ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil pasir besi terbesar, namun hingga kini masih belum dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung industri nasional. Paper ini mereview hasil penelitian dalam konsorsium pasir besi yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi pasir besi untuk diolah menjadi produk besi, pigmen, keramik, magnet, kosmetik dan fotokatalisis.
Konsorsium ini dibagi menjadi 6 Working Group (WG). Hasil dari penelitian ini mendapatkan bahwa WG baja/besi telah
menghasilkan contoh ingot besi dan baja ODS, sementara WG pigmen telah mengembangkan contoh pigmen hitam, merah, dan
kuning. Pigmen merah telah memenuhi standar pengujian di salah satu industri cat nasional. Sementara WG keramik telah
mengembangkan contoh keramik tahan impak, cawan keramik pembakaran, dan keramik Barium Titanat untuk aplikasi kapasitor.
WG magnet telah membuat magnet campuran Fe2O3 dan BaCO3 dengan koersivitas tinggi, kemudian WG kosmetik dan
fotokatalistik telah mengembangkan nanopartikel TiO2 untuk aplikasi lotion tabir surya yang telah lulus uji keamanan dan
berpotensi untuk bekerja sama dengan industri kosmetik, dan juga nanopartikel Fe3O4 untuk aplikasi medis. Sebagai kesimpulan,
pasir besi memiliki potensi yang besar dalam mendukung industri nasional apabila dimanfaatkan secara optimal dan terintegrasi,
sehingga lebih bernilai ekonomis yang tinggi. Penelitian-penelitian lanjutan masih sangat diperlukan untuk menunjang hasil
penelitian awal konsorsium ini, sehingga diharapkan agar produk-produk berbahan dasar pasir besi berskala industri dapat
direalisasikan dalam waktu dekat.
Kata Kunci: Pasir besi; Konsorsium; Besi; Pigmen; Keramik; Magnet; Kosmetik; Fotokatalistik
baku yang dapat diolah menjadi bahan baku industri dengan campuran batubara, bentonite dan kapur sebelum
setengah jadi pengganti impor guna keperluan industri direduksi dalam tungku dengan suhu 900-1300°C sehingga
nasional. menjadi besi sponge dengan kapasitas 100 kg/ hari yang siap
SDA mineral pasir besi dengan total lebih dari 2 dilebur untuk menghasilkan ingot besi dan slag kaya TiO2.
miliar ton (Kemenperin, 2007) dan tersebar di sepanjang Ingot besi diproses kembali dengan tungku induksi menjadi
pantai selatan Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Barat, dan produk besi cor atau baja. Sebagian besi konsentrat
lain sebagainya dengan kandungan utama besi oksida, berukuran 300 mesh di-leaching dengan menggunakan baik
titania, silika dan alumina merupakan sumber bahan baku asam HCl maupun H2SO4 dan diperoleh TiO2 dengan kadar
industri besi/ baja, pigmen, keramik, kosmetik, fotokatalistik sekitar 90 % dan larutan garam besi yang akan diendapkan
dan lain sebagainya yang hingga kini masih belum ditangani dengan larutan basa, guna memperoleh Fe3O4. TiO2
secara terintegrasi. konsentrat dimurnikan kembali dan dibuat menjadi larutan
Produk dari pengolahan pasir besi utamanya dapat TiCl4 sebagai bahan baku nanopartikel TiO2 untuk aplikasi
berupa besi ingot/ baja, logam titanium, pigmen TiO2, black kosmetik, pigmen, pelapisan keramik dan fotokatalistik.
oxide Fe3O4 untuk toner, powder Al2O3.SiO2 untuk keramik, Pembuatan contoh produk kosmetik dengan TiO2 dan uji
Nano TiO2 dan Fe3O4 untuk farmasi dan medika dengan efisiensi, efikasi dan toksisitas dilakukan di laboratotium
estimasi harga per kg bertutur-turut 9000,-, 300.000,-, 50.000,- dan mitra industri untuk mendukung data produk kosmetik
, 12.000,-, 2.000,-, 2.000.000,- dan 1.000.000,- rupiah. Dengan
mengolah SDA pasir besi, maka nilai tambah dapat
ditingkatkan hingga 10 hingga 20.000 kali lipat dan dapat
digunakan untuk produk pengganti impor sehingga
meningkatkan daya saing industri nasional. Pengolahan
SDA pasir besi menjadi berbagai produk khususnya besi/
baja, pigmen cat anti karat, dan keramik khusus dapat secara
langsung menunjang program nasional MP3EI di mana akan
membutuhkan sumber bahan baku besi/ baja struktur dalam
pembangunan jalan, jembatan, pabrik-pabrik kimia, rumah,
gedung perkantoran dan alat transportasi serta berbagai
produk rumah tangga. Sementara itu, berbagai produk
lainnya seperti kosmetik, farmasi, magnet, coating anti radar Baja
Gambar 3 menunjukkan foto contoh besi ingot sebanyak asam sulfat (a) pigmen black oxide (Fe3O4) dengan
100 kg yang telah dihasilkan dari proses pengecoran dengan penambahan ammonia sedangkan (b) pigmen black oxide
komposisi sponge 20% dan skrap 80%. Pada proses dengan penambahan NaOH. Warna pigmen hitam dengan
peleburan slag yang terbentuk masih cukup banyak penambahan ammonia menghasilkan warna yang lebih
(Gambar 4) sehingga tidak memungkinkan untuk tajam dibandingkan dengan penambahan NaOH.
peningkatan konsentrasi sponge dalam peleburan. Gambar 6 (d, e, dan f) menunjukkan pigmen merah
Penggunaan induksi furnace kemungkinan belum optimal (Fe2O3) dengan variasi suhu kalsinasi dan lama kalsinasi 650
pada proses peleburan ini karena suhu peleburan tidak oC 4 jam, 700 oC 4 jam, dan 750 oC 2 jam. Warna merah pada
terlalu tinggi. Pada langkah penelitian selanjutnya perlu gambar 6e lebih tajam dibandingkan pada gambar 6d dan 6f.
dilakukan peleburan menggunakan arc furnace yang dapat Gambar 6 (f, g, dan h) menunjukkan pigmen warna kuning
mencapai suhu tinggi. (Fe2O3.H2O) dengan variasi suhu dan lama kalsinasi 200 oC 4
jam, 250 oC 3 jam, dan 320 oC 2 jam.
Gambar 5. Sampel berbentuk pellet a. setelah kompaksi, b. setelah Tabel 2. Hasil pengukuran pelebaran korosi pada cross cut
sintering plat
pigmen yang dibuat menghasilkan pelebaran korosi di menunjukkan krusibel memiliki ketahanan yang kurang
bawah standar (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa baik terhadap slag terak besi, tetapi memiliki ketahanan
semua sampel pigmen yang dibuat berpeluang untuk yang baik terhadap slag aluminium. Sedangkan hasil uji
digunakan sebagai anti korosi kejut suhu menunjukkan krusibel tahan terhadap kejut suhu
sampai diatas 7 siklus pada unjuk kerja suhu 1100 oC, tidak
3. WG Keramik menunjukkan retak-retak atau pecah yang berarti.
Gambar 7. Foto prototipe Keramik tahan impak c. Pembuatan keramik fungsi dielektrik
Tabel 3. Hasil Uji Tekan Spesimen Material Keramik Tahan Impak Gambar 9 menunjukkan prototipe Barium Titanat yang
memiliki konstanta dielektrik yang dapat divariasikan
dengan beberapa perubahan variabel. Hasil pengukuran
konstanta dielektrik menunjukkan bahwa peningkatan
temperatur sintering, penambahan ceria (CeO2), dan
peningkatan %mol TiO2 dapat meningkatkan nilai konstanta
dielektrik seperti yang ditunjukkan pada gambar 10.
Tabel 6. Hasil Analisis XRF pada ilmenit dan TiO2 hasil hidrolisis
4. WG Magnet
Gambar 11 menunjukkan prototipe magnet permanen
barium heksaferit. Hasil pengukuran sifat magnetik
ditunjukkan pada tabel 5.
Gambar 12 menunjukkan hasil morfologi TEM nanopartikel
TiO2 yang berpori sudah mulai terlihat dengan
menggunakan penambahan surfaktan F127 pada suhu
kalsinasi 170 oC.