Anda di halaman 1dari 21

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
KASUS
IDENTITAS
Nama Lengkap : By. Ny. A Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Temanggung, 11 Oktober 2017 Umur : 14 hari
Nama Ayah : Bp. G Umur Ayah : 33 tahun
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pendidikan Ayah : Tamat PT
Nama Ibu : Ny. A Umur Ibu : 29 tahun
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta Pendidikan Ibu : Tamat SMA
Alamat : Pingit, Ngebong, Primgsurat

Masuk RS. tanggal : 17 Oktober 2017 pukul 10.25 WIB

Preceptor : dr. Yushartiani., Sp.A Ko-asisten: Valdi Muharam K.

I. ANAMNESIS: ALLOANAMNESIS (Ibu, Rekam Medis Pasien)


A. Keluhan Utama: Biru bila menangis
Keluhan Tambahan: Kulit kuning, luka di tali pusat

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Usia 3 Hari / 14 Oktober 2017
 Biru pada bibir dan kuku.
 Keluhan muncul bila pasien menangis.
 Keluhan menghilang jika pasien beristirahat.
 Minum asi sedikit.
Usia 4 Hari / 15 Oktober 2017
 Badan menjadi kuning hingga paha bagian atas
Usia 5 Hari / 16 Oktober 2017
 Muncul luka di tali pusat
Usia 6 Hari / 17 Oktober 2017
 Pasien masuk ke Rumah Sakit pukul 10.25
 Konsul dr Sp.A
o Terapi:
 Inf. Kaen 4A 15 tpm mikro
 Inj. Cefotaxime 2x135 mg IV
 Ursolic pulv 2x15 mg PO
 Cek Billirubin

RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
 Rawat Ruang Perinatologi
 Konsul dr. Sp. BA
 Konsul dr. Sp. JP
Usia 7 Hari / 18 Oktober 2017
 Tangis kuat
 Minum sedikit
 Biru pada bibir dan kuku (+)
 Badan kuning (+)
 Planning Sp. A
o Inf. Kaen 4A 15 tmp mikro
o Inj. Cefotaxime 2 x 135mg IV
o Ursolic pulv 2 x 15 mg PO
o Diet via sonde 10 cc / 2 jam
o Pemeriksaan Babygram
 Hasil konsul dr. Sp. BA
o Rawat luka menggunakan betadine dan kassa
o Inj. Cefotaxime IV dilanjutkan
o Inj. Metronidazole 3x25 mg IV
 Hasil Pemeriksaan Babygram
o Pulmo tak tampak kelainan
o Konfigurasi cor relative membesar dengan bentuk sepatu, curiga TOF
o Trachea dan mediastinum di tengah
o Sistema tulang tak tampak kelainan
Saran:
o Echocardiography
Usia 9 Hari / 20 Oktober 2017
 Tangis kuat (+)
 Badan kuning (+)
 Hasil konsul dr. Sp. BA
o Inj. Cefotaxime Stop
o Inj. Meropenem 20 mg IV / 8 Jam
o Inj. Metronidazole 10 mg IV / 8 Jam

RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Usia 10 Hari / 21 Oktober 2017
 Tangis kuat
 Badan kuning (+) (Kremer 3)
 Biru (+)
 Hasil konsul dr. Sp.JP
o Saran: Echocardiography
Usia 14 Hari / 25 Oktober 2017
 Tangis kuat
 Badan kuning (Kremer 3)
 Biru (+)
 Assesment dr Sp. BA
o Ductus Urachus Persistent
 Planning dr Sp. BA
o Eksisi (Rencana 26 Oktober 2017)
o Cek: DR, Albumin, HbsAg, Anti HIV, CT/BT
o Konsul Anestesi
o Puasa mulai tanggal 26 Oktober 2017 pukul 08.00

C. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal. Alergi/asma disangkal, penyakit
jantung disangkal, Hipertensi (+), Diabetes melitus disangkal.
Kesan : Tidak ada riwayat keluarga yang ditularkan dan yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.

D. Genogram

33 29

6 1,5 0

Pasien
Kesan : Pasien anak ketiga dari pasangan bapak berumur 33 tahun dan ibu berumur 29
tahun.

RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
E. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan:
 Usia ibu 29 tahun, anak ke 3 dari 3 bersaudara, riwayat keguguran (-). Usia
Kehamilan: ± 9 bulan, Kontrol rutin di Sp.OG.
 Keluhan selama hamil : hipertensi (-) diabetes mellitus (-) penyakit jantung
(-) asma (-)
 Konsumsi obat-obatan/jamu selama hamil disangkal.
 Asupan makanan selama hamil tercukupi.
 Pernah infeksi/sakit/mondok selama hamil disangkal.
b. Riwayat Persalinan: Ibu melahirkan secara spontan di bidan praktek mandiri
dengan usia kehamilan ± 9 bulan. BBL: 2600 gram, PB: 50 cm. Keadaan bayi
saat lahir: langsung menangis (+). Pemberian injeksi vitamin K dan tetes mata
antibiotik pada bayi setelah lahir tidak diketahui.
c. Riwayat Paska Persalinan: Keadaan setelah persalinan ibu dan bayi selamat.
Berdasarkan alloanamnesis, bayi langsung menangis. Kulit bayi kuning (-).
Kulit mengelupas (-)
Kesan: Riwayat kehamilan, persalinan dan paska persalinan baik.

2. Riwayat Makanan
 Usia 0 hari – 5 hari: ASI
Kesan: Kuantitas makan anak kurang
 Usia 5 hari – 14 hari: ASI melalui sonde
Kesan : Kuantitas makan anak cukup

3. Riwayat Pertumbuhan
Berat Badan Lahir: 2600 gram
Berat Badan Sekarang: 2750 gram
Kesan : Riwayat pertumbuhan baik.

4. Vaksinasi/imunisasi
Imunisasi dasar Hbo dan Polio (data tidak diketahui)

RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
5. Ekonomi dan Lingkungan
a. Ekonomi
Ayah dan ibu bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan keluarga bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari dan membiayai kebutuhan rumah tangga.
b. Lingkungan
Pasien tinggal di rumah. Lingkungan rumah menurut pengakuan orang tua pasien
bersih. Detil lain lain tidak diketahui
Kesan : Ekonomi cukup dan kondisi lingkungan belum dapat dinilai.

F. Anamnesis Sistem
SSP : Sadar (+), tampak lemah (+), demam (-), kejang (-)
Sistem kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), sianosis (+) bibir dan kuku
Sistem respirasi : Sesak nafas (-)
Sistem gastrointestinal : Muntah (-), BAB (+)
Sistem urogenital : BAK (+), Anus (+)
Sitem integumentum : Pucat (-), ruam (-), Kuning (+) Kremer 3, Luka di tali pusat
(+)
Sistem Muskuloskeletal : Kuku biru (+)

II. PEMERIKSAAN FISIK (Rabu, 25 Oktober 2017 / 12.30)


1. Kesan Umum : Tampak lemah.
- Terpasang O2 Kanul 1 lpm
- Terpasang Inf. Kaen 4A 15 tpm mikro
- Terpasang OGT
- Terpasang kassa betadine di tali pusat (+)
2. Kesadaran : GCS E4V5M6, compos mentis
3. Tanda vital
Nadi : 150 x/menit, regular.
Pernapasan : 36 x/menit, regular.
Suhu : 36,8OC
4. Status Gizi :
a) Klinis : kesan gizi cukup.
b) Antropometris
BB: 2750 gram
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
TB: 50 cm
Z score berdasarkan BB/PB Usia 0-2 Tahun Menurut Gender
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
2,5 2,7 3,0 3,2 3,4 3,7 3,9

Zscore = -2 SD
Interpretasi
< -3 SD Sangat kurus
-3 SD s/d <-2 SD Kurus
-2 SD s/d 1 SD Normal
> 1 SD s/d 2 SD Gemuk
> 2 SD Obesitas

Kesan: Status gizi normal

5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), mata cekung (-/-)
- Hidung : Cuping hidung (+), sekret (-), epistaksis (-)
- Mulut : Bibir kering (-), sianosis (+)
- Tenggorokan: Tidak dilakukan
- Telinga: Auricula external dalam batas normal.
b. Leher
Simetris, pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
c. Thorax
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis terlihat kuat angkat di SIC VI linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising sistolik pulmonal (+)
 Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Fokal fremitus tidak dapat dilakukan

RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler dikedua lapang paru (+/+),
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
d. Abdomen
o Inspeksi : Datar, Omphalitis e.c. Ductus Urachus Persistent
(+), Terpasang kasa betadine
- Auskultasi : Peristaltik (+) normal
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : Supel (+), turgor kulit normal, hepar dan lien tak teraba
e. Ekstremitas
Akral hangat (+/+), edema (-/-), Sianosis (+), Clubbing finger (-)
f. Sitem integumentum
Ikterus (+) Kremer 3
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Lab (25 Oktober 2017)
Darah Lengkap
Hemoglobin : 15,7 g/dL
Hematokrit : 51 %
Jumlah lekosit : 13,7
Jumlah eritrosit : 5,10
Jumlah trombosit : 483 (H)
MCV : 100,2
MCH : 30,8
MCHC : 30,7
Hitung Jenis
Limfosit : 37,1 % (L)
Netrofil : 51,2 % (H)
Kimia Klinik
Albumin : 3,59 (N)
Billirubin Total : 9, 62 (H)
Billirunin Direk : 0,30 (H)
Billirubin Indirek : 9,33 (H)

RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Imunologi
HbsAg : Non Reaktif
Anti HIV : Non Reaktif

Kesimpulan : Darah lengkap didapatkan Hb, angka eritrosit, dalam batas normal dengan
peningkatan jumlah trombosit, netrofil, bilirubin total, direk, dan indirek.

Hasil pemeriksaan Babygram (18 Oktober 2017)


Kesan:
 Pulmo tak tampak kelainan
 Konfigurasi cor relative membesar dengan bentuk sepatu, curiga TOF
 Trachea dan mediastinum di tengah
 Sistema tulang tak tampak kelainan
Saran:
 Echocardiography
IV. RINGKASAN
Simptom Data Lain
Anamnesis, Keluhan Utama: Biru bila menangis
Pemeriksaan Keluhan Tambahan: Kulit kuning, luka di tali
Fisik, dan Terapi pusat

Riwayat Penyakit Sekarang :


Usia 3 Hari / 14 Oktober 2017
 Biru pada bibir dan kuku.
 Keluhan muncul bila pasien menangis.
 Keluhan menghilang jika pasien
beristirahat.
 Minum asi sedikit.
Usia 4 Hari / 15 Oktober 2017
 Badan menjadi kuning hingga paha
bagian atas
Usia 5 Hari / 16 Oktober 2017
 Muncul luka di tali pusat

RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125

Usia 6 Hari / 17 Oktober 2017


 Pasien masuk ke Rumah Sakit pukul
10.25
 Konsul dr Sp.A
o Terapi:
 Inf. Kaen 4A 15 tpm mikro
 Inj. Cefotaxime 2x135 mg IV
 Ursolic pulv 2x15 mg PO
 Cek Billirubin
 Rawat Ruang Perinatologi
 Konsul dr. Sp. BA
 Konsul dr. Sp. JP
Usia 7 Hari / 18 Oktober 2017
 Tangis kuat
 Minum sedikit
 Biru pada bibir dan kuku (+)
 Badan kuning (+)
 Planning Sp. A
o Inf. Kaen 4A 15 tmp mikro
o Inj. Cefotaxime 2 x 135mg IV
o Ursolic pulv 2 x 15 mg PO
o Diet via sonde 10 cc / 2 jam
o Pemeriksaan Babygram
 Hasil konsul dr. Sp. BA
o Rawat luka menggunakan
betadine dan kassa
o Inj. Cefotaxime IV dilanjutkan
o Inj. Metronidazole 3x25 mg IV
 Hasil Pemeriksaan Babygram
o Pulmo tak tampak kelainan
o Konfigurasi cor relative membesar
dengan bentuk sepatu, curiga TOF

RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
o Trachea dan mediastinum di
tengah
o Sistema tulang tak tampak
kelainan
Saran:
o Echocardiography
Usia 9 Hari / 20 Oktober 2017
 Tangis kuat (+)
 Badan kuning (+)
 Hasil konsul dr. Sp. BA
o Inj. Cefotaxime Stop
o Inj. Meropenem 20 mg IV / 8 Jam
o Inj. Metronidazole 10 mg IV / 8 Jam
Usia 10 Hari / 21 Oktober 2017
 Tangis kuat
 Badan kuning (+) (Kremer 3)
 Biru (+)
 Hasil konsul dr. Sp.JP
o Saran: Echocardiography
Usia 14 Hari / 25 Oktober 2017
Hasil Lab
 Tangis kuat
(25 Oktober
 Badan kuning (Kremer 3)
2017)
 Biru (+)
Darah Lengkap
 Assesment dr Sp. BA
HB: 15,7 g/dL
o Ductus Urachus Persistent
HT: 51 %
 Planning dr Sp. BA
AL: 13,7
o Eksisi (Rencana 26 Oktober 2017)
Eritrosit: 5,10
o Cek: DR, Albumin, HbsAg, Anti
AT: 483 (H)
HIV, CT/BT
MCV: 100,2
o Konsul Anestesi
MCH: 30,8
o Puasa mulai tanggal 26 Oktober 2017
MCHC : 30,7
pukul 08.00

RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125

Hitung Jenis
Limfosit: 37,1 %
(L)
Netrofil: 51,2 %
(H)
Kimia Klinik
Albumin: 3,59
(N)
Biltot: 9, 62 (H)
Bil Direk: 0,30
(H)
Bil Indirek: 9,33
(H)
Imunologi
HbsAg : Non
Reaktif
Anti HIV: Non
Reaktif

Pemeriksaan Fisik KU: Tampak lemah, kesan gizi cukup. BB : 2750 gram
25 Oktober 2017 Vital sign : PB: 50 cm
 Nadi: 150 x/menit, regular, ZScore: -2SD
 RR : 35 x/menit, regular.
 Suhu : 36,8OC
Kepala : mata cekung (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), sclera ikterik (+/+), nafas cuping
(+), Bibir sianosis (+)
Thorax : S1-S2 Reguler, Bising sistolik
pulmonal (+)
Abdomen : Ductus Urachus Persistent (+)
Ekstremitas: Sianosis (+) Bibir dan Kuku
Integumen : Ikterus (+) Kremer 3

RM.011.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb,
Penunjang angka eritrosit, dalam batas normal dengan
peningkatan jumlah trombosit, netrofil,
bilirubin total, direk, dan indirek.
Pemeriksaan Babygram
Konfigurasi cor relative membesar dengan
bentuk sepatu, curiga TOF

DD Sianosis
Depresi Sistem Saraf Pusat:
 Asfiksia perinatal
 Intrauterine Fetal Distress
Kelainan Jantung:
 PJB Sianotik: TOF, TGA
Kelainan Paru:
 Hyaline Membrane Disease
 Hernia Diafragmatika
Ikterus
 Breastfeeding Jaunduce
 Breastmilk Jaundice
Ductus Urachus Persistent

 DD: Omphalitis

Diagnosa Tetralogy of Fallot


sementara Breastfeeding Jaundice
Ductus Urachus Persistent

RM.012.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
V. PLANNING
1. Planning Terapi Cairan
Infus KAEN 4A 15 tpm (mikro)
O2 Nasal 1 LPM
2. Planning Medikamentosa
a. Injeksi Cefotaxime 3 x 135 mg IV (Stop tanggal 20 Oktober 2017)
b. Inj. Meropenem 3 x 20 mg IV
c. Inj. Metronidazole 3 x 20 mg IV
d. Inj. Metronidazole 3 x 10 mg IV (Mulai Tanggal 20 Oktober 2017)
e. Ursolic pulv 2 x 15 mg P.O
3. Planning Non Medikamentosa
a. Rawat radiant warmer
b. ASI via OGT 15 cc / 2 Jam
4. Planing Pemeriksaan
a. Echocardiography
5. Planning Monitoring
a. Pengawasan terhadap tanda vital dan keadaan umum
b. Pemantauan terhadap asupan nutrisi dan intake cairan
c. Pemantauan kadar Billirubin
6. Planning Edukasi
a. Memberi edukasi tentang keadaan pasien kepada keluarga.
b. Memberi edukasi tentang pilihan terapi dan prognosis penyakit kepada keluarga
VI. PROGNOSIS
a. Vitam : Dubia ad bonam
b. Sanationam : Dubia ad malam
c. Functionam : Dubia ad malam

Temanggung, November 2017


Preceptor

dr. Yushartiani, Sp.A

RM.013.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125

RM.014.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tifoid adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran.

B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, insidensi demm tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun.
Kejadian demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga yaitu adanya
anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci
tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan dan tidak tersedianya tempat buang air
besar dalam rumah.

C. ETIOLOGI
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Bakteri
ini berbentuk batang, gram negative, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempuyai
flagella. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya demam tifoid, yaitu :
1. Faktor host
Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella typhi. Terjadinya penularan
sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari
penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama dengan urin/tinja.
2. Faktor agent
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Jumlah kuman yang dapat
menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 -109 kuman yang tertelan melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
3. Faktor lingkungan
Demam tifoid dijumpai secara luas di daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas
sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah.

D. PATOGENESIS

RM.015.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang
terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke
dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA)
usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjuutnya ke lamina
propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus, kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke
dalam sirkulasi darah mengakibatkan bekterimia pertama yang asimtomatik dan menyebar
keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel dan selanjutnya masuk
kedalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan
disertai gejala penyakit infeksi sistemik seperyi demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan
sakit perut.

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari. Setelah masa inkubasi maka
ditemukan gejala prodormal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala
kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten
dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu ketiga, suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan saluran pencernaan
Pada mulut terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah
ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati
dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
RM.016.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang
terjadi spoor, koma atau gelisah.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pembiakan kuman atau kultur darah
Merupakan gold standard untuk menegakkan diagnosis demam tifoid. Lebih dari
90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positip dalam minggu pertama. Hasil
ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi
40%. Meskipun demikian kultur darah tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu
90% positif.
b. Uji widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita
demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang
yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid. Antigen yang digunakan pada uij
Widal adalah suspensi Salmonella typhi yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita yang diduga menderita demam tifoid.
Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin
besar pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi
yang aktif, titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan
selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama
2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :
- Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut
- Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah
menderita infeksi
- Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

c. Uji tubex : dapat mendeteksi IgM. Hasil positif menunjukan adanya infeksi terhadap
Salmonella typhi. Antigen yang dipakai pada pemeriksaan ini adalah O9 dan hanya
dijumpai pada salmonella grup D

RM.017.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
d. Uji Typhidot : dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada protein
membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari
setelah infeksi.

F. PENCEGAHAN
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat
dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi
yang dilemahkan. Indikakasi vaksin tergantung pada faktor risiko yang ada yaitu faktor
individual dan populasi
a. Individual : pengunjung ke daerah endemic, orang yang terpapar dengan penderita
demam tifoid karier
b. Populasi : anak usia sekolah di daerah endemic, personil militer, petugas rumahsakit,
laboratorium kesehatan, industry makanan atau minuman,
Jenis vaksin tifoid yang ada di Indonesia, yaitu :
- Vaksin Vi Polisakarida (parenteral)
Diberikan pada anak dengan usia > 2 tahun yang diinjeksikan secara subkutan atau
intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Memberikan efikasi perlindungan sebesar
70-80%.
- Vaksin Ty21a (oral)
Vaksin oral ini tersedia dalam kapsul yang diberikan pada anak usia > 6 tahun,
diberikan 3 dosis masing-masing selang 2 hari. Efektif selama 5 tahun dan
memberikan efikasi perlindungan sebesar 62-82%

Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan


pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dengan cara
budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun, peningkatan higiene makanan
dan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam pengolahan
dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan sampai penyajian untuk
dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan.

2. Pencegahan sekunder
RM.018.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini
dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis demam tifoid
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit
demam tifoid, yaitu :
a. Diagnosis klinik
b. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman
c. Diagnosis serologi

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat
komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya
tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat
terhindar dari infeksi ulang demam tifoid.

G. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini trilogy penatalaksanaan demam tifoid adalah
1. Istirahat dan perawatan
Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi,
terutama perdarahan dan perforasi dan untuk mempercepat penyembuhan. Bila klinis
berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita.
2. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
tifoid karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Diet harus mengandung kalori dan protein
yang cukup. Sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk
penderita tifoid biasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan
parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi penurunan kesadaran
serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
3. Pemberian antimikroba
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid di Indonesia
adalah
a. Kloramfenikol

RM.019.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
Di Indonesia masih merupakan obat pilihan untuk mengobati demam tifoid. Dosis
yang diberikan adalah 4x500 mg/hari dapat diberikan peroral atau intravena.
Diberikan sampai 7 hari bebas panas. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat
menurunkan demam rata-rata 7,2 hari.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis
4x500mg, demam rata-rata menurun pada hari ke 5 sampai ke 6.
c. Ampisilin dan amoksisilin
Efektivitas dalam menurunkan demam lebih rendah dibanding kloramfenikol. Dosis
yang dianjurkan berkisar antara 50-150mg/kgbb selama 2 minggu
d. Sefalosporin generasi ketiga
Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ketiga yang terbukti efektif adalah
ceftriaxon, dosis yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam dextrose 100 cc
diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari selama 3-5 hari.
e. Fluoroquinolon
Norfloksasin dosis 2x400mg/hari selama 14 hari
Ciprofloxacin 2x500mg/hari selama 6 hari
Ofloxacin 2x400/hari selama 7 hari
Levofloksasin 1x500mg/hari selama 5 hari
f. Azitromisin

Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid tanpa komplikasi menurut WHO 2003

Optimal therapy Alternative Effective drugs


Daily Daily
Susceptibility Antibiotic dose Days Antibiotic dose Days
mg/kg mg/kg

RM.020.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2017
PRESENTASI KASUS ANAK NO.RM : 243125
fluoroquinolon 50-70
Fully Kloramfenikol 14-21
e.g ofloxacin / 15 5-7 75-
sensitive Amoxicillin 14
ciprofloxacin 100
Multidrug fluoroquinolon 15 5-7 Azithromysin 8-10 7
resistance cefixime 15-20 7-14 Cefixime 15-20 7-14
Quinolone Azithromysin 8-10 7
Cefixime 20 7-14
resistance Ceftriaxone 75 10-14

RM.021.

Anda mungkin juga menyukai