konstan maka serbuk
CuSO4 anhidrat ini dimasukkan kedalamnya dan pada saat dimasukkan saat itu juga suhunya
diukur ternyata suhu air mengalami kenaikan.
Sesuai dengan hukum Hess bahwa hukum Hess juga dikenal dengan hukum
penjumlahan kalor maka setelah diketahui kalor pada reaksi pertama dan kedua maka antara
kedua kalor tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah molnya sehingga diketahui ΔH
nya adalah sebesar -11,37 kJ/mol.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapat kesimpulan:
1. Tetapan kalorimeter (K) = 105 J/ºC
2. Panas pelarutan (ΔH) CuSO4. 5H2O = 13,13 kJ/mol
3. Panas pelarutan (ΔH) CuSO4 = 24,5 kJ/mol
4. ΔH reaksi (Panas Reaksi) = -11,375 kJ/mol
5. Reaksi bersifat eksoterm
6. Pada hokum hess dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor sehingga dapat
digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.
99
XII. GAMBAR ALAT
100