Anda di halaman 1dari 28

1.

Sensor sollar cell

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun
selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan
energi panasnya melalui sistem solar thermal.

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun
selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan
energi panasnya melalui sistem solar thermal.

Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau sambungan, dimana
saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan
cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya
komersial menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam
skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi,
sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu
modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar
12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan
secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan
daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari
modul surya.

Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk memperbesar
total daya output. (Gambar :”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)
Simbol solar cell

Struktur Sel Surya

Struktur dan cara kerja sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin
film/lapisan tipis).

Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor.
(Gambar:HowStuffWorks)

Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri
dari :

1. Substrat/Metal backing

Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat
juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak
terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti
aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik,
substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan
yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine
doped tin oxide (FTO).

2. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai
tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3
mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi
menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang
digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan
untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk
pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan
amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam
sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material
semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas)
dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi
kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-
n junction dan sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.

3. Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya
dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.

4.Lapisan antireflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh
semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material
anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara
semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor
sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

5.Enkapsulasi / cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau
kotoran.

Cara kerja sel surya

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang
dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan
hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut
bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah
menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron).
(Gambar : eere.energy.gov)

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan
hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor
tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n
ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk
medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan
mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya
dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu
elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)

Proses pembangkitan tegangan pada solar cell

Tegangan yang dihasilan oleh sensor foto voltaik adalah sebanding dengan frekuensi
gelombang cahaya (sesuai konstanta Plank E = h.f). Semakin kearah warna cahaya biru, makin
tinggi tegangan yang dihasilkan. Tingginya intensitas listrik akan berpengaruh terhadap arus
listrik. Bila foto voltaik diberi beban maka arus listrik dapat dihasilkan adalah tergantung dari
intensitas cahaya yang mengenai permukaan semikonduktor.

Proses timbulnya tegangan pada solar cell

Berikut karakteristik dari foto voltaik berdasarkan hubungan antara intensitas cahaya dengan arus
dan tegangan yang dihasilkan.
Karakteristik solar cell

Aplikasi (penggunaan) solar cell

Aplikasi solar cell banyak digunakan untuk menunjang kebutuhan manusia antara lain untuk
penerangan (seperti pada penerangan rumah/gedung dan penerangan jalan raya), untuk kebutuhan
rumah tangga (seperti kalkulator, jam tangan dan suplai peralatan listrik/elektronik), untuk
kendaraan (seperti sepeda motor dan mobil listrik), untuk model mainan, kalkulator.

Macam-macam penggunaan solar cell


2. Sensor photoconductive

Sensor cahaya tipe fotokonduktif akan memberikan perubahan resistansi pada terminal
outputnya sesuai dengan perubahan intensitas cahaya yang diterimanya. Sensor cahaya tipe
fotokonduktif ini ada beberapa jenis diantaranya adalah :

 LDR (Light Depending Resistor)


 Photo Transistor
 Photo Dioda

LDR (Light Depending Resistor)

LDR (Light Depending Resistor)

LDR adalah sensor cahaya yang memiliki 2 terminal output, dimana kedua terminal output
tersebut memiliki resistansi yang dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya.
Dimana nilai resistansi kedua terminal output LDR akan semakin rendah apabila intensitas cahaya
yang diterima oleh LDR semakin tinggi. Aplikasinya lampu penerangan jalan yang akan menyala
otomatis pda saat cahaya matahari mulai redup.
Photo Transistor

Photo transistor

Photo transistor adalah suatu transistor yang memiliki resistansi antara kaki kolektor dan
emitor dapat berubah sesuai intensitas cahaya yang diterimanya. Photo transistor memiliki 2
terminal output dengan nama emitor dan kolektor, dimana nilai resistansi emeitor dan kolektor
tersebut akan semakin rendah apabila intensitas cahaya yang diterima photo transistor semakin
tinggi. Photo transistor adalah sensor cahaya yang dapat mengubah besaran cahaya menjadi
besaran konduktansi. Photo transistor prinsip kerjanya sama halnya dengan dengan transistor pada
umumnya, fungsi bias tegangan basis pada transistor biasa digantikan dengan besaran cahaya yang
diterima photo transistor. Pada saat photo transistor menerima cahaya maka nilai konduktansi kaki
kolektor dan emitor akan naik (resistansi kaki kolektor-emitor turun). Aplikasinya detector cahya
yang peka, terutama terhadap cahya inframerah.
Photo Dioda

Photo dioda

Photo dioda adalah suatu dioda yang akan mengalami perubahan resistansi pada terminal
anoda dan katoda apabila terken cahaya. Nilai resistansi anoda dan katoda pada photo dioda akan
semakin rendah apabila intensitas cahaya yang diterima photodioda semkin tinggi. Photo dioda
adalah sensor cahaya yang mengadopsi prinsip dioda yaitu hanya akan mengalirkan arus listrik
satu arah saja. Sama seperti LDR, photodiode juga akan mengubah besaran cahaya yang diterima
menjadi perubahan konduktansi pada kedua kakinya, semakin tinggi juga nilai konduktansinya
dan sebaliknya. Pada photo dioda maupun nilai konduktansinya tinggi (resistansi rendah) tetapi
arus listrik hanya dapat dialirkan satu arah saja dari kaki anoda. ke kaki katoda. Aplikasinya
penerima cahaya inframerah ataupun pada aplikasi sensor pembaca garis pada robot line follower
atau line tracert.
3. Sensor fotovoltaik

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun
selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan
energi panasnya melalui sistem solar thermal.

Photovoltaic yaitu sensor cahaya yang dapat mengubah perubahan besaran optik (cahaya)
menjadi perubahan tegangan. Salah satu sensor cahaya jenis photovoltaic adalah solar cell. Sensor
cahaya tipe fotovolataik adalah sensor cahaya yang dapat memberikan perubahan tegangan pada
output sensor cahaya tersebut apabila sensor tersebut menerima intensitas cahaya. Salah satu
contoh sensor cahaya tipe fotovoltaik adalah solar cell atau sel surya.

Sensor cahaya tipe photovoltaic adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar
langsung menjadi energi listrik. Sel solar silikon yang modern pada dasarnya adalah sambungan
PN dengan lapisan P yang transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan
menyebabkan gerakan elektron antara bagian P dan N, jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil
sekitar 0,5 volt per sel pada sinar matahari penuh. Berikut konstruksi dari sensor cahaya tipe
fotovoltaik.

Aplikasi solar cell banyak digunakan untuk menunjang kebutuhan manusia antara lain untuk
penerangan (seperti pada penerangan rumah/gedung dan penerangan jalan raya), untuk kebutuhan
rumah tangga (seperti kalkulato, jam tangan dan suplai peralatan listrik/elektronik), untuk
kendaraan (seperti sepeda motor dan mobil listrik), untuk model mainan.
4. LDR (Light Dependent Resistor)

Light Dependent Resistor yang merupakan salah satu jenis komponen resistor yang nilai
resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Prinsip kerja LDR adalah nilai
resistansi LDR sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Nilai resistansisnya akan bertambah
besar apabila tidak terkena cahaya (malam hari) dan akan berkurang resistansinya apabila terkena
cahaya (siang hari), LDR ini umunya digabungkan dengan beberapa transistor untuk membentuk
rangakaian lampu otomatis atau rangkaian lainnya. Kelebihannya tidak ada kode special untuk
membaca nilai resistansi LDR ini.

Pada umumnya sebuah LDR memiliki nilai hambatan 200 Kilo Ohm saat berada di kondisi
minim cahaya (gelap), dan akan menurun menjadi 500 Ohm pada kondisi terkena cahaya. Tak
heran jika komponen yang satu ini banyak diaplikasikan pada rangkaian dengan tema saklar
otomatis dari cahaya.
Fungsi LDR

Dari penjabaran mengenai arti LDR tadi, fungsi LDR adalah sebagai saklar otomatis
berdasarkan cahaya. Jika cahaya yang diterima oleh LDR banyak, maka nilai resistansi LDR akan
menurun, dan listrik dapat mengalir (ON). Sebaliknya, jika cahaya yang diterima LDR sedikit,
maka nilai resistansi LDR akan menguat, dan aliran listrik terhambat (OFF).

LDR kerap difungsikan sebagai sebuah sensor cahaya dalam berbagai macam rangkaian
elektronika seperti lampu penerangan jalan otomatis, lampu kamar tidur otomatis, rangkaian anti
maling otomatis menggunakan laser, shutter kamera otomatis, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Prinsip Kerja LDR

Prinsip kerja LDR bisa dibilang sangat sederhana, tak jauh berbeda dari variabel resistor
pada umumnya. LDR dipasang pada sebuah rangkaian elektronika dan dapat memutus dan
menyambung aliran listrik berdasarkan cahaya. Apabila LDR menerima cahaya maka nilai
konduktansi antara kedua kakinya akan meningkat (resistansi turun). Semakin besar cahaya yang
diterima maka semakin tinggi nilai konduktansinya (nilai resistansinya semakin rendah).

Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)

Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai :

 Sensor pada rangkaian saklar cahaya


 Sensor pada lampu otomatis (lampu penerangan jalan yang akan menyala otomatis pda saat
cahaya matahari mulai redup)
 Sensor pada alarm brankas
 Sensor pada tracker cahaya matahari
 Sensor pada kontrol arah solar cell
 Sensor pada robot line follower
 Rangkain alarm
 Indicator
 Counter (penghitung)
 Fungsi Potensiometer

 Penggunaan praktis alat sensor cahaya ditemukan dalam berbagai pemakaian teknik seperti
pada :
- Tabung cahaya (vaccum type phototubes), paling menguntungkan digunakan dalam pemakaian
yang memerlukan pengamatan pulsa cahaya yang waktunya singkat, atau cahaya yang dimodulasi
pada frekuensi yang relative tinggi.
- Tabung cahaya gas (gas type phototubes), digunakan dalam industri gambar hidup sebagai
pengindra suara pada film.
- Tabung cahaya pengali atau pemfotoderap (multiplier phottubes), dengan kemampuan penguatan
yang sangat tinggi, sangat banyak digunakan pada pengukuran fotoelektrik dan alat-alat kontrol
dan juga sebagai alat cacah kedipan (scientillation counter).
- Sel-sel fotokonduktif (photoconductive cell) yang disebut juga tahanan cahaya (photo resistor)
atau light dependent resistor (LDR), dipakai luas dalam industri dan penerapan pengontrloan di
laboratorium.
- Sel-sel foto tegangan (photovoltatic cells), adalah alat semikonduktor untuk mengubah energi
radiasi daya listrik. Contoh yang sangat baik adalah sel matahari (solar cell) yang digunakan dalam
teknik ruang angkasa.
5. Prinsip Kerja Photoelectric

Photoelectric sensor bereaksi pada perubahan cahaya yang diterima. Terdapat dua jenis
sensor photoelectric.

A. Reflective

Terdapat dua jenis sensor reflective sebagai berikut

 Retro-reflective Sensors

Sensor jenis ini emitter (pengirim sinyal) dan receiver (penerima


sinyal) nya berada pada satu alat/dikombinasikan sehingga cukup simpel,
tugas receiver pada jenis through beam sensor, telah digantikan oleh
reflector, sinar yang di pancarkan oleh emitter keluar, akan dipantulkan
kembali oleh reflector lalu sinar tersebut diterima oleh receiver, sehingga
saat sinar yang dipancarkan tidak sampai ke receiver, maka output sensor
tersebut akan bekerja.

 Diffuse Reflective Sensors

Sensor jenis ini sangat simpel, receiver (penerima sinyal) dan


emitter (pengirim sinyal) terkombinasi pada satu tempat, tapi tidak
memerlukan reflector khusus seperti diatas, reflectornya sendiri adalah
benda itu sendiri yang terdeteksi oleh sensor. Sensor memancarkan sinar
(emitter) keluar, manakala suatu benda datang dibagian muka, maka sinar
akan dipantulkan oleh benda tadi ke receiver, sehingga output sensor akan
bekerja.

B. Through Beam

Terdapat dua alat sensor transmitter (pengirim) dan receiver


(penerima) ditempatkan secara terpisah dan deteksi obyek., Emitter berfungsi sebagai
pengirim sinar infra red yang nantinya akan diterima oleh receiver untuk direspon.
Manakala sinar yang dikirim oleh emitter ke receiver terhalang suatu benda padat maka
receiver akan meresponnya sehingga outputnya akan bekerja. Terjadi ketika
memotong sinar antara transmitter dan receiver sehingga receiver kehilangan cahaya
sesaat. Photocells ini memiliki jarak sensing terpanjang.

Aplikasi sensor fotoelektric dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


6. Prinsip Kerja dari Toilet dan Cuci Tangan Otomatis

Urinoir otomatis dan westafel otomatis menggunakan sensor PIR, berikut penjelasan
lebih rinci.

A. Toilet (Urinoir Otomatis)

Smart urinoir ini akan bekerja dengan mendeteksi keberadaan objek, yaitu
manusia dan kemudian mengaktifkan proses penyiraman urinoir. Dengan cara yang
sama juga dapat dirancang toilet yang hemat energi, karena lampu dan exhaust fan
hanya akan menyala saat ada objek atau manusia yang berada di dalam ruangan toilet
tersebut. Sensor jarak akan bekerja ketika tidak ada penghalang didepannya pada jarak
tertentu. Jadi pengguna harus bergeser kesaming atau menjaud 1-2 meter untuk membuat
Urinoir mengeluarkan air flushingnya.

B. Westafel

Pada umumnya westafel dirancang untuk menghemat pemakaian air dan listrik
yang pada umumnya orang-orang sering lupa mematikan setelah menggunakannya.
Westafel otomatis ini biasanya terdiri sensor PIR, rangkaian relay, mikrokontroller,
transistor dan piranti lainnya. Prinsip kerja sistem ini adalah sensor sebagai saklar tidak
terlihat yang berfungsi untuk menentukan adanya suhu tubuh manusia yang selanjutnya
relay sebagai aktuator dan mikro melakukan pemprosesan data dari kedua sensor tersebut.
Rangakaian pembuatan kran air otomatis ini menggunakan microcontroller dan
juga sensor gerak dan di gunakan untuk pengaktifan rangkaian saklar otomatis yang
berfungsi untuk memberi masukan kepada washer pump untuk mengendalikan air terbuka
atau tertutup.

SENSOR PIR (Passive Infrared Receiver) PIR (Passive Infrared Receiver)


merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared. Akan tetapi, tidak seperti sensor infrared
kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun
seperti IR LED. Sesuai dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari
pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya.
Benda yang bisa dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah suhu tubuh dan gerakan manusia.

7. Prinsip Kerja Lampu Otomatis

Lampu otomatis ini biasanya menggunakan sensor gerak, rangkaian sensor


gerak merupakan sebuah rangkaian yang digunakan untuk mendeteksi pergerakan manusia.
Biasanya rangkaian sensor gerak digunakan untuk aplikasi menyalakan atau mematikan lampu
secara otomatis. Aplikasi seperti ini dapat kita jumpai pada ruangan toilet saat ini. Di beberapa
gedung mewah, penghematan listrik merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan. Terutama
penggunaan lampu pada beberapa ruangan contohnya toilet. Lampu toilet seharusnya hanya
menyala pada saat ada orang yang masuk ke dalam toilet tersebut, dan seharusnya mati jika tidak
ada orang yang berada di dalamnya. Pada gedung yang sudah moderen, nyala lampu toilet tersebut
tidak lagi dikontrol secara manual menggunakan sakelar. Melainkan sudah dikontrol secara
otomatis dengan sensor gerak. Sehingga lampu toilet akan menyala jika ada orang yang masuk ke
dalam. Dan akan mati secara otomatis jika orang tersebut telah keluar. Sensor gerak yang
digunakan pada sistem tersebut adalah sensor gerak jenis PIR (Passive Infrared Sensor).

Sensor gerak PIR sifatnya mendeteksi inframerah pasive yang berasal dari daerah
sekelilingnya. Inframerah pasif bisa disebabkan karena suhu tubuh dari manusia ataupun hewan.
Sehingga jika ada orang atau binatang yang mendekati sensor PIR, otomatis sensor ini akan “ON”
atau mendeteksi adanya inframerah pasif. Prinsip seperti itulah yang dimanfaatkan untuk
mendeteksi pergerakan manusia. Namun untuk menjadikannya sebagai pengendali lampu otomatis
harus ditambahkan rangkaian kendali lainnya. Rangkaian kendali dapat berupa rangkaian analog,
digital ataupun rangkaian terprogram berbasis mikrokontroler.
A. Sensor PIR

Sensor ini biasanya digunakan dalam perancangan detektor gerakan berbasis PIR.
Karena semua benda memancarkan energi radiasi, sebuah gerakan akan terdeteksi ketika
sumber infra merah dengan suhu tertentu (misal: manusia) melewati sumber infra merah
yang lain dengan suhu yang berbeda (misal: dinding), maka sensor akan membandingkan
pancaran infra merah yang diterima setiap satuan waktu, sehingga jika ada pergerakan
maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor.

Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :


- Lensa Fresnel
- Penyaring Infra Merah (Sensor)
- Sensor Pyroelektrik (Sensor)
- Penguat Amplifier
- Komparator
Cara kerja pembacaan sensor PIR
Pancaran infra merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor
pyroelektrik, karena sinar infra merah mengandung energi panas maka sensor
pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Sensor pyroelektrik terbuat dari
bahan galium nitrida (GaN), cesium nitrat (CsNo3) dan litium
tantalate (LiTaO3). Arus listrik inilah yang akan menimbulkan tegangan dan
dibaca secara analog oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat
dan dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu (keluaran
berupa sinyal 1-bit). Jadi sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1, 0
saat sensor tidak mendeteksi adanya perubahan pancaran infra merah dan 1 saat
sensor mendeteksi infra merah.
Sensor PIR didesain dan dirancang hanya mendeteksi pancaran infra merah
dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Diluar panjang gelombang tersebut
sensor tidak akan mendeteksinya. Untuk manusia sendiri memiliki suhu badan yang
dapat menghasilkan pancaran infra merah dengan panjang gelombang antara 9-10
mikrometer (nilai standar 9,4 mikrometer), panjang gelombang tersebut dapat
terdeteksi oleh sensor PIR. (Secara umum sensor PIR memang dirancang untuk
mendeteksi infra merah tubuh manusia). Sensor ini hanya akan mendeteksi jika
object bergerak atau secara teknis saat perubahan pancaran infra merah (falling
up atau falling down).

Jarak pancar sensor PIR


Sensor PIR memiliki jangkauan jarak dan sudut pembacaan yang
bervariasi, tergantung karakteristik sensor. Proses penginderaan sensor PIR dapat
digambarkan sebagai berikut:

Pada umumnya sensor PIR memiliki jangkauan pembacaan efektif hingga


5 meter, dan sensor ini sangat efektif digunakan sebagai human detector.

8. Barcode
Barcode merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas kerja digital. Pada konsep
digital, hanya ada 2 sinyal data yang dikenal dan bersifat boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik
atau tidak ada (dengan besaran tegangan tertentu, misalnya 5 volt dan 0 volt). Barcode
menerapkannya pada batang-batang baris yang terdiri dari warna hitam dan putih. Warna hitam
mewakili bilangan 0 dan warna putih mewakili bilangan 1. Mengapa demikian? Karena warna
hitam akan menyerap cahaya yang dipancarkan oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna putih
akan memantulkan balik cahaya tersebut.
Selanjutnya, masing-masing batang pada barcode memiliki ketebalan yang berbeda.
Ketebalan inilah yang akan diterjemahkan pada suatu nilai. Demikian, karena ketebalan batang
barcode menentukan waktu lintasan bagi titik sinar pembaca yang dipancarkan oleh alat pembaca.
Oleh karena itu, batang-batang barcode harus dibuat demikian sehingga memiliki kontras yang
tinggi terhadap bagian celah antara (yang menentukan cahaya). Sisi-sisi batang barcode harus tegas
dan lurus, serta tidak ada lubang atau noda titik ditengah permukaannya. Sementara itu, ukuran
titik sinar pembaca juga tidak boleh melebihi celah antara batang barcode. Saat ini, ukuran titik
sinar yang umum digunakan adalah 4 kali titik yang dihasilkan printer pada resolusi 300dpi.
Saat ini terdapat beberapa jenis instrumen pembaca barcode, yaitu: pena, laser, serta
kamera. Pembaca berbentuk pena memiliki pemancar cahaya dan dioda foto yang diletakkan
bersebelahan pada ujung pena. Pena disentuhkan dan digerakkan melintasi deretan batang barcode.
Dioda foto akan menerima intensitas cahaya yang dipantulkan dan mengubahnya menjadi sinyal
listrik, lalu diterjemahkan dengan sistem yang mirip dengan morse.

A. Pen type atau Bar Code Wands


Dalam barcode reader tipe ini terdapat photo diode yang berada disamping ujung
pena. Untuk membaca, kode tersebut tempatkan di ujung pena lalu digeser ke semua bar
secara stabil, kemudian diode tersebut dapat mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan
dari sumber cahaya dan dan menghasilkan gelombang yang sesuai dengan lebar dari bar
dan spasi dalam kode tersebut. Setelah itu barcode reader mengirimkan gelombang ke
decoder kemudian menterjemahkannya dan mengirimkannya ke komputer dalam format
data sederhana.
B. Laser Barcode Scanner
Pada intinya cara kerjanya sama dengan tipe pena tetapi barcode reader ini
menggunakan sinar laser sebagai sumber cahayanya. Pada umumnya memakai cermin
prisma ataupun kaca bolak-balik untuk memindai laser yang melintasi kode bar.

C. CCD Barcode Scanner


Barcode Scanner ini menggunakan aray sensor cahaya berbentuk kecil berbaris
sejajar pada ujung barcode Scanner. Tegangannya berbentuk gelombang sesuai dengan bar
dan ruang dari barcode yang dihasilkan dan dikirim ke komputer. Perbedaan utama antara
scanner barcode CCD dengan jenis scanner barcode pena dan scanner laser barcode adalah
bahwa barcode scanner CCD mengukur bentuk cahaya yang dipancarkan dari kode bar
sedangkan pena atau laser scanner barcode mengukur dari pantulan cahaya dari frekuensi
tertentu yang berasal dari scanner itu sendiri. Pengukuran tegangan ini memberikan
gambaran digital dari barcode. Unit CCD bisa sangat mahal, tapi sangat akurat.
D. Camera Based Barcode Readers
Barcode Scanner ini berbasis kamera video kecil untuk menangkap gambar ke kode
bar, kemudian menggunakan teknik pengolahan citra digital untuk memecahkan kode bar
tersebut. Aplikasinya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari saat kita menggunakan
smart phone.
9. Hall Effect Sensor

Keterangan gambar :
1. Elektron
2. Sensor Hall atau Elemen Hall
3. Magnet
4. Medan Magnet
5. Power Source

Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam
gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas dan kutub
positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan magnet dibalik,
menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik ini menyebabkan
sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas. Hall Effect tergantung pada beda potensial
(tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau
semikonduktor dimana arus listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus
dengan elemeh Hall. Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan
tahanan Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada
tahun 1879.
Hall Effect dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban kecil
yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada medan
magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi – sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada konduktor
besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar. Salah satu yang paling penting dari Hall Effect
adalah perbedaan antara beban positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada
kebalikannya. Hall Effect memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh
elektron yang bergerak, bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan
bahwa dalam beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus
sebagai “holes” positif yang bergerak daripada elektron.

Dalam bahan ferromagnetik (dan material paramagnetik dalam medan magnetik),


resistivitas Hall termasuk kontribusi tambahan, dikenal sebagai Anomalous Hall Effect
(Extraordinary Hall Effect), yang bergantung secara langsung pada magnetisasi bahan, dan
sering lebih besar dari Hall Effect biasa. Walaupun sebagai sebuah fenomena yang dikenal baik,
masih ada perdebatan tentang keberadaannya dalam material yang bervariasi. Anomalous Hall
Effect bisa berupa efek ekstrinsik bergantung pada putaran yang menyebar dari beban pembawa,
atau efek intrinsik yang dapat dijelaskan dengan efek Berry phase dalam momentum space
kristal. Hall effect menghasilkan level sinyal yang sangat rendah dan membutuhkan amplifikasi.
Amplifier tabung vakum pada abad 20 terlalu mahal, menghabiskan tenaga dan kurang andal
dalam aplikasi sehari-hari

10. Piezoelectric
Piezoelectric atau biasa disebut juga dengan efek piezoelectric adalah muatan listrik yang
terakumulasi dalam bahan padat tertentu, seperti kristal dan keramik akibat dari mechanical
pressure (tekanan). Piezoelectric digunakan untuk mengukur tekanan, percepatan, regangan, etc.
dan biasa digunakan dalam alat-alat seperti: mikrofon, jam quartz, pengubah suara menjadi
tulisan pada laptop kita, mesin pembakaran dalam, printer. Sifat efek piezoelectric berkaitan erat
dengan terjadinya momen dipol listrik pada suatu padatan. Efek tersebut juga dapat dirangsang
untuk ion di situs kisi kristal dengan lingkungan yang “asimetris”, seperti dalam BaTiO3 dan
PZTs. Kepadatan dipol atau polarisasi dapat dengan mudah dihitung pada kristal dengan
menjumlahkan momen dipol per volume unit sel satuan kristal. Dipol yang deket satu sama lain
akan cenderung berpihak di daerah yang disebut dengan daerah Weiss Domain. Domain
biasanya berorientasi acak, tetapi dapat disejajarkan dengan cara proses poling dimana medan
listrik yang kuat akan diterapkan pada bahan bertemperatur tinggi. Pada efek piezoelectric,
perubahan polarisasi terjadi akibat dari pembebanan atau stress mekanik. Piezoelectric tidak
disebabkan oleh perubahan densitas muatan dipermukaan melainkan dengan kepadatan dipol
pada bulk, misalnya: 1 cm3 kubus kuarsa ketika diberi gaya 2 kN akan menghasilkan tegangan
12.500 V.
11. Wire Strain Gauge
Sensor strain gauge adalah grid metal-foil yang tipis yang dilekatkan pada permukaan
dari struktur. Apabila komponen atau struktur dibebani, terjadi strain dan ditransmisikan ke foil
grid. Tahanan foil grid berubah sebanding dengan strain induksi beban. Sensor strain gauge pada
umumnya adalah tipe metal-foil, dimana konfigurasi grid dibentuk oleh proses photoeching.
Karena prosesnya sederhana, maka dapat dibuat bermacam macam ukuran gauge dan bentuk
grid. Untuk macam gauge yang terpendek yang tersedia adalah 0,20 mm; yang terpanjang adalah
102 mm. Tahanan gauge standard adalah 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada gauge untuk
tujuan khusus tersedia dengan tahanan 500, 1000, dan 1000 ohm.

12. Semiconductor Strain Gauges


Ada jenis lain dari pengukur regangan resistif listrik selain metal strain gauges. Prinsip
pengukuran alat pengukur semikonduktor didasarkan pada efek semikonduktor piezoresistif
ditemukan oleh CS Smith pada tahun 1954. Germanium pertama digunakan dan kemudian
silikon. Semikonduktor strain gauges seperti pengukur regangan logam dalam konstruksi.
Elemen pengukuran meliputi strip beberapa persepuluh milimeter lebar dan beberapa seratus
milimeter tebal yang tetap ke foil pembawa isolasi dan disediakan dengan menghubungkan lead.
Sebuah kawat emas tipis menekan efek dioda sebagai hubungan antara elemen semikonduktor
dan strip menghubungkan. Pengukur regangan semikonduktor yang digunakan untuk mengukur
strain yang sangat kecil. Sinyal besar yang diberikan oleh jenis strain gauge yang bermanfaat
dengan adanya medan interferensi yang kuat.
TUGAS MEKATRONIKA

PRINSIP DAN CARA KERJA SENSOR

NAMA ANGGOTA:

1. GERARDA SIAGIAN (NIM: 4215010004)


2. MUHAMMAD ARIEF (NIM: 4215010007)
3. MUHAMMAD TATAG YOGATAMA (NIM: 4215010008)

JURUSAN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN MANUFAKTUR

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2017

Anda mungkin juga menyukai