Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme
dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada
saluran kemih (Dipiro dkk, 2014), IDAI 2011, Haryono, 2012).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari seumur umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo
Aru, dkk 2009).
(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri
di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di
kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml
urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan
diagnosa ISK (IDI, 2011).

2. Etiologi
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk
2009).
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
2) Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain

b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :


1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran darah
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli


(80% kasus) dan organism enterik garam-negatif lainnya merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini
biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag
menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-
negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-
kanak (Wong, 2008).

3. Manifestasi Klinis
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (permenkes, 2011).
1) Rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk berkemih namum tidak
ada kemih yang keluar
2) Sering kencing dan kesakitan saaat kencing, air kencingnya biasa berwarna putih,
coklat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat
3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
4) Nteri pada pinggang
5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri disiis bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
6) Peradangan kronispada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
7) Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis berupa
demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem minum
dan sianosis (kebiruan)
8) Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
9) Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat. (Nanda 2015).

Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya
positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64-90%. Positif nitrit pada dipstick urin,
menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak
gram positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel
darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang paling dapat
diandalkan infeksi (> 10WBC/hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi
jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL. Pada kultur urin
dianggap diagnostik untuk ISK (M. Grabe dkk, 2015).

4. Klasifikasi
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: ISK
uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana)
adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun
kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih
yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran
kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika.
a. ISK Uncomplicated (Simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomik maupun
fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
b. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman penyebab sulit untuk
diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten terhadap beberapa jenis antibiotik,
sering menyebabkan bakterimia, sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini
terjadi bila terdapat keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refreks vesiko urethral
obstruksi, atoni kandung kemih,paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
3) Gangguan imunitas
4) Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

5. Patofisiologi

Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi
Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga
gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka
panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut,
anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak sehat,
serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai kandung kemih,
prostat, uretra, dan juga ginjal

Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat dari
obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta penebalan
diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan kontraksi vesika
sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung
kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella, prosteus,
psudomonas, dan enterobacter.

Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon
pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan tubuh
untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan
metabolisme dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh
sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang menjalar
ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika hal
ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria. Selain itu ketika proses
peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra dan
memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf perifer. Selain itu, respon
pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus sehingga muncul lah gejala
seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi.
6. Pathway

Mikroorganisme Pelepasan mediator-


Bakteri E Coli Pemasangan
mediator pemb.darah
Kateter (proteus, klebsiela)
(bradikinin prostaglandin)
Mukosa yang rusak mengalami

inflamasi
ISK Merangsang aseptor saraf
pelepasan : sel-sel inflamasi, sel- diujung saraf bebas

Pengeluaran zat pyrogen endogen sel darah merah dan fibrin Rangsangan nyeri

dysuria, hematuria,leukosit Reseptornya


Area pre optik pada hipothalamus
(thermoregulator) ditangkap meningkat dan obstruksi
Dialirkan kethalamus

Prostaglandin I & II Gangguan pola eliminasi


Akhirnya kekorteks serebri

Perubahan status kesehatan


Set Point termoregulator Intensitas lokasi ditentukan
meningkat
Informasi inadekuat
Nyeri dipersepsikan
Aktivitas metabolisme meningkat Kurang pengetahuan
Menstimulasi pusat jaga
Produksi panas meningkat
Reaksi psikologis
REM Menurun
Hypertermia
kecemasan
Pusat jaga lebih besar dari
Evaporasi meningkat
pusat tidur

Peningkatan produksi keringat


Klien terbangun

Cairan masuk berkurang Gangguan pemenuhan

istirahat tidur
Devisit volume cairan
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin kosong dan
batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal rata-rata 10-12
ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan untuk menentukan
adanya divertikel, penebalan bladder.
b. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang dipakai untuk
meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam vesika.
c. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.

8. Penatalaksanaan
a. Menghambat pertumbuhan bakteri untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan
komplikasi, antibiotic spectrum luas biasanya diberikan sebelum ada hasil kultur dan uji
sensitifitas , antibiotik spesifik dapat diresepkan. Fitur Farmakologi Terintegrasi di
bawah menjelaskan medikasi untuk mengobati ISK. Infeksi kronis atau berulang adalah
masalah yang rumit setiap infeksi harus diobati dengan antibiotik. Infeski persistem
dapat dilakukan supresi untuk menjaga urin tetap steril metode ini trdiri atas antibiotik
dosis rendah yang dimakan sekali sehari atau beberapa kali per minggu . perumpan
yang mengalami ISK akibat hubungan seksual dapat diresepkan antibiotic dan
memakannya dan memakannya setelah koitus.
b. Obat – obatan untuk ISK
Agen farmakologi sulfonamide(trimetropin- sulfametoksajol [Bactrim]), dan
flurokuinolon ( siproflaksasin [ciprol] dan nitrofarantoin [ macrobin]). Selain itu,
medikasi yang mengandung medikasi yang mengandung azodies, seperti fenazopiridin
(piridium), dapat direspkan untuk meminimalisasi sensasi terbakar yang sering
dirasakn pada sistisis. Piridium mengubah urine orange terang dan membuat klien
merasa lebih nyaman stelah satu dosis di konsumsi. Durasi terapi antibiotic biasanya
tujuh samapai sepuluh hari, jika klien masi simtomatik, urine harus di kultur ulang .
pada beberapa klien, pengobatan perlu diperpanjang sampai 14 hari, hal ini dapat
terjadi pada klien yang lemah secara medis, misalnya pada klien yang dirawat inap
dengan kateter terpasang atau klien dengan riwayat diabetes mellitus atau imuno
supresi.
c. Modifikasi diet
Makanan tertentu diketahui mengiritasi kantung kemih, seperti kafein, alcohol, tomat
, makanan pedas, coklat dan bebrapa jenis beri. Jus kranberi dan asam askorbat (
vitamin C ) Telah digunakan untuk mengasamkan urine.
d. Meningkatkan asupan cairan
Untuk mengobati ISK, klien harus meningktakan asupan cairan , terutama air, jika
klien tidak dibatasi asupan cairannya. Jumlah yang disarankan yaitu 3-4 L/hari.
Penelitian menyerankan menghitung 0,5 ons air per pon brat badan (atau membagi
berat badan mnjadi dua untuk mendapatkan ons Ciaran yang diperlukan). Merupakan
cara yang mudah untuk menghitung kebutuhan ciran. Cairan untuk mebersihkan
sistem aluran kemih dan mencegah urolitasis (batu urin, atau batu) pada klien yang
diobati dengan obat Sulfa. Ciran yang mengandung alcohol dan kafein harus dihindari
karna dapat meningkatkan iritasi mukosa.
e. Mencegah komplikasi
Teraapi antibiotic spectrum luas dapat membunuh flora normal pada tubuh dan
membuat pertumbuhan berlebih dari organisme oportunistik. Kadang, diare, masalah
pencernaan, dan kandidiasis vagina dapat terjadi. Beberapa antibiotic mengurangi
efektivitas kontrasepsi oral dari estrogen, sementara sulfa mningkatkan efek
sensitivitas terhadap materi. Komplikasi juga dapat terjadi jika infksi tidak di eradikasi
secara total. Infeksi ascending dpat berpindah dari kandung kemih ke ginjal, sehingga
menyebabkan pielonfritis, pielonefritis berulang dapat beriso parut pada ginjal dan
gagal ginjal kronis jika keruskan cukup parah. Pada klien dengan riwayat infksi kronis
atau berulang. Uji diagnostic diperlukan untuk mencegah komplikasi akibat ISK
berulang.
Daftar Pustaka

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
Purnomo, B. B. 2011. Dasar-dasar urologi. Edisi Pertama. Jakarta: CV.Sagung Seto.

Haryono, Rudi. (2012). Keperawatan Medical Bedah: Sistem Perkemihan. Rapha

Publishing: Yogyakarta.

. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), (2011). Unit Kerja Koordinasi (UKK).

Nefrologi, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2011). Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk


terapi Antibiotik. http://bit.ly/1Ue0BGX. Diakses tanggal 4 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai