KIMIA
Ketika apa yang kamu inginkan belum tercapai, Tuhan
sedang memberitahumu untuk berusaha lebih lagi
Lanjut ke konten
Beranda
About
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Pada ekstraksi cair – cair, komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan
bantuan pelarut. Pelarut digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam logam. Prose ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
hasil ekstraksi padat dan cair. (anonim, 2011).
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak
mungkin dilakukan, (misalnya karena pembentukan aseotrof atau karena kepekaan terhadap
panas) atau tidak ekonomis seperti ekstraksi padat cair, ekstrasi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif, bahan ekstraksi dengan pelarut dan
pemisahan kedua fase cair itu sempuran mungkin. (anonim, 2011).
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dalam
suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut kedua itu. Perpisahan itu dapat dilakukan dengan
mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Ekstraksi
cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analitik yang dituju dari pengganggu dengan cara
melakukan partisi sampel seperti sampel antara dua pelarut yang tidask saling bercampur.
Salah satu fasenya berupa air dan fase lainya adalah pelarut organik. Selain itu,ekstraksi
pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuanntifikasinya.
Secara umum terdapat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi :
1. Senyawa kimia yang diketahui identifikasinya untuk diekstraksi dari organisme.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu misalnya alkaloid,
meskipun struktur kimia sebenarnya dari senyawa ini bahkan keberadaanya belum diiketahui.
3. Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya dibuat dengan cara,
tradisional Chinese medicine seringkali membutuhkan herba yang didihkan dalam air dan
dekuk dalam air diberikan untuk sebagai obat.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun.(anonim, 2011).
Suatu campuran ephedrine (sebagai garam hidroklorida atau sulfat) dan asam barbiturate
merupakan kombinasi obat yang umum digunakan. Ekstrak eter masing-masing dapat
ditentukan kadarnya menggunakan cara penetapan yang paling mudah dan sesuai untuk
masing-masing zat yang telah dipisahkan. Disini perlu ditetapkan terlebih dahulu koefisien
partisi masing-masing zat untuk menentukan jumlah penyari. (tim dosen, 2011).
B. URAIAN BAHAN
1. Eter (FI Edisi III : 66)
Nama Resmi : AETHER ANASTHETICUS
Nama Lain : Eter anastesi, efoksierana
RM : C4H10O
BM : 74,12
Pemerian : Cairan transparan,tidak berwarna, bau khas, rasa
Manis atau membakar,sangat mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur
dengan etanol (95%) P dengan kloroform P,
minyak lemak, dan minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Anastesi umum.
2. Aquadest (FI Edisi III hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
RM : H2O
BM : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau.
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan, pelarut
3. Asam Klorida (FI Edisi III hal : 53)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
RM : HCl
BM : 36,46
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian air, berasap
dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan
4. Efedrin HCl (FI Edisi III hal : 236)
Nama Resmi : EPHEDRIN HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Efedrin HCl, Efedrina hidroksida
RM : C10H15No, HCl
BM : 201,70
Pemerian : hablur putih, tidak berbau, rasa pahit 14 bagian
Etanol (95%) P praktis tidak larut dalam eter P.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih
Kurang dari 14 bagian Etanol (95%) P praktis tidak
Larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Simpatometikum
5. Indikator PP (FI Edisi III hal : 675)
Nama Resmi : FENOLFTALEIN
Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP
RM : C20H14O4
BM : 318,33
Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah,
tidak bberbau, stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan,indicator
6. Natrium hidroksida (FI Edisi III hal : 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
RM : NaOH
BM : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran massa hablur kering,keping,
keras, rapuh, dan menunjukan susunan hablur
putih.
7. Natrium Klorida (FI Edisi III hal : )
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM : NaCl
BM : 58,44
Pemerian : hablur heksahedral tidakk berwarna, serbuk putih
Tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 28 bagian air dan dalam 2,7 bagian air
Mendidih dan lebih kurang 10 bagian gliserol P,
Sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
K/P :Sumber ion klorida dan ion natrium.
8. Phenobarbital (FI Edisi III hal : 481)
Nama Resmi : PHENOBARBITALUM
Nama Lain : Phenobarbital
RM : C12H12N2O3
BM : 232,24
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa
Agak pahit.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali
hidroksida, dan dalam larutan alkali karbonat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Hipnotikum,sedativum.
9. Etanol (FI Edisi III hal : 63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
RM : C2H6O
BM : 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas.
Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan
pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
B. CARA KERJA
1. Pembuatan fase air
a. Diukur 100 ml aquadest ditambahkan 50 ml NaOH 0,1 N 20g, dimasukkan kedalam
corong pisah kemudian ditambahkan 150 ml eter, dikocok hingga homogeny sampai
terbentuk 2 fase, yaitu fase air ddan fase eter.
b. Dipisahakan antara fase air dan fase eter, fase air diambil sedangkan fase air di buang.
2. Penentuan fase eter dalam menarik ephedrine
a. Ditimbang ephedrin sebanyak 200 mg, dimasukkan kedalam Erlenmeyer
b. Diambil fase air pada fase I sebanyak 50 ml, di masukkan kedalam Erlenmeyer dan
dikocok, kemudian dimasukkan dalam corong pisah.
c. Diukur 50 ml eter dimasukkan kedalam corong pisah dan dikocok perlahan sambil
dikentutkan. Didiamkan hingga fase air dan fase eter terpisah.
d. Fase air diambil dan diuapkan hingga kering, sedangkan fase air dibuang. Fase eter yang
telah dikeringkan ditambahkan 15ml aquadest dan indicator PP lalu dititrasi dengan HCl dan
diamati perubahan warna.
e. Dicatat volume titrasi dan dihitung nilai kp dan % kadar.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan
Perubahan warna
Berat ephedrine HCL Volume titrasi
Pink-bening
200 mg 7,9 ml
2. Perhitungan
Dik:
N. NaCl : 0,1 N
BE HCl : 36,5
V. titrasi : 7,9
Co : 200 mg
Penyelesaian:
C2 : N. Vt. BE
: 0,1. 7,9. 36,5
: 28,83 mg
C1 : C0-C2
: 200-28,83
: 171,17
Kp :
:
: 0.168
%K : 0,168×100%
: 16,8%
3. Reaksi-reaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
HCl + NaCl + H2O NaOH + Cl + H
BAB V
PEMBAHASAN
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu
dengan cara melakukan partisi dengan sampel antara 2 pelarut yang tidak saling bercampur.
Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase lain berupa pelarut organic.
Dalam percobaan ini digunakan sampel ephedrine HCl, percobaan yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kemampuuan eter menarik ephedrin HCl dalam fase air. Dengan
melakukan pemisahan fase air dan fase eter dalam corong pisah, maka fase air akan berada
dibawah dan fase eter dibagian atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis
antara air dan eter. Berat jenis air lebih besar yaitu 0,198-1 g/ml. sedangkan berat jenis eter
0,713-0,716 g/ml.
Dari percobaan dapat diketahui nilai koefisien partisi pada ephedrin HCl yang dilakukan
melalui pencampuran ephedrin HCl kedalam fase air dan eter, ephedrin yang digunakan
sebanyayk 200 mg. yang kemudian diendapkan sampai terjadi pemisahan yang sempurnah.
Endapan yang diperoleh dari hasil pengusapan, residunya ditambahn indicator PP dan
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 sebelumny ditambahkan 15 ml fase air. Dikocok hingga
homogen hingga terjadi pemisahan lalu diuap. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan
warna dari pink ke bening. Adapaun volume titrasi yang diperoleh adalah 7,9 ml, sehingga
diperoleh koefisien partisi ephedrin HCl yaitu 0,168 dan % kadar yaitu 1,68%.
Adapun factor-faktor yang mungkin terjadi pada saat praktikum antara lain:
1. Alat dan bahan yang digunakan telah terkontaminasi dengan zat lain
2. Bahan yang akan atau yang harus digunakan tidak sesuai dengan bahan yang digunakan
pada saat praktikum
3. Kesalahan pada saat penimbangan dan pengukuran bahan
4. Ketidaktelitian pada saat melihat volume titrasi
Fungsi penambahan sampel dalam ekstraksi cair-cair yaitu:
1. Naoh memberi suasana basa
2. Eter untuk mempermudah kelarutan dalam larutan
3. Indicator PP sebagai zat tambah
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Koefisien partisi ephedrin HCl yang diperoleh dari berat ephedrine 200 mg dengan
volume titrasi 22 ml dan 0,168
2. % kadar ephedrine HCl adalah 1.68
3. Eter sukar menarik ephedrin HCl dari air karena Ephedrin HCl praktis tidak larut dalam
air.
4. Berat jenis air lebih besar yaitu 0,198-1 g/ml. sedangkan eter 0,713-0,716 g/ml.
B. Saran
Kami sebagai praktikan mengahrapkan agar alat dan bahan dalam laboratorium lebih
diperlengkap dan juga dibersihkan demi kelancaran praktikum.