Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“PERENCANAAN TRASPORTASI BANGUNAN”


MK.UTILITAS BANGUNAN
(14B11C409)
SEMESTER GENAP

Disusun Oleh

Dosen Pengampu
Ir.JAN ROBERT E. SALIM, MT.
ARMIWATY,ST.,M.Si.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Alat transportasi dalam bangunan merupakan alat yang menunjang atau


memberi fasilitas sirkulasi dalam bangunan gedung bertingkat, serta merupakan
sarana prasarana yang memperlancar pergerakan manusia di dalamnya.
Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pada perencanaan bangunan
bertingkat banyak adalah masalah transportasi, baik yang bersifat manual (tangga
dan ramps) maupun yang bersifat mekanis (elevator, ekskalator, conveyor dll).
B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Utilitas Bangunan semester genap (II), program studi Pendidikan Teknik
Sipil dan Perencanaan , Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk
mengingatkan pengetahuan penulis mengenai pentingnya keberadaan suatu sistem
transportasi bangunan sebagai bagian dari utilitas bangunan yang mendukung
aktivitas dalam suatu gedung.

C. Batasan Masalah

Pada makalah ini penulis membatasi pembahasan agar tidak terlalu luas,
pembahasan kali ini hanya membahas sistem transportasi bangunan,sebagai
bagian dari utilitas bangunan seperti tangga, elevator, ekskalator, dan conveyor.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem transportasi yang besifat manual


1. Tangga

Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak - undak (trap) yang


menghubungakan satu lantai dengan lantai di atasnya dan mempunyai fungsi
sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat. Tangga juga mempunyai
fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu keluar, sebagai
antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan lain - lain.
Tangga dibedakan menjadi 2 jenis yaitu,
 Tangga Umum
Tangga umum berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta ke
lintasan utama pada bangunan gedung antar lantai tingkat dalam kondisi
keseharian karena menjadi sirkulasi utama maka pada tangga umum harus
memenuhi persyaratan kenyamanan pemakaian untuk naik maupun turun yang
tidak melelahkan dan membahayakan pemakainya. Syarat tangga utama :
- Letak tangga berada pada sirkulasi utama bangunan, mudah dilihat dan
dijangkau dari pintu masuk bangunan dan mempunyai penerangan yang
cukup baik dari alam maupun buatan.
- Mempunyai penerangan yang cukup khususnya buatan.
- Memenuhi persyaratan kenyamanan pemakaian, misalnya;
 Sudut kemiringan tangga 28°-35°
 Jumlah anak tangga sampai bordes maksimal 12 trap
 Tinggi trap anak tangga maksimal 19 cm
 Lebar bordses = ½ lebar ruang tangga
 Perbandingan antrede : optrede memenuhi rumus (a + 2.O = 62 cm s/d
65 cm)
 Perhitungan jumlah anak tangga : [2(n + 1) = t/O]
 Perhitungan lebar bordes ; [P = (a x n) + b]
 Harus dicek ; (b = ½ l)

 Tangga Darurat
Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau
menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya. Seperti kebakaran
dan gempa bumi. Syarat tangga darurat :
- Letaknya berhubungan dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu
akses keluar gedung.
- Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3
jam.
- Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bisa dibuka dari luar untuk
penyelamatan penghuni.
- Dilengkapi cerobong pengisap asap di samping pintu masuk.
- Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu peneragnan dengan
supply baterai darurat.

a. Bagian-Bagian dari Stuktur Tangga


 Pondasi Tangga

Sebagai dasar
tumpuan (landasan) agar
tangga tidak mengalami
penurunan dan
pergeseran. Pondasi
tangga bisa dari
pasangan batu kali,
beton bertulang atau
kombinasi dari kedua
bahan dan pada dibawah
pangkal tangga harus
diberi balok anak sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan
beban terpusat yang besar.
Ibu tangga merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok
yang berfungsi untuk mendukung anak tangga. Material yang digunakan
untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton bertulang, kayu,
baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi. Kombinasi antara ibu tangga
dan anak tangga biasanya untuk ibu tangga misalnya, beton bertulang di
padukan dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya
dari bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk
menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja.
 Anak Tangga

Anak tangga
berfungsi sebagai
bertumpunya telapak
kaki, dibuat dengan
jarak yang sama dan
selisih tinggi (trap)
dibuat, supaya kaki
yang melangkah
menjadi nyaman dan
enak untuk melangkah.
Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan
datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak tangga
untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian vertical langkah
atasnya berkisar antara 15-18 cm. untuk ukuran tangga darurat biasanya
bagian vertical mencapai 20 cm. Ukuran lebar tangga juga penting
diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal
adalah minimal 90 cm. Sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih
kecil, yaitu 75 cm.

 Pagar dan Pegangan Tangga

Pagar tangga atau reilling


tangga adalah bagian dari
struktur tangga sebagai pelindung
yang diletakkan disamping sisi
tangga dan di pasang pada/ diatas
ibu tangga untuk melindugi agar
orang tidak terpelosok jatuh.
Pagar tangga dapat
dibuat dengan macam -
macam variasi agar lebih artistikdan pada lantai tingkat disekitar lubang
tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak
terjerumus jatuh. Sedangkan pegangan tangga merupakan batang yang di
pasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar orang turun
naik tangga merasa lebih aman, pegangan tangga bertumpu pada tiang -
tiang tangga yang tertanam kuat
pada ibu tangga.

 Bordes

Bordes dalah pelat datar


diantara anak - anak tangga
sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes di pasang pada bagian sudut
tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
- Untuk rumah tinggal, lebar bordes
antara 80 - 100 cm dan untuk
bangunan umum, lebar bordesnya
dibuat antara 120 - 200 cm.
- Dapat dibuat dengan 3 model, yaitu
Bordes tangga lurus, bordes tangga L
dan bordes tangga U.

b. Macam- Macam Bentuk Tangga

Bentuk tangga
dapat disesuaikan dengan
beda tinggi lantai dan
ruangan yang tersedia.
Untuk menambah suasana
yang harmonis dalam
ruangan, bentuk tangga
juga sebaiknya dibuat
indah dan serasi dengan
interior ruangan.
Dengan makin
majunya tingkat
kebudayaan manusia, perkembangan teknologi yang memproduksi bahan
dan alat bangunan, ide para seniman, maka bentuk tangga makin lama
makin berkembang bervariasi, bahkan dewasa ini bentuk sudah
merupakan seni tersendiri.

c. Perhitungan dan standarisasi bentuk tangga serta ukurannya


Membuat tangga disamping keindahan perlu diperhatikan segi - segi
teknisnya, harus diperhatikan juga kemudahan, rasa aman, bagi orang yang
melaluinya.
 Lebar anak tangga
a. Untuk rumah tinggal, lebar anak tangga 80 cm.
b. Untuk bangunan umum, lebar anak tangga 120 cm s/d 200 cm.
c. Untuk tangga darurat, lebar anak tangga bisa 70 cm.
Tetapi dapat juga diperhatikan jika yang melewati berpapasan di satu anak
tangga:
a. Untuk satu orang, lebarnya 60 - 80 cm
b. Untuk dua orang, lebarnya 120 cm
c. Untuk tiga orang, lebarnya 180 cm
 Lebar dan tinggi anak tangga (trap)
Semua anak tangga harus dibuat bentuk dan ukuran yang seragam
dan untuk memberi kenyamanan bagi yang turun dan naik tangga perlu
diperhatikan lebar dan tinggi anak tangga.

 Rumus untuk anak tangga (undak - undak)

2t + l = 60 - 65 cm

Keterangan :
t = tinggi anak tangga (tinggi
tanjakan = optrede

l = lebar anak tangga (lebar


injakan = aantrede)

Rumus diatas didasarkan pada;


- Satu langkah arah datar antara 60 - 65 cm.
- Untuk melangkah naik perlu tenaga 2 kali lebih besar dari pada
melangkah datar.
Lebar dan tinggi anak tangga sangat menentukan kenyamanan,
yang naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah tergelincir.
Umumnya ukuran:
t = tinggi tanjakan; 16 - 20 cm atau 14 - 20 cm. (Masih mudah didaki).
l = lebar tanjakan; 26 - 30 cm atau 22,5 - 30 cm. (Seluruh telapak kaki
(sepatu) dapat berpijak penuh).

Contoh hitungan :
Selisih tinggi lantai = 320 cm.
Dicoba; t = 16 cm
l = 26 cm
2t + l = 16 + 26 = 58 < 60
Jadi; tangga terlalu landai, melelahkan.
Dicoba; t = 20 cm
l = 28 cm
2t + l = 2. 20 + 28 = 68 < 65
Jadi, tangga terlalu curam, cepat lelah.
Dicoba; t = 18 cm
l = 28 cm
2t + l = 2. 18 + 28 = 64 cm
Jadi, tangga boleh dipakai.
£ anak tangga = 320 / 18 - 1 = 17,778 - 1 = 16,778 buah

Jumlah anak tangga yang tidak merupakan bilangan bulat, diatasi dengan
cara;
- Jumlah anak tangga yang dibulatkan keatas menjadi 17 buah. Selisih
beda tinggi anak tangga dibagi merata: 320 / t -1 = 17 ’ t = 17, 778 cm.
- Mengingat selisih tinggi kurang dari 1 cm, tidak akan terasa, maka beda
tinggi anak tangga diletakkan pada satu anak tangga yang paling dibawah
atau paling atas.

- Ukuran ruang tangga:


Ruang tangga harus dibuat leluasa, terang dan segar, harus diberi lubang
ventilasi untuk dapat udara segar dan penerangan alam, agar menghemat
pemakaian listrik pada siang hari.
Ukuran ruang tangga ditentukan oleh jumlah anak tangga dan
bentuk tangganya. Tangga untuk bangunan rumah tinggal, dengan lebar
100 cm, jumlah anak tangga 17 buah dengan bordes.
a) Tangga lurus:
Luas ruang tangga = 100 x 548 = 1 x 5,48 = 5,48 m2
b) Tangga siku:
Luas ruang tangga = (1 x 2,24) + (1 x 1) + (1 x 2,24) = 5,48 m2
c) Tangga balik:
Luas ruang tangga = 2 x 3,24 = 6,48 m2

Kemiringan tangga dibuat tidak curam, agar orang mudah untuk


naik dan turun tangga, jadi tidak banyak energi yang keluar, tetapi jika
kemiringan dibuat terlalu landai dan dapat menjemukan bagi orang yang
melaluinya, disamping itu banyak memakan tempat (space) yang ada, jadi
kurang efisien.
Kemiringan tangga yang wajar berkisar antara 250 s/d 420 dan untuk
bangunan rumah tinggal biasa digunakan kemiringan 380.

d. Konstruksi dan bahan tangga


 Kontruksi Tangga
Konstruksi tangga harus kuat dan stabil, karena sebagai jalan
penghubung ke lantai tingkat. Menurut peraturan pembebanan Indonesia
untuk gedung, 1983, bahwa beban ditangga lebih besar dari beban pada pelat
lantai.
o
Untuk bangunan rumah tinggal = 250 kg/ m2
o
Dan bangunan umum diambil = 300 kg/ m2
Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya,
jika terjadi ada penurunan bisa menyebabkan sudut kemiringan tangga
berubah, Jika konstruksi tangga tersendiri yang terpisah dengan struktural
rangka bangunan, dibuatkan pondasi tersendiri rangka tangga tidak menempel
pada dinding diberi sela ± 5 cm. Bidang momen yang terjadi pada ibu tangga;

 Bahan tangga
1) Tangga kayu
Mudah dikerjakan, harga cukup murah, bentuk bahan alami menambah
kesejukan suasana ruang.
2) Tangga beton bertulang;
Konstruksinya kuat dan awet, tidak cepat rusak, dapat berumur
panjang, bahan tahan api. Dapat dipasang di bangunan umum atau
bangunan tingkat rendah atau sampai dengan 4 (empat) lantai.
3) Tangga baja;
Kurang serasi ditempatkan pada ruang dalam karena bentuknya kasar,
biasanya dipasang sebagai tangga pribadi atau tangga darurat dengan
bentuk lingkar.
4) Tangga dari batu alam;
Merupakan pasangan bata pada halaman rumah, tidak terlindung, tidak
memerlukan perhitungan konstruksi.

2. Ramps

Menurut kemiringannya, ramps dibagi menjadi :


 Ramps rendah sampai dengan 5% kemiringan (00-50).
 Ramps jenis low atau landai ini tidak perlu menggunakan anti selip untuk
lapisan permukaan lantainya.
 Ramps sedang atau medium dengan kemiringan sampai dengan 7% (50-
100) dianjurkan menggunakan bahan penutup lantai anti selip.
 Ramps curam atau steep dengan kemiringan antara sampai dengan 90%
(100-200) yang dipersyaratkan harus menggunakan bahan anti selip pada
permukaan lantai dengan dibuat kasar. Untuk manusia, dilengkapi dengan
railing terutama untuk handicapped / disabled person (penderita cacat
tubuh, yang sekarang lebih dikenal sebagai para “Difable” atau Different
ability people).

B. Sistem Transportasi yang Bersifat Mekanis


Sistem transportasi jenis ini juga dikenal sebagai sistem transportasi
dengan mesin penggerak. Ada dua macam sistem transportasi jenis mekanis ini,
ialah escalator (tangga berjalan) dan elevator (lift).
1. Elevator ( Lift )
a. Riwayat Elevator/Lift
Lift awalnya adalah derek yang terbuat dari tali. Pada tahun 1853,
Elisha Graves Otis, salah seorang pionir dalam bidang lift, memperkenalkan
lift yang menghindarkan jatuhnya ruang lift jika kabelnya putus.
Rancangannya mirip dengan suatu jenis mekanisme keamanan yang masih
digunakan hingga kini.

 23 Maret 1857 - Lift Otis pertama dipasang di New York City.

 1880 - Lift listrik pertama, dibuat oleh Werner von Siemens.

 2004 - Pemasangan lift penumpang tercepat di dunia, di gedung Taipei 101


di Taipei, Taiwan. Kecepatannya adalah 1.010 meter per menit atau 60,6 km
per jam.
 Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun
1857.

Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan


Norton mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan
membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun 1867. Pada tahun 1873 lebih dari
2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung perkantoran, hotel,
dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun kemudian
dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama. Berikutnya
adalah era Pencakar Langit.
Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-
connected geared pertama yang sangat sukses. Pada tahun 1903, Otis
memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang punggung” industri
elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti
mengalahkan usia bangunan itu
sendiri. Hal ini membawa pada
berkembangnya jaman struktur-
struktur tinggi, termasuk yang
paling menonjol adalah Empire
State building dan World Trade
Center di New York, John Hancock
Center di Chicago dan CN Tower
di Toronto.
Selama bertahun-tahun ini,
beberapa dari inovasi yang dibuat
oleh Otis dalam bidang
pengendalian otomatis adalah
Sistem Pengendalian Sinyal, Peak
Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang
terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan perusahaan
tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator sehingga
tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator dan mutu
berkendara dalam elevator.

b. Definisi Elevator/ Lift


Elevator ( lift ) adalah alat
transpotasi pada bangunan yang
bergerak secara vertikal yang
membawa penumpang, peralatan, dan
muatan dari satu tingkat ketingkat yang
lain. Lift memiliki dua macam type
yaitu : Lift elektrik dan Lift hidrolik.
 Lift Elekrtik
Lift elektrik terdiri dari
sebuah tabung yang di pasang
pada rel pemandu, didukung oleh
kabel pengerek, dan dikemudikan oleh mesin penggeraak elektis pada
mesin lift.

 Lift Hidrolik
Lift hidrolik terdiri dari sebuah tabung yang didukung oleh piston yang
bergerak searah atau berlawanan dengan cairan yang diberi tekanan. Tidak
diperlukan rumah lift, tapi lift hidrolik memiliki kecepatan rendah dan panjang
piston membatasi penggunaannya hanya pada bangunan enam lantai.
Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang
mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek
komersil.

Lift juga memiliki bermacam-macam jenis sesuai dengan fungsinya,


yaitu:
 Lift Penumpang
Passenger elevator (lift penumpang) biasanya dipasang pada
rumah tinggal, ruko, gedung rendah, medium, bahkan high rise. Jenis ini
merupakan lift yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dan
Indonesia khusunya.
 Lift Barang
Setiap gedung bertingkat banyak baik dalam bentuk perkantoran,
flat, atau penggunaan campuran dengan gedung komersil pasti
memerlukan sarana sirkulasi vertical untuk barang di samping untuk
orang. Kriteria untuk lift barang yang penting ialah ukuran dan berat
barang yang harus diangkut. Dalam gedung- gedung dengan penggunaan
campuran (mixed use) seringkali lift barang juga harus dapat melayani
angkutan orang terutama pada jam-jam sibuk. Perkiraan yang dapat
digunakan dalam perencangan ialah untuk setiap 5 lift diperlukan 1 lift
barang. Kapasitas lift barang berkisar antara 1-5 ton dengan ukuran dalam
antara 1.60 x 2.10 m sampai 3.10 x 4.20 m dan kecepatan bergerak 1.5 – 2
m/detik maximum atau rata-rata 0.25 –1 m/detik.
 Lift service
Lift ini juga merupakan lift
penumpang, namun fungsinya
dikhususkan bagi karyawan gedung
tersebut atau untuk membawa barang
barang yang kecil. Lift ini banyak
kita temui di gedung perkantoran.

 Lift rumah sakit

Lift ini digunakan di rumah


sakit untuk membawa tempat tidur pasien, oleh karena itu ukurannya
disesuaikan dengan ukuran tempat tidur standar rumah sakit.
 Observation Elevator

Lift jenis ini fungsinya sama seperti lift penumpang, hanya saja
bedanya sebagian besar dinding atau pintu lift ini terbuat dari kaca.
Sehingga memungkinkan penumpangnya dapat melihat ke arah luar. Lift
jenis ini banyak kita jumpai di mall, hotel, atau gedung-gedung yang tidak
terlalu tinggi yang memiliki pemandangan indah.
 Stair Lift

Angkat kursi (kursi


lift) adalah cara untuk
menjalankan lift di sisi
tangga. peran utama adalah
untuk membantu orang
dengan mobilitas berkurang
(orang cacat dan orang tua)
naik dan turun tangga di
rumah. Stairlifts umumnya
terstruktur dengan track,
drive berarti, dan kursi dari
tiga bagian, drive dan kursi
yang dipasang bersama-sama, jadi dari luar, seperti tangga angkat kursi di
orbit.
Komponen yang terdapat pada stair lift :

1. SEAT
Kursi dari stair lift buatan Amerika ini memiliki kapasitas hingga 180
kilogram!
Dari segi keamanan juga terdapat belt agar pengguna tetap merasa aman
ketika mengoperasikan stair lift tersebut.
Fleksibilitas juga ditawarkan pada kursi ini, pengoperasian pada remote
(diopersikan oleh caregiver atau keluarga) dapat dilakukan, dan juga
terdapat tombol pada kursi tersebut yang bisa langsung dioperasikan oleh
pengguna.

2. SEAT RAIL
Rail adalah komponen yang penting.
Terlihat dari rail buatan Amerika ini memiliki nilai estetika yang lebih
cantik dibanding buatan negara lain. Kebanyakan rail buatan negara lain
seperti pipa sehingga tidak sedap dipandang mata.
Karena full customized dan diproduksi di Amerika, maka apapun bentuk
tangga rumah Anda tidak menjadi masalah, karena rail tersebut akan
menyesuaikan dengan bentuk tangga rumah Anda.
Stairlift ini juga tergolong dalam mobility aids untuk membantu
penyandang disabilitas, lansia, orang tua, dan pengguna kursi roda.

Keuntungan :
1) Sistem Track: menggunakan energi sebagai handal dan dapat dengan
mudah diinstal " dual track sistem. " dengan menggunakan sejumlah
kecil dual-rail dukungan struktur, sehingga produk lebih stabil dan
aman. Radius putar kecil, daerah instalasi untuk memastikan tangga
ruang hemat. Nyaman berputar kursi dan drive sistem menggabungkan
sempurna dengan track untuk meningkatkan daya dukung dari produk.
2) Sistem Operasi: Travel kunci dipasang di sandaran tangan, operasi
sederhana, cocok untuk kerumunan apapun. Wireless remote control
perangkat dapat dipanggil ke kursi angkat untuk setiap lokasi yang
ditentukan.
3) Mudah instalasi: cepat untuk menginstal, hanya satu hari dapat
diinstal. Tanpa merusak struktur asli bangunan selama instalasi, tapi
jangan bersih tidak ada suara.
4) Custom desain: tangga lingkungan untuk dirancang secara individual,
disesuaikan untuk memenuhi tangga, lereng dan panjang tangga lift
kursi. Tangga lift kursi kondisi di dua atas bawah ditingkatkan sesuai
dengan kelengkungan jarak, mudah kursi angkat berhenti, untuk
memastikan bahwa pengguna kursi bawah dengan aman.

c. Bagian-bagian Lift
Bagian-bagian mekanik yang ada pada lift dan elevator adalah:
 Batang Peluncur
Batang peluncur terbuat dari kerangka baja profil yang tegak berdiri
setinggi susunan gedung.
 Sangkar Lift
Berfungsi sebagai tempat penumpang sejumlah 6-10 orang yang bergerak
naik-turun melalui kerangka atau batangbatang peluncur tersebut. Dalam
cabine lift dilengkapi dengan tomboltombol tekan untuk memberhentikan
lift pada lantai tertentu. Selain itu juga dilengkapi dengan pintu gingsir
yang digunakan untuk masuk dan keluarnya penumpang dan pada pintu
juga dilengkapi dengan alat pengaman.
 Kerangka Sangkar
Kerangka sangkar terbuat dari baja profil (L) siku dengan DIN 1028 sheet
1 dengan kode (L 1,5 x 2 x 2,5 ), bahan ini diambil karena sangat cocok
untuk dipakai pada konstruksi kerangka dan plat dasar. Jenis plat yang
digunakan ada 2 (dua) macam dengan tegangan tarik yang sama sB = 270
– 490 N/mm2 (Elemen Mesin, G. Niemann, Anton Budiman, Bambang
Priambodo, jilid 1, hal 95) yaitu dengan ketebalan:
1. Plat dengan tebal 3 mm (DIN 1623)
2. Plat dengan tebal 5 mm (DIN 1621)
 Alat Penuntun Sangkar Elevator
Sangkar di dalam lorong pada rel penuntun yang terpasang tetap dan
kedua sisi kenderaan pada bagian atas dan bawah di beri dua penuntun
yang sesuai dengan rel.
 Pengimbang Elevator
Digunakan untuk menghilangkan beban pada mesin pengangkat, bobot
sangkar diimbangi dengan beban timbangan yang dihubungkan dengan tali
pada sangkar dengan drum mesin pengangkat, pengimbang terbuat dari
bahan besi cor kelabu, berat bandul sama dengan berat sangkar di tambah
dengan setengah dari berat maksimum.
 Peralatan Penggantung
Digunakan untuk menggantung sangkar dan pengimbang digunakan tali
kawat pintalan sejajar atau silang untuk mengefektifkan penggunaan tali
yang berdiameter lebih kecil, sangkar pengimbang digantung dengan dua,
empat atau enam utas tali. Distribusi beban yang seragam pada semua tali
dengan menggunakan batang silang penggantung jenis tuas seperti gambar
di bawah ini.
 Rem
Semua elevator harus dilengkapi alat pengaman khusus yaitu alat yang
dapat menghentikan sangkar secara otomatis, bila tali putus atau kendur.
 Prinsip Kerja Sepatu Rem
Rem sepatu ganda sering digunakan pada mekanisme pengangkatan
pemindah. Rem digerakkan oleh pemberat G dan dilepaskan dengan
elektromagnet. Akibat pengereman yang permanen hanya bekerja bila
elektromagnet dinyalakan, biasanya rangkaian listrik dibuat saling
mengunci antara motor dan magnet yang secara otomatis menghasilkan
aksi pengereman walaupun berhenti secara mendadak.
 Mesin Pengangkat
Untuk mengangkat sangkar, jenis drum atau roda puli penggerak. Pada
desain dengan drum tali untuk mengulur dan menarik tali yang menahan
sangkar di sambung ke bandul pengimbang dengan menggunakan
elektromotor.
 Sistem Transmisi
Sistem transmisi roda gigi pada perencanaan ini memiliki fungsi untuk
mereduksi putaran dari motor penggerak ke drum, dan pada umumnya
putaran motor yang tersedia tinggi sedangkan putaran yang diinginkan
pada drum lebih lamban sesuai dengan kecepatan angkat yang
direncanakan pada perencanaan transmisi roda gigi ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
• Putaran poros drum
• Ukuran utama roda gigi
• Poros roda gigi
• Bantalan yang digunakan
 Tali
Tali merupakan suatu kumpulan beberapa wayar yang dibentuk atau
dipilin sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tali merupakan alat
yang cukup besar pengaruhnya dalam kegiatan sistim pesawat angkat. Tali
terdiri atas 2 jenis yang kita, kenal pada saat ini yaitu :
a) Tali non metal
Tali non metal adalah tali yang konstruksinya terdiri dari bahan bukan
logam. Dan biasanya tali ini digunakan untuk mesin pengangkat yang
digerakkan oleh tangan karena sifat mekanisnya yang lemah (cepat
aus, kekuatannya rendah, mudah rusak oleh benda tajam). Tali ini
biasanya digunakan untuk mengikat muatan ke pegangan pengangkat
kait dan lainnya.
b) Tali baja
Tali baja digunakan secara luas pada mesin-mesin pengangkat.
Dibandingkan dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan sebagai
berikut:
- lebih ringan
- lebih tahan terhadap sentakan
- operasi tenang walaupun pada kecepatan operasi tinggi
Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan jalinan serat-
serat baja (steel wire), yang terbuat dari kawat baja dengan ultimate
strength sb = 130 ÷ 200 kg/mm2. Mula-mula beberapa serat baja
dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand), kemudian beberapa
strand dijalin pula pada suatu inti (core), sehingga membentuk tali
dengan tipe-tipe sebagai berikut:
• Tipe 6 x 19 + 1 fibre core, artinya sebuah tali baja dengan
konstruksi yang terdiri dari 6 strand dan tiap strand terdiri dari 19
steel wire dengan 1 inti serat.
• Tipe 6 x 37 + 1 fibre core; 6 x 36 + 1; 6 x 41 + 1 dan lain-lain.
Kelebihan steel wire rope dibandingkan dengan rantai adalah:
• Lebih ringan
• Lebih tahan terhadap sentakan, bila beban terbagi rata pada semua
strand.
• Kurang mengalami fatique dan internal wear, sebab wire tidak
mempunyai tendensi untuk menjadi lurus yang selalu
menyebabkan internal stress.
• Kurang mempunyai tendensi untuk berbelit, peletakan yang tenang
pada drum dan cakra, penyambungan yang lebih cepat, mudah
dijepit (clip) atau ditekuk (socket).
• Lebih fleksibel

Perhitungan Daya Tahan (Kekuatan Batas Lelah) Tali


Bermula dari kenyataan bahwa kerusakan tali disebabkan
oleh kelelahan bahan dan setiap tali hanya dapat mengalami
lengkungan dalam jumlah tertentu, para peneliti telah melakukan
percobaan untuk mencari hubungan antara umur tali dengan berbagai
faktor yang menyebabkan keausan dan menentukan jumlah
lengkungan yang telah melampaui batas yang akan terjadi kerusakan
tali dalam setiap kasus.
Metode perhitungan daya tahan tali kawat harus dilakukan
secara ilmiah dan sesempurna mungkin. Prinsipnya harus benar dan
berguna dalam prakteknya. Dalam mendesain peralatan pengangkat,
pendesain harus selalu memperhatikan ketergantungan umur pakai tali
pada ukuran puli atau drum, beban, konstruksi tali dan faktor lainnya.

Metode perhitungan daya tahan tali kawat


Metode perhitungan daya tahan tali kawat yang dijelaskan
berikut dihasilkan oleh penelitian bertahun-tahun yang dilakukan di
Hammer dan Sicle Works. Berbagai konstruksi tali yang berdiameter
dari 3 mm sampai 28 mm diuji dengan tiga buah mesin khusus untuk
dilakukan untuk menentukan metalurgi, produksi, desain dan operasi
yang mempengaruhi kekuatan tali.
 Pulli
Puli terdiri dari logam maupun bukan logam yang berbentuk bundar yang
disebut dengan nama disc, dan pulli ini diberi alur sebagai laluan tali. Pulli
ada 2 macam:
a. Pulli tetap
Pulli tetap terdiri dari sebuah cakra dan seutas tali atau rantai yang
dilingkarkan pada alur di bagian atasnya yang salah satu ujungnya
digantungi dengan beban (Q) sedang ujung yang lain ditahan atau
ditarik ke bawah sehingga dengan demikian beban terangkat ke atas.
b. Pulli tidak tetap
Pulli bergerak mempunyai cakra yang bebas dan porosnya yang bebas
pula. Tali atau rantai dilingkarkan dalam alur pada bagian bawah. Salah
satu ujung tali diikatkan tetap dan ujung lainnya ditahan atau ditarik
pada waktu pengangkatan, beban digantungkan pada kait yang
tergantung pada poros.
 Drum
Drum dalam hal ini berfungsi sebagai tempat gulungan tali ataupun
rantai. Bedanya hanya pada sarang rantai untuk drum dan alur tali untuk
drum tali. Drum rantai digunakan untuk keperluan operasional dari crane-
crane putar yang digerakkan dengan tangan dengan kapasitas angkat 5 ton
dan bahan drum terbuat dari besi tuang. Sedangkan untuk tali terbuat dari
bahan yang licin untuk menggulung tali dalam beberapa gulungan.
Drum pada operasi pengangkatan di pergunakan untuk penggulung
rantai atau puli. Dalam rancangan ini drum yang digunakan adalah drum
tali. Drum tali baja ini dibuat dari yang licin dengan flens yang tinggi
untuk memungkinkan menggulung tali dalam beberapa gulungan. Drum
untuk baja ini terbuat dari bahan besi tuang, jarang dari baja tuang. Kalau
penggerak dengan mesin maka drum dilengkapi dengan alur spiral, maka
oleh sebab itu gulungan tali akan merata dan dapat mengurangi gesekan.

- Metode Pengikatan Tali


Metode berikut digunakan untuk mengikat tali baja ke rangka derek,
lengan crane putar dan bagian lain mekanisme pengangkat. Soket tali
kawat tirus. Tali diikat dengan soket tirus dengan urutan operasi berikut.
1. Ujung kawat tali pertama-tama dililit dengan baik dengan
menggunakan kawat lunak pada titik a dan b yang tergantung pada
panjang soket bajanya. Lilitan pada bagian bawah b harus lebih
lebar dari a.
2. Lilitan pada ujung atas a kemudian dilepas dan untaian tali dibuka.
3. Kawat kemudian diurai dari untaian dan inti raminya dipotong.
4. Kawat kemudian dililitkan pada dua titik dengan ikatan sementara
a’ dan a”.
5. Ujung Tali dimasukkan ke soket, kawat dilengkukkan menjadi
lengkungan dan Timah cair kemudian dituangkan ke dalam soket
tersebut.
6. Tali dilewatkan mengitari baja-baja beralur dan diikat bersama
dengan baji ke dalam soket rata yang sesuai yang terbuat dari baja
tuang. Bahan akan menarik tali ke dalam soket dan akan menambah
daya ikatnya.

- Mata pengikat
Tali dililitkan mengelilingi mata pengikat dan ujung bebasnya
dililitkan dengan bagian utama tali. Panjang lilitan 1 > 15d dan minimum
sepanjang 300 mm. Mode pengikatan seperti ini banyak sekali digunakan.
Di samping dililitkan, mata pengikat dapat dikencangkan dengan memakai
klip khusus bulldog (bull-dog-clip) atau pengapit pada tali kawat. Jumlah
pengapit minimum adalah tiga, buah, menunjukkan tali kawat yang diikat
pada mata pengikat dengan plat dan baut.

- Pengikat Tali Pada Drum


Suatu lubang disediakan pada drum coran untuk tempat ujung dari
tali. Pada lubang bukaan ini dimasukkan pelat b dengan sebuah semat
yang beralur berbentuk setengah lingkaran pada sisi dalam yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan bentuk penampang tali: a. pelat
dijepit dengan dua buah skrup c. Cara pengikatan ini dapat disetel,
sehingga tali dapat diganti dengan cepat. Bila dua utas tali sekaligus
digulung pada drum, proses pengikatan dilakukan dengan dua kali untuk
menjaga keamanan. Pengencangan dengan pasak baja b, tali a dilingkarkan
pada pasak baja b dan dimasukkan kedalam lubang bukaan pada drum.
Lubang ini harus ditiruskan dari kedua sisi ke bagian tengahnya, sehingga
baja tersebut dapat diselipkan dari kedua arah.
Metode pengikatan ini paling banyak digunakan dan sangat mudah
serta dapat diandalkan. Pelat baja disediakan pada sisi dalam drum dan
mempunyai dua alur untuk tempat ujung tali dan ditengahnya terdapat
lubang untuk baut atau pasak benam.

d. Tata Letak Lift (UK) atau Elevator (US)

Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem


transportasi lift adalah sebagai berikut:

1. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.

2. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada
pengguna manula dan atau difabel.

3. Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.

4. Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.

5. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak
terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai
(sistem zona lift). Express lift mem-bypass lantai-lantai bawah dan
langsung berhenti di lantai 16, 17, 18, dst.
6. Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby adalah
lantai lobby di mana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift-
lift lokal yang berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan demikian
kebutuhan ruang core/shaft lift bisa tetap.
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat
sekitar 3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby
sebaiknya tidak lebih dari 3 buah lift agar calon penumpangnya bisa
dengan mudah melihat lift yang terbuka atau tersedia.

e. Sistematik Cara Kerja Rangkaian


Car-lift akan bergerak naik atau turun apabila tombol Car-Call
yaitu tombol yang terdapat pada panel di dalam car ditekan, atau Hall-Call
yaitu tombol panggil car-lift yang terdapat di setiap lantai ditekan. PLC
akan mengeksekusi perintah pemanggilan car-lift setelah mendapatkan
sinyal dari tombol tersebut. Eksekusi ini berupa pergerakan motor utama
untuk menarik car-lift naik-atau turun ( motor utama akan berputar dengan
arah putar searah jarum jam atau sebaliknya ) dengan memperhatikan
prioritas penyelesaian sekuensialnya. Di mana contohnya ketika lift sedang
bergerak naik ke lantai 3 setelah melewati lantai 2, car-lift tidak akan
bergerak turun, namun akan menuju lantai 3 untuk menyelesaikan
sekuensialnya dan kemudian baru akan kembali ke lantai 2.
Dengan adanya dua sisi muka pintu, maka aktifnya pintu mana
yang akan membuka ditentukan oleh di sisi mana tombol ditekan di tiap
lantai. Adapun kekhususan dari program PLC untuk aplikasi elevator ini
adalah:
1.Adanya lampu indicator kondisi Car-Lift saat bergerak ada di posisi
lantai berapa
2.Adanya sensor Infra Red untuk mendeteksi adanya objek yang
menghalangi untuk pintu menutup dengan menggunakan laser.
3.Adanya sensor berat untuk mendeteksi kelebihan beban yang diangkut,
sehingga jika sensor ini aktif, maka elevator tidak akan bisa beroperasi
sebelum beban dikurangi, sensor berat menggunakan 2 buah limit
switch.
4.Adanya limit switch pintu membuka minimal dan maksimal pada
berfungsi untuk mendeteksi pintu dalam keadaan tertutup atau
terbuka.
5.Adanya tombol Emergency Stop untuk kondisi bahaya dan mematikan
system secara keseluruhan.
6.Adanya Car Gong yang berfungsi sebagai indicator kepada penumpang
bahwa lift sudah sampai di lantai yang ditujuh.
7.Adanya Lampu Car yang berfungsi sebagi penerangan di dalam lift.

f. Cara Kerja Elevator/Lift


Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan
pada instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta
elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes,
biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight).
Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara
puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist
ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta
dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak
berayun-ayun.
1. Mesin Lift “Gearless”
Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang
biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta
dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel
listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta.
Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta
sehingga disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan
drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak
gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi
kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan
rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.
2. Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless
Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung
rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke
bagian atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam
sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder
dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli
kembali ke tangki oli.
Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan
ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua
cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor
(energi kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi
sehingga membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial).
Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta
diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi
lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh
katup hidrolik.

g. Standarisasi perhitungan beban elevator ( lift )


Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu
disetiap lantai yang minimal, percepatan yang komfortavel, angkutan
vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai.
Kriteria kualitas pelayanan lift adalah:
1. Waktu menunggu (interval, waiting time)
Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan Negara
dimana gedung itu ada. Orang-orang di kota besat lazimnya kurang sabar
dibanding dengan orang-orang di kota kecil. Untuk proyek-proyek
komersil perkantoran diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik.
Waktu menunggu = waktu perjalanan bolak-balik dibagi jumlah lift.
Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban
puncak saat-saat sibuk, maka untuk proyek-proyek perkantoran yang
beberapa lantainya disewa oleh satu penyewa, jumlah lift totalnya harus
di tambah dengan 20-40 %, sebab sebagian lift di dalam zone yang
disewa satu penyewa tersebut dipakai untuk lalu lintas antar lantai,
sehingga waktu menunggu di lantai dasar dapat memanjang menjadi 90
detik atau lebih. Waktu menunggu juga sangat variable tergantung jenis
gedung.
Contoh-contoh sebagai berikut:
a. Perkantoran........25-45 detik
b. Flat .................50-120 detik
c. Hotel ...............40-70 detik
d. Asrama..............60-80 detik
Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift
ialah kapasitas lift x 1,5 detik per pengunjung.
2. Daya angkut lift (handing capacity)
- Daya muat atau kapasitas , tergantung pabrikan.
– Lazimnya : 5 s.d 20 orang
– Untuk kebutuhan khusus : 50 orang (double deck)
Penentuan kapasitas Lift harus direncanakan dengan
mempertimbangkan kondisi waktu puncak dimana terjadi konsentrasi
penumpang tertinggi. Disarankan,
a. Untuk gedung kecil ~ menengah, kapasitas passanger ≥ 15 penumpang
load kapacity of 1000 kg)
b. Untuk gedung tinggi/hotel, kapasitas passanger passanger ≥ 24
penumpang (load kapacity of 1600 kg)
c. Pintu lift sebaiknya didesain terbuka dari tengah dan ukuran lebar ruang
masuk disarankan selebar mungkin dengan tetap mempertimbangkan
ukuran dimensi kedalaman ruang elevator.
3. Waktu perjalanan bolak-balik lift (round trip time)
Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab perjalanan
lift antar lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi
kemampuan lift itu sendiri dan pada perjalanan lift non stop, kecepatan
kemampuanya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa lantai dulu,
misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6m/detik baru dapat mencapai
kecepatan tersebut setelah bergerak 10 lantai. Dalam praktek, perhitungan
elevator dilakukan oleh supplier lift yang menghitung kebutuhan lift
berdasarkan data-data dari pabrik pembuatnya. Secara pendekatan, yaitu
perjalanan bolak balik lift terdiri dari:
a. Penumpang memasuki lift lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5
detik per orang dan untuk lift dengan kapasitas m orang perlu waktu …..…
1,5 detik
b. Pintu lift menutup kembali…………………… 2 detik
c. Pintu lift membuka di setiap lantai tingkat ……………………. (n-1) 2
detik
d. Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai dalam 1 zone sebanyak
(n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1.5 detik……………………………….. 1,5
detik
e. Pintu lift menutup kembali di setiap lantai tingkat ………………(.n-2) 2
detik
f. Perjalanan bolak-balik dalam 1 zone ……………………………….
detik
g. Pintu membuka di lantai dasar ………………………………………. 2
detik.

4. Perhitungan Kebutuhan Lift


1. Waktu Bolak- balik (T)
T = (2h+ 4S) + (n -1) + S (3m +4)...... (Detik)
2. Jumlah Lift (N)
N = 2 anTP...... (Buah)
3m (200 a” + nTP)
3. waktu menunggu (W)
W = T ……. (Detik)
4.Kapasitas daya angkut (M)
M = 300.m.N ………….(Orang)

Dimana :
T = waktu perjalanan bolak-balik lift (round trip time)
H = tinggi lantai sampai dengan lantai.
S = Kecepatan rata-rata lantai
N = Jumlah lantai dalam 1 zone
M = Kapasitas lantai

h. Kebutuhan ruang mesin lift


Kebutuhan ruang mesin lift disatukan pula dengan kebutuhan
ruang mesin AC, ruang mesin-mesin pompa air, reservoir antara untuk
persediaan air bersih dan lain-lain. Ruang mesin tersebut berupa beton
tulang yang padat dan kokoh yang berfungsi pula sebagai penghadang
menjalarnya kebakaran ke atas. Sedangkan skylobby-skylobby tersebut
terletak di atas ruang-ruang mesin yang kokoh tersebut. Adanya ruang-
ruang mesin antara tersebut juga sangat menghemat energi listrik untuk
pemompaan air bersih, penghawaan mekanis dan AC dan penghematan
rongga-rongga untuk tabung-tabung instalasi listrik, AC maupun
pemipaan. Secara struktural, ruang mesin yang kokoh tersebut, pasti dapat
menambah ketahanan gedung terhadap gaya-gaya horizontal akibat gempa
ataupun angin.

h. Daya Listrik Untuk Lift


Daya listrik yang diperlukan untuk satu kelompok lift sangat
tergantung kapasitas, kecepatan dan jumlah lift. Suatu lift dengan kapasitas
m dan kecepatan s m/detik memerlukan daya :
[E= HP] = 0,75 ms kw.
Sedangkan factor kebutuhan daya untuk suatu kelompok lift adalah :
Jumlah lift
2 3 4 5 6 7 10 15 20 25
Faktor daya
0.85 0.77 0.72 0.67 0.63 0.59 0.52 0.44 0.40 0.35
Contoh :
Lift dengan kapasitas 3500 lb = 1587.6 kg dan kecepatan 3 m/detik
memerlukan daya listrik
HP = 48 HP Untuk 5 lift = 0.67 x 5 x 48 HP = 160 HP
Catatan :
1 orang diperhitungkan 75 kg
Penggunaan daya listrik oleh lift (10 jam/hari):
Kwh = 0.20 x 160 HP x x 10 jam = 240 kwh

i. Beban Panas Ruang Mesin Lift


Beban panas ruang mesin lift maksimum diperhitungkan 1/3 x jumlahHP
dimana satu HP = 2500 Btu ( 1 Btu = 0.25 kalori )
Temperature ruang mesin lift harus dipertahankan antara 60-900 F.
Suatu lift dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2.5 m/detik memerlukan
daya listrik :
HP = 23 HP
( 1 pound = 0.4536 kg : 1 HP = 75 m/detik : 1 HP = 0.746 KVA )
Beban panas = 1/3 x 23 x 2500 Btu = 19.167 Btu

2. Eskalator
a. Riwayat Eskalator
Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan
Otis Elevator Co,yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang
diciptakan dengan menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin
berarti langkah-langkah (step), dengan elevator).
Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator
pertama step type escalator ,untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris
Exibition 1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada
akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910. Eskalator lurus dan
melengkung dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric
Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya
lebih cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara
eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di
Osaka, Jepang pada tahun 1985.

b. Definisi Eskalator
Eskalator adalah tangga berjalan yang terdiri
dari pijakan-pijakanyang pasang pada sabuk
yang beputar secara terus menerus. Eskalator
atau tangga jalan adalah salah satu transportasi
vertikal berupa konveyor untuk mengangkut
orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang
dapat bergerak ke atas dan ke bawah
mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai
yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang
untuk mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang
pendek eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki
yang mana menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di
daerah pusat perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan
fasilitas umum lainnya.
Keuntungan dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas
memindahkan sejumlah orang dalam jumlah besar dan tidak ada interval
waktu tunggu terutama di jam-jam sibuk dan mengarahkan orang ke tempat
tertentu seperti ke pintu keluar, pertemuan khusus, dll.
c. Cara Kerja Eskalator
1. Pendaratan/Landing
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat
dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.
Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga
bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat
berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi
comb plate berada dibawah permukaan cleat.
2. Landasan penopang/Truss
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani
ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada
dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi
dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan
bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya.
Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja.
3. Struktur perletakan Eskalator pada lantai gedung
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk
mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop
tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga
(yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak
tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari
lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari
bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke
dalam landasan penopang.

3. Travelator
Travelator adalah sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung
untuk memindahkan orang / barang dari satu lantai ke satu lantai yang berikutnya.
Escalator diprioritaskan untuk transportasi orang dengan barang bawaan yang
dijinjing sedangkan Travelator untuk transportasi orang dengan barang yang
didalam trolley.
Pemilihan Travelator ditentukan oleh besarnya kapasitas yang diinginkan
karena kecepatannya sudah tertentu, sedangkan faktor lainnya yang juga harus
dipertimbangkan adalah hal sebgai berikut :
- Sudut kemiringan, lebih didasarkan pada keterbatasan perencanaan dan
kenyamanan.
- Tinggi antar lantai, lebih didasarkan pada keputusan perencanaan.
- Sistem operasi, memungkinkan elevator bisa digerakan dengan arah keatas atau
kebawah.
a. Peralatan Utama Dan Fungsi
1. Rangka Konstruksi
-Terbentuk dari batang-batang baja yang dicat tahan karat
2. Exterior Panel
-Bagian bawah dan samping rangka tersebut ditutup dengan lembaran
metal atau non metal mengikuti design interior
3. Mesin Penggerak
-Diletakkan di bagian atas berupa motor listrik 3Ø, transmission reducer
dan rantai penggerak yang memutar tangga.
4. Anak tangga
-Terbuat dari die cast aluminium alloy yang dibentuk dengan alur-alur
khusus.
5. Moving Handrails
- Terbuat dari campuran karet khusus.
6. Balustrade
- Terbuat dari transparant tempered glass
7. Pengaman / Safety
- Current overload, hand rail & Step chain safety Switch
- Emergency stop botton
- Over / under speed control switch

4. Belt Conveyor
Belt conveyor dapat digunakan untuk mengangkut material baik yang
berupa “unit load” atau “bulk material” secara mendatar ataupun miring.Yang
dimaksud dengan “unit load” adalah benda yang biasanya dapat dihitung
jumlahnya satu per satu, misalnya kotak, kantong, balok dll. Sedangkan Bulk
Material adalah material yang berupa butir-butir, bubuk atau serbuk, misalnya
pasir, semen dll.

Belt Konveyor

a. Bagian-Bagian Mesin Belt Konveyor


1. Belt, Berfungsi untuk membawa material yang diangkut.

2. Idler,Berfungsi untuk menahan atau menyangga belt.


Menurut letak dan fungsinya maka idler dibagi menjadi:
 Idler atas yang digunakan untuk menahan belt yang bermuatan.
 Idler penahan yaitu idler yang ditempatkan ditempat pemuatan.
 Idler penengah yaitu yang dipakai untuk menjajaki agar belt tidak
bergeser dari jalur yang seharusnya.
 Idler bawah Idler balik yaitu yang berguna untuk menahan belt kosong.
3. Centering Device, Berfungsi Untuk mencegah agar belt tidak meleset dari
rollernya.

4. Unit Penggerak (drive units)


Pada Belt conveyor tenaga gerak dipindahkan ke belt oleh adanya
gesekan antara belt dengan “plulley” penggerak (drive pully), karena belt
melekat disekeliling pully yang diputar oleh motor.

5. Bending the belt


Alat yang dipergunakan untuk melengkungkan belt adalah
- Pully terakhir atau pertengahan
- Susunan Roller-roller
- Beban dan adanya sifat kelenturan belt.

6. Pengumpan (feeder) adalah alat untuk pemuatan material keatas belt


dengan kecepatan teratur.

7. Trippers adalah alat untuk menumpahkan muatan disuatu tempat tertentu.

8. Pembersih
Belt (belt-cleaner),
yaitu alat yang
dipasang di bagian
ujung bawah belt agar material tidak melekat pada belt balik.
9. Skirt adalah semacam sekat yang dipasang dikiri kanan belt pada tempat
pemuatan (loading point) yang terbuat dari logam atau kayu dan dapat
dipasang tegak atau miring yang gunanya untuk mencegah terjadinya
ceceran.

10. Holdback adalah suatu alat untuk mencegah agar Belt conveyor yang
membawa muatan keatas tidak berputar kembali kebawah jika tenaga
gerak tiba-tiba rusak atau dihentikan.

11. Kerangka (frame) adalah konstruksi baja yang menyangga seluruh susunan
belt conveyor dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga jalannya
belt yang berada diatasnya tidak terganggu.
12. Motor Penggerak, biasanya dipergunakan motor listrik untuk
menggerakkan drive pulley. Tenaga (HP) dari motor harus disesuaikan
dengan keperluan, yaitu:
1) Menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan-gesekan anatara
idler dengan komponen lain.
2) Menggerakkan muatan secara mendatar.
3) Mengankut muatan secara tegak (vertical).
4) Menggerakkan tripper dan perlengkapan lain.
5) Memberikan percepatan pada belt yang bermuatan bila sewaktu-waktu
diperlukan.

b. Prinsip Kerja Konveyor


Prinsip kerja belt conveyor adalah mentransport material yang ada di atas
belt, dimana umpan setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt
berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive / head pulley dengan menggunakan
motor penggerak. Head pulley menarik belt dengan prinsip adanya gesekan antara
permukaan drum dengan belt, sehingga kapasitasnya tergantung gaya gesek
tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat transportasi dalam gedung merupakan sarana yang dimanfaatkan
manusia dalam memperlancar aktifitas dalam hal ini sirkulasi perpindahan. Yang
termasuk dalam transportasi dalam gedung antara lain, tangga yang paling
konvensional, escalator, konveir serta lift.
 Syarat – syarat peletakan tangga
1) Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan
menggunakannya.
2) Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik
turun tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
3) Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya
harus diletakan dekat pintu keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni
lantai atas dapat turun langsung menuju halaman luar.
4) Enam struktur pendukung tangga antara lain, pondasi tangga, ibu tangga,
anak tangga,pegangan tangga, pagar tangga dan bordes.
Macam bentuk dan ragam tangga antara lain tangga lurus, tangga
lengkung, tangga miring atau zig-zag, tangga melingkar serta tangga siku.
Selain tangga permanent, banyak juga yang menggunakan tangga yang
digerakan oleh mesin, disebut, Tangga gerak/ tangga berjalan (Eskalator).
Eskalator bergerak naik atau turun untuk membawa penumpang tanpa harus
melangkah. Eskalator hanya dapat bergerak satu arah saja, naik atau turun.
Apabila menghendaki kedua arah, eskalator dapat dipasangkan secara pararel, satu
untuk naik dan satu untuk turun. Sangat berbahaya bila orang melangkah ke arah
berlawanan dengan arah gerakan tangga ini, karena mudah tergelincir.
Conveyor adalah satu alat angkut untuk orang ataupun barang dalam arah
mendatar (horizontal). Conveyor hampir mirip dengan Eskalator, hanya saja
dipasang dalam keadaan datar ataupun miring pada derajat <10°. Alat ini berupa
suatu plat tempat ijakan yang terpotong- potong dan dihubungkan satu sama lain
dengan rantai dan dinding sebagai alat pegangan. Jarak jangkauan alat ini
tergantung dari kebutuhan dengan lebar untuk dua orang.
Lift dapat dipasang pada bangunan – bangunan yang tingginya lebih dari 4
lantai karena kemampuan orang untuk naik turun menjalankan tugas atau
keperluannya dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
Menurut fungsinya lift dibagi menjadi 5 antara lain :
1. lift penumpang ( passenger elevator ), digunakan untuk mengangkut
manusia,
2. lift barang ( fright elevator ), digunakan untuk mengangkut barang,lift
uang/ makanan (dump waiters ),
3. lift pemadam kebakaran, seringkali lift ini juga difungsikan untuk
mengangkut barang.
4. Lift rumah sakit, digunakan di rumah sakit untuk membawa tempat tidur
pasien, oleh karena itu ukurannya disesuaikan dengan ukuran tempat tidur
standar rumah sakit.
5. Stair lift, untuk membantu orang dengan mobilitas berkurang (orang cacat
dan orang tua) naik dan turun tangga di rumah.

B. Saran
Sarana transportasi dalam gedung sangat diperlukan, apalagi gedung tersebut
merupakan gedung berlantai banyak. Untuk gedung yang terdiri dari empat lantai
keatas ada baiknya menyediakan sarana lift untuk memperlancar aktifitas. Lift
yang menggunakan perletakan mesin di atas ini juga sangat baik untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai