Qiah Presentasi Tata Tulis !!!!!!!!
Qiah Presentasi Tata Tulis !!!!!!!!
dan Cangkang
BAB I PENDAHULUAN
6) Evaluasi
Melakukan bentuk analisa akhir yang berbentuk kesimpulan,rekomendasi dan
revisi dari proses dan sistem yang telah dilakukan selama ini.
1.4 Tujuan
1) Mengetahui pengaruh hilangnya minyak (oil losses) pada fiber hasil
pengepressan dan cangkang
2) Menghitung kadar kehilangan minyak (oil losses) pada fiber hasil
1.5 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kerja praktek yang dapat dirasakan oleh pihak yang
terkait, antara lain:
1) Bagi mahasiswa
a) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang
Teknik Kimia sehingga dapat menetapkan dan membandingkan antara
ilmu teoritis yang diperoleh dibangku kuliah dengan proses yang terjadi di
industri
b) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang proses pengolahan kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting
disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan
karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa
sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai
Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan
masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia
akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah
satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia
saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada
tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan
primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri
sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara.
Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah
satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan
penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau
serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
d. Cara panen
Ada tiga cara panen berdasarkan tinggi tanaman. Cara panen jongkok
digunakan untuk pohon setinggi 2-5 m dengan alat dodos. Cara panen berdiri
digunakan untuk pohon setinggi 5-10 m dengan alat kampak siam. Cara panen
egrek digunakan untuk pohon lebih tinggi dari 10 m dengan alat egrek
(Sunarko 2007). Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun
yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah
gawangan mati. Tandan buah yang matang dipotong dan tangkainya dipotong
rapat ke tandan dengan panjang maksimal 2 cm. Brondolan dikumpulkan
terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur dengan
tanah atau kotoran lain. TBS dan brondolan dikumpulkan di TPH (Fauzi et al.
2012).
e. Rotasi dan sistem ancak panen
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen
terakhir dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen
yang sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari (Fadli et al. 2006).
Menurut Fauzi et al. (2012), ada dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring
dan sistem tetap. Sistem giring adalah perpindahan pemanen dari satu ancak
ke ancak berikutnya apabila suatu ancak panen telah selesai dipanen. Sistem
tetap adalah pemanen diberikan ancak dengan luasan tertentu dan tidak
berpindah-pindah.
Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti
sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang
terkandung didalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau
bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak
dalam inti kering adalah 44-53% (Ardiansyah, 1998).
Minyak inti sawit juga mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada
inti sawit yang pecah dan inti sawit yang berjamur. Factor yang menentukan pada
peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses
pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti
pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme
(jamur) (Ardiansyah, 1998).
Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih
dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan
demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahan hanya 0,5%. Jadi
pembentukan ALB lebih banyak terjadi pada penimbunan, yaitu tempat
penimbunannya lembab. Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan
warna. Minyaknya akan lebih genap dan sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada
pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 1300C. Suhu kerja
maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang
berubah warna. Berondolan dan buah yang lebih tipis cangkangnya adalah yang lebih
peka terhadap suhu tinggi tersebut.
a) Penerimaan Panen
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di
pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbangan. Jika diangkkut dengan
kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum
pembongkaran dan pemuatannya kedalam keranjang perebusan. Sesudah itu
ditimbang lagi dalam keadaan kosong. Jika pengangkutan dilakukan langsung dalam
keranjang perebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang, sedangkan berat
kosong ditentukan secara berkala saja. (Mulyadi,2011)
Pelantaran tersebut dilengkapi dengan sejumlah ruang timbun, masing –
masing bermuatan sekitar 10 – 12 ton TBS. dengan cara ini pekerjaan bongkar muat
bertambah sekali, berarti perlakuan kasar atau pelukaan buah bertambah. Selain itu
sebagai ruanga lantai timbun dapat dibuat bercelah-celah sehingga sebagian besar
pasir dan sampah yang terikut pada pengangkutan panen dari lapangan dapat terbuang
disini.
b) Perebusan
TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu
untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu yang tinggi
dalam perebusan akan menonaktifkan enzim – enzim lipase dan lipoksidase yang
terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas
dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh kerena itu tandan yang dipanen
harus diusahakan dapat direbus (sterilisasi) secepatnya. Pada tangkai buah terdapat
polisakarida (pati,selulosa) yang bersifat perekat. Polisakarida terhidrolisis menjadi
monosakarida yang mudah larut sehingga buah mudah lepas dari tandannya. Proses
hidrolisis sudah berlangsung sejak buah menjadi matang dan dipercepat sewaktu
perlakuan dengan uap panas.
Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji
sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Pada perebusan terjadi pengeringan
pendahuluan dari inti dan biji mulai lekang dari biji. Pelepsanan uap (penurunan
tekanan) dengan cepat dari rebusan akan menguapkan (flash evoaporation) sebagian
air buah, sehingga buah menjadi lemah dan minyak mudah diperas dari dalamnya
tekanan tersebut kondensat terkumpul dilantai rebusan dibuang terlebih dahulu agar
tidak mengurangi efek flashing.
Rebusan berupa bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah
satu ujungnya. TBS dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya
berforasi untuk penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan diatas lori
yang rendah. Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap keranjang memuat ± 2,5 ton
TBS.
Siklus minimum pada perebusan ± 90 menit dapat diperpanjang tergantung
pada kapasitas perebusan yang dikehendaki. Tetapi yang diperpanjang adalah waktu
pengeluaran atau pemasukan lori saja. Interval antara masing-masing perebusan
tergantung pada jumlah rebusan yang dipakai. Interval adalah siklus dibagi jumlah
rebusan. Suhu maksimum selama 90 menit yang ditentukan adalah 1300C agar jumlah
inti yang berubah warnanya karena suhu tinggi tersebut masih dapat diterima, yaitu
tidak menghasilkan minyak inti sawit yang sukar dipucatkan. Selain itu waktu
minimum pada suhu yang dipilih ditentukan oleh ukuran dan kematangan tandan.
Makin besar dan makin mentah tandannya semakin panjang waktu perebusannya agar
kehilangan buah dalam TBK sekecil-kecilnya.
BAB III METODE PELAKSANAAN
April 2019 di Laboratorium PT. Prima Multi Niaga Palm Oil Mill (Pabrik).
3.2.1 Alat
d) Conventional Oven
e) Dessicator
f) Analitical Balance
3.2.2 Bahan
Hexane
3.3 Prosedur kerja