Anda di halaman 1dari 21

Analisa Kadar Kehilangan Minyak (oil losses) Pada Fiber Hasil Pengepressan

dan Cangkang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang
terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh
Andrian Hallet (Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang kelapa
sawit di Afrika) pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput(Aceh)
dan di Pulau Radja (Asahan). Indonesia dikenal sebagai produsen kelapa sawit. Pada
saat itu, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai170.000 hektar.
Walaupun kelapa sawit bukan tanaman asli tetapi produk olahannya yaitu berupa
minyak kalapa sawit telah menjadi salah satu komuniti perkebunan yang handal.
salah-satu contoh industri minyak kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah PT.
Sarana Prima Multi Niaga Kalimantan Tengah.
PT Sarana Prima Multi Niaga (SPMN), yang berbasis di Kalimantan Tengah,
merupakan anak perusahaan Indonesia dari TSH Resources Berhad. Perusahaan ini
menanam kelapa sawit dan memproduksi minyak kelapa sawit. TSH Resources
Berhad (TSH) adalah perusahaan Malaysia yang juga anggota RSPO.PT. Sarana Prima
Multi Niaga Kalimantan Tengah, telah memproduksi minyak kelapa sawit
Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon. Bunga dan buahnya berupa tandan
dan bercabang banyak. Memilki buah kecil dan apabila matang, akan berwarna merah
kehitaman. Untuk daging buahnya padat serta mengandung minyak. Minyak kelapa
sawit ini digunakan sebagai minyak goreng. Kelapa sawit sendiri dipanen harus
berumur 4 tahun, dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah kematangan
buah. Dalam perkebunan kelapa sawit ada beberapa kriteria buah yang layak untuk
dipanen dan kemudian diolah menjadi minyak goreng.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang
menghasilkan minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak
sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS)
dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi
crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS
tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis,
fisik, dan kimia.
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk
sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa
sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak
CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam
pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan
kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak
semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO
secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses
pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses
yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap
proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap
tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang
ada.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan minyak kelapa sawit maka berimbas pada
biaya produksi.dengan demikian,perlu dilakukannya analisa kehilangan kadar minyak
pada suatu proses minyak kelapa sawit ini. Selain itu, dengan kadar kehilangan
minyak yang tinggi juga akan berdampak terhadap produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu, PT. Sarana Prima Multi Niaga Kalimantan Tengah, di pilih sebagai tempat
Kerja Praktek dengan judul analisa kadar kehilangan minyak (oil losses) pada fiber
hasil pengepressan dan cangkang. Sebagaimana kita ketahui, dalam industri minyak
kelapa sawit menerapkan proses-proses kimia dan unit operasi kimia yang sangat
berkaitan dengan materi kuliah.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa saja yang mempengaruhi hilangnya minyak (oil losses) pada fiber hasil
pengepressan dan cangkang?
2) Berapa kadar kehilangan minyak (oil losses) pada fiber hasil pengepressan
dan cangkang?
1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kerja praktek ini meliputi:


1) Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang
Pabrik Kelapa Sawit PT Sarana Prima Multi Niaga Kalimantan Timur.
2) Mengadakan Komunikasi
Mengadakan komunikasi secara langsung dengan asisten pengendalian mutu,
asisten pengolahan,asisten teknik, mandor, operator, dan karyawan tentang
jalannya proses, baik proses pengolahan TBS (tandan buah segar) menjadi CPO
(crude palm oil) dan kernel, perawatan alat-alat pengolahan dipabrik, pengujian
mutu di laboratorium, administrasi dan organisasi perusahaan.
3) Peninjauan langsung
Melihat langsung keadaan pabrik yang sebenarnya meliputi peralatan, prinsip
kerja, proses pengolahan, sarana pendukung, dan laboratorium yang ada.
4) Pengumpualn Data
Mengumpulkan data-data yang ada dilapangan untuk menunjang penulisan laporan
praktek, baik langsung maupun tidak langsung , tertulis maupun tidak tertulis.
5) Analisa Data
Melakukan analisa data yanng diperoleh berdasarkan teori-teori yang telah
dipelajari selama masa perkuliahan.

6) Evaluasi
Melakukan bentuk analisa akhir yang berbentuk kesimpulan,rekomendasi dan
revisi dari proses dan sistem yang telah dilakukan selama ini.

1.4 Tujuan
1) Mengetahui pengaruh hilangnya minyak (oil losses) pada fiber hasil
pengepressan dan cangkang
2) Menghitung kadar kehilangan minyak (oil losses) pada fiber hasil

pengepressan dan cangkang

1.5 Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan kerja praktek yang dapat dirasakan oleh pihak yang
terkait, antara lain:
1) Bagi mahasiswa
a) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang
Teknik Kimia sehingga dapat menetapkan dan membandingkan antara
ilmu teoritis yang diperoleh dibangku kuliah dengan proses yang terjadi di
industri
b) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang proses pengolahan kelapa sawit.

c) Sebagai latihan bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang


sebenarnya.
2) Bagi perguruan tinggi
1. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa selama kuliah.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan sebagai bahan informasi
untuk mengembangkan kurikulum yang ada.
3) Bagi Perusahaan
a) Merupakan wujud nyata tentang perusahaan dalam mengembangkan
bidang pendidikan.
b) Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri/
perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting
disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan
karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa
sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai
Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan
masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia
akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah
satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia
saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada
tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan
primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri
sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara.
Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah
satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan
penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau
serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).

2.2 Syarat tumbuh kelapa sawit


Penilaian kesesuaian lahan ditunjuk terhahap setiap satuan peta tanah (SPT)
yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik
lingkungan suatu wilayah dirinci kedalam suatu kualitas lahan (land qualities) dan
stiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan atau land
characteristic (Sulistyo dkk, 2010).
Tanaman kelapa sawit memiliki daya adaptasi dan respon yang baik sekali
terhadap kondisi lingkungan hidup, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan.
Tanaman kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi
produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan
faktor fisik utama disamping faktor lainnya seperti genetis, biotis, kultur teknis, atau
tindakan pemeliharaan yang diberikan dan lain – lain (Kurnia dkk,2008).
a. Iklim
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan
tropika basah kawasan khatulistiwa sekitar 120 LU - 120 LS dengan kelas
iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A,
B, dan C menurut sistem klasifikasi Schmidth & Ferguson pada ketinggian
(elevasi) 500 mdpl. Jumlah curah hujan yang baik (optimum) untuk tanaman
kelapa sawit adalah 2.000-2.500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan
agak merata sepanjang tahun. Temperature yang optimal bagi tanaman kelapa
sawit adalah 240-280C, terendah 180C, kelembaban 80% dan penyinaran
matahari 5-7 jam/hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk
membantuk proses penyerbukan. (Lubis, 2008).
Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa
sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi). Elevasi untuk
pengembangan kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut
(dpl). Areal dari ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl tidak disarakan lagi
untuk pengembangan tanaman kelapa sawit.
b. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan
alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah (Vademicum
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit, 2003):
1) Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga efesiensi penyerapan hara tanaman akan lebih
baik.
2) Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20-60 % debu, debu 10-40 % dan
liat 20-50 %.
3) Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan
permeabilitas sedang.
4) pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 – 6,0 namun yang terbaik adalah 5,0
– 6,0. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikan dengan pengapuran,
namun membutuhkan biaya tinggi.
5) Kandungan unsure hara tinggi dengan paremeter sebagai berikut :
 C/N mendekati 10 dengan c = 1 % dan N = 0,1 %.
 Daya tukar Mg = 0,4 – 1,0 me/100gr.
 Daya tukar K = 0,15 – 0,20 me/100gr.
2.3 Pemanenan kelapa sawit
a. Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan
tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman,
panen juga merupakan faktor penting dalam pencapaian produksi. Panen
adalah kegiatan pemotongan tandan buah dari pohon hingga pengangkutan ke
PKS (Fadli et al. 2006). Menurut Fauzi et al. (2012), pelaksanaan panen tidak
secara sembarang, perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab
tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang
tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Menurut Fadli et al. (2006),
keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen seperti: persiapan
panen, kriteria matang panen, cara panen, rotasi panen dan sistem panen serta
sarana panen. Keseluruhan faktor ini saling bersinergi yang tak terpisahkan
satu dengan yang lain.
b. Persiapan panen
Menurut Pahan (2013), persiapan panen yang baik akan menjamin
tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal
yang perlu diperhatikan di dalam mempersiapkan pelaksanaan panen adalah
persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi atau
kapveld panen dan penyediaan alat-alat kerja.
c. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu
pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Parameter yang
digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna
dan brondolan yang lepas dari tandan. Kriteria umum yang banyak digunakan
adalah brondolan yang lepas dari tandan, yaitu 2 brondolan kg-1 untuk
tandan yang memiliki berat >10 kg dan 1 brondolan kg-1 untuk tandan yang
memiliki berat ≤10 kg (Fadli et al. 2006). Menurut Lubis (2008), tingkat
kematangan tandan buah atau dikenal sebagai fraksi ditentukan berdasarkan
kriteria jumlah brondolan lepas (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria tingkat kematangan tandan buah
Fraksi Brondolan lepas dari tandang Kematangan
00 Belum ada Sangat mentah
0 <12.5% brondolan kg-1 TBS Mentah
1 12.5-25.5% buah luar Kurang matang
2 25-50% buah luar Matang
3 50-75% buah luar Matang
4 75-100% buah luar Lewat matang
5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang
Sumber: Lubis (2008)

d. Cara panen
Ada tiga cara panen berdasarkan tinggi tanaman. Cara panen jongkok
digunakan untuk pohon setinggi 2-5 m dengan alat dodos. Cara panen berdiri
digunakan untuk pohon setinggi 5-10 m dengan alat kampak siam. Cara panen
egrek digunakan untuk pohon lebih tinggi dari 10 m dengan alat egrek
(Sunarko 2007). Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun
yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah
gawangan mati. Tandan buah yang matang dipotong dan tangkainya dipotong
rapat ke tandan dengan panjang maksimal 2 cm. Brondolan dikumpulkan
terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur dengan
tanah atau kotoran lain. TBS dan brondolan dikumpulkan di TPH (Fauzi et al.
2012).
e. Rotasi dan sistem ancak panen
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen
terakhir dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen
yang sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari (Fadli et al. 2006).
Menurut Fauzi et al. (2012), ada dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring
dan sistem tetap. Sistem giring adalah perpindahan pemanen dari satu ancak
ke ancak berikutnya apabila suatu ancak panen telah selesai dipanen. Sistem
tetap adalah pemanen diberikan ancak dengan luasan tertentu dan tidak
berpindah-pindah.

2.4 Inti sawit


Bagian yang paling sering digunakan untuk diolah lebih lanjut adalah buah
kelapa sawit. Buah sawit umumnya berukuran 2-5 cm dan beratnya 3-30 g, berwarna
ungu hitam pada saat muda, kemudian menjadi berwarna kuning merah pada saat tua
dan matang (Muchtadi 1992).
Minyak sawit asli (MSA) merupakan minyak yang dihasilkan dari mesokarp
atau daging buah kelapa sawit, sedangkan minyak yang dihasilkan dari inti kelapa
sawit disebut minyak inti sawit (MIS). Perbedaan kedua jenis minyak ini terutama
terletak pada kandungan karotenoid, dimana MSA mengandung pigmen karotenoid
sehingga berwarna jingga-kemerahan, sedangkan MIS tidak mengandung karotenoid
(Muchtadi 1992). Choo et al. (1989) menjelaskan bahwa komponen utama dari MSA
adalah trigliserida (94%), sedangkan sisanya berupa asam lemak bebas (3-5%) dan
komponen minor (1%) yang terdiri atas karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol,
fosfolipid, glikolipid, squalen, gugus hidroksi alifatik, dan elemen sisa lainnya seperti
yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen minor MSA
Komponen minor Konsentrasi (ppm)
Karotenoid 500-700
Tokoferol dan tokotrienol 600-1000
Sterol 326-527
Fosfolipid 5-130
Squalen 200-500
Alkohol alifatik 100-200
Sumber: Choo et al. 1989

Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti
sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang
terkandung didalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau
bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak
dalam inti kering adalah 44-53% (Ardiansyah, 1998).
Minyak inti sawit juga mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada
inti sawit yang pecah dan inti sawit yang berjamur. Factor yang menentukan pada
peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses
pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti
pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme
(jamur) (Ardiansyah, 1998).
Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih
dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan
demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahan hanya 0,5%. Jadi
pembentukan ALB lebih banyak terjadi pada penimbunan, yaitu tempat
penimbunannya lembab. Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan
warna. Minyaknya akan lebih genap dan sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada
pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 1300C. Suhu kerja
maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang
berubah warna. Berondolan dan buah yang lebih tipis cangkangnya adalah yang lebih
peka terhadap suhu tinggi tersebut.

2.5 Minyak sawit


Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida
yaitu gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida
dengan berbagai rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara
14 – 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak inti sawit ditentukan oleh
perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Karena kandungan asam lemak
yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit termaksud
golongan minyak asam oleat-linoleat.
Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung dalam beberapa
minggu sebelum matang. Oleh karena itu penentuan saat panen adalah sangat
menentukan. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan
membrondol (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan tandan biasanya
dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Seminggu sebelum matang
yaitu 19 minggu setelah penyerbukan. Minyak yang terbentuk baru 6-7%.
Kebalikan dari pembentukan adalah penguraian atau hidrolisis lemak menjadi
gliserol dan asam lemak bebas. Proses ini pada buah terjadi sejak mulai terjadinya
buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas hubungannya dengan
pohon. Proses hidrolisis dikatalis oleh enzim lipase yang juga terdapat dalam buah,
tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel dipecahatau rusak
karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik, tergores atau memarkarena
benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan segera
berlangsung dengan cepat. Karena buah kelapa sawit mengandung zat-zat antioksidan
seperti sterol, miyak sawit kasar akan lebih tahan terhadap oksidasi pada waktu
penyimpanan dibandingkan minyak kelapa sawit yang telah dimurnikan. Namun
karena oksidasi dapat dikatalis oleh logam terutama logam tembaga dan besi meka
untuk menghasilkan minyak kelapa sawit dengan tingkat oksidasi rendah supaya
tahan disimpann lebih lama, pada pengolahan dan penyimpanannya agar memakai
logam baja tahan karat atau dilapisi dengan tembaga. Minyak sawit berwarna merah
jingga karena mengandung karoten. Minyak sawit yang bermutu baik adalah yang
mudah dipucatkan, karena pada penggunaannya konsumen menghendaki warna yang
sepucat mungkin agar tidak mempengaruhi warna makanan yang terbuat dari atau
memakai minyak sawit.

2.6 Tandan buah segar


Tanaman yang dikembangkan sekarang adalah hidrida Tenera (Dura x
Psifera). Buahnya mengandung 80% daging buah dan 20% biji yang batok atau
cangkangnya tipis dan menghasilkan minyak 34 – 40% terhadap buah. Buah dura
lebih tipis daging buahnya, tetapi lebih besar intinya. Tanaman pasifera tidak
dikembangkan karena jarang menghasilkan buah. Tanaman kelapa sawit dipanen
sepanjang tahun secara bergiliran. Tiap pohon hanya menghasilkan sekitar 8 – 10
tandan setahun. Jumlah panen setiap bulannya tidaklah sama. Dikenal bulan panen
puncak dan bulan panen rendah.
Panen bulan puncak 1,5 dari panen rata – rata dan 3-4 kali panen bulan
rendah. Semester pertama menghasilkan 40-45% dan semester kedua menghasilkan
55-60%. Selama 6 bulan beradada dibawah rata- rata dan selama 6 bulan di atas rata–
rata. Bagaimana bentuk, susunan, atau komposisi tandan buah segar akan menentukan
bagaimana cara maupun hasil pengolahannya. Komposisinya pertama ditentukan oleh
jenis tanamanya. Kesempurnaan penyerbukan bunganya, dan saat pelaksaan
panennnya. Jenis Tenera adalah hasil persilangan jenis Deli Dura dengan jenis
Psifera. Buah Dura mempunyai daging buah yang tipis dan cangkang yang
tebal.Sedangkan buah Psifera mempunyai daging buah yang sangat tebal dan tidak
mempunyai cangkang.Buah Tenera mempunyai daging buah yang agak tebal dan
cangkang yang tipis. Tandan buah terdiri atas Tandan Buah Kosong (TBK). Ini
adalah bagian yang tersisa setelah buah terpisah dari tandannya, yang dibuang sebagai
limbah. Adakalanya dipakai sebagai penambah bahan bakar. Karena lindak (bulky)
pada umumnya dibakar dalam insinerator untuk memudahkan pembuangannya dan
abunya dipakai sebagai pupuk.
Buah terdiri atas daging buah dan biji di bagian dalamnya. Daging buah
mengandung minyak , air dan serabut dan bahan lain. Kadar minyak dan air
tergantung pada kematangan buahnya, sedangkan tebal daging buah tergantung pada
jenis tanamanya. Bagian luar dari biji adalah cangkang atau batok. Bagian dalamnya
adalah inti yang mengandung minyak, air, protein dan serat. Buah yang tepat matang
akan lepas sendiri dari tandannya. Tidak semua buah dalam satu tandan matang pada
waktu yang sama. Derajat kematangan tandan sering dinyatakan dengan jumlah
buahnya yang telah melepas (memberondol). Demikian pula tidak semua tandan yang
terdapat pada satu pohon sama tuanya, dan tidak pada semua pohon pada waktu yang
sama terdapat tandan yang matang untuk dipanen.
Kriteria matang panen ditentukan sedemikian rupa sehingga tandan yang
belum cukup matang pada suatu hari panen jangan sampai menjadi lewat matang
pada pusingan berikutnya. Pelukaan buah ( buah memar) sedapat mungkin harus
dihindarkan untuk mencegah kadar ALB dalam minyak tidak menjadi terlalu tinggi.
Tandan yang lebih matang akan lebih mudah luka, demikian halnya dengan buah
yang membrondol karena sudah matang dan menjadi lunak. Cara pengangkutan yang
dapat memperkecil jumlah perlakuan (bongkar atau muat) terhadap tandan adalah
cara yang paling baik.
Pembersihan tandan dari bagian yang tidak mengandung minyak seperti
serabut sisa kelopak dan pemotongan sisa gagang yang terlalu panjang juga penting
karena bahan tersebut dapat menyerap minyak. Waktu antara panen dan pengolahan
adalah factor yang penting diperhatikan. Hendaknya tandan selesai diolah dalam
waktu 24 jam setelah dipanen. Pembentukan ALB dalam minyak lebih banyak terjadi
sebelum buah direbus, jadi selama pengangkutan dan penimbunannya
(Mangoensoekarjo,2003).
2.7 Pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi CPO
2.7.1 Perlakuan Pendahuluan
Dalam mempersiapkan TBS untuk pengolahan pada penerimaan dipabrik
terlebih dahulu hasil panen yang masuk ditimbang, kemudian ditimbun untuk
menunggu gilirannya diolah. Pengolahan pertama adalah perebusan. Ini bertujuan
untuk mempersiapkan tandan supaya dapat diolah dengan efisien pada tahap – tahap
perlakuan pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan baik.
Bagaimana akhir hasil pengolahan akan tergantung pada kesempurnaan tahap
perebusan ini.

a) Penerimaan Panen
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di
pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbangan. Jika diangkkut dengan
kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum
pembongkaran dan pemuatannya kedalam keranjang perebusan. Sesudah itu
ditimbang lagi dalam keadaan kosong. Jika pengangkutan dilakukan langsung dalam
keranjang perebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang, sedangkan berat
kosong ditentukan secara berkala saja. (Mulyadi,2011)
Pelantaran tersebut dilengkapi dengan sejumlah ruang timbun, masing –
masing bermuatan sekitar 10 – 12 ton TBS. dengan cara ini pekerjaan bongkar muat
bertambah sekali, berarti perlakuan kasar atau pelukaan buah bertambah. Selain itu
sebagai ruanga lantai timbun dapat dibuat bercelah-celah sehingga sebagian besar
pasir dan sampah yang terikut pada pengangkutan panen dari lapangan dapat terbuang
disini.
b) Perebusan
TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu
untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu yang tinggi
dalam perebusan akan menonaktifkan enzim – enzim lipase dan lipoksidase yang
terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas
dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh kerena itu tandan yang dipanen
harus diusahakan dapat direbus (sterilisasi) secepatnya. Pada tangkai buah terdapat
polisakarida (pati,selulosa) yang bersifat perekat. Polisakarida terhidrolisis menjadi
monosakarida yang mudah larut sehingga buah mudah lepas dari tandannya. Proses
hidrolisis sudah berlangsung sejak buah menjadi matang dan dipercepat sewaktu
perlakuan dengan uap panas.
Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji
sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Pada perebusan terjadi pengeringan
pendahuluan dari inti dan biji mulai lekang dari biji. Pelepsanan uap (penurunan
tekanan) dengan cepat dari rebusan akan menguapkan (flash evoaporation) sebagian
air buah, sehingga buah menjadi lemah dan minyak mudah diperas dari dalamnya
tekanan tersebut kondensat terkumpul dilantai rebusan dibuang terlebih dahulu agar
tidak mengurangi efek flashing.
Rebusan berupa bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah
satu ujungnya. TBS dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya
berforasi untuk penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan diatas lori
yang rendah. Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap keranjang memuat ± 2,5 ton
TBS.
Siklus minimum pada perebusan ± 90 menit dapat diperpanjang tergantung
pada kapasitas perebusan yang dikehendaki. Tetapi yang diperpanjang adalah waktu
pengeluaran atau pemasukan lori saja. Interval antara masing-masing perebusan
tergantung pada jumlah rebusan yang dipakai. Interval adalah siklus dibagi jumlah
rebusan. Suhu maksimum selama 90 menit yang ditentukan adalah 1300C agar jumlah
inti yang berubah warnanya karena suhu tinggi tersebut masih dapat diterima, yaitu
tidak menghasilkan minyak inti sawit yang sukar dipucatkan. Selain itu waktu
minimum pada suhu yang dipilih ditentukan oleh ukuran dan kematangan tandan.
Makin besar dan makin mentah tandannya semakin panjang waktu perebusannya agar
kehilangan buah dalam TBK sekecil-kecilnya.
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Waktu kegiatan dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada tanggal 18 Februari-18

April 2019 di Laboratorium PT. Prima Multi Niaga Palm Oil Mill (Pabrik).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

c) Cawan Porselen & flat beaker

d) Conventional Oven

e) Dessicator

f) Analitical Balance

g) Kertas saring/ kertas filter

h) Extraction Timble & Kapas

i) Soxhelet Extraction Unit (Condenser, Destilation Path, flat bottom flask)

j) Flat Bottom Flask

3.2.2 Bahan

 Hexane
3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Sampel cairan

1) Goncang can/ jerigen berpenutup supaya sampel merata. Tuangkan sample


tadi ke dalam botol plastik 500 ml dan gunakan untuk analisis.
2) Keringkan cawan porselen atau flat beaker dalam conventional oven selama
30 menit pada suhu 103 ± 2º C, kemudian dinginkan dalam desiccator selama
30 menit.
3) Timbang cawan porselen atau flat beaker menggunakan analytical balance –
W1
4) Sampel dalam botol plastik 500 ml digoncang supaya merata. Tuangkan kira-
kira 10 gram sample ke dalam cawan porselen atau flat beaker. Timbang
cawan porselen atau flat beaker yang terdapat sampel itu – W2
5) Keringkan cawan porselen atau flat beaker yang terdapat sampel dalam
conventional oven pada suhu 103 ± 2º C selama 10 jam atau satu malam.
6) Keluarkan cawan porselen atau flat beaker dari oven dan biarkan dingin dalam
desiccator selama 30 menit sebelum timbang – W3
7) Pindahkan sample yang telah dikeringkan ke atas kertas saring – W4.
8) Untuk sampel continuous settling tank (underflow) yang masih berwujud
antara padatan dan minyak dengan gunakan bantuan kaki tiga, corong gelas,
kertas saring- W4 dan flat bottom flask – W6, pindahkan semua sampel yang
dikeringkan dari cawan porselen atau flat beaker ke atas kertas saring yang
dilipat.
9) Minyak disaring dengan kertas saring dan dialirkan ke flat bottom flask.
Gunakan hexane untuk membersihkan cawan porselen atau flat beaker
sampel, spatula dan kertas saring dari sisa minyak.
10) Timbang kertas saring tadi bersama-sama sampel – W5. Hati-hati supaya
sampel tidak bercecer. Lipat kertas saring dalam bentuk kerucut dan
masukkan ke dalam extraction thimble.
11) Masukkan sedikit kapas atau tisu untuk menutup mulut extraction thimble
untuk memastikan tidak ada sampel yang keluar sewaktu pengekstrakkan.
12) Masukkan extraction thimble (sampel) ke dalam destilation path. Tuang kira-
kira 150 ml hexane ke dalam flat bottom flask yang sudah ditimbang kosong –
W6.
13) Pasang destilation path bersampel, flat bottom flask dan condenser menjadi
satu unit soxhlet extraction. Ekstrak selama 4 jam. Atau pengekstrakan
sempurna, warna hexane menjadi jernih.
14) Keluarkan extraction thimble.
15) Suling keluar hexane hingga flat bottom flask tidak lagi terdapat hexane.
16) Keringkan flat bottom flask yang terdapat minyak ke dalam conventional
oven pada suhu 103 ± 2º C dalam waktu 2 ½ jam.
17) Keluarkan flat bottom flask dari oven dan biarkan dingin dalam desiccator
selama 30 menit, kemudian timbang flat bottom flask – W7.

3.3.2 Sampel padatan

a. Sample Press Cake dan Cyclone Fiber


1) Timbang sample kira-kira 1 kg menggunakan Analitical balance – W1.
2) Letakkan sampel ke atas permukaan yang bersih. Sisihkan sampel,
dikelompokkan seperti berikut ini dan timbang setiap kelompok:
a) Broken kernels - W2
b) Whole kernels - W3
c) Broken nuts - W4
d) Whole nuts - W5
e) Shell - W6
3) Fiber yang tinggal, dicampur dan buat sub-sampling menjadi kurang lebih 20
- 50 gram. Jika perlu ratakan sample fibre tadi menggunakan gunting.
4) Kemudian campurkan dan buat sub-sampling menjadi kurang lebih 10 gram.
5) Ulang langkah 6.3.3.1 (ii)
6) Timbang cawan porselen atau flat beaker menggunakan analytical balance –
W7
7) Tuang fibre yang dibuat sub-sampling tadi kira-kira 10 gram ke dalam cawan
porselen atau flat beaker dan timbang – W8
8) Ulang langkah 6.3.3.1 (v dan vi)
9) Setelah cawan porselen atau flat beaker bersampel kering ditimbang, gunakan
kertas saring untuk menutup seluruh mulut cawan porselen atau flat beaker
dan kemudian dibalik supaya sampel yang telah dikeringkan tidak tercecer.
10) Lipat kertas saring dalam bentuk kerucut dan masukkan ke dalam extraction
thimble.
11) Masukkan sedikit kapas atau tisu untuk menutup mulut extraction thimble
untuk memastikan tidak ada sampel yang keluar sewaktu pengekstrakkan.
12) Masukkan extraction thimble (sampel) ke dalam destilation path. Tuang kira-
kira 150 ml hexane ke dalam flat bottom flask yang sudah ditimbang kosong –
W10.
13) Ulang langkah 6.3.3.1 (xiii, xiv, xv dan xvi).
14) Keluarkan flat bottom flask dari oven dan biarkan dingin dalam desiccator
selama 30 menit, kemudian timbang flat bottom flask – W11.

Anda mungkin juga menyukai