TUMOR MANDIBULA
DISUSUN OLEH :
dr. GERRY PRATAMA
PEMBIMBING :
dr. IBRAHIM IRSAN NST, Sp. THT-KL
Mandibula merupakan bagian dari muka yang ikut menentukan bentuk wajah
seseorang, terutama sepertiga bagian bawah. Selain berfungsi estetik, mandibula berperan
dasar mulut yang berfungsi untuk mengunyah, menelan, bicara dan menguap. Seperti organ
tubuh lainnya, tulang mandibula dapat mengalami kelainan antara lain tumor jinak maupun
ganas. Diantara tumor jinak mandibula yang sering dijumpai adalah ameloblastoma,
sedangkan tumor ganas primer terutama osteosarkoma. Paska reseksi tumor mandibula
deformitas wajah Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel yang besifat infltratif,
tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75 % terjadi akibat adanya
kista folikular.2
BAB II
LAPORAN KASUS
1
Alamat : Batang Gansal
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal MRS : 18 September 2018
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Benjolan pada rahang bagian bawah sebelah kiri
2
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 88x/menit
Suhu : 36,8 oC
Wajah
Inspeksi : Asimetris, terdapat benjolan di rahang bagian bawah
Ukuran : 8 cm x 5,2 cm x 5,1 cm
Palpasi : tidak nyeri tekan, konsistensi keras
Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran limfonodi
3
-
- -
Kelainan
Aurikulakongenital -
-
-
-
-
Tragus sign - -
Retroaurikula -
-
-
-
-
Sikatriks - -
Canalis Kelainan kongenital-
-
Akustikus Kulit
-
Eksternus Sekret -
-
Serumen
- -
Edema
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
Membrana Intak + +
+
Timpani Reflek cahaya
- +
Perforasi
Kolesteatoma
Garputala Rhinne
Weber Tidak diperiksa
Schwabach
Hidung
4
HIDUNG Kanan Kiri
Nyeri tekan :
Tenggorokan
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa mulut Normal
Lidah Normal
Palatum molle Tenang
Gigi geligi Baik
5
Uvula Simetris
Mukosa Merah muda
Permukaan Normal
Tonsil Ukuran T0/T0
Kripta Normal
Detritus -
Mukosa
Faring Granula Tidak diperiksa
Post nasal drip
Epiglotis
Glotis
Laring Tidak diperiksa
Aritenoid
Pita suara
X. RESUME PEMERIKSAAN
Seorang laki-laki usia 18 tahun dengan keluhan benjolan di rahang bagian
bawah sebelah kiri yang timbul sejak 3 tahun SMRS. Awalnya benjolan berukuran
kecil, tetapi lama kelamaan benjolan dirasakan semakin membesar. Benjolan dirasakan
keras seperti tulang dan tidak disertai dengan rasa sakit. Pasien juga mengeluhkan
kesulitan dalam mengunyah yang dirasakan memberat pada saat sedang makan.
6
Pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum composmentis, tampak sakit
sedang, tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan wajah didapatkan : bentuk
asimetris, terdapat benjolan dengan konsistensi keras seperti tulang, nyeri tekan (-).
C. DIAGNOSIS KERJA
Tumor Mandibula Sinistra
D. DIAGNOSIS BANDING
Abses Mandibula Sinistra
E. RENCANA TERAPI
Medikamentosa
IVFD RL 30 tpm
Non Medikamentosa
Puasa dalam persiapan operasi
Surgikal
Eksisi Tumor
F. HASIL PEMERIKSAAN
Darah rutin (19 September 2018)
Hb : 15,6 gr/dl
Leukosit : 7,29 /mm3
Trombosit : 261.000/mm3
Ht : 44,15 vol%
CT Scan Pasien
7
Kesan :
- Lesi groundglass, expansile dengan zona transtitional sempit dengan ukuran ± 5,4
cm x 5,2 cm x 5,1 cm di os mandibula kiri dengan melibatkan foramen alveolar
suggestive suatu Fibrous Dysplasia Mandibula kiri.
H. FOLLOW UP
Tanggal 20 September 2018
S: Demam (-)
Nyeri (+)
O: KU: tampak sakit sedang
Kesadaran: komposmentis
TD : 110/80
RR : 22 x/menit
Nadi : 70 x/menit, regular
T : 36,8 0C
A: Post op Ekisi tumor
P: IVFD RL 30 tetes/menit
Inj. Cefotaxim 2 gr / 12 jam
Inj. Transamin 500 mg / 8 jam
8
Inj. Ketorolac 1 gr / 8 jam
Post Op
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat
bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut.
Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan
sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada perkembangannya tulang ini
terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental,
persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus
yang letaknya horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menonjol ke muka serta
11
mempunyai dua buah cabang yang menonjol ke atas dari ujung posterior korpus (gambar
1).1
Bagian – bagian mandibula, yaitu :
A. Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu linea
oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke
muka serta berakhir pada tuberkulum mentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga
foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis menti yang merupakan
rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari
2) Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea
milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah dan ke
muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus
(gambar 2).
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :1,2
1) Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing –
masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi
premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk –
lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar
corpus mandibula.
2) Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir
bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga,
di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan
oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter
12
anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan
dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter.
2) Permukaan internus (medialis)
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari
kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya.
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :
Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di
glandula parotis.
Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama –
bawah wajah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan adanya temporo
mandibula joint dan disangga oleh otot-otot pengunyahan. Mandibula terdiri dari
korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang ramus. Korpus mandibula bertemu
dengan ramus masing-masing sisi pada angulus mandibula. Pada permukaan luar
digaris tengah korpus mandibula terdapat sebuah rigi yang menunjukkan garis fusi
Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale, dan bercabang menjadi 3 percabangan
13
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
14
Gambar 4
Nervus yang berada di wajah pada pandangan lateral
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau neoplasma dapat didefinisikan
sebagai suatu pertumbuhan jaringan di dalam dan di sekitar rongga mulut yang
pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut
dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut, palatum, lidah, dan didalam tulang
rahang.Jaringannya dapat terdiri dari jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan
kanker). Tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna atau kanker) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Pertumbuhannya ekspansif
jaringan sehat yang terdesak membentuk simpai atau kapsul dari tumor, maka
dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsul. Karena tidak ada
sehingga tidak ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.
c. Tidak bermetastase
15
Tumor jinak biasanya tidak dapat bermetatase sehingga tumor jinak tidak
Dengan pertumbuhan yang lambat tumor tidak cepat membesar dan dari
Tumor jinak tidak membahayakan atau mengancam jiwa, namun bila tumor
tersebut tumbuh didaerah vital maka tumor tersebut dapat mengancam jiwa.
a. Pertumbuhan infiltratif
jaringan sehat sekitarnya, menyerupai jari kepiting sehingga disebut kanker. Karena
b. Residif
Tumor ganas sering tumbuh kembali (residif) setelah diangkat atau diberi
pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang
sama.
c. Metastase
sebar ditempat lain melalui peredaran darah ataupun cairan getah bening.
16
d. Pertumbuhan yang cepat
mitosis normal (bipolar) maupun abnormal (atipik). Sebuah sel membelah menjadi
dua dengan membentuk bipolar spindle.Pada tumor yang ganas terjadi pembelahan
multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau
mandibula dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia dan
virus. Trauma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya trauma.
Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang
yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan tumor.
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya tumor ini. Ada dugaan lain bahwa penggunaan
mandibula. Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan tumor baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma
17
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel dari enamel
organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai
pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan
dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai
retikulum stelata.
Terlihat sisa-sisa epitel Malassez yang biasanya terdapat pada membran periodontal
dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan
kebiasaan buruk seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, obesitas, faktor usia, faktor
genetik, terkena paparan sinar matahari atau ultraviolet dan polusi udara.
3.4 Klasifikasi
18
Ameloblastic fibroma
Ameloblastic fibro
odontoma
Complex odontoma
Compound odontoma
Mesenkim dan atau
ektomesenkim odontogenik
dengan atau epitel
odontogenik
Odontogenic myxoma
Cementoblastoma
Adanya lesi pada tulang
ossifying fibroma
fibrous dysplasia
osseus dysplasia
Fibrous dysplasia merupakan suatu kondisi patologis jinak pada tulang dan sering
dijumpai pada berbagai jenis tulang. Pada kebanyakan kasus, lesi ini sering dijumpai pada
masa anak-anak dan dewasa muda tetapi jarang mendapat perhatian sampai kemudian
pasien menyadarinya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan lesi yang berjalan lambat
dan tanpa keluhan. Pada tahun 1938 Lichenstein memperkenalkan istilah fibrous dysplasia
dan menemukan bahwa fibrous dysplasia dapat terjadi pada satu atau beberapa tulang1.
hanya melibatkan satu bagian tunggal tulang. Kelainan ini dimulai pada masa anak-anak
kemudian mengalami pertambahan ossifikasi dan tertahan pada masa dewasa, lebih dari
80% kasus yang ada merupakan kasus monostotik fibrous dysplasia. Monostotik fibrous
dysplasia secara umum menunjukkan distribusi yang sama pada kedua jenis kelamin laki-
laki atau perempuan. Monostotik fibrous dysplasia meskipun tidak begitu parah
dokter karena sering dijumpai1. Fibrous dysplasia dapat juga merupakan komplikasi dari
19
fraktur yang patologis dan oleh akibat suatu degenerasi maligna. Selain itu, penyakit ini
3.4.2 ANATOMI
Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan,
ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang dan tulang
ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita
dapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula. Tulang
pendek meliputi tulang clavicula, metacarpal dan metatarsal. Tulang pipih terdapat pada
tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital. Tulang tidak teratur
Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang
terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian
internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah tulang
panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang4,5.
3.4.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit fibrous dysplasia tidak mempunyai predileksi ras yang spesifik, dapat
mengenai semua ras manusia. Angka kejadian pada laki-laki dan perempuan adalah sama.
Manifestasi awal dari fibrous dysplasia seringnya ditemukan pada usia 3-15 tahun. Dua
per tiga pasien dengan tipe poliostotik tidak bergejala sebelum usia 10 tahun. Pada tipe
20
3.4.4 ETIOLOGI
Etiologi fibrous dysplasia belum jelas diketahui, namun dari beberapa literatur
menjelaskan bahwa lesi fibrous dysplasia sebagai pertumbuhan yang abnormal dan
merupakan penyakit asimptomatik yang dijumpai secara tidak sengaja pada suatu
diketahui, penyakit ini tidak tampak seperti penyakit turunan, meskipun telah dilaporkan
mempengaruhi kembar monozygot. Cardona (1998), penyakit dengan etiologi yang tidak
diketahui secara umum didiagnosis pada masa anak-anak dan atau remaja. Joseph dan
James (1989) mengemukakan bahwa fibrous dysplasia disebabkan adanya suatu reaksi
struktur kimia protein tulang yang mengakibatkan pembesaran sel-sel yang menghasilkan
jaringan fibrous. Kelainan kimiawi tersebut terjadi karena mutasi struktur gen yang
berarti individu-individu yang menderita penyakit ini mungkin mengidapnya sejak mereka
lahir1,2,7.
3.4.5 Klasifikasi
Sejak istilah fibrous dysplasia diperkenalkan pertama kali oleh Lichtenstein tahun
1938, banyak perkembangan klasifikasi berdasarkan kondisi dari penyakit ini, tetapi
diklasifikasikan berdasarkan jumlah tulang yang terlibat. Fibrous dysplasia bisa muncul
hanya pada satu tulang saja (monostotik dysplasia) ataupun pada beberapa tulang
21
Secara umum klasifikasi dari fibrous dysplasia dipakai dengan istilah monoostik
dan poliostotik sebagai bentuk fibrous dysplasia yang berarti melibatkan satu atau lebih
tulang. Ada juga yang membagi klasifikasinya menjadi 3 kategori utama yaitu:
Monoostotik (yang sering dijumpai), Poliostotik dan Sindrom Albright’s. Sedangkan Shafer
membagi poliostotik fibrous dysplasia atas 2 tipe yaitu: (1) Fibrous dysplasia yang meliputi
beberapa tulang tetapi kerangka masih normal dan disertai adanya lesi pigmentasi pada
kulit (café-au-lai-spot) yang disebut dengan tipe Jaffe (2) Fibrous dysplasia yang meliputi
seluruh bagian tulang kerangka dan disamping adanya lesi pigmentasi pada kulit juga
disetai adanya gangguan kelenjar endokrin yang disebut sebagai sindrome McCune-
Albright’s1,2,6,7.
Tipe monoostotik
Kira-kira 70-80% fibrous dysplasia adalah monoostotik. Tipe ini sering terjadi
pada tulang iga (28%), femur (23%), tibia atau tulang craniofacial (10-25%), selebihnya
pada humerus dan vertebra. Tipe ini dapat timbul dengan gejala nyeri atau fraktur
patologis pada pasien dengan usia 10-70 tahun, tetapi tipe ini sering terjadi pada usia 20-
30 tahun. Derajat deformitas tulang tipe monoostotik lebih ringan dari pada tipe
poliostotik1,7.
Tipe poliostotik
Kira-kira 20-30% dari fibrous dysplasia adalah tipe polioostotik. Fibrous dysplasia
tipe poliostotik sering melibatkan tulang kepala dan wajah, pelvis, vertebra dan sendi bahu.
Lokasi keterlibatan pada femur (91%), tibia (81%), pelvis (78%), costa , tulang kepala dan
tulang wajah (50%), serta pada ekstremitas atas, vertebra lumbal, clavicula dan vertebra
cervicaldengan frekuensi yang rendah. Dysplasia dapat unilateral dan bilateral dan dapat
mengenai beberapa tulang pada ekstremitas tunggal atau kedua ekstremitas tanpa atau
dengan keterlibatan tulang axial. Walaupun variasi poliostotik cenderung dengan distribusi
22
unilateral, keterlibatannya dapat asimetris dan ke semua tulang ketika penyakit ini
bilateral1,7.
3.4.6 PATOFISIOLOGI
Fibrous dysplasia merupakan abnormalitas tulang yang biasa timbul pada usia
Kelainan ini merupakan penyakit tulang dimana lapisan terluar dari tulang menjadi tipis
dan bagian dalam sumsum tulang digantikan jaringan fibrous yang berpasir yang terdiri
Pada fibrous dysplasia terjadi dysplasia jaringan akut fibrosa yang mengandung
trabekula tulang dengan karakteristik seperti pusaran dari sel spindel, fokal kalsifikasi dari
woven bone. Gambaran ini disebut Chinese Character.Pada tulang yang telah matang
terlihat serat kolagen yang terangkai seperti selendang yang disebut lamellae.
Pada fibrous dysplasia, tulang bagian medulla digantikan oleh jaringan fibrosa,
dimana akan tampak radiolusen pada pemeriksaan rontgen. Trabekula dari woven bone
mengandung kista terisi cairan yang ditempeli matriks jaringan ikat kolagen , yang akan
Penyakit ini umumnya jelas kelihatan pada masa kanak-kanak , bisa muncul
hanya pada satu tulang saja (monostotik dysplasia) ataupun pada beberapa tulang
(poliostotik fibrous dysplasia). Selanjutnya sering ditemukan saat terjadinya fraktur tulang
akibat trauma minor. Sayangnya , fraktur yang diakibatkan oleh tulang yang dysplasia
tidak dapat sembuh secara sempurna jika jaringan fibrous ini tidak diatasi secara
operasional. Kelainan yang terjadi merupakan tumor tulang benigna yang akan terus
23
perkembangan abnormalitas ini akan terhenti, tetapi penderita akan memiliki satu atau
3.4.7 HISTOLOGI
fibrous yang mengandung tulang dan trabekula yang metaplasia. Jaringan fibrous dysplasia
banyak yang mengandung sel-sel dan memperlihatkan bentuk lingkaran yang berisi jalinan
berkas kolagen yang tebal. Secara tipikal, trabekula tulang yang baru terbentuk tidak
teratur dan berisi susunan tulang berserat kasar dan belum matang dengan jumlah osteoid
yang bermacam-macam.
Fibrous dysplasia terdiri dari beberapa gambaran yaitu seluler, proliferasi fibrous
jaringan penyambung yang berbentuk foci dan ketidakaturan bentuk trabekula tulang yang
tidak matang. Serat kolagen yang lengkap tersusun dalam pola stratified (bentuk
bertingkat) dari jalinan berkas kolagen. Fibroblast memperlihatkan bentuk yang sama,
Meskipun pasien dengan fibrous dysplasia dapat terjadi pada semua usia, tetapi
secara khusus adalah pada usia muda dekade 1 dan 2. Tujuh puluh lima persen dari pasien
muncul sebelum usia 30 tahun. Pasien-pasien dengan fibrous dysplasia yang kecil dan
pemeriksaan radiologis untuk indikasi yang tak berhubungan. Ketika gejala-gejala tampak
24
maka akan tidak spesifik antara lain nyeri, bengkak yang dapat juga muncul pada beberapa
Secara umum pemeriksaan foto polos fibrous dysplasia pada tulang memberikan
gambaran yang bervariasi, tergantung pada tahap dari penyakit serta mempunyai
gambaran yang radiolusen sampai massa radiopaque yang padat. Secara klasiknya lesi
fibrous dysplasia adalah intramedulla, ekspansil dan berbatas tegas, walaupun kadang-
kadang ada “endosteal scalloping”, kontur kortex halus tetap ada. Lesi memperlihatkan
derajat densitas pengkabutan (hazy) dengan gambaran ground glass, meskipun beberapa
Pada fibrous dysplasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi yang bisa dilihat.
Gambaran yang pertama yaitu lesi biasanya berupa gambaran radiolusen kecil yang
unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Kedua bentuk ini masih mempunyai
batas yang jelas dan masih terdiri atas jaringan tulang trabekular yang baik. Gambaran
klinis pada tahap ini jarang sekali terlihat karena masih berupa tahap permulaan terjadinya
penyakit.
opaque. Gambaran ini disebut dengan gambaran “ground glass”, “orange peel” atau
“finger print” dengan batas yang tidak begitu jelas. Gambaran ini terjadi karena
terbentuknya spikula tulang yang baru secara tidak teratur, tampak scalloping endosteal.
Pada gambaran ketiga lesi ini semakin menjadi opaque seiring dengan bertambahnya umur
Ada empat lesi yang tampak dengan tampilan bervariasi sehingga lesi-lesi tersebut
dapat tampak sebagai “look like anything”yaitu fibrous dysplasia, metastase kanker,
25
infeksi dan tumor chondroids. Pada beberapa tahun belakangan lesi ke 5 yakni eosinohilic
diagnosa bandingnya8.
CT Scan dan MRI berguna untuk mengevaluasi komponen soft tissue dan
perluasan suatu lesi. Gambaran karakteristik MRI fibrous dysplasia adalah bervariasi,
secara tipikal memperlihatkan intensitas signal rendah sampai intermediat pada T-1
weighted, intermediate sampai tinggi pada T-2 weighted dan tampak penyangatan
heterogen setelah pemberian kontras gadolinium. Sedang pada gambaran CT Scan dapat
ditemui gambaran opasitas ground glass, dengan batas yang tegas, ditemui gambaran
ekspansi tulang dengan tulang yang masih intak, dapat ditemui gambaran sklerotik yang
Tulang frontal lebih sering terkena dari pada tulang sphenoid, dengan hilangnya
sinus sphenoidalis dan frontal.Basis tulang kepala dapat sklerotik. Lesi radiolusen atau lesi
sklerotik pada tulang kepala dan wajah, dapat soliter atau multipel, simetris atau tidak
simetris dapat muncul. Protuberansia occipitalis eksterna dapat prominen, tetapi gambaran
ini dapat pula terjadi pada paget disease, neurofibromatosis dan meningioma. Keterlibatan
maxilla dan mandibula mempunyai pola campuran radiolusen dan radioopak, dengan
pergeseran gigi dan distorsi caum nasal. Ruang diploe melebar dengan pergeseran tabula
eksterna. Tabula interna dari tulang kepala tetap bertahan pada fibrous dysplasia, tidak
seperti pada paget disease. Lusensi calvaria kistik, sering melewati sutura dengan batas
3.4.10 DIAGNOSIS
26
Diagnosis ditegakkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik diagnostik dan
fibrous dysplasia. Penegakan diagnosis yang benar merupakan tanggung jawab bersama
antara klinik dan spesialis radiologi yang menemukan lesi di dalam tulang dan antara
spesialis yang harus mendapatkan jaringan biopsi dengan spesialis patologi yang
menafsirkannya9.
3.4.11 PENATALAKSANAAN
Walaupun lesi tersebut dapat stabil dan berhenti berkembang, lesi tersebut tidak dapat
menghilang sempurna. Lesi pada tipe poliostotik dan pada anak yang sedang tumbuh-
Penanganan fibrous dysplasia pada tulang dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi
non bedah dan terapi bedah. Pada terapi non bedah dapat diobservasi dan dengan
pemberian obat. Pada observasi daerah yang terkena fibrous displasia yang tidak bergejala
diobservasi dalam periode tertentu dengan foto rontgen dan tidak diterapi jika lesi tersebut
tidak berkembang progresif. Brace dapat digunakan untuk mencegah fraktur, tetapi tidak
efektif untuk mencegah deformitas. Pemberian obat seperti bisphospnate diberikan untuk
mengurangi aktivitas sel-sel yang merusak tulang. Pemberian analgetik dapat mengurangi
Temuan berikut dapat merupakan indikasi penanganan bedah yakni : lesi bergejala yang
tidak responsif pada penanganan non bedah, fraktur kominutif, fissura pada tulang yang
27
tidak membaik dengan pemasangan cast atau brace, deformitas yang progresif, timbulnya
lesi maligna dan tujuan untuk mencegah lesi lebih besar yang dapat menyebabkan
fraktur1,2.
3.4.12 PROGNOSIS
kematian. Lesi fibrous dysplasia tidak berkembang bila terjadi pada sebelum pubertas.
Disebutkan ada kemungkinan berdegenerasi maligna pada kurang lebih 1% kasus. Pada
kasus yang ringan jarang membutuhkan terapi bedah. Pada kasus poliostotik dan yang
mengenai tulang maxilla facial akan membutuhkan penanganan yang lebih khusus1.
Sistem yang dipakai adalah American Join Commite For Cancer Staging and End
Result reporting (AJCCS). Sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu: T : Tumor primer,
N : Kelenjar getah bening regional, M : Metastasis jauh tumor primer dan dipakai
T – Tumor primer
28
T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot – otot
lidah
N1 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang dari 3
cm
bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm
atau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm
N2b : Metastatis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm
N2c : Metastatis ke kelanjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm
Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Stage 1 : T1 N0 M0
Stage 2 : T2 N0 M0
Stage 4 : T4 N0 M0
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus didapatkan pasien laki-laki usia 18 tahun, dengan keluhan benjolan di
rahang bawah sebelah kiri. Dari hasil anamnesa diketahui benjolan dialami pasien pertama
kali muncul sejak 3 tahun yang lalu. Selama ini benjolan pada daerah rahang tidak
mengalami keluhan hanya saja ukurannya yang dirasakan semakin membesar. Benjolan
sesuai dengan teori yaitu bahwa munculnya tumor mandibula ini terjadi karena
pertumbuhan yang abnormal dan merupakan penyakit asimptomatik yang dijumpai secara
tidak sengaja.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran pada bagian rahang bawah di
sebelah kiri, terdapat deformitas, tidak hiperemis, permukaan berbenjol, konsistensi keras
Dari pemeriksaan penunjang patologi anatomi ditemukan fibrous dysplasia. Hal ini
sesuai dengan teori, bahwa lesi jenis ini sering dijumpai pada masa anak-anak dan dewasa
muda, dimana pada kasus ini pasien berumur 18 tahun, dan jarang mendapat perhatian
sampai kemudian pasien menyadarinya karena pertumbuhan lesi yang berjalan lambat dan
tanpa keluhan.
30
Pada pasien dilakukan penatalaksaan dengan tindakan bedah. Yang menjadi
indikasi penanganan bedah yakni : lesi bergejala yang tidak responsif pada penanganan non
bedah, fraktur kominutif, fissura pada tulang yang tidak membaik dengan pemasangan cast
atau brace, deformitas yang progresif, timbulnya lesi maligna dan tujuan untuk mencegah
DAFTAR PUSTAKA
Hal 132-156.
4. Dingman TM, Natvig AC. 1965. Surgery of Facial Fractures. Wisconsin; Hal 133.
5. Pederson GW. 1965.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (terj). EGC. Jakarta; Hal 179-180.
6. Gde Rastu Adi Mahartha, Sri Maliawan, Ketut Siki Kawiyana.
Fraktur Mandibula Sederhana. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol XXVIII No.2;
Hal 1-8.
8. Rahmat Babuta, Moch. Affandi. 2004. Perawatan Fraktur Berganda Mandibula
Dengan Reduksi. Jurnal Kedokteran Gigi Edisi Khusus Komit. Hal 141-142.
9. Sanders, T G. Parsons, T W. Radiographics Imaging of Musculoskeletal Neoplasia.
31