Anda di halaman 1dari 5

Menurut optika geometrik bila sebuah benda tak tembus cahaya ditempatkan di antara sumber cahaya

titik dan layar, seperti dalam Gambar 38-1, maka bayangan benda itu membentuk sebuah garis tajam
yang sempurna. Sama sekali tidak ada cahaya menumbuk layar itu di titik-titik dalam bayangan ter-
sebut, dan kawasan di luar bayangan itu diterangi hampir secara homogen. Tetapi seperti yang kita lihat
dalam Bab 37, sifat gelombang dari cahaya menyebabkan efek yang tidak dapat dipahami dengan model
optika geometrik yang seder- hana. Segolongan efek penting seperti itu terjadi bila cahaya menumbuk
sebuah rintangan yang mempunyai sebuah celah atau tepi. Pola interferensi yang dibentuk pada situasi
seperti itu dikelompokkan di dalam topik difraksi (diffraction). Sebuah contoh difraksi diperlihatkan
dálam Gambar 38-2. Foto dalam Gambar 38-2a (kanan) dibuat dengan menempatkan sebuah silet di
tengah-tengah antara sebuah21.49 7/33 FISIKA UNIVERSITAS lubang jarum, yang diterangi olch cahaya
monokromatik, dan sebuah film fotografik. Film itu merekam bayangan yang dibuat olch silet tersebut.
Gambar 38-2b (kiri) adalah perbesaran sebuah dacrah di dekat tepi kiri silet tersebut. Posisi garis
bayangan geometris ditunjukkan oleh panah-panah. Kawasan di luar bayangan geometris itu dibatasi
oleh pita terang dan pita gelap yang bergantian. Ada sebagian cahaya dalam dacrah bayangan, walaupun
ini tidak begitu jelas dalam foto itu. Pita terang yang pertama dalam Gambar 38-2b, persis di sebelah kiri
dari hayangan geometris itu, jauh lebih terang daripada dalam daerah penerangan homogen di sebelah
paling kiri. Eksperimen sederhana ini memberi kita suatu pemikiran bahwa apa yang mungkin terlihat
sehagai sebuah pemikiran sederhana, yakni pembentukan sebuah bayangan oleh sebuah benda tak
tembus cahaya, ternyata mengandung kekayaan dan kerumitan lak mengamati p difraksi sepe 38-2
dalam kehidupar sehari-hari karena kebanyakan sumber cahaya umumnya tidak monokromatik dan
bukan merupakan sumber titik. Jika kita menggunakan sebuah bola lampu yang dilapisi warna putih
sebagai ganti dari sebuah sumber titik dalam Gambar 38-1, setiap panjang gelombang cahaya dari tiap-
tiap titik bola lampu itu membentuk pola difraksinya sendiri, tetapi pola pola itu tumpang-tindih
sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat melihat setiap p tunggal Gambar 38-3 memperlihatkan
sebuah pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah bola besi yang diameternya kira-kira 3 mm. Perhatikan
cincin-cincin dalam pola itu, keduanya di luar dan di dalam kawasan bayangan geometris tersebut, dan
titik terang tepat di pusat hayangan itu. Keberadaan titik ini diramalkan pada tahun 1818, berdasarkan
teori gelombang cahaya (teori bahwa cahaya merupakan gelombang) oleh matematikawan Perancis
Siméon- Denis Poisson dalam sebuah perdebatan yang panjang di French Academy of Science mengenai
sifat cahaya. Ironisnya, Poisson bukaniah seorang yang mempercayai teori ge lombang cahaya, dan dia
mempublikasikan prediksi yang tampaknya tak masuk akal ini sebagai sebuah pukulan yang mematikan
bagi leori gelombang. Tetapi komite penghargaan dari akademi tersebut mengatur sebuah pengujian
eksperimental, dan segera titik terang itu betul-betul teramati. (Ternyata, titik terang itu telah terlihat
pada awal tahun 1723, tetapi dalam eksperimen terdahulu itu tidak pernah mendapat perhatian) Pola
difraksi dapat dianalisis dengan menggunakan prinsip Huygens (Subbab 34-8). Maah kita tinjau ulang
prinsip itu secara ringkas. Tiap-tiap titik dari sehuah muka gelombang dapat ditinjau sebagai sumber
sekunder dari gelombang kecil sekunder yang menyebar ke semua arah dengan laju yang sama dengan
laju perambatan gelombang iu Posisi muka gelombang pada sebarang waktu kemudian adalah
pembungkus gelombang sekunder pada waktu tensebut. Untuk mencari pergeseran resultan di sebarang
titik, kita menggabungkan semmua pergeseran individu yang dihasilkan oleh gelombang-gelombang
Kirim Edit Hapus
Kita dapat menurunkan sebuah pernyataan untuk distribusi intensitas untuk pola difraksi cel lah tunggal
dengan metode penambahan fasor yang sama yang kita gunakan dalam Subbab 37-4 untuk
mendapatkan Persamaan (37-10) dan (37-14) untuk pola interferensi yang dihasilkan oleh dua celah. Kita
sekali lagi membayangkan sebuah muka gelombang bidang di celah itu yang dibagi-bagi menjadi
sejumlah besar pita Kita mensuperposisikan kontribusi- kontribusi dari gelombang-gelombang kecil
Huygens dari semua pita itu di sebuah titik P pada sebuah layar yang jauh yang membentuk sudut 0 dari
garis normal ke bidang celah tersebut. Untuk melakukan ini, kita menggunakan sebuah fasor untuk
menyatakan medan E yang berubah secara sinusoida dari setiap pita individu. Besarmya jumlah vektor
dari fasor di setiap titik P adalah amplitudo Ep dari medan E total di titik tersebut. Intensitas di P adalah
sebanding dengan E, Pada sebuah titik o yang diperlihatkan dalam Gambar 38-6a, yang bersesuaian
dengan pusat pola itu di mana -0. terdapat selisih lintasan yang dapat diabaikan untuk a >> a; fasor-fasor
itu pada pokoknya semuanya sefasa (yakni, mempunyai arah yang sama). Dalam Gambar 38-7a kita
menggambarkan fasor-fasor itu pada waktu 0 dan kita menyatakan amplitudo resultan di O dengan Ey
Dalam ilustrasi ini kita telah membagi celah itu menjadi 14 pita Sekarang tinjaulah gelombang-
gelombang kecil yang tiba di titik P dari pita-pita yang berbeda dalam Gambar 38-6a. pada suatu sudut 0
dari titik O. Karena perbedaan-perbedaan panjang lintasan, maka sekarang ada selisih fasa di antara
gelombang-gelombang kecil yang datang dari pita-pita yang berdekatan: diagram fasor yang
bersangkutan diperlihatkan dalam Gambar 38-7h. Jumlah vektor dari fasor-fasor itu sekarang adalah
bagian dari garis21.55 6/35 tal di B- 0, tetapi kita dapat menghitung limit itu untuk B- 0 dengan
menggunakan aturan L Hopital. Kita mendapatkan bahwa di B-0.1seperti yang seharusnya diharapkan.
MAKSIMUM INTENSITAS DALAM POLA CELAH TUNGGAL Kita dapat juga menggunakan Persamaan (38-5)
untuk menghitung posisi puncak-puncak atau maksimum intensitas, dan intensitas di puneak-puncak ini.
Ini tidaklah sesederhana seperti pemunculannya. Kita dapat mengharapkan puncak-puncak itu terjadi di
mana fungsi sinus tersebut mencapai nilai . yakni, di mana B-t, t3n, tSr, atau umumnya (38-9) Ini secara
aproksimasi benar, tetapi karena fakor (B2) dalam penyebut dari Pernsamaan (38-5), maka maksimum itu
tidak terjadi persis di titik-titik ini. Bila kita mengambil turunan dari Persamaun (38-5) terhadap B dan
membuatnya sama dengan nol untuk mencoba mencari maksimum dan minimum, maka kita mendapat
sebuah persamaan transendental yang harus diselesaikan secara numerik. Ternyata ridak ada maksimum
di dekat B t. Maksimum pertama pada kedua sisi dan maksimum pusat , di dekat 3a , sebetulnya terjadi
di 2.8601 , Maksimurn samping kedua , di dekat # SZ sebetulnya di 4.918T , dan seterusnya. Kesalahan
dalam Persamaan (38-9) lenyap dalam limit m yang besar, yakni untuk maksimum intensitas yang jauh
dari pusat pola itu. Untuk mencari intensitas di maksimum samping, kita mensubstitusikan nilai-nilai B ini
kembali ke dalam Persamaan (38-5), Dengan menggunakan pernyataan aproksimasi dalam Persamaan
(38-9), kita mendapat (38-10 di mana / adalah intensitas dari maksimum samping ke m dan /, adalah
intensitas dari maksimum pusat. Persamaan c38-10) memherikan deret intensitas 0450 062 0.0083 dan
seterusnya. Seperti yang telah kita tunjukkan, persamaan ini hanya benar secara aprok simasi. Intensitas
yang sebetulnya dari maksimum samping itu ternyata adalah 00472 0065 0.0083 .. Perhatikan bahwa
intensitas dari maksimum samping berkurang sangat cepat, seperti yang juga diperlihatkan pada Gambar
38-8. Bahkan maksimum samping pertama mempunyai intensitas kurang dari 5 % dari intensitas
maksimum pusat . Kirim Edit Hapus
Difraksi mempunyai implikasi yang jauh untuk pembentukan bayangan oleh lensa dan cermin. Dalam
kajian kita mengenai instrumen optis dalam dalam Bab 36 kita menganggap bahwa sebuah dengan
panjang fokus f memfokuskan sebuah berkas sejajar (gelombang bidang) ke sebuah ritik sejarak f dari
lensa itu. Asumsi ini mengabaikan efek difraksi, Kita sekarang melihat bahwa apa yang kita dapatkan
bukanlah sebuah titik tetapi pola difraksi yang baru saja dijelaskan. Jika kita mempunyai dua benda titik,
bayangannya bukan dua itik tetapi dua pola difraksi. Bila benda-benda itu berdekatan maka pola-pola
difraksinya saling tumpang-tindih: jika benda-benda itu cukup dekat, pola-polanya hampir tumpang
tindih sepenuhnya dan tidak dapat dibedakan. Efek itu diperlihatkan dalam Gambar 38-22, yang
memperlihatkan pola-pola untuk empat sumber "titik" cahaya (yang sangat kecil) Dalam Gambar 38-22a
bayangan sumber 1 dan bayangan sumber 2 terpisah secara jelas tetapi bayangan sumber 3 dan
bayangan sumber 4 yang di sebelah kanan telah bergabung am Gambar 38-22b, dengan diameter lubang
yang lebih besar dan cakram Airy yang lebih kecil yang dihasilkan, bayangan 3 dan bayangan 4 hampir
tidak terpisahkan. Dalam Dal Gambar 38-22c, dengan sebuah lubang yang masih lebih besar, bayangan-
bayangan it terpisah dengan jelas

Mungkin pada awalnya tampak dari Gambar 10.7 bahwa lokasi Maksimum kepala sekolah selalu sejalan
dengan pusat bukaan difraksi; ini, bagaimanapun, pada umumnya tidak benar. Pola difraksi sebenarnya
berpusat pada sumbu lensa dan memiliki bentuk dan lokasi yang persis sama, terlepas dari posisi celah,
selama orientasinya tidak berubah dan aproksimasi valid (Gambar 10.16). Semua gelombang bepergian
sejajar dengan sumbu lensa berkumpul di titik fokus kedua L2; ini kemudian adalah gambar S dan pusat
difraksipola. Misalkan sekarang kita memiliki dua celah panjang lebar b

dan pemisahan center-to-center a (Gambar 10.17). Setiap bukaan,

dengan sendirinya, akan menghasilkan pola difraksi single-slit yang sama

pada layar tampilan s. Kapan saja, kontribusi

dari dua celah tumpang tindih, dan meskipun masing-masing harus sama dengan amplitudo, mereka
mungkin berbeda secara signifikan

Dalam fase. Karena gelombang primer yang sama menggairahkan sekunder

sumber di setiap celah, wavelet yang dihasilkan akan koheren, dan


gangguan harus terjadi.Itu

Interferensi fringe pada titik tertentu dari pengamatan adalah mencegah ditambang oleh perbedaan
dalam panjang jalur optik dilalui

oleh wavelet yang tumpang tindih dari dua celah. Seperti yang akan kita lihat,

distribusi fluks-density (Gambar 10.18) adalah hasil dari rap ??? idly memvariasi sistem gangguan
double-celah yang dimodulasi oleh

pola difraksi celah tunggal.

Untuk mendapatkan ekspresi gangguan optik pada suatu titik

pada s, kita hanya perlu sedikit merumuskan analisis celah tunggal.

Masing-masing dari dua lubang dibagi menjadi strip diferensial (dz

oleh /), yang pada gilirannya berperilaku seperti jumlah titik yang tak terbatas

sumber selaras sepanjang sumbu z.Pola double-slit juga lebih mudah diamati, dan

penglihatannya layak dilakukan. Sebuah filamen lurus, umbi tubu adalah sumber garis terbaik. Untuk
celah, lapisi slide ruang mikro dengan tinta India; jika Anda kebetulan memiliki beberapa, cola ???
suspensi loidal grafit dalam alkohol bekerja lebih baik
(lebih buram). Gores sepasang celah di seluruh tinta kering

dengan silet dan berdiri sekitar 10 kaki dari sumbernya.

Pegang celah sejajar dengan filamen dan dekat dengan mata Anda,

yang ketika difokuskan pada tak terbatas, akan berfungsi sebagai lensa yang dibutuhkan.

Gunakan plastik merah atau biru dan amati perubahannya

lebar pinggiran. Cari tahu apa yang terjadi saat Anda

tutup satu dan kemudian kedua celah dengan slide mikroskop.

Pindahkan celah perlahan ke arah z; lalu memegangnya

stasioner, gerakkan mata Anda ke arah z. Verifikasi bahwa

posisi pusat pola memang ditentukan oleh

lensa dan bukan bukaan.

Anda mungkin juga menyukai