Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN SERAT DAN ASUPAN AIR PUTIH

DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA (MIDDLE AGE) 45-


59 TAHUN DI RW 18 KELURAHAN BUNUL REJO KECAMATAN
BLIMBING KOTA MALANG

The Correlation between Fiber Intake and Water Intake with Constipation
Occurrence in Elderly (Middle Age) 45-59 Years Old in RW 18 Kelurahan
Bunul Rejo Blimbing District Malang City.
Khabiba Puswita Sari 1, Joko Pitoyo 2, Feriana Ira Handian 2
1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Maharani Malang
2
Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Maharani Malang
E-mail: khabibapuswita@gmail.com

ABSTRACT
Constipation is defecation in the form of reducing bowel movement frequency.
Sensations of dissatisfaction during bowel movement are pain, and hard feces
consistency. Constipation becomes one of the diseases which is often suffered by
elderly. Lack of fiber intake and water intake are some of the factors that influence the
occurrence of constipation. The purpose of the study was to know the correlation
between fiber intake and water intake with constipation occurrence in elderly (Middle
Age) 45-59 Years Old in RW 18 Kelurahan Bunul Rejo Blimbing District Malang. The
type of the study was analytical survey with cross sectional approach. The number of
sample were 68 people, the samples were taken with purposive sampling technique,
and the data were collected by using food recall and constipation scoring system
questionnaire. Based on the result of fiber intake, it is obtained p value = 0.000 with r =
0.444 and for water intake it is gotten p value = 0,000 with r = 0.838. it shows there is
a correlation between fiber intake and water intake with constipation occurrence in
elderly (Middle Age) 45-59 years old in RW 18 Kelurahan Bunul Rejo Blimbing District
of Malang city. From the above result, the health education about the importance of
fiber intake and water intake is required to prevent constipation in elderly.

Keywords: Fiber intake, Water intake, Constipation

PENDAHULUAN kemunduran fisik, mental dan sosial


Lansia merupakan suatu proses alami secara bertahap (Azizah, 2011).
yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Menurut WHO, lansia dikelompokan
Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi 4 kelompok yaitu, di usia
menjadi tua dan masa tua merupakan pertengahan (middle age) usia 45-59
masa hidup manusia yang terakhir. tahun, lansia (elderly) usia 60-74 tahun,
Dimana ini seseorang mengalami lansia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia

1
sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun Kurangnya asupan cairan merupakan
(Fatmah, 2010). salah satu penyebab susah buang air besar
atau biasa disebut konstipasi, karena
Penuaan populasi di indonesia mulai
kurangnya asupan cairan dapat
muncul sebagai gambaran demografi
mengakibatkan feses yang terbentuk
pergeseran penduduk ke usia lanjut dari
menjadi keras, kering dan sulit untuk
sekitar 6% selama periode 1950-1990,
dikeluarkan. Konstipasi yang diabaikan
kini melampaui 8% dan diprediksi kan
maka akan menyebabkan obstipasi, dan
meningkat tajam menjadi 13% pada tahun
obstipasi yang cukup parah. Konstipasi
2025, dan menjadi 25% di tahun 2050. Ini
yang diabaikan maka akan menyebabkan
berarti pada tahun 2025, 1-4 penduduk
obstipasi, dan obstipasi yang cukup parah
indonesia dapat dikelompokan sebagai
dapat menyebabkan kanker usus yang
orang berusia lanjut dibandingkan 1 dari
berakibat fatal bagi penderitanya
12 penduduk di indonesia saat ini
(Yolanda, 2007 dalam (Amry, 2013).
(Fatmah, 2010).
Konsumsi air adalah kunci
Prevalensi konstipasi pada lansia di penatalaksanaan, pasien harus dianjurkan
Indonesia adalah sebesar 3,8% untuk minum setidaknya 8 gelas air per hari
lansia usia 60–69 tahun dan 6,3% pada (sekitar 2 liter per hari). Konsumsi kopi,
lansia diatas usia 70 tahun (Kemenkes RI, teh, dan alkohol dikurangi semaksimal
2013). Konstipasi dapat disebabkan oleh mungkin atau konsumsi segelas air putih
berbagai hal, seperti kurangnya asupan ekstra untuk setiap kopi, teh, atau alkohol
serat, kurang asupan air, pengaruh obat yang diminum. Meningkatkan konsumsi
yang dikonsumsi, pengaruh dari penyakit serat umum dianjurkan sebagai terapi awal
yang diderita, hingga akibat kurang konstipasi. Rekomendasi makanan tinggi
aktivitas fisik (Brown, 2011). serat (buah dan sayur) (Sianipar, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Pada lansia akan mengalami
yang dilakukan oleh peneliti yang
kemunduran biologis tubuh yang
lakukan pada tanggal 17 Maret 2018 yang
mengakibatkan aktifitas kerjanya menurun
dilakukan di Kelurahan Bunul Rejo
dan kecukupan gizi yang dibutuhkan lebih
Kecamatan Blimbing Kota Malang,
rendah dibanding pada usia remaja dan
didapatkan data dari ketua Rw 18 terdapat
dewasa. Untuk mencapai gizi yang baik,
216 pra lansia. Dari beberapa pra lansia
maka lansia harus memakan makanan
mengatakan sedang mengalami konstipasi.
yang beraneka ragam dan menggunakan
Hasil wawancara dengan 10 pra lansia
semua macam bahan makanan dari semua
didapatkan data ada 4 pra lansia
golongan serta bahan makanan dalam
mengalami konstipasi, dan ada 4 pra
jumlah dan kualitas yang benar dan tepat.
lansia yang mempunyai riwayat
Salah satu yang harus diperhatikan pada
konstipasi, dengan asupan serat yang
usia ini adalah konsumsi serat dan intake
cukup dan asupan air putih 4-6 gelas
cairan setiap hari. Ini bertujuan agar
perhari lansia tersebut tidak mengalami
manusia lansia terhindar dari terjadinya
konstipasi. Dan 2 lansia yang tidak
konstipasi, wasir, hemoroid dan kanker
mengalami konstipasi.
kolon (Arianti, 2005 dalam (Fitriani,
Berdasarkan fenomena-fenomena
2011).
diatas peneliti menganggap penting untuk

2
mengetahui adakah hubungan antara konstipasi menggunakan kuesioner
asupan serat dan asupan cairan air putih constipasi scoring system.
terhadap konstipasi pada pra lansia usia
45-59 tahun. Peneliti tertarik untuk HASIL
melakukan penelitian dengan
Tabel 5.1 Tabulasi Silang Hubungan
judul“Hubungan Antara Asupan Serat dan Antara Asupan Serat dengan Kejadian
Cairan Air Putih dengan kejadian Konstipasi
Konstipasi pada Lansia (middle age) 45-
Konsumsi Serat
59 tahun di Rw 18 kelurahan Bunul Rejo Total
Konstipasi Rendah Cukup
Kecamatan Blimbing Kota Malang”.
n % n % n %

BAHAN DAN METODE Konstipasi 20 29,4 1 1,5 21 30,9

Rancangan penelitian yang digunakan Tidak


23 33,8 24 35,3 47 69,1
pada penelitian ini adalah survey analitik Konstipasi
karena untuk menjelaskan keadaan atau Total 43 63,2 25 36,8 68 100
situasi. Survey analitik adalah survey atau Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan
penelitian yang mencoba menggali bahwa hubungan antara asupan rendah
bagaimana dan mengapa fenomena serat dengan kejadian konstipasi di Rw 18
kesehatan itu terjadi. Sedangkan metode Kelurahan Bunul rejo Kecamatan
penelitian ini adalah cross-sectional yaitu Blimbing kota Malang dari 21 orang
dengan cara pendekatan, observasi atau mengalami konstipasi, sebagian besar
pengumpulan data sekaligus pada suatu memiliki pola konsumsi serat yang rendah
saat. yakni 20 orang (29,4%). Responden yang
Populasi dalam penelitian ini adalah memiliki pola konsumsi serat cukup
pra lansia usia 45-59 tahun laki-laki dan sebanyak 1 orang (1,5%). Dari 47 orang
perempuan di Rw 18 Kelurahan Bunul yang tidak mengalami konstipasi,
Rejo Kecamatan Blimbing Kota Malang sebagian besar memiliki pola konsumsi
sebanyak 216 responden yang sesuai serat yang cukup yakni sebanyak 24 orang
dengan kriteria inklusi. (35,3%).
Sampel pada penelitian ini adalah
Tabel 5.2 Tabulasi Silang Hubungan
seluruh laki-laki dan wanita pra lansia usia Antara Asupan Air putih dengan Kejadian
45-59 tahun di Rw 18 Kelurahan Bunul Konstipasi
Rejo Kecamatan Blimbing kota Malang.
Air Putih
Teknik pengambilan sampel dengan cara Total
Konstipasi Rendah Cukup
memilih sampel diantara populasi sesuai n % n % n %
dengan kehendak peneliti. Dengan kriteria
Konstipasi 20 29,4 1 1,5 21 30,9
inklusi dan eksklusi berdasarkan
perhitungan sampel, menggunakan rumus Tidak
4 5,9 43 63,2 47 69,1
slovin yakni didapatkan sample sebanyak Konstipasi
68 responden. Total 24 35,3 44 64,7 68 100
Instrumen yang di gunakan adalah Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan
menggunakan kuesioner food recall 2x24 bahwa hubungan antara asupan air putih
jam untuk asupan serat dan asupan air dengan kejadian konstipasi di RW 18
putih, dan untuk mengukur kejadian Kelurahan Bunul Rejo Kecamatan

3
Blimbing Kota Malang dari 21 orang satu faktor yang mempengaruhi kejadian
mengalami konstipasi, sebagian besar konstipasi. kejadian konstipasi tidak saja
memiliki pola konsumsi serat yang kurang dialami oleh usia produktif namun juga
yakni 20 orang (29,4%). Responden yang banyak dialami oleh bayi, anak-anak dan
memiliki pola konsumsi air putih yang lansia. Namun yang paling sering
cukup yakni 1 orang (1,5%). Dari 47 mengalami konstipasi adalah usia lansia >
orang yang tidak mengalami konstipasi, 60 tahun karena pada lansia akan
sebagian besar memiliki pola konsumsi air mengalami kemunduran biologis tubuh.
putih yang cukup yakni 43 orang (63,2%). Sedangkan dari hasil penelitian
Responden yang memiliki pola konsumsi berdasarkan jenis kelamin yakni wanita
air putih yang kurang yakni 4 orang lebih banyak mengalami konstipasi dari
(5,9%). pada laki-laki karena jenis kelamin
seseorang mempengaruhi jumlah
konsumsi serat pangan. Perbedaan jumlah
PEMBAHASAN
konsumsi serat pangan antara pria dan
Kejadian Konstipasi
wanita disebabkan oleh perbedaan jumlah
Dalam penelitian ini usia responden
konsumsi total makanan perhari (Astawan
dibagi dengan 3 kategori yakni usia 45-49
Made dan Wresdiyati Tutik, 2004).
tahun, 50-54 tahun dan 55-59 tahun. Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penelitian menunjukan bahwa mayoritas
konstipasi disebabkan oleh banyak hal
responden berada pada usia 45-49 tahun,
yaitu kurangnya mengkonsumsi air putih,
yakni sebanyak 28 orang (41%). Usia
kurangnya asupan serat,serta aktifitas
merupakan salah satu faktor yang
yang kurang.
mempengaruhi terjadinya konstipasi, usia
Kebiasaan buang air besar yang
yang rentan terkena konstipasi yakni pada
tidak teratur adalah salah satu penyebab
lansia yang usianya lebih dari 60 tahun.
yang paling sering menyebabkan
Berdasarkan pada hasil analisis data
konstipasi. Pada penelitian ini mayoritas
penelitian, dijelaskan secara deskriptif
responden kurang memperhatikan
bahwa sebagian besar responden yang
kebiasaan buang air besar. Cara untuk
diteliti adalah responden yang tidak
terhindar dari konstipasi yakni dengan
mengalami konstipasi yakni sebesar 47
membiasakan buang air besar secara
orang (69,1%). Sedangkan yang
teratur. Konstipasi adalah gangguan
mengalami konstipasi yakni sebanyak 21
eliminasi yang diakibatkan adanya feses
orang (30,9%). Secara deskriptif di
yang kering dan keras melaui usus besar.
tunjukan bahwa sebagian besar responden
Konstipasi fungsional di sebabkan oleh
yang terlibat dalam penelitian adalah
berbagai macam faktor, seperti diet (serat
responnden yang tidak mengalami
dan cairan) dan perubahan gaya hidup
konstipasi.
seseorang yang kurang baik (aktivitas
Hasil penelitian menunjukan bahwa
fisik, stres, konsumsi kopi, konsumsi
mayoritas responden yang mengalami
minuman probiotik, dan posisi saat buang
konstipasi yakni berusia 50-54 tahun
air besar) (Oktaviana & Setiarini, 2013).
sebanyak 9 orang (13,2%) dan yang paling
sedikit yakni pada usia 45-49 tahun yakni
5 orang (7,4%). Usia merupakan salah

4
Asupan Serat Asupan Air Putih
Berdasarkan pada hasil analisis data Berdasarkan pada hasil analisis
penelitian, dijelaskan secara deskriptif data penelitian, dijelaskan secara
bahwa sebagian besar pasien memiliki deskriptif bahwa sebagian besar
pola konsumsi serat dengan katagori responden memiliki asupan air putih yang
rendah, yakni sebanyak 43 orang (63,2%). cukup, yakni sebanyak 44 orang (64,7%).
Sedangkan responden yang memiliki pola Sedangkan responden yang memiliki
konsumsi serat dengan katagori cukup asupan air putih yang kurang sebanyak 24
sebanyak 25 orang (36,8%). Secara orang (35,3%). Secraa deskriptif bahwa
deskriptif bahwa sebagian besar pasien sebagian besar responden yang terlibat
yang terlibat dalam penelitian memiliki dalam penelitian ini memiliki pola asupan
pola konsumsi serat dengan katagori air putih dengan katagori yang cukup.
rendah.
Manfaat air putih adalah mencegah
Bahwa orang yang konsumsi
sembelit karena untuk mengelolah
seratnya rendah akan memperlambat
makanan dalam usus sangat di butuhkan
waktu transit makanan dalam usus yang
air, tentu saja tanpa air yang cukup, kerja
akan menyebabkan konstipasi karena serat
usus tidak dapat maksimal sehingga
juga berfungsi untuk memperbesar
timbul sembelit (Fatmah, 2010).
volume feses sehingga akan
memperlancar proses pembuangan, jika Berdasarkan pada hasil analisis data
pada responden tersebut konsumsi penelitian dijelaskan secara deskriptif
seratnya kurang maka akan menyebabkan bahwa sebagian besar responden yang
susah buang air. Pada penelitian ini mengkonsumsi cairan air putih yaitu
pemenuhan kebutuhan serat sangat dengan kategori yang cukup. Namun pada
terjangkau dan mudah untuk didapatkan. responden yang mengalami konstipasi
Seharusnya untuk asupan serat mayoritas banyak disebabkan karena kurangnya
yakni cenderung cukup, namun pada hasil asupan air putih. Semakin tubuh
penelitian di tunjukan bahwa asupan serat kekurangan air gerak kolon semakin
cenderung kurang, maka dari itu adanya lambat. Kurangnya asupan air putih dapan
masalah dalam konsumsi makanan yang menyebabkan pembentukan feses menjadi
dikonsumsi yakni adanya perubahan pola keras. Proses ini mengakibatkan
makan yang membuat serat tersebut tidak pengeluaran feses menjadi sulit. Untuk
terpenuhi. asupan air putih dalam penelitian ini
Peran dari asupan serat sendiri cenderung cukup sehingga responden
adalah mencegah polip usus, mencegah dapat diartikan mengerti tentang
wasir, membantu mengatur gula darah, pentingnya asupan air putih bagi tubuh.
membantu gerakan usus, menurunkan
Hubungan antara asupan serat dan
kadar kolesterol, dll. Fungsi dari asupan
asupan air putih dengan kejadian
serat sendiri yakni memperlancar proses
konstipasi pada lansia (middle age) usia
buang air besar terhindar dari penyakit
45-59 tahun
hemoroid divertikulosis, kanker pada
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
usus besar, apendisitis, diabetes, penyakit
dengan uji spearman, didapatkan nilai
jantung koroner, dan obesitas (Fatmah,
spearman sebesar 0,444 dengan
2010).

5
signifikansi sebesar 0,000 untuk asupan 4. Terdapat hubungan yang signifikan
serat. Dan untuk asupan air putih, di antara asupan serat dan asupan air
dapatkan nilai spearman 0,838 dengan putih dengan kejadian konstipasi pada
signifikansi sebesar 0,000. Nilai lansia (midlle age) usia 45-59 tahun
signifikansi tersebut lebih kecil dari α = di RW 18 Kelurahan Bunul Rejo
0,05. Dari pengujian ini, dapat diambil Kecamatan Blimbing Kota Malang
kesimpulan bahwa terdapat hubungan dengan p-value 0,000 (< α 0,05).
yang signifikan antara asupan serat dan
asupan air putih dengan kejadian SARAN
konstipasi pada lansia (Middle Age) usia Bagi Masyarakat
45-59 tahun di RW 18 Kelurahan Bunul Perlunya dilakukan edukasi
Rejo Kecamatan Blimbing Kota Malang. tentang pentingnya asupan serat dan
Koefisien spearman untuk asupan serat asupan air putih kepada masyarakat.
sebesar 0,444 menunjukan bahwa terdapat
Bagi Peneliti Selanjutnya
hubungan yang relatif cukup dengan
Perlu dilakukan penelitian yang
kejadian konstipasi. Dan koefesien
serupa dengan meninjau faktor-faktor
spearman untuk asupan air putih sebesar
resiko lain yang dapat menyebabkan
0,838 menunjukan terdapat hubungan
terjadinya konstipasi.
yang relatif sangat kuat antara asupan air
putih dengan kejadian konstipasi. hal ini DAFTAR PUSTAKA
dimungkinkan karena banyak penyebab
terjadinya konstipasi antara lain : Pola Amry, R. Y. (2013). Analisis Faktor-
defekasi yang tidak teratur, penggunaan faktor Kejadian Konstipasi pada
laktasi yang lama, stres psikologis, obat – Lanjut Usia di Panti Wredha Budhi
obatan, kurangnya aktivitas dan usia Dharma Umbulharjo Yogyakarta.
(Riyadi, 2010). Astawan Made dan Wresdiyati Tutik.
(2004). Diet Sehat dengan Makanan
KESIMPULAN DAN SARAN Berserat. Solo: Tiga Serangkai.
Berdasarkan pada hasil analis dapat Azizah, L. M. (2011). Keperawatan
diambil beberapa kesimpulan sebagai Lanjut Usia. Yogyakarta: GRAHA
berikut : ILMU.
Brown, J. E., Isaacs, J.S., Krinke, U.B.,
1. Secara deskriptif, di tunjukan bahwa
Lechtenberg, E., Murtaugh, M.A.,
mayoritas responden tidak mengalami
Sharbaugh, C., Splett, P.L., Stang, J.,
konstipasi, yakni sebanyak 41 orang
Wooldridge, N.H.(2011). Nutrition
(69,1%)
Through the Life Cycle. 4th edition.
2. Ditinjau dari asupan serat, mayoritas
USA: Wadsworth Cengage Learning.
responden memiliki pola konsumsi
Diyani, D. A. (2012). Hubungan
serat yang rendah, yakni sebanyak 43
Pengetahuan, Aktivitas Fisik, dan
orang (63,2%).
faktor Lain Terhadap Konsumsi Air
3. Ditinjau dari asupan air putih,
Minum pada Mahasiswa FKM Ui.
mayoritas responden memiliki pola
Universitas Indonesia.
konsumsi air putih yang cukup 44
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta.
orang (64,7%).
Erlangga.

6
Fitriani, I. (2011). Hubungan Asupan dengan Kejadian Konstipasi Pada
Serat dan Cairan dengan Kejadian Lansia (Studi Di Wilayah Kerja
Konstipasi pada Lanjut Usia di Panti Puskesmas Saigon Kecamatan
Sosial Sabai Nan Aluih Sicincin. Pontianak Timur).
Fakultas Keperawatan Universitas Siagian, A. (2010). Epidemiologi Gizi.
Andalas Padang. jakarta: Erlangga.
Kurniawan, I., & Simadibrata, M. (n.d.). Sianipar, N. B. (2015). Konstipasi pada
Management of Chronic Constipation Pasien Geriatri.
in The Elderly. Wulandari, A. (2016). Asuhan
Mentari, H. (2010). Peran penting air Keperawatan pada Lansia dengan
bagi tubuh manusia. STIKES Wira Konstipasi Melalui Massase
Husada Yogyakarta. Abdomen, Posisi Defekasi, dan
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Pemberian Cairan.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Wulandari, M. (2016). Hubungan Antara
Rineka Cipta. Asupan Serat dengan Kejadian
Nursalam. (2013). Konsep Dan Konstipasi pada Pekerja di PT. Tiga
Penerapan Metodologi Penelitian Serangkai.Surakarta.
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Muhammadiyah Surakarta.
Medika.
Oktaviana, E. S., & Setiarini, A. (2013).
Hubungan Asupan Serat dan Faktor-
faktor lain dengan Konstipasi
Fungsional pada Mahasiswa Reguler
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia tahun 2013.
Pradani, V. R., & Dkk. (2015). Hubungan
Asupan Serat, Lemak, dan Posisi
Buang Air Besar Dengan Kejadian
Konstipasi pada Lansia, 3(April).
Pranaka, A. E. (2013). Managemen
Cairan & Elektrolit. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Raissa, T. (2012). Asupan serat dan
cairan, aktivitas fisik, serta gejala
konstipasi pada lanjut usia. Institut
Pertanian Bogor.
Riyadi, S. (2010). keperawatan medikal
bedah (sistem pencernaan).
yogyakarta.
Santoso, A. (2011). Serat Pangan (Dietary
Fiber) dan Manfaatnya bagi
Kesehatan.
Saputra, F. (2016). Hubungan Antara
Asupan Serat dan Cairan (Air Putih)

Anda mungkin juga menyukai