Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang merupakan salah satu tenunan pengikat. Menurut Capah (2006), bahwa
komposisi tulang bervariasi tergantung pada umur hewan, status, dan kondisi makanannya.
Tulang terdiri dari sel, serat- serat dan bahan pengisi. Bahan pengisi pada tulang adalah
protein dan garam- garam mineral, seperti kalsium fosfat sebanyak 58,3%, kalsium karbonat
1,0%, magnesium fosfat 2,1%, kalsium florida 1,9%, dan protein sebanyak 30,6%
(Septriansyah, 2000).

Tulang mengandung kurang lebih 50% air dan 15% sumsum merah dan kuning. Sumsum
tulang teridiri dari lemak sebesar 96%. Tulang yang telah diambil lemaknya terdiri dari bahan
organik dan garam-garam anorganik dalam perbandingan 1:2. Penghilangan zat organik oleh
panas tidak menyebabkan perubahan struktur tulang secara keseluruhan, tetapi akan
mengurangi berat tulang (Septriansyah, 2000). Terdapat dua jenis protein dalam tulang, yaitu
protein kolagen dan non kolagen. Kandungan kolagen dalam tulang lebih besar dibandingkan
non kolagen. Protein kolagen memiliki nilai jual tinggi yang mana digunakan untuk
pembuatan kosmetik, bahan dasar pembuatan gelatin dan perekat (Aini, 2011).

Tepung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara pengilingan atau penepungan.
Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut berpengaruh terhadap keawetan tepung.
Tepung juga merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan,
karena akan lebih tahan disimpan, mudah dicampur, dibentuk dan lebih cepat dimasak sesuai
tuntutan kehidupan modern yang serba praktis. Cara yang paling umum dilakukan untuk
menurunkan kadar air adalah dengan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan alat
pengering biasa (Nurani dan Yuwono, 2014). halus.Berdasarkan sumbernya, tepung-tepungan
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tepung nabati dan tepung hewani. Tepung yang
tergolong dalam kelompok nabati antara lain adalah tepung terigu, tepung kedelai, dan sagu.
Sementara tepung yang tergolong hewani misalnya adalah tepung tulang, tepung ikan, tepung
darah sapi,tepung susu, dan sebagainya.

Tepung tulang dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan tepung karena
mengandung mineral makro yakni kalsium dan posfor serta mineral mikro lainnya. Menurut
Murtidjo (2001) tepung tulang selain dijadikan sebagai sumber mineral juga mengandung
asam amino dan protein. Kalsium dan posfor sangat diperlukan karena memiliki peranan
dalam pembentukan tulang dan kegiatan metabolisme tubuh. Tepung tulang yang baik
memiliki ciri-ciri tidak berbau, kadar air maksimal 5 %, berwarna keputih-putihan, tingkat
kehalusan 80 saringan, bebas bakteri serta penyakit, dan kadar tepungnya mencapai 94 %
(Rasidi, 1999). Kandungan kalsium yang terdapat pada tepung tulang dipasaran umumnya
adalah 19 % – 26 % dan posfor 8 % – 12 %.

Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering dan tidak
dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari sisa makanan,
sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain (Abdurrahman, 2006).

Kalsium merupakan salah satu mineral makro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Kalsium berperan dalam pertumbuhan serta perkembangan tulang dan gigi agar
mencapai ukuran dan kekuatan yang maksimal, mengatur pembekuan darah, katalisator
reaksi-reaksi biologis dan kontraksi otot (Almatsier, 2005).

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh setelah kalsium, yaitu 1%
dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium
fosfat, yaitu bagian dari Kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut
(Syarfaini, 2012). Fosfor yang terdapat bebas di alam, terutama di air, dominan berada di
dalam bentuk senyawa PO43- (phosphate; fosfat). Karena itu penggunaan istilah ‘fosfat’
lebih umum digunakan (Dewi dan Masduqi, 2003).

Sejauh ini bukti ilmiah mengenai limbah tulang bebek yang dibuat sebagai tepung untuk
dijadikan pakan belum diketahui. Oleh karena itu, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kadar kalsium dan fosfor pada limbah tulang bebek. Sehingga, dapat dikembangkan
pemanfaatannya dengan dibuat tepung untuk pakan.

1.2 Identifikasi Masalah


Masalah yang timbul berdasarkan latar belakang di atas, yaitu tingkat konsumsi bebek
sangat tinggi sehingga limbah tulang juga akan semakin banyak
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu :

1. Seberapa besar kadar kalsium dan fosfor pada limbah tulang ?

2. Apakah kadar kalsium dan fosfor limbah tulang bebek memenuhi syarat untuk

pembuatan tepung pakan berdasarkan SNI ?


1.4 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor dari limbah tulang bebek

2. Membuatan olahan tepunf limbah tulang bebek sebagai pakai yang memenuhi SNI

Anda mungkin juga menyukai