nasional Indonesia
Perencanaan
Sejak tahun 1990-an terdapat suatu
kecenderungan baru dalam perencanaan
pembangunan yang lebih berorientasi
kepada pelaksanaannya. Apabila
sebelumnya perencanaan terlalu
menekankan kepada berbagai prinsip
dan teknik perumusan dalam proses
pembangunan maka hal yang harus
diperhatikan juga adalah aspek-aspek
pelaksanaan pembangunan.[2] Misalnya
apakah pembangunan ini telah sesuai
dengan aspek proses perencanaan
pelaksanaannya.
Fungsi Perencanaan
Model
Negara-negara berkembang bukan
sosialis dilihat dari kebijaksanaan
industrialisasi yang mereka anut pada
saat permulaan program pembangunan
umumnya dapat digolongkan dalam dua
kelompok.[4] Kelompok yang pertama
ialah kelompok Negara-negara yang
melaksanakan strategi industrialisasi
subtitusi impor yang berorientasi pada
pemenuhan pasar dalam negeri, dan
kelompok yang kedua adalah kelompok
Negara-negara yang melaksanakan
strategi industrialisasi yang berorientasi
ekspor.[4] Dari kedua model tersebut
maka sistem atau model pembangunan
nasional di Indonesia lebih berorientasi
kepada kelompok yang pertama hal ini
didasari oleh besarnya pasaran dalam
negeri, jika dibandingkan dengan Negara-
negara yang menganut model
industrialisasi yang berorientasi ekspor
seperti Singapura, Korea Selatan dll.[4]
Model Pembangunan
Memasuki PJP II
Berbagai indikator menunjukkan pula
bahwa pada PJP I banyak kemajuan yang
telah dicapai oleh bangsa Indonesia.[1]
yaitu menurunnya tingkat wanita buta
aksara dari 50 persen menjadi 21
persen.[1] Meningkatnya partisipasi
wanita dalam pembangunan dari 32,7
persen menjadi 37,6 persen.[1]
Menurunnya angka kematian bayi dari
tahun-ke tahun.[1] Pembangunan
pendidikan yang cukup meningkat tajam
dinilai dari banyaknya karyawan-
karyawan adalah mereka lulusan dari
universitas-universitas di Indonesia.[1]
Dimensi Akhlak
Akhlak adalah nilai-nilai dasar yang
membimbing seseorang dalam
berperilaku.[1] Seorang dikatakan
berakhlak atau bermoral, apabila
perilakunya mengikuti kaidah-kaidah
kehidupan yang dikehendaki atau
dibenarkan oleh agama, masyarakat, dan
hati nuraninya.[1] Kaidah-kaidah
kehidupan itu berisi tuntunan atau
petunjuk mengenai baik dan buruk.[1]
Transformasi Masyarakat
Indonesia dalam
Pembangunan Jangka
Panjang Tahap Kedua
Indonesia
Dalam PJP II,bangsa Indonesia akan
tumbuh dan berkembang dengan
mengandalkan ada kemampuan dan
kekuatannya sendiri.[1] Dengan demikian,
pada akhir PJP II, bangsa Indonesia
mampu mewujudkan kehidupan yang
sejajar dengan bangsa lain yang telah
maju yaitu sebagai bangsa industri.[1]
Gagalnya Pembangunan di
Era Orde Baru
Kebijakan pemerintah yang bersifat
reaktif dengan menitikberatkan pada
masalah perbankan selama masa kasak-
kusuk mengatasi krisis pada tahun-tahun
pertama pemerintahan turut
memperkuat opini publik bahwa sistem
keuangan dan moneter yang ada telah
menjadi sebab utama membawa
Indonesia masuk ke dalam jurang krisis
yang dalam.[5] Pada Oktober 1988 yang
mendorong ekspansi besar-besaran
bisnis perbankan, namun tidak diimbangi
oleh sistem pengawasasn yang
memadai, hampir semua bank nasional
di Indonesia beroperasi dengan sistem
yang rapuh.[5] Ujung dari kelemahan ini
adalah terjebaknya bank-bank tersebut
ke dalam kesulitan likuiditas menyusul
menumpuknya kredit macet. Situasi
perbankan yang menandai krisis di
Indonesia, pertama-tama berdampak
terhadap dunia bisnis.[5] Kemadetan arus
dan mikro di perusahaan akibat
goncangan di sektor perbankan
mengakibatkan pula pihak swasta
kesulitan memenuhi kewajiban jangka
pendek mereka untuk membayar cicilan
utang kepada lembaga-lembaga
keuangan asing, yang sejak tahun 1994
menjadi salah satu sumber dana bagi
para pengusaha dalam negeri.[5]
Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
aa ab ac Ginandjar Kartasasmita.
1996.Pembangunan Untuk Rakyat.
Jakarta: Cides. Hal
20,21,23,24,65,67,72,73,74,75
2. ^ Bintoro Tjokroamidjojo M.A. 1992.
Perencanaan Pembangunan. Jakarta:Inti
Idayu Press dan Yayasan Masagung. Hal
158
3. ^ a b c Jan Timbargen. 1987.Rencana
Pembangunan. Jakarta: Universitas
Indonesia. Hal 41,42,43
4. ^ a b c Sritua Arief. 1998.Teori Dan
Kebijaksanaan Pembangunan. Jakarta:
Cides. Hal 148,149
5. ^ a b c d Andrinof A. Chaniago. 2001.
Gagalnya Pembangunan. Jakarta: Pustaka
LP3ES. Hal 17,18
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pembangunan_nasional_Indonesia&oldid=1
1847354"