Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN SEMINAR
Disusun Oleh :
NIM : 1422110021
FAKULTAS TEKNIK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
mendapatkan sifat mekanik suatu logam atau paduan sesuai dengan yang
digunakan untuk mendapatkan kualitas baja yang keras dan kuat agar mudah
quenching yang merupakan suatu metode perlakuan panas yang berfungsi untuk
didinginkan melalui media air. Dan juga tempering yang berfungsi untuk
kembali terhadap baja tersebut pada suhu tertentu. Oleh karena itu, penulis ingin
menerapkan proses perlakuan panas tersebut terhadap baja karbon sedang (AISI
1035). Seperti telah diketahui bahwa baja tersebut banyak digunakan di dunia
industri dan untuk menghasilkan suatu produk dengan kualitas yang baik maka
Perlakuan panas yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Normalizing
yang dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap baja karbon AISI 1035
Kemudian akan dilihat sifat mekanik dan struktur mikro yang dihasilkan. Sifat-
sifat tersebut akan digunakan sebagai penilaian terhadap kualitas baja karbon
AISI 1035. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh M.NUR SATRIO
1035 dengan temperatur austenisasi 880 oC, 870 Oc, 860 oC, 850 oC, 840 oC, 830
oC, 820 oC, 810 oC, 800 oC dan holding time selama 5 menit.
yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan ukuran butir diperbesar atau
yang keras disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas
yang tepat, komposisi kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi
Semua dasar proses perlakuan panas baja adalah meliputi transormasi atau
dan sebagainya. Perlakun panas hanya efektif untuk paduan tertentu saja (conto:
Fe-C, aluminium bronze, dan lain-lain), sebab hal ini tergantung dari elemen yang
saling larut satu sama lain secara solid solution (larut padat). Teori perlakuan
panas didassarkan pada prinsip bahwa suatu paduan berubh struktur jika
1.2.Rumusan Masalah
perlakuan panas?
2. Bagaimana pengaruh perlakuan panas dengan Proses Normalizing terhadap
1. Baja yang digunakan pada penelitian ini adalah baja AISI 1035
2. Proses heat treatment dengan suhu pre-heating 600°C dengan waktu tahan 5
menit dilanjutkan hardening 800°C dan 825°C ditahan selama 5 menit kemudian
5. Proses Hardening dilakukan pada suhu 890°C ,880°C, 870°C, 860°C, 850°C,
840°C, 830°C, 820°C, 810°C, 800°C dengan holding time selama 5 menit.
6. Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi kimia, uji kekerasan, struktur
mikro.
1.4.Tujuan Penelitian
mikro.
2. Mengetahui pengaruh besar butir terhadap struktur mikro dan sifat mekanik
dengan persentase media pendingin udara terhadap nilai kekerasan baja AISI
1035.
1.5.Manfaat Penelitian
struktur mikro baja AISI 1035 dari bengkel universitas tridinanti palembang.
produk yang lebih baik kedepannya terutama di dalam industri mesin dan
1.6.SistematikaPenulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini penjelasan secara singkat mengenai latar belakang, rumusan
Pada bab ini berisikan teori yang berhubungan dengan penelitian dan
Pada bab ini dijelaskan rencana skematik mulai dari pemilihan bahan
Pada bab ini di tuliskan data hasil dari pengujian yang telah dilakukan.
Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dari hasil pengujian dan saran yang
TINJAUAN PUSTAKA
Baja adalah salah satu logam ferro yang banyak digunakan dalam
dunia teknik dan industri. Kandungan baja yang utama diantaranya yaitu besi
dan karbon. Baja AISI 1035 terdiri dari kandungan Unsur yang paling
dominan pada kedua jenis baja paduan rendah ini adalah Dengan mengamati
menengah ini total kurang dari 5 %, dan lainnya dengan jumlah yang dibatasi
Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal
sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan dari peralatan
karbon dan unsur paduan lainnya yang divariasikan berbagai jenis kualitas baja
karbon dari paduan yang digunakan. Berikut ini klasifikasi baja berdasarkan
komposisi kimianya:
1. Baja Karbon
Baja karbon terdiri dari besi dan karbon. Oleh karena itu, pada umumnya
0,30%), machine, machinery dan mild steel. Sifatnya mudah ditempah dan
Baja karbon sedang adalah Kekuatan lebih tinggi dari pada baja karbon
perkakas seperti palu, gergaji atau pahat potong. Selain itu, baja jenis ini
Baja paduan didefinisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan satu
vanadium dan wolfram yang berguna untuk memperoleh sifat-sifat baja yang
beberapa unsur yang berbeda memberikan sifat khas dari baja. Misalnya baja yang
dipadu dengan nikel, mangan dan krom akan menghasilkan baja yang mempunyai
sifatkeras dan ulet. Baja paduan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Baja paduan rendah (Low Alloy Steel)
Low alloy steel merupakan baja paduan dengan kadar unsur paduan rendah
daripada baja karbon dengan kadar karbon yang sama atau mempunyai
keuletan lebih tinggi dari pada baja karbon dengan kekuatan yang sama.
Baja jenis ini biasanya digunakan untuk perkakas seperti Crank shaft,
Baja paduan tinggi merupakan baja paduan dengan kadar unsur paduan
lebih dari 10%. Unsur-unsur yang terdapat pada baja jenis ini diantaranya
1. Silikon (Si); (terkandung dalam jumlah kecil didalam semua bahan besi dan
ketahanan panas dan batas kelelahan, suhu pijar pada perlakuan panas,
panas.
regangan.
Baja memiliki dua sifat yang sangat penting untuk dikaji dan dipelajari
yaitu: sifat mekanik dan fisik. Adapun penjelasan mengenai sifat mekanik dan
Sifat mekanik suatu bahan adalah kelakuan dan ketahanan logam terhadap
a. Keuletan (ductility) adalah sifat dari suatu bahan liat yang mempunyai
gaya regangan (tensile strain) relatif besar sampai dengan titik kerusakan
c. Kekuatan tarik (tensile test) adalah kekuatan tarik dari suatu bahan
akhirnya patah.
a. Ferit adalah besi murni (Fe) terletak rapat saling berdekatan tidak teratur,
baik bentuk maupun besarnya. Ferit merupakan bagian baja yang paling
lunak, ferit murni tidak cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja
dari serpihan sementit halus yang saling berdampingan dalam lapisan tipis
mirip lamel.
Sifat fisik suatu bahan adalah sifat yang berhubungan dengan struktur
a. Komposisi kimia
kimia yang terdapat pada logam atau baja dari suatu benda uji, perlu
b. Struktur mikro
bertujuan untuk mengetahui susunan fasa pada suatu benda uji atau
berbagai cara, salah satunya yaitu dengan cara mengamati struktur suatu
dan stereo.
2.5. Baja Karbon AISI 1035
Baja crankshaft, shaft, dan gear merupakan baja karbon AISI 1035 yang
Penggunaan baja AISI 1035 sebagai shaft, crankshafts, dan gear kendaraan untuk
transportasi darat masih relevan eksistensinya yang mana hampir 85% untuk
kendaraan mobil, khususnya truk masih menggunakan model baja paduan rendah
Baja AISI 1035 terdiri dari kandungan Unsur yang paling dominan
pada kedua jenis baja paduan rendah ini adalah Dengan mengamati
menengah ini total kurang dari 5 %, sehingga baja ini digolongkan baja AISI
1035.
dengan jumlah persentase yang dibatasi dan berbeda-beda dan persamaan
terhadap standar internasional Baja AISI 1035-1038 ini terbentuk dari sejumlah
AISI 1035 sangat cocok untuk komponen mesin yang membutuhkan kekuatan
tinggi, mulai dari ukuran kecil hingga besar. Salah satu seri dalam AISI 1035
adalah baja karbon paduan rendah yang dibuat khusus untuk case hardening
dengan kekerasan permukaanyang tinggi dan ketangguhan yang baik pada bagian
inti (terutama pada aplikasi gear). seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dibawah ini.
a. Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi
bahwa beban mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk baja karbon
paduan rendah yang dibuat khusus untuk case hardening dengan kekerasan
permukaan yang tinggi dan ketangguhan yang baik pada bagian inti
b. Keseragaman
Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti halnya pada
a. Biaya Pemeliharaan
terjadi kontak dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara periodik.
b. Fatik
c. Keruntuhan Getas
getas dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis
kekurangan baja sebagai material struktur semoga dapat berguna dan dapat
membantu Anda dalam memahami tentang baja serta lebih mengetahui tentang
Transformasi dari fasa austenit ke ferit terjadi suatu proses pengintian dan
pertumbuhan butir yang dipengaruhi oleh waktu. Karena laju pendinginan yang
begitu cepat, maka atom karbon tersebut terperangkap dalam larutan sehingga
martensit adalah:
1. Proses transformasi terjadi tanpa difusi dan tidak terjadi perubahan komposisi
kimia selama proses berlangsung. Volume yang kecil dari austenit tiba-tiba
temperatur dan tidak tergantung pada waktu, sehingga jumlah dari martensit yang
temperaturnya dibawah Ms, transformasi martensit akan berhenti dan tidak akan
3. Pembentukan dari suatu paduan yang diberikan tidak dapat berubah, dan
diagram ini dapat dipelajari kelakuan baja pada setiap tahap perlakuan panas,
diagram ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan struktur dan sifat
paduan baja paduan rendah, dalam baja terdapat unsur-unsur lain seperti
Chroomium (Cr) Nickel (Ni) dan Molibdenum (Mo). Unsur tersebut ditambahkan
dengan maksud mmperbaiki sifat fisik atau mekanik, namun mungkin pula turut
keseimbangan terpenting untuk memahami awal dari konstitusi dan struktur baja
paduan.
berikut:
1. Chromium
2. Nickel
3. Molibdenum
Ferit merupakan suatu larutan padat karbon dalam struktur besi murni
yang memiliki struktur BCC dengan sifat lunak dan ulet. Karena ferit
memiliki struktur BCC (Body Centered Cubic), larutan padat karbon dan
unsur paduan lainnya pada besi kubus pusat badan (Fe α) disebut ferit.
Ferit terbentuk pada proses pendinginan yang lambat dari austenit baja
hipoeutektoid pada saat mencapai A3. Ferit bersifat sangat lunak, ulet dan
Austenit adalah modifikasi struktur besi murni dengan struktur FCC yang
dapat terisi, dengan kata lain daya larutnya menjadi terbatas sekali.
Struktur austenit berasal dari struktur ferrit yang dipanaskan pada suhu
Perlit
Perlit struktur ini adalah struktur yang terbentuk dari persenyawaan antara
ferrit dan struktur sementit yang seimbang semua struktur ferrit saling
mutiara jika logam ferro mengandung kadar karbon 0,8% maka struktur
logam tersebut terdiri dari 100% pearlit struktur ini jika dipanaskan sampai
Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai
struktur hasil anil karbida tersebut akan berbentuk bulat dan tertanam
dalam matrik ferit yang lunak dan dapat berfungsi sebagai pemotong
pada HSS dan baja Cold- Worked dapat meningkatkan ketahanan aus.
Struktur ini adalah suatu senyawa kimia antara besi (Fe) dengan zat arang
(C) struktur ini dengan rumus kimia Fe3C artinya 3 atom besi mengikat
sebuah atom karbon menjadi sebuah molekul struktur ini sangat keras bila
zat arang pada suatu logam tidak bersenyawa dengan besi disebut zat
Martensit
Martensit adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat
cepat. Jenis fasa martensit tergolong kedalam bentuk struktur kristal BCT.
Pada fase ini terjadi proses difusi hal ini dikarenakan terjadinya pergerakan
atom secara serentak dalam waktu yang sangat cepat sehingga atom yang
tertinggal pada saat terjadi pergeseran akan tetap berada pada larutan
padat.Besi yang berada pada fase martensit akan memiliki sifat yang kuat
dan keras, akan tetapi besi ini juga bersifat getas dan rapuh. Sttruktur ini
berasal dari struktur austenit yang diinginkan secara tepat jikia struktur
perlit, sementit struktur ini sangat keras, kristalnya berbentuk kubus pusat
terdapat didalam diagram diatas akan dijelaskan dibawah ini. Berikut ini adalah
batas-batas temperatur kritis pada diagram Fe-C yang ditampilkan pada Gambar
3.
2. A2 adalah titik Currie (pada temperatur 769°C), dimana sifat magnetik besi
pula dengan naiknya batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
4. Acm adalah temperatur transformasi dari fasa γ menjadi Fe3C (sementit) yang
ditandai pula dengan penurunan batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya
temperatur.
hypereutectoid.
2.8. Prinsip Dasar Perlakuan Panas
Semua dasar proses perlakuan panas baja adalah meliputi transormasi atau
dan sebagainya. Perlakun panas hanya efektif untuk paduan tertentu saja (conto:
Fe-C, aluminium bronze, dan lain-lain), sebab hal ini tergantung dari elemen yang
saling larut satu sama lain secara solid solution (larut padat). Teori perlakuan
panas didassarkan pada prinsip bahwa suatu paduan berubh struktur jika
sifat-sifat mekanis dari logam tersebut perlakuan panas bisa didefinisikan sebagai
ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti
yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat, komposisi kimia
baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia khususnya karbon dapat
1. Full annealing
3. Quenching
lalu didinginkan secara cepat di dalam media pendingin berupa udara, air,
tinggi serta dapat mencapai kekerasan yang maksimum tetapi agak rapuh.
Adanya sifat yang rapuh, maka kita harus mengurangi dengan melakukan
antaralain:
a. Air
Air adalah media yang paling banyak digunakan untuk quenching karena
rumus kimia H2O yang berarti pada setiap molekul air ada dua atom
hidrogen yang terikat dengan atom oksigen. Air membeku pada suhu
273°K = 0°C dan menguap dibawah tekanan normal pada suhu 373°K =
100°C.
benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus digunakan sebagai
bahan pendingin pada proses perlakuan panas dapat juga digunakan oli,
minyak bakar atau solar.Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika
dibandingkan dengan air. Oleh karena itu medium oli tidak menghasilkan
baja yang lunak dan ulet. Oli atau biasa disebut dengan pelumas berfungsi
yang dihasilkan baik dari gesekan atau sumber lain seperti pembakaran
atau kontak dengan zat tinggi. Perubahan suhu dan oksidatif material akan
c. Udara
dari udara.
d. Pasir
dalam austenit dan difusi karbon dan unsur paduannya. Pada baja umumnya perlu
karbida yang belum larut. Baja paduan rendah hq 705 perlu dipanaskan pada
karbida dan lebih homogennya austenit. Waktu pemanasan suhu dapat dilakukan
pada saat suhu dapur atau furnace telah mencapai suhu panas yang dikehendaki
suhu transformasi. Tujuan waktu pemanasan suhu untuk proses tempering adalah
agar struktur mikro yang dicapai setelah proses akan lebih homogen.
1. Baja konstruksi dari baja karbon dan baja paduan rendah yang mengandung
karbida yang mudah larut, biasanya pada baja jenis ini diperlukan holdingtime
yang singkat dan tidak terlalu lama yaitu 5-15 menit setelah suhu pemanasannya
2. Baja konstruksi dari baja paduan menengah, biasanya pada baja jenis ini
disarankan untuk menggunakan holding time 15-25 menit tidak tergantung ukuran
benda kerja.
3. Baja campuran rendah, biasanya pada baja jenis ini diperlukan holding time
yang tepat, agar kekerasan yang diinginkan pada baja tersebut dapat tercapai.
Holding time yang digunakan yaitu 0,5 menit permilimeter tebal benda atau 10
sampai 30 menit.
4. Baja krom campuran tinggi, biasanya pada baja jenis ini diperlukan holding
time yang paling panjang diantara semua baja perkakas dan juga tergantungpada
suhu pemanasannya. Selain itu diperlukan kombinasi suhu dan waktu holding
time yang tepat. Biasanya waktu holding time yang digunakan yaitu 0,5 menit
5. Hot-Work Tool Steel, biasanya pada baja jenis ini mengandung karbida
yangsulit larut dan baru akan larut pada suhu 1000°C. Pada suhu ini kemungkinan
terjadinya pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi
6. Baja kecepatan tinggi, biasanya pada baja jenis ini memerlukan suhu
pemanasan yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 1200-1300°C. Hal tersebut
5. Hardening
mencapai daerah austenit, yaitu kira-kira 30-50°C di atas garis A3 seperti pada
Prinsip kerja dari alat uji struktur mikro (mikroskop optik) ditunjukkan
pada Gambar 10 yaitu berkas horizontal cahaya dari sumber cahaya dipantulkan
akan diperbesar melalui lensa objektif dan okuler yang biasanya digambarkan
pada puncak lensa yang terhubung dengan komputer ketika mengambil foto
logam di mana bentuk kristal logam tergolong halus sehinga diperlukan angka
pembesaran lensa mikroskop antara 50 kali sampai 3000 kali atau lebih dengan
pembebanan dan kedalaman indentasi yang didapatkan dari beban mayor dan
dengan sudut 120° dengan beban minor 10 kg serta beban mayor 150 kg atau
beban awal Fo = 10 kg, beban tambahan F1 = 140 kg, jadi beban total F = 10 +
140= 150 kg. Metode Rockwell sering dipakai karena kemudahannya yaitu dapat
digunakan untuk mengukur benda kerja yang dikeraskan dan mesin uji kekerasan
tanpamenghitung dan mengukur dari benda kerja yang diuji pada penunjuk
HR = E – e .............................................................................. (2.1)
Dimana:
E = Konstanta tergantung dari indentor : skala kekerasan 100 untuk indentor dari
kerucut intan, dan skala kekerasan 130 untuk indentor dari bola baja.
e = Penambahan kedalaman penetrasi dari beban mayor, diukur dalam unit 0,002
mm.
METODOLOGI PENELITIAN
Selatan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: alat pemotong
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: baja paduan rendah,
alkohol, resin, bubuk bakelite, oli, air garam, udara dan 3% HNO3 (nital),
aquades, titania oksida, kertas amplas, pipa pvc dan kain bludru.
Material awal
Proses Normalizing
dengan media Proses Normalizing dengan media
pendinginan pendinginan menggunakan
Menggunakan udara Udara
Analisis :
1. Komposisi
2. Kekerasan
3. Struktur mikro
Kesimpulan
10135 sesuai dengan ukuran sampel yang akan digunakan. Proses selanjutnya
perlakuan panas.
dan tanpa perlakuan. Sampel tanpa perlakuan heat treatment terlebih dahulu
bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat pada sampel
baja AISI 1035 sebelum dan sesudah diberi perlakuan panas.Uji komposisi kimia
adalahsebagai berikut:
a. Memotong sampel baja sesuai dengan bentuk dan ukuran alat analisis
komposisi kimia.
b. Mengampelas sampel dengan kertas amplas dari tingkat yang kasar sampai
paling halus secara berurut yaitu amplas #120, #240, #400, #800, #1000 dan
#1200.
c. Menguji sampel dengan alat uji Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk
melihat komposisi kimia serta unsur-unsur yang terkandung pada baja yang
digunakan.
Rockwell. Analisis kekerasan pada sampel dengan dan tanpa pemberian heat-
serta kekerasan rata-rata dari semua benda uji. Langkah-langkah untuk mengamati
nomor kekerasan atau tingkat kehalusan amplas dari #120, #240 dan #400.
Analisis struktur mikro pada penelitian ini bertujuan untuk melihat struktur
fasa pada suatu benda uji atau sampeldan karakteristik dari material baja pegas
daun yang telah dilakukan proses heat treatment.Salah satu cara mengamati
pada piringan yang berputar pada mesin poles, kemudian kain disemprot/ diberi
(larutan etanol+ asam nitrit) selama 3 detik, setelah itu dibersihkan dengan air dan
pembentuk suatu bahan. Hasil pengujian komposisi baja AISI 1035 pada
dibagi dalam tiga bagian. Baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,30%
disebut baja karbon rendah, baja dengan kadar karbon 0,30% – 0,45% disebut
baja karbon sedang dan baja dengan kadar karbon 0,45% – 0,71% disebut baja
sebagai berikut :
Baja
Unsur yang paling dominan pada kedua jenis baja paduan rendah ini adalah
karbon (C) pada baja karbon menengah ini total kurang dari 5 %, sehingga
yang terbentuk pada baja AISI 1035, dimana pengujian ini dilakukan di
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hampir sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
\
Perlakuan panas dengan temperatur 850°C
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
Pada baja karbon medium, hasil penggambaran sebagai data hamper sama dengan
yang ada di literatur. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%.
Pada gambar mulai terlihat jelas perlit yang berwarna hitam. Terdapat juga fasa a1
adalah reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa γ menjadi α+Fe3C (perlit) untuk baja
hypoeutectoid yang sempat menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium sangat
perlakuan panas.
material
temperatur 890°C.
890°C
3. Kekerasan HRC material pelakuan panas dengan perlakuan di udara
temperatur 880°C.
temperatur 33,9
880°C
temperatur 870°C.
temperatur 30,9
870°C
5. Kekerasan HRC material pelakuan panas dengan perlakuan di udara
temperatur 860°C.
860°C
temperatur 850°C.
850°C
7. Kekerasan HRC material pelakuan panas dengan perlakuan di udara
temperatur 840°C.
840°C
temperatur 830°C.
830°C
9. Kekerasan HRC material pelakuan panas dengan perlakuan di udara
temperatur 820°C.
temperatur
820°C
temperatur 810°C.
temperatur 11,9
810°C
11. Kekerasan HRC material pelakuan panas dengan perlakuan di udara
temperatur 800°C.
temperatur
800°C
3. Grafik batang
Analisa grafik
40
35
30
25
20
KEKERASAN HRC 1
15
KEKERASAN HRC 2
10 KEKERASAN HRC 3
5
0
Material tanpa Material Material Material
perlakuan dengan dengan dengan
panas dengan temperatur temperatur temperatur
temperatur 0 °C 890°C 880°C 870°C
20
15
KEKERASAN HRC 1
10
KEKERASAN HRC 2
5 KEKERASAN HRC 3
0
Material Material Material Material
dengan dengan dengan dengan
temperatur temperatur temperatur temperatur
860°C 850°C 840°C 830°C
14
12
10
8
KEKERASAN HRC 1
6 KEKERASAN HRC 2
KEKERASAN HRC 3
4
0
Material dengan Material dengan Material dengan
temperatur 820°C temperatur 810°C temperatur 800°C
Dengan melihat diagram fasa, kita dapat mengetahui komposisi dari paduan,
proses normalizing baja aisi 1035 dengan proses tanpa perlakuan panas butir-
yang lebih tinggi dan uji ketangguhan setelah proses quench-temper serta
campuran media pendingin yang lebih banyak agar dapat terlihat jelas
Machining: Theory And Applications” John Wiley And Son.Inc, New York.
State Of America
LAMPIRAN