Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun jumlah penderita diabetes cenderung meningkat. Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia.
Pada 2006, jumlah penyandang diabetes (diabetasi) di Indonesia mencapai 14
juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar
30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian
epidemiologi, prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3, kecuali di
Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1%.
Penyakit gula atau diabetes melitus (DM) dapat menyerang siapa saja, tua-
muda, kaya-miskin, atau kurus-gemuk. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan,
namun dapat dicegah. Diabetes melitus atau dikenal pula penyakit kencing manis
disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin.
Diabetes Melitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit menahun
(kronis), yang ditandai oleh kadar glukosa (gula) di dalam darah tinggi. Kadar glkosa
darah yang normal pada waktu puasa tidak melebihi 100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan kurang dari 140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan timbulya gejala-gejala seperti : sering kencing, rasa haus dan rasa lapar
yang berlebihan, sering mengalami infeksi, letih lesu, berat badan menurun, dll.
Namun dapat pula terjadi pada beberapa penderita DM yang tidak merasakan
gejala-gejala tersebut diatas dan penyakitnya ditemukan secara kebetulan, misalnya
pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin.Apabila pada seseorang penderita kencing
manis kadar glukosa darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan
timbul komplikasi menahun (kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan
penglihatan bila mengenai sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan
gangguan bila mengenai ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal)
Adapun gambaran luka pada penderita kencing manis dapat berupa: demopati
(kelainan kulit berupa bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis
(peradangan dan infeksi kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval,
kronik, tepi keputihan), osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika
kehitaman dan berbau busuk).
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan medical bedah dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
2) Tujuan Khusus
Diharapakan mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan
diabetes mellitus tipe 2.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah
kesehatan diabetes mellitus tipe 2.
c. Merencanakan diagnosa keperawatn pada klien dengan masalah kesehatan
diabetes mellitus tipe 2.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan
diabetes mellitus.
e. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan diabetes
f. Melakukan evaluasi kepada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
B. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Manifestasi klinis
Pada klien dengan DM Tipe II sering ditemukan gejala-gejala :
a) Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh
b) Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
c) Kesemutan dan baal-baal
d) Lemah tubuh atau cepat lelah
e) Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah
penurunan BB
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II/ NIDDM mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala
apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dan
tes toleransi glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan
mengalami gejala yang sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe
I/ IDDM
D. Patofisiologi
Diabetes Tipe II ini adalah jenis yang paling sering dijumpai.
Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun. Sekitar 90-95 persen penderita
diabetes adalah penderita diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe ini, pancreas
masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinya buruk, tidak dapat
berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukan glukosa ke dalam
sel. Akibatnya, glikosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak pelu
tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat
yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin itu, memlin erlikan
glukosa, memperbaiki pengolahan gula di hat, dan lain-lain. Kemungkinan
lainnya terjadi diabetes tipe 2 adalah bahwa sel-sel jaringan tubuh dan otot
si pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (dinamakan
resistensi insulin atau insuresistence) sehingga glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.keadaan ini
umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas.
(Tandra Hans, 2007)
DM Tipe II adalah hasil interaksi faktor genetik dan keterpaparan
lingkungan.Faktor genetik akan menentukan individu yang suseptibel atau
rentan ke DM. Faktor lingkungan disini berkaitan dengan 2 faktor utama
kegemukan (obesitas) dan kurang aktivitas fisik. Dalam masyarakat,
mereka yang berkelompok risiko DM :
a. Usia > 45 tahun
b. Obesitas
c. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
d. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi > 4000 gram
e. Pernah diabetes sewaktu hamil
f. Riwayat keturunan DM
g. Kolesterol HDL < 35 mg/dl atau tuigliserida > 250 mg/dl

E. Pathways

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria


ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi Kekurangan


volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi


Asidosis Trombosis
Kurang dari kebutuhan
 Koma
Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi
akut dan komplikasi menahun.
1) Komplikasi Metabolik Akut
 Ketoasidosis Diabetik
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis,
peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma
mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis
osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga
hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan
meninggal
 Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan
mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50
mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan
sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik
yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan,
ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah,
lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang,
tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin,
juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-
gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada
akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma
2) Komplikasi Vaskular Jangka PanjanG
 Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit.
Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran
sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan,
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi
jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan
menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul
sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa)
akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa
mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi
penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol
yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-
syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
 Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin
dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan
ini berupa :
 Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular
 Hiperlipoproteinemia
 Kelainan pembekun daraH
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan
mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria
perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika
yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat
mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan
diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa
secara keseluruhan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
C. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
 Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
 Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien)
dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui oral.
 Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
 Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala.
 Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
 Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
 Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
 Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
 Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu
nafas
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
 Pantau masukan dan pengeluaran
 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
 Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
 Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
BB, nadi tidak teratur
 Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
 Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge,
frekuensi ganti balut.
 Kaji tanda vital
 Kaji adanya nyeri
 Lakukan perawatan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami
injury
Intervensi :
 Hindarkan lantai yang licin.
 Gunakan bed yang rendah.
 Orientasikan klien dengan ruangan.
 Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
 Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan
keperawatn agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip
dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, teknik komunikasi teraupetik serta penjalasan untuk setiap
tindakan yang diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap
yaitu independent, dependent, interdependent. Tindakan keperawatan
secara independen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawatn
tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya,
kemudian dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Sedangkan interdependent adalah
tindakan keperawatn yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukah
suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Misalnya tenaga sosial,
ahli gizi dan dokter. Keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam
melaksanakan tindaakn keperawtan yaitu kognitif dan
psikomotor (suprajitno, 2004)
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemingkinan
terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilaksanaakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi yang dilakukan pada
tahap akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuia dengan waktu
yang ada pada tujuan.
Disamping itu juga evaluasi adalah merupakan kegiatan ynag
merupakan kegiatan yang membandingkan antra hasil implemntasi dengan
kriteria standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan. Bila
evaluasi tudak berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana
keperawtan ynag baru.
Evaluasi menggunakan SOAP yang operasional, pengertian S adalah
ungkapan perasaan dan keluhan yang dirsakan secara subjektif oleh
keluarga telah diberikan implementasi keperawatan. O adalah kegiatan
objektif yang dapat diidentifikasi setelah implementasi keperawatan. A
adalah analisis perawatan setelah mengetahui respon subjektif dana
objektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana perawatan klien. P adalah
perencanaan atau planing selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu :
evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak
pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis keperawtan. Akan rencana diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau diberhentikan
(suparjitno, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih
bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta


: Balai Penerbit FKUI, 2002

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DIABETIC MELLITUS DI RUANG IRNA 2
RSUD PATUT PATUH PATJU LOMBOK BARAT
OLEH:

BAIQ NURLAELA SUMAWARDANI


027STYJ18

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telh disetujui oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada
Hari / tanggal:

Bangsal / Ruangan : irna ll RSUD PATUT PATUH PATJU LOMBOK BARAT

MENGETAHUI
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Ernawati S.Kep.,Ners.,M.Kep ) ( Mahendrawati Ningsih


S.Kep.,Ners )

Anda mungkin juga menyukai