Anda di halaman 1dari 65

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL: ANSIETAS PADA


NY. OS DENGAN HIPERTENSI DI RUANG GAYATRI
RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

RADITHA RAMADHANY DIKA ALBA PUTRI


0906511082

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL: ANSIETAS PADA


NY. OS DENGAN HIPERTENSI DI RUANG GAYATRI
RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ners

RADITHA RAMADHANY DIKA ALBA PUTRI


0906511082

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014


 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhirobbil’aalamin
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Psikososial: Ansietas Pada Ny. OS dengan Hipertensi di
Ruang Gayatri RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”. Penulisan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini dilakukan dalam rangka mendapatkan gelar Ners. Saya menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan, serta doa dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2. Ibu Dr. Novy Helena Catharina Daulima, S.Kp., M.Sc. selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini;
3. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Program Profesi
Keperawatan Universitas Indonesia
4. Bapak dr. Erie Dharma Irawan, SpKj., MARS. selaku Pimpinan RS. Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah menyediakan tempat untuk praktik
profesi keperawatan ini;
5. Ibu. Dedeh Sukarsih, Amd.Kep selaku Kepala Ruangan Gayatri RS. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor yang telah menyediakan waktu dan membimbing
saya selama proses praktik di lapangan
6. Ayah, Bunda, dan adik-adik saya yang tak henti-hentinya mengirimkan
doa, memberikan motivasi, perhatian, dan bantuan yang tidak terbatas,
serta dukungan materi;
7. Teman-teman seperjuangan di Ruang Gayatri, Pak Nano Supriatna, Mba
Ningrum, Hani Mahatva, Saetia Listiana, Nur Phadila, dan Sanny
Rachmawati yang tak henti-hentinya memberikan semangat selama
menjalani proses praktik lapangan;


 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
8. Sahabat-sahabat saya, Najat, Dita Nurhidayah, Choirun Nisa Umam, Asma
Muthmainah, Rio Alfian, Laily Agustiani, Evie Kemala Dewi yang tak
pernah lelah menyediakan waktunya untuk saling menyemangati dan
mengirimkan doanya;
9. Reny Aditia yang telah menyediakan waktu serta meminjamkan fasilitas
laptopnya untuk saya selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini;
10. Teman-teman FIK UI angkatan 2009 yang tidak pernah berhenti untuk
saling memotivasi dan saling mendoakan untuk kelancaran penyusunan
karya ilmiah akhir ners ini
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu saya. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 2014
Penulis

vi 
 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Raditha Ramadhany Dika Alba Putri


Program Studi : Profesi Keperawatan
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Psikososial: Ansietas pada Ny. OS dengan
Hipertensi di Ruang Gayatri RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul pada
masyarakat perkotaan akibat perubahan gaya hidup. Hipertensi merupakan
keadaan dimana tekanan darah dalam tubuh melebihi batas normal. Keadaan ini
dapat menimbulkan masalah psikososial, seperti ansietas, terutama pada klien
yang baru pertama kali terdiagnosa Hipertensi. Ansietas merupakan faktor yang
sangat signifikan dalam mempengaruhi peningkatan Hipertensi, dimana jika
tingkat ansietas meningkat, maka dapat meningkatkan tekanan darah, begitupun
sebaliknya tekanan darah yang meningkat dapat menimbulkan ansietas. Hal ini
ditemukan pada Ny. OS yang mengalami Hipertensi. Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada Ny. OS yang mengalami Ansietas adalah teknik relaksasi napas
dalam. Asuhan keperawatan ini dilakukan selama 3 hari dan hasilnya mampu
menurunkan tingkat ansietas dari sedang menjadi ringan pada Ny. OS

Kata kunci: Ansietas, Hipertensi, teknik relaksasi napas dalam

viii 
 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
ABSTRACT

Name : Raditha Ramadhany Dika Alba Putri


Study Programe : Nursing
Title :Psychososial Nursing Care: Anxiety to Mrs. OS with
Hypertension in Gayatri Room of Dr. H.Marzoeki
Mahdi Bogor Hospital

Hypertension is one of the health problems that often arise in urban communities.
Hypertension is a condition which the blood pressure in the body exceeds the
normal limits. This situation can leads to psychosocial health problems, such as
anxiety, especially in first-time clients diagnosed with Hypertension. Anxiety is
the most significant factor in influencing the increase of Hypertension, which if
increased levels of anxiety, it can increase blood pressure, so that, increased blood
pressure can cause anxiety. It was found in Ny. OS with Hypertension. The
Nursing care that given to Ny. OS to realize anxiety was deep breathing relaxation
tecnique. Nursing care was carried out for 3 days and the results can lower level
of anxiety from moderate into mild anxiety

Keywords: Anxiety, Hypertension, deep breathing relaxation technique

ix 
 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN BEBAS PLAGIAT ........................................................................ ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... ....v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... ....vii
ABSTARK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT .........................................................................................................ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 6
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perkotaan .......................................................................................... 8
2.2. Konsep Hipertensi .......................................................................................... 13
2.3. Konsep Ansietas ............................................................................................. 17
BAB 3: LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1. Pengkajian ...................................................................................................... 22
3.2. Masalah Psikososial ....................................................................................... 24
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan Psikososial Ansietas ..................................... 25
BAB 4: ANALISA SITUASI
4.1. Profil Lahan Praktek ...................................................................................... 27
4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan
Konsep Kasus Terkait .................................................................................... 28
4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian
Terkait ............................................................................................................ 30
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .............................................. ..34
BAB 5: PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 35
5.2. Saran............................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
LAMPIRAN


 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Genogram

xi 
 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rentang Respon Ansietas

xii 
 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian
Lampiran 2 Analisa Data
Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Fisik dan Psikososial
Lampiran 4 Catatan Perkembangan

xiii 
 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perkotaan yang berasal dari kata dasar kota memiliki arti daerah pemusatan
penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar
penduduknya bekerja di luar pertanian (KBBI, 2008). Berdasarkan arti dari kata
dasar perkotaan tersebut dapat menguraikan bahwa perkotaan merupakan
lingkungan tempat tinggal yang menawarkan berbagai kemewahan hidup serta
fasilitas yang serba modern. Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat pedesaan untuk berbondong-bondong melakukan urbanisasi dengan
harapan dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Hal inilah
yang menjadi salah satu faktor terbesar yang mengakibatkan kepadatan di
perkotaan semakin hari semakin meningkat. Adapun persentasi jumlah penduduk
perkotaan di Indonesia pada tahun 2010 adalah 44% dan pada tahun 2012 adalah
51% (WHO, 2002). Hasil tersebut menunjukkan betapa melonjaknya tingkat
kepadatan penduduk di perkotaan pada 2 tahun berikutnya. Keadaan seperti ini
jika tidak segera ditindaklanjuti akan terus meningkat, dimana menurut Badan
Pusat Statistik pada tahun 2035 kepadatan penduduk di perkotaan akan menjadi
66,6% (BPS, 2012).

Kepadatan penduduk yang terjadi di perkotaan dapat menimbulkan dampak yang


buruk, salah satu diantaranya adalah adanya pemukiman kumuh yang akan
menjadi sumber masalah kesehatan. Selain itu, aktivitas dan gaya hidup perkotaan
yang cukup tinggi membuat gaya hidup masyarakat perkotaan pun menjauh dari
gaya hidup sehat. Banyaknya tempat-tempat makan cepat saji menjadi daya tarik
dan pilihan bagi masyarakat perkotaan. Hal ini tanpa disadari akan memberikan
efek jangka panjang pada kesehatan masyarakat perkotaan. Pemukiman yang
kumuh dapat menjadi sumber dari segala macam masalah kesehatan.
1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
2
 

Masalah kesehatan yang timbul di perkotaan dibagi menjadi dua, yaitu penyakit
menular dan tidak menular (DEPKES, 2013). Adapun penyakit menular yang
terjadi di perkotaan antara lain ISPA, Pneumonia, TB Paru, Hepatitis, Diare, dan
Malaria. Sementara penyakit yang tidak menular yang ada di perkotaan antara lain
Asma, PPOK, Kanker, Diabetes Melitus, Hipertiroid, Hipertensi, Jantung
Koroner, Gagal Jantung, Stroke, Gagal Ginjal Kronis, dan Penyakit sendi/rematik.

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan perkotaan. Hal ini


dikarenakan Hipertensi dapat diderita oleh seseorang yang memiliki gaya hidup
tidak sehat. Prevalensi Hipertensi di Indonesia pada umur > 18 tahun pada tahun
2013 adalah sebesar 25,8% dimana terjadi penurunan dari tahun 2007 yaitu
sebesar 31,7% (RISKESDAS, 2013). Hipertensi itu sendiri merupakan tinggi atau
meningkatnya tekanan darah, kondisi dimana pembuluh darah secara persisten
meningkatkan tekanannya (WHO, 2013). Hipertensi juga didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi
diklasifikasikan menjadi; Normal (< 130/< 85 mmHg); Normal tinggi (130-
139/85-89 mmHg); Hipertensi ringan (140-159/90-99 mmHg); Hipertensi sedang
(160-179/100-109 mmHg); Hipertensi berat (180-209/110-119 mmHg); dan
Hipertensi sangat berat (≥ 210 mmHg/≥ 120 mmHg) (Smeltzer & Bare, 2002;
Price & Wilson, 2006).

Hipertensi dikenal sebagai penyakit “silent killer” (Smeltzer & Bare, 2002). Hal
ini dikarenakan individu yang menderita Hipertensi sering kali tidak menunjukkan
tanda-tanda Hipertensi. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada individu yang
mengalami Hipertensi, tidak akan ditemukan data yang maladaptif selain tekanan
darah yang melebihi batas normal. Keadaan seperti ini bisa menjadi salah satu
stresor pada klien yang baru saja mengetahui dirinya terdiagnosa Hipertensi.
Stresor yang timbul pada diri seseorang dapat diselesaikan dengan cara yang
adaptif atau maladaptif. Jika seseorang menyelesaikan dengan cara yang adaptif,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
3
 

maka stresor tersebut dapat terselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru. Lain
halnya dengan seseorang yang menanggapi stresor dengan cara yang maladaptif,
maka akan menimbulkan masalah baru, yaitu masalah psikososial. Seseorang
yang terdiagnosis Hipertensi bisa saja mengalami masalah psikososial,
diantaranya ansietas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah psikososial
yang mungkin saja terjadi pada klien yang menderita Hipertensi adalah depresi,
ansietas, masalah seksual, dan kerusakan memori (Sarhan, 2010). Selain itu, hasil
penelitian yang dilakukan pada 86 orang yang baru terdeteksi Hipertensi dan 98
orang yang sehat didapatkan hasil bahwa sebanyak 42-43 orang yag secara
signifikan menunjukkan bahwa ansietas memiliki nilai tertinggi dibandingkan
depresi dalam peningkatan Hipertensi (Bajko, 2012). Ansietas lebih memegang
peranan penting dibandingkan dengan depresi.

Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (NANDA, 2012). Ansietas
diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan, yaitu ansietas ringan, sedang, berat,
dan panik (Fontaine & Fletcher, 2003). Keadaan ansietas yang dialami pada klien
dengan hipertensi dapat memberikan efek lingkaran setan. Hal ini disebabkan oleh
ansietas dapat menyebabkan Hipertensi seseorang semakin meningkat dan
Hipertensi itu sendiri dapat menyebabkan ansietas. Keadaan seperti ini terjadi
disebabkan oleh mekanisme adaptasi fisiologis dimana jika terdapat stresor,
terjadi respon adaptasi yang dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikular,
dan kelenjar hipofisis (Potter & Perry, 2005) . Ketiga komponen dalam tubuh
tersebut saling berkesinambungan dalam menjalankan fungsinya untuk
mengontrol fungsi vital dalam tubuh ketika terdapat stresor, meningkatkan atau
menurunkan fungsi vital. Fungsi vital yang dimaksud adalah frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa ansietas memiliki efek yang signifikan dalam
meningkatkan Hipertensi (Bajko et all, 2012; Cheung et all, 2003).
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
4
 

Ansietas yang terjadi pada seseorang harus segera diatasi. Keadaan ansietas yang
terjadi pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan fisik dapat memperburuk
keadaan seseorang tersebut. Adapun yang dapat dilakukan untuk mengurangi
respon fisiologis terhadap stres yang menimbulkan ansietas tersebut adalah
dengan olahraga teratur, humor, nutrisi dan diet, istirahat, teknik relaksasi, dan
spiritualitas (Potter & Peryy, 2005). Teknik yang diuraikan tersebut memiliki
tujuan untuk memberikan efek relaks pada tubuh dimana pada saat relaks, tubuh
melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi yang dapat menghilangkan perasaan stres.
Salah satu teknik yang sering digunakan untuk menurunkan tingkat ansietas salah
satunya teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi ini sangat efektif dalam
menurunkan tingkat asnietas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana tingkat
ansietas seseorang menurun setelah melakukan teknik relaksasi (Ali & Hasan,
2010; D’Silva et all, 2014).

Pada hasil praktik lapangan yang dilakukan di Ruang Gayatri RS. Marzoeki
Mahdi Bogor, klien yang dirawat dengan diagnosa medis Hipertensi pada bulan
April 2014 adalah sebanyak 7 klien (Kendali mutu Ruang Gayatri RSMM Bogor,
2014). Tidak didapatkan data yang menunjukkan prevalensi masalah psikososial
pada masalah fisik. Prevalensi klien yang dirawat dengan Hipertensi pada bulan
April meningkat dibandingkan pada bulan Maret dimana tidak ada klien
Hipertensi yang dirawat. Saat praktik berlangsung dan melakukan asuhan
keperawatan pada klien Hipertensi, penyusun menemukan masalah psikososial
pada klien tersebut, yaitu Ansietas. Penyusun melakukan salah satu intervensi
keperawatan psikososial untuk menurunkan tingkat asnietas klien yaitu dengan
teknik relaksasi napas dalam. Oleh karena itu, dengan prevalensi klien hipertensi
yang dirawat di ruang Gayatri meningkat secara signifikan dan efek lingkaran
setan anatara ansietas dan Hipertensi, serta hasil penelitian yang menunjukkan
efektivitas teknik relaksasi napas dalam pada klien dengan hipertensi, penyusun
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
5
 

ingin menganalisis asuhan keperawatan pada klien hipertensi yang mengalami


ansietas di Ruang Gayatri RS. Marzoeki Mahdi Bogor.

1.2.Rumusan Masalah
Prevalensi penderita Hipertensi di Indonesia mengalami penurunan, dimana
prevalensi Hipertensi pada umur > 18 tahun pada tahun 2007 sebesar 31,7%
menjadi 25,8% pada tahun 2013 (DEPKES RI, 2013). Hal ini berbeda dengan
keadaan pada Ruang Gayatri RS. Marzoeki Mahdi Bogor dimana prevalensi klien
yang dirawat dengan diagnosa Hipertensi meningkat dimana pada bulan Maret
2014 adalah 0 klien menjadi 7 klien pada bulan April 2014 (Kendali mutu ruang
Gayatri RS. Marzoeki Mahdi Bogor, 2014). Angka tersebut sangat signifikan
perbedaannya. Selain itu, sebagai seorang perawat, merawat klien tidak hanya
pada masalah fisiknya saja, melainkan secara holistik, biopsikososial kultural.
Pada beberapa penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, masalah psikososial,
khususnya ansietas memiliki efek yang sangat besar dalam meningkatkan
Hipertensi. Dimana, klien yang mengalami Hipertensi yang disertasi dengan
ansietas akan menimbulkan efek lingkaran setan. Dimana, ansietas dapat
mempengaruhi Hipertensi dan Hipertensi dapat mempengaruhi ansietas. Sehingga,
sangatlah penting untuk seorang perawat untuk menyelesaikan masalah
psikososial yang muncul pada klien yang memiliki Hipertensi. Oleh karena itu,
berdasarkan uraian di atas, penyusun mengangkat kasus Ansietas pada klien
dengan Hipertensi pada Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

1.3.Tujuan Penelitian
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini memiliki 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
6
 

1.3.1. Tujuan Umum


Memberikan gambaran hasil analisis mengenai asuhan keperawatan masalah
psikososial Ansietas pada klien yang mengalami masalah kesehatan masyarakat
perkotaan, yaitu Hipertensi

1.3.2. Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah psikososial yang muncul pada klien dengan
penyakit Hipertensi
b. Menganalisis asuhan keperawatan psikososial Ansietas pada klien yang
mengalami masalah fisik Hipertensi
c. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan psikososial Ansietas pada klien
yang mengalami masalah Hipertensi

1.4.Manfaat Penelitian
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan manfaat bagi keilmuan
keperawatan, pelayanan kesehatan, serta metodologi.

1.4.1. Manfaat Keilmuan


Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan gambaran mengenai teori asuhan
keperawatan Ansietas pada klien yang mengalami masalah fisik Hipertensi.

1.4.2. Manfaat Pelayanan


Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan proses pemberian asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami masalah piskososial Ansietas dengan
masalah fisik Hipertensi. Sehingga, dengan adanya Karya Ilmiah Akhir Ners ini
dapat memberikan pencerahan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya pada masalah kesehatan psikososial, Ansietas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
7
 

1.4.3. Manfaat Metodologi


Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan gambaran asuhan keperawatan
pada klien dengan ansietas yang memiliki masalah fisik Hipertensi, sehingga
kedepannya dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang telah diberikan atau
bahkan dapat memberikan temuan baru yang dapat diaplikasikan untuk masalah
ansietas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan mengenai teori dan konsep perkotaan, konsep
Hipertensi, dan masalah psikososial Ansietas serta asuhan keperawatan Ansietas.

2.1. Konsep dan Teori Perkotaan


2.1.1. Definisi Perkotaan
Perkotaan yang berasal dari kata dasar kota memiliki arti sebagai daerah
permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat
tinggal dari berbagai lapisan masyarakat dimana merupakan daerah pemusatan
pendudukan dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar
penduduknya bekerja di luar pertanian (KBBI, 2008). Sementara perkotaan adalah
daerah (kawasan) kota atau kelompok pemukiman yang terdiri atas tempat tinggal
dan tempat kerja pertanian (KBBI, 2008). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perkotaan merupakan suatu wilayah permukiman yang
memiliki tingkat kepadatan yang tinggi yang disertai dengan fasilitas yang serba
modern.
Perkembangan yang terjadi di era saat ini membuat beberapa organisasi
menentukan kriteria khusus untuk menyatakan suatu wilayah layak dikatakan
sebagai kota (Depkes, 2002)
2.1.1.1.Badan Pusat Statistik menetapkan beberapa kriteria untuk
menyatakan wilayah tersebut layak dikatakan sebagai kota, yaitu:
a. Kepadatan penduduk
b. Persentasi rumah tangga non-pertanian
c. Fasilitas tertentu, seperti jalan yang dilalui kendaraan umum,
gedung bioskop, sekolah, fasilitas pengobatan, dan lain
sebagainya
d. Rata-rata jarak ke lokasi fasilitas tersebut
2.1.1.2.Departemen Dalam Negeri menetapkan bahwa kota adalah pusat
pemukiman yang mempunyai fasilitas dalam hal:
a. Pelayanan urusan pemerintahan

8 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
9
 

b. Air bersih dan listrik


c. Kesehatan
d. Pemdidikan
e. Hiburan dan olah raga
f. Perekonomian
g. Jasa
h. Pertokoan
i. Perbankan
j. Transportasi
Kriteria yang ditentukan oleh BPS dan Departemen Dalam Negeri membuat daya
tarik sendiri bagi masyarakat pedesaan untuk melakukan urbanisasi ke kota.
Selain itu, perbedaan antara perkotaan dan pedesaan dilihat dari 4 faktor utama,
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan yang
memberikan pengaruh pada kesehatan masyarakat (Depkes, 2002). Keempat
faktor tersebut pastinya lebih diungguli oleh perkotaan, dimana perkotaan
menyuguhkan fasilitas yang serba lengkap dan modern, serta pelayanan kesehatan
yang sangat lengkap. Namun, perkotaan juga memiliki kekurangan tersendiri dari
empat faktor utama tersebut, yaitu di sektor lingkungan dan kependudukan.
Tingkat urbanisasi yang tinggi membuat lingkungan perkotaan kaya akan polusi
udara serta tingkat kepadatan penduduk yang tinggi yang pada akhirnya banyak
menciptakan lingkungan-lingkungan yang kumuh.

2.1.2. Masyarakat perkotaan


Masyarakat didefinisikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (KBBI, 2008). Selain
itu, masyarakat didefinisikan sebagai sekumpulan manusia yang saling bergaul
atau dengan istilah lain saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Effendy,
1997). Sementara, masyarakat kota diartikan sebagai masyarakat yang
penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan dan industri
atau yang bekerja di sektor administrasi pemerintah (KBBI, 2008). Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa masyarakat perkotaan adalah sekumpulan manusia

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
10
 

yang memiliki keterikatan satu sama lain atas dasar adat istiadat yang sama yang
memiliki mata pencaharian di sektor pemerintahan.

2.1.3. Masalah Yang Timbul Di Perkotaan


Kehidupan perkotaan sangat memanjakan masyarakatnya dengan berbagai
fasilitas yang lengkap, mewah nan canggih. Namun tanpa disadari, kekayaan
fasilitas yang dimiliki perkotaan dapat menimbulkan pergesaran gaya hidup serta
masalah-masalah perkotaan lainnya. Masalah di perkotaan menjadi lebih
kompleks selain karena tingginya tingkat urbanisasi juga karena masyarakat
perkotaan memiliki ciri-ciri khusus, yaitu individualistik, materialistik, heterogen,
kritis, pendidikan tinggi, dan mempunyai tuntutan tinggi (Depkes, 2002). Selain
masalah yang dapat ditimbulkan dari masyarakatnya itu sendiri, perkotaan rentan
dengan dilakukannya pengembangan kota. Pada hakikatnya, pengembangan kota
yang dilakukan lebih menitikberatkan pada segi pembangunan dan pengembangan
kota, tanpa memperhatikan dampak pembangunan terhadap lingkungan dan
masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Keadaan-keadaan seperti inilah yang
menimbulkan masalah-masalah perkotaan di berbagai sektor, salah satu di
antaranya adalah masalah kesehatan,

Masalah kesehatan di perkotaan sangatlah kompleks dan sangat beragam. Masalah


kesehatan di perkotaan dapat dibagi menurut kelompok masalahnya, yaitu:
2.1.3.1.Masalah kesehatan masyarakat miskin di daerah pemukiman kumuh
perkotaan. Pemukiman kumuh merupakan pemukiman yang tidak
layak huni, keadaan sanitasi yang tidak baik yang pada akhirnya
akan menimbulkan pencemaran udara, air, dan menjadi tempat
berkembangbiaknya sumber penyakit. Masalah kesehatan yang dapat
muncul pada keadaan seperti ini adalah diare, kecacingan, ISPA,
Campak, TB Paru, Demam Berdarah, dan ,lain sebagainya (Depkes,
2002).
2.1.3.2.Masalah kesehatan sebagai dampak industrilisasi termasuk industri
pariwisata di perkotaan. Tingginya industri di perkotaan dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari limbah

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
11
 

industri. Tingginya laju industri dapat menimbulkan beberapa


masalah, diantaranya kesehatan dan keselamatan pekerja belum
tertangani dengan maksimal, meningkatnya perilaku seks bebas dan
perilaku menyimpang yang membuka jalan masuk untuk penyakit
seksual dan HIV/AIDS, aktivitas lalu lintas yang tinggi berdampak
pada tingginya angka kejadian kecelakaan.
2.1.3.3.Masalah kesehatan yang berkaitan dengan keadan psikososial
individu dan keluarga di daerah perkotaan. Pembangunan dan
perkembangan yang cukup tinggi di perkotaan menimbulkan
pergesaran pada pola perilaku, gaya hidup yang kebarat-baratan,
serta adanya penggusuran permukiman menyebabkan rasa tidak
aman bagi masyarakat sekitar. Keadaan-keadaan tersebut dapat
menimbulkan masalah, diantaranya kekerasan antar kelompok yang
berujung pada gangguan keseimbangan kejiwaan, rasa tidak aman,
dan stres. Selain itu, kecenderungan para pemuda terlibat dalam
masalah kenakalan remaja, seperti kehamilan di luar nikah, penyalah
gunaan obat terlarang.
2.1.3.4.Masalah kesehatan kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat
tertentu yang dimaksud adalah kelompok pekerja musiman, serta
kelompok remaja dan lansia yang juga meningkat seiring tingginya
angka urbanisasi. Kelompok-kelompok tersebut memiliki
permasalah kesehatan yang khusus dan pastinya dengan intervensi
yang khusus pula.
2.1.3.5.Masalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan matra.
Masalah kesehatan yang timbul pada kondisi ini disebabkan karena
terjadinya urbanisasi yang mendadak atau transmigrasi yang
mendadak dikarenakan terjadinya bencana alam dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan
cepat tanggap atau kegawatdaruratan yang membutuhkan aksi cepat
tanggap untuk memberikan pertolongan.
2.1.3.6.Masalah pelayanan kesehatan. Keadaan perkotaan yang
menyuguhkan fasilitas dengan berbagai ragam pilihan, termasuk di

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
12
 

dalamnya fasilitas kesehatan ternyata dapat menimbulkan


kesenjangan atau masalah dalam pelayanannya. Tersedianya
pelayanan kesehatan baik milik pemerintah ataupun swasta masih
terdapat masalah pelayanan di dalamnya yang sampai saat ini masih
belum terselesaikan dengan baik. Bagi masyarakat perkotaan,
pelayanan kesehatan swasta lah yang memiliki kualitas terbaik, baik
pelayanan maupun kualitas, namun masyarakat tidak menyadari
bahwa terkadang sering mengabaikan aspek etika. Selain itu, tenaga
kesehatan yang ada di perkotaan sangatlah beragam, mulai dari yang
spesialis sampai dengan ahli pengobatan tradisional. Tenaga-tenaga
kesehatan tersebut juga melakukan persaingan dengan ketat dan
belum terlihat hubungan kerja diantaranya.

Masalah-masalah kesehatan atau penyakit yang muncul pada masyarakat


perkotaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyakit menular dan tidak menular
(Depkes, 2002). Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh
agent yang bersifat menular, sedangkan penyakit tidak menular lebih disebabkan
oleh gaya hidup dan psikososial. Penyakit menular yang terjadi di perkotaan tidak
lain disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih serta kurangnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat itu sendiri. Adapun penyakit menular
yang sering muncul di masyarakat perkotaan antara lain, Diare (termasuk
keracunan makanan), Demam Berdarah, penyakit infeksi seksual, dan lain
sebagainya. Sementara, penyakit yang tidak menular yang terjadi di masyarakat
perkotaan lebih disebabkan oleh pergesaran gaya hidup (pola makan), kurangnya
PHBS, dan faktor lingkungan. Selain itu, tingkat ekonomi yang tinggi membuat
masyarakat perkotaan lebih memilih masakan-masakan cepat saji. Adapun
penyakit yang tidak menular yang sering timbul di masyarakat perkotaan antara
lain, stres, Diabetes Mellitus, Obesitas, Hipertensi termasuk Stroke, dan lain
sebagainya.

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
13
 

2.2. Konsep Hipertensi


2.2.1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Selain itu, Hipertensi juga
didefinisikan sebagai keadaan tinggi atau meningkatnya tekanan darah, kondisi
dimana pembuluh darah secara persisten meningkatkan tekanannya (WHO, 2013).
Namun, pada kelompok usia lansia, dikatakan Hipertensi jika tekanan sistoliknya
160 mmHg dan tekanan diatoliknya 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah
mengalami peningkatan, dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg, bagi lansia
160 mmHg, serta tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

Hipertensi diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, yaitu normal, normal


tinggi, hipertensi stadium 1 (ringan), hipertensi stadium 2 (sedang), hipertensi
stadium 3 (berat), dan hipertensi stadium 4 (sangat berat) (Smeltzer & Bare, 2002;
Price & Wilson, 2006). Dikatakan normal jika tekanan darah sistolik < 130 mmHg
dan diastolik < 85 mmHg. Normal tinggi jika tekanan sistolik berkisar antara 130-
139 mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 85-89 mmHg. Hipertensi
stadium 1 (ringan) jika tekanan sistolik berada di antara 140-159 mmHg dan
tekanan diastolik antara 90-99 mmHg, hipertensi stadium 2 (sedang) jika tekanan
sistolik antara 160-179 mmHg dan tekanan diastolik antara 100-109 mmHg,
sementara hipertensi stadium 3 (berat) jika tekanan sistolik mencapai angka antara
180-209 mmHg dan tekanan diastolik antara 110-119 mmHg. Seseorang
dikatakan terkena hipertensi stadium 4 (sangat berat) jika tekanan sistolik
darahnya mencapai ≥ 210 mmHg dan tekanan diastolik mencapai ≥ 120 mmHg.
Selain Smeltzer dan Bare (2002), National Heart, Lung, and Blood Institute
(2003) mengklasifikasikan hipertensi lebih simpel dari yang sebelumya, dimana
hipertensi dibagi menjadi:
2.2.1.1.Normal: < 120/80 mmHg
2.2.1.2.Pra-hipertensi: 120-129/80-84 mmHg atau 130-139/85-89 mmHg
2.2.1.3.Hipertensi: > 140/90 mmHg

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
14
 

2.2.1.4.Stadium 1: 140-159/90-99 mmHg


2.2.1.5.Stadium 2: 160-179/100-109 mmHg atau ≥180/100 mmHg

2.2.2. Tanda dan Gejala Hipertensi


Hipertensi tidak memiliki tanda dan gejala khusus. Dewasa ini, kebanyakan
masyarakan memiliki konsep yang salah, dimana orang yang menderita Hipertensi
akan menunjukkan gejala seperti tegang, berkeringat, sulit tidur, atau wajah
memerah (AHA, 2012). Informasi yang berkembang di masyarakat mengenai
tanda dan gejala hipertensi seperti pusing, tegang, sulit tidur, atau wajah memerah
merupakan sebuah mitos mengenai tanda dan gejala Hipertensi. AHA (2012)
mengatakan bahwa jika tekanan darah mencapai tekanan sistolik ≥ 180 mmHg
atau tekanan diastoliknya ≥ 110 mmHg disebut dengan Hipertensi krisis. Individu
yang mengalami Hipertensi krisis bisa saja mengalami beberapa gejala berikut,
diantaranya sakit kepala yang berat, ansietas berat, napas pendek, dan perdarahan
melalui hidung. Oleh karena itu, Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” hal ini
dikarenakan tidak menunjukkan tanda dan gejala pada orang yang menderitanya
yang bisa saja mengakibatkan penderitanya meninggal mendadak. Satu-satunya
tanda dan gejala seseorang yang mengalami hipertensi adalah tekanan darah yang
melebihi batas normal.

2.2.3. Faktor Resiko Hipertensi


Setiap individu beresiko untuk terkena hipertensi. Adapun faktor resiko yang
dapat menyebabkan seseorang mengalami Hipertensi adalah (AHA, 2012) :
2.2.3.1.Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga
sebelumnya yang memiliki Hipertensi, individu tersebut memiliki
kesempatan yang sangat besar untuk terkena Hipertensi jika individu
tersebut tidak menjaga gaya hidup yang sehat dan menjaga pola makan
yang sehat
2.2.3.2.Lansia. Lansia memiliki resiko besar untuk terkena hipertensi. Hal ini
disebabkan oleh pembulu darah yang telah kehilangan fleksibilitasnya
yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan.

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
15
 

2.2.3.3.Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko terkena Hipertensi dibandingkan


pria.
2.2.3.4.Kurangnya aktivitas fisik. Pola hidup yang kurang aktivitas fisik dapat
menjadi salah satu faktor penyebab Hipertensi. Hal ini disebabkan oleh
saat tubuh kurang aktivitas dapat menimbulkan masalah kelebihan berat
badan dan obesitas.
2.2.3.5.Diet yang salah, khususnya makanan yang banyak mengandung garam.
Makanan yang banyak mengandung garam dapat meningkatkan tekanan
darah dalam tubuh. Hal ini dikarenakan sifat garam yang dapat menarik
cairan, sehingga jika jumlah garam berlebihan dalam tubuh dapat
menyebakan viskositas darah meningkat yang akan menyebabkan
jantung mengkompensasi keadaan ini dengan meningkatkan tekanan
darah.
2.2.3.6.Kelebihan berat badan atau obesitas.
2.2.3.7.Alkohol.
Selain beberapa faktor di atas, stres, sleep apnea, dan merokok-perokok kedua
dapat berkontribusi dalam terjadinya Hipertensi.

2.2.4. Patofisiologi Hipertensi


Tekanan darah pada tubuh seseorang bergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup, dan TPR. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut
mengalami peningkatan dan tidak terjadi kompensasi, maka dapat menyebabkan
terjadinya Hipertensi. Peningkatan denyut jantung sebagai akibat dari rangsangan
saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada Nodus SA. Lain halnya pada
volume sekuncup. Volume sekuncup erat kaitannya dengan natrium atau garam
dalam darah manusia. Pada saat terjadi penumpukan garam dalam darah, maka
viskositas darah akan meningkat yang akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah. Keadaan seperti ini akan membuat suplai oksigen berkurang ke daerah
ginjal. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak sebagai
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I yang selanjutnya akan
diubah menjadi angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II
dan angiotensin III merupakan vasokonstriktor terkuat yang akan merangsang

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
16
 

diproduksinya aldosteron oleh kortisol adrenal. Hormon tersebut menyebabkan


retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang pada akhirnya akan menyebabkan
volume intravaskuler meningkat. Keadaan-keadaan inilah yang akan mencetuskan
keadaan Hipertensi.

2.2.5. Manifestasi Klinis


Hipertensi yang merupakan “silent killer” merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan tanda-tanda gejala yang signifikan pada penderitanya. Hal inilah
yang terkadang membuat seseorang merasa kaget pada kondisinya. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik tidak menunjukkan hasil yang maladaptif, melainkan
tekanan darah yang melebihi batas normal. Hipertensi yang terjadi selama
bertahun-tahun akan menimbulkan gejala penyerta lainnya. Salah satu diantaranya
manifestasi klinik yang disebabkan oleh Hipertensi antara lain arteri koroner dan
angina yang dapat menjadi gejalan penyerta hipertensi. Hipertensi yang terjadi
selama bertahun-tahun dan tidak diobati secara rutin akan membuat jantung
melakukan kompensasi dengan memaksa ventrikel kiri untuk bekerja lebih yang
akhirnya akan mengakibatkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi. Pada akhirnya,
jika jantung tidak lagi mampu dalam melakukan kompenasi, maka dapat terjadi
gagal jantung kiri.

Selain itu, Hipertensi erat kaitannya dengan kelebihan garam dalam tubuh.
Keadaan ini juga akan memperberat kerja ginjal dalam melakukan filtrasi yang
pada akhirnya garam akan terus menumpuk dalam darah. Beban kerja ginjal yang
meningkat juga lama kelamaan akan mengakibatkan ginjal tak mampu lagi
melakukan kompensasi yang pada akhirnya akan terjadi gagal ginjal.

2.2.6. Masalah Psikososial pada Hipertensi


Keadaan meningkatnya tekanan darah pada diri seseorang dapat menimbulkan
masalah psikososial pada diri orang tersebut. Klien yang baru saja mengetahui
dirinya mengalami Hipertensi pun akan menjadi stresor tersendiri bagi individu
tersebut. Selanjutnya, individu yang memiliki koping yang adaptif terhadap
stresor yang di hadapinya, maka akan menyelesaikan stresor tersebut. Lain halnya

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
17
 

pada individu yang menghadapi stresor degan koping yang maladaptif, maka akan
menimbulkan masalah psikososial selanjutnya. Hipertensi yang diderita oleh
seseorang tidak hanya akan menimbulkan kekhawatiran terhadap tekanan darah
itu sendiri, melainkan komplikasi yang mungkin saja ditimbulkan oleh masalah
kesehatan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah psikososial
yang mungkin saja muncul pada klien dengan hipertensi, antara lain depresi,
ansietas, masalah seksual, dan kerusakan memori (Sarhan, 2010). Namun, pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa ansietas yang lebih memegang peranan
khusus dalam memberikan efek yang signifikan dalam peningkatan Hipertensi
(Bajko, 2012; Cheung, 2003; Logan, 2012)

2.3. Konsep Ansietas


2.3.1. Definisi Ansietas
Setiap manusia di muka bumi pasti pernah mengalami ansietas semasa hidupnya.
Namun, belum semua masyarakat tahu apa yang dimaksud dengan Ansietas.
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan samar-samar, subjektif, gelisah,
ketakutan, perhatian, perasaan tidak aman, dan terkadang merasa takut atau
perasaan bersalah yang merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman normal (Fortinash & Holoday-Worret, 1999; NANDA
2012). Ansietas didefinisikan juga sebagai perasaan yang tidak nyaman yang
terjadi sebagai respon untuk menghadapi rasa takut akan rasa sakit atau
kehilangan sesuatu yang berharga (Fontaine & Fletcher, 2003). Ansietas
merupakan perasaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan perasaan


tidak nyaman atau perasaan takut yang tidak jelas dimana tidak diketahui
penyebabnya yang merupakan sebuah respon dari terjadinya sebuah ancaman.
Dalam hal ini, terkadang ansietas dan takut sulit untuk dibedakan, dikarenakan
keduanya menimbulkan pola respon perilaku, fisiologis, dan emosional pada
rentang yang sama. Namun, yang bisa membedakan antara perasaan takut dan

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
18
 

ansietas adalah perasaan takut yang timbul merupakan respon terhadap objek
mengancam yang dapat diindentifikasi dan spesifik, sementara pada ansietas tidak
jelas objek yang menyebabkan respon tersebut (Videbeck, 2008)

2.3.2. Rentang Respon Ansietas


Ansietas terdiri dari 4 tingkatan, yaitu ansietas ringan, sedang, berat, dan panik
(Fontaine & Fletcher, 2002; Fortinash & Holoday-Worret, 1999; Videbeck,
2008).
2.3.2.1.Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus (Videbeck, 2008). Pada tingkatan ini,
seseorang masih mampu untuk mampu untuk memfokuskan pikiran
untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan,
dan melindungi dirinya sendiri.
2.3.2.2.Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi
(Videbeck, 2008).
2.3.2.3.Ansietas berat dialami seseorang ketika merasa yakin bahwa ada
sesuatu yang berbeda dan ada ancaman yang akan memperlihatkan
respon takut dan distres (Videbeck, 2008).
2.3.2.4.Panik. Jika seorang individu berada pada rentang ansietas ini, semua
pemikiran rasional terhenti dan individu tersebut mengalami respon
fight, flight, atau freeze (Videbeck, 2008).

Keempat rentang respon ansietas tersebut menghasilkan respon fisik, kognitif, dan
emosional yang berbeda, yaitu (Videbeck, 2008):
Tingkat Respon
Ansietas Fisik Kognitif Emosional
Ringan Ketegangan otot ringan, sadar Lapang persepsi luas, Perilaku otomatis,
akan lingkungan, rileks atau terlihat tenang dan sedikit tidak sabar,
sedikit gelisah, penuh perhatian, percaya diri, perasaan aktivitas menyendiri,
rajin gagal sedikit, waspada terstimulasi, tenang
dan memerhatikan
banyak hal,
mempertimbangkan
informasi, tingkat
pembelajaran optimal
Sedang Ketegangan otot sedang, tanda- Lapang persepsi Tidak nyaman, mudah
tanda vital meningkat, pupil menurun, tidak tersinggung,
    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
19
 

Tingkat Respon
Ansietas Fisik Kognitif Emosional
dilatasi, mulai berkeringat, sering perhatian secara kepercayaan diri
mondar-mandir, memukulkan selektif, fokus terhadap goyah, tidak sabar,
tangan, suarah berubah stimulus meningkat, gembira
(beergetar, nada suara tinggi), rentang perhatian
kewaspadaan dan ketegangan menurun, penyelesaian
meningkat, sering berkemih, masalah menurun,
sakit kepala, pola tidur berubah, pembelajaran terjadi
nyeri punggung dengan memfokuskan
Berat Ketegangan otot berat, Lapang persepsi Sangat cemas, agitasi,
hiperventilasi, kontak mata terbatas, proses berpikir takut, bingung,
buruk, pengeluaran keringat terpeah-pecah, sulit merasa tidak adekuat,
meningkat, bicara cepat, nada berpikir, penyelesaian menarik diri,
suara tinggi, tindakan tanpa masalah buruk, tidak penyangkalan, ingin
tujuan dan serampangan, rahang mampu bebas
menegang, menggertakan gigi, mempertimbangkan
kebutuhan ruang gerak informasi, hanya
meningkat, mondar-mandir, memerhatikan
berteriak, meremas tangan, ancaman, preokupasi
gemetar dengan pikiran sendiri,
egoosentris
Panik Flight, fight, atau freeze, Perssepsi sangat Merasa terbebani,
ketegangan otot sangat berat, sempit, pikiran tidak merasa tidak mampu
agitasi motorik kasar, pupil logis atau terganggu, atau tidak berdaya,
dilatasi, tanda-tanda vital kepribadian kacau, lepas kendali,
menigkat kemudia menurun, tidak dapat mengamuk atau putus
tidak dapat tidur, hormon stres menyelesaikan asa, marah atau
dan neurotransmiter berkurang, masalah, fokus pada sangat takut,
wajah menyeringai, mulut pikiran sendiri, tidak mengharapkan hasil
ternganga rasional, sulit yang buruk, kaget
memahami stimulus atau takut, lelah
eksternal, halusinasi,
waham, ilusi, mungkin
terjadi
Tabel 2.1. Rentang Respon Ansietas

Perasaan ansietas yang dirasakan oleh seorang individu dapat membahayakan jika
individu tersebut merasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang sedang
terjadi atau berpotensial untuk terjadi. Hal ini dikarenakan pada saat seorang
individu berada pada situasi seperti ini, hanya akan menghabiskan tenaga,
menimbulkan rasa takut, dan hanya akan menghambat produktivitas individu
tersebut dalam berbagai aspek. Selain itu, saat seseorang mengalami ansietas,
respon sistem saraf otonom akan menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh.
Pada saat individu dihadapkan pada tanda-tanda bahaya, serabut saraf simpatif
akan mengaktifkan tanda-tanda vital sebagai bentuk pertahanan tubuh. Dalam hal
ini, kelenjar adrenal akan melepas adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan tubuh
mengambil lebih banyak oksigen, mendilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan
    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
20
 

arteri serta frekuensi jantung sambil membuat konstriksi pembuluh darah perifer
dan memirau darah dari sistem gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan
glikogenolisis menjadi glukosa bebas untuk membantu jantung, otot, dan sistem
saraf pusat (Videbeck, 2008). Ketika tanda bahaya tersebut berakhir, serabut saraf
pusat simpatis akan mengembalikan kondisi tubuh kembali ke normal. Oleh
karena itu hal inilah yang mendasari mengapa ansietas penting untuk diatasi
dengan cara yang tepat.

2.3.3. Asuhan Keperawatan Ansietas


Ansietas merupakan salah satu dari beberapa masalah keperawatan psikososial
yang terjadi pada klien yang mengalami Hipertensi. Terdapat beberapa teknik
yang dapat dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi ansietas diantaranya
promosi kenyamanan psikologis, asistensi koping, terapi kognitif, peningkatan
komunikasi, nutrisi, dan manajemen aktivitas dan latihan (Fontaine & Fletcher,
2003). Pada promosi kenyamanan psikologis, teknik yang dapat dilakukan adalah
teknik relaksasi napas dalam, relaksasi progresif, dan simple guided imagery.
Pada teknik asistensi koping, teknik yang dapat dilakukan adalah dukungan
emosional, dukungan spiritual, peningkatan kemanan, dan peningkatan support
system. Adapun teknik yang dapat dilakukan dengan manajemen terapi kognitif
adalah restruktur kognitif. Pada peningkatan komunikasi, teknik yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan sosialisasi. Pada teknik promosi
kenyamanan fisik, yang dapat dilakukan adalah masase dan akupresur. Beberapa
teknik yang telah diuraikan di atas, teknik yang paling sering digunakan untuk
mengatasi ansietas adalah teknik relaksasi napas dalam, teknik distraksi seperti
simple guided imagery atau hipnosis 5 jari, teknik spiritual, dan dukungan
keluarga.

Teknik relaksasi, seperti relaksasi progresif dan napas dalam dapat dilakukan
untuk mengatasi ansietas. Tujuan dilakukannya teknik relaksasi adalah untuk
menghasilkan respon yang dapat memerangi respon stres (Smeltzer & Bare,
2002). Saat tujuan ini tercapai, maka harapannya adalah hipotalamus dapat
menyesuaikan sehingga terjadi penurunan aktivitas saraf simpatis dan

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
21
 

parasimpatis. Teknik napas dalam yang dimaksud adalah teknik napas abdomen
dengan frekuensi lambat dan beriraman (Smeltzer & Bare, 2002). Teknik relaksasi
dilakukan dengan cara melakukan napas dalam melalui hidung selama 5 hitungan
dan dihembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan selama 5 hitungan
(Fontaine & Fletcher, 2002). Selain itu, hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan teknik relaksasi napas dalam adalah lingkungan dan posisi yang
nyaman untuk klien.

Teknik lainnya adalah teknik distraksi seperti simple guided imagery adalah
teknik imajinasi yang berfungsi untuk memberikan relaksasi atau pengalihan
secara langsung dari keadaan yang tidak diinginkan. Teknik ini tidak efektif jika
dilakukan pada klien yang memiliki tingkat ansietas berat atau panik. Adapun
tatalaksana teknik guided imagery adalah dengan menginstruksikan klien untuk
mencari posisi yang nyaman serta menutup mata. Buatlah sugesti yang dapat
membuat relaks, seperti menjelaskan gambar-gambar yang membuat tenang,
napas yang tegas. Selain itu, meminta klien untuk membayangkan hal-hal yang
membuat mereka bahagia.

Efek relaks yang diberikan pada manajemen ansietas tidak hanya datang dari cara
fisik seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Ketenangan bathin dapat membantu
seseorang dalam memberikan rasa nyaman atau tenang dalam diri seseorang.
Teknik spiritual yang digunakan adalah dengan pendekatan pada keyakinan
pasien dan melakukan ibadah sesuai dengan yang diyakini oleh klien. Selain itu,
dukungan dari keluarga dapat membuat klien merasa diperhatikan dan dicintai,
sehingga hal ini dapat membuat klien merasa dirinya jauh lebih berharga.

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN

Bab ini akan menyajikan pengkajian dan diagnosis keperawatan ansietas pada Ibu
OS yang mengalami penyakit Hipertensi.

3.1.Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Ibu OS berusia 58 tahun yang beralamat di Kp. Sindang Pala RT/RW ¾,Cibinong,
Bogor masuk ke RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal 27 Mei 2014.
Ibu OS beragama Islam dan berasal dari suku Sunda.

3.1.2. Alasan Masuk


Ibu OS masuk RS. Dr. H. Marzokei Mahdi melalui ruang IGD yang diantar oleh
keluarga. Ibu OS masuk RS. Marzoeki Mahdi disebabkan oleh Ibu OS merasa
lemas dan kedua tangannya terasa baal, serta merasa pusing. Ibu OS merasakan
keluhan semakin berat sejak semalam sebelum masuk RS.

3.1.3. Pemeriksaan Fisik


Setelah dilakukan pengkajian awal di IGD, kemudian Ibu OS dipindahkan ke
ruang rawat Gayatri. Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan adalah tekanan
darah 150/100 mmHg, nadi: 72x/menit, pernapasan: 18x/menit, dan suhu: 36,6C.
Berat badan Ibu. OS adalah sekitar 75 kg dengan tinggi badan 155 cm, dimana
IMT Ibu OS adalah 31,21 yang berarti Ibu OS mengalami obesitas. Tidak ada
riwayat alergi. Pada pemeriksaan fisik lainnya tidak ditemukan hasil yang
maladaptif. Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan berdasarkan hasil observasi
adalah yang sangat terlihat jelas yaitu bentuk badan Ibu OS yang gemuk. Selain
itu, Ibu OS tampak berkeringat dingin, baju tampak basah, serta wajah Ibu OS
tampak tegang.

Ibu OS mengatakan bahwa dirinya merasa lemas, pusing, dan kedua tangannya
terasa baal. Ibu OS mengatakan bahwa lemas dan pusing sudah dirasakan Ibu OS

  22  Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
23 
 

kurang lebih 2 hari sebelum masuk RS dan semakin berat mulai semalam sebelum
masuk RS. Ibu OS mengatakan bahwa dirinya disarankan oleh dokter IGD untuk
rawat jalan. Namun, Ibu OS meminta dokter agar dirinya dirawat inap saja. Ibu
OS mengatakan alasannya ingin dirawat inap saja disebabkan oleh Ibu OS
khawatir dengan kondisinya saat ini dan takut jika nanti keadaannya semakin
parah. Selain itu, Ibu OS mengatakan rasa khawatirnya bertambah ketika untuk
pertama kalinya Ibu OS mengetahui bahwa Ibu OS memiliki Hipertensi. Selain
itu, Ibu OS menanyakan kepada perawat apakah dirinya bisa akan sembuh. Ibu
OS khawatir jika keadaannya bisa bertambah parah. Ibu OS mengatakan
terkadang merasa deg-degan ketika Ibu OS memikirkan keadaannya saat ini.

3.1.4. Genogram
Ibu OS merupakan Ibu dari 10 orang anak. Ibu OS adalah single parent untuk
anak-anaknya, dikarenakan Ibu OS sudah bercerai dengan suaminya. Saat ini Ibu
OS tinggal sendirian di rumahnya karena semua anak-anaknya telah menikah dan
tinggal di rumah masing-masing. Adapun genogram dari keluarga Ibu OS adalah
sebagai berikut:

Gambar 3.1. Genogram


Keterangan:
: Laki-Laki : Laki-Laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

: Entry point/Klien

    Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
24 
 

Ibu OS merupakan pengambil keputusan untuk urusan keluarga intinya. Ibu OS


mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keturunan Hipertensi, Diabetes
Melitus, Asma, ataupun Jantung.

3.2. Masalah Psikosoial Utama


Masalah psikososial utama pada Ibu OS adalah Ansietas. Diagnosa psikososial ini
dapat diangkat sebagai masalah psikososial utama atas beberapa data yang
didapatkan. Pada saat pengkajian, Ibu OS mengatakan dirinya merasa khawatir
dengan kondisinya saat ini, sehingga Ibu OS meminta untuk dirawat inap. Saat
diklarifikasi oleh perawat, klien mengatakan merasa khawatir jika keadaannya
saat ini menjadi lebih buruk atau penyakitnya menjadi bertambah. Selain itu, Ibu
OS juga mengatakan terkadang merasa deg-degan saat mengingat kondisinya. Ibu
OS mengatakan saat memikirkan keadaannya, Ibu OS merasa jantungnya
berdebar kencang, deg-degan. Saat merasa khawatir atau cemas, Ibu OS tidak
melakukan apa-apa, Ibu OS hanya rebahan di tempat tidur dan berusaha untuk
tenang. Ansietas pada Ibu OS juga terlihat saat perawat melakukan interaksi
dengan Ibu OS, Ibu OS selalu menanyakan kondisinya apakah akan sembuh atau
tidak. Selain itu, hal yang nampak dari Ibu OS adalah wajah yang tampak tegang,
keringat dingin sampai baju Ibu OS basah.

Ibu OS mengatakan sebelum dirawat, Ibu OS sudah mengalami hal yang seperti
ini sebelumnya, namun tidak separah ini. Saat masih di rumah, saat merasa pusing
klien istirahat atau minum obat warung pereda nyeri. Namun, karena semakin hari
keluhan yang dirasakan semakin memberat, anak dan Ibu OS memutuskan untuk
periksa ke rumah sakit dan ternyata Ibu OS memiliki Hipertensi. Saat ditanyakan
mengenai perannya sebagai Ibu, Ibu OS mengatakan tugasnya telah selesai,
dikarenakan semua anaknya sudah menikah, dan tidak ada yang perlu
dikhawatirkan lagi. Saat ditanyakan mengenai kebutuhan spiritual, Ibu OS
mengatakan dirinya masih tetap melakukan sholat. Ibu OS melakukan tayamum
sebagai pengganti wudhu dikarenakan Ibu OS belum berani ke kamar mandi
karena masih merasa pusing dan takut jatuh. Ibu OS mengatakan yang menjadi

    Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
25 
 

fokus utamanya saat ini adalah kesembuhan dirinya, karena Ibu OS tidak ingin
penyakitnya menjadi lebih berat.

Adapun pohon masalah yang akan diuraikan berikut ini menunjukkan alur
terjadinya Ansietas yang disebabkan oleh Hipertensi dan akibat yang dapat
ditimbulkan dari Ansietas yang dialami oleh Ibu OS. Ibu. OS (58 tahun) masuk
IGD RS Marzoeki Mahdi Bogor dengan keluhan merasa lemas dan kedua
tangannya baal. Ibu OS didiagnosa mengalami Hipertensi dimana tekanan darah
saat masuk IGD adalah 160/100 mmHg. Dokter IGD menyarankan Ibu OS untuk
rawat jalan, namun Ibu OS meminta untuk rawat inap saja. Saat dipindah ke ruang
rawat Gayatri dan dilakukan pengkajian didapatkan hasil bahwa tekanan darah
klien adalah 150/100 mmHg, nadi: 72x/menit, pernapasan: 18x/menit, suhu:
36,6C. Keadaan ini membuat Ibu OS merasa khawatir atau cemas. Masalah
psikososial yang dialami oleh Ibu OS yaitu Ansietas dapat memberikan dampak
buruk pada penyakit medis Ibu OS, yaitu Hipertensi. Pada keadaan cemas, dapat
meningkatkan tekanan darah Ibu OS dan hal ini akan memperburuk keadaan Ibu
OS. Hal ini dikarenakan Hipertensi merupakan penyakit kategori silent killer yang
dapat menjadi pencetus terjadinya masalah kardiovaskular dan lain sebagainya.
Selain itu, jika masalah Ansietas ini tidak terselesaikan hal ini dapat
mengakibatkan masalah psikososial lainnya, diantaranya ketidakberdayaan dan
keputusasaan.

3.3. Rencana Asuhan Keperawatan Psikososial: Ansietas


Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari pada Ibu OS. Adapun tujuan umum
dari dilakukan intervensi ini adalah rasa cemas Ibu OS berkurang. Tujuan
khsususnya adalah Ibu OS mampu membina hubungan saling percaya, mampu
mengenal ansietasnya, Ibu OS mampu menggunakan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengatasi rasa cemasnya, serta Ibu OS dapat dukungan dari keluarga
untuk meningkatkan perawatan diri. Intervensi yang telah dilakukan pada Ibu OS
adalah seagai berikut:
3.3.1. SP 1: Teknik Relaksasi napas dalam dilakukan pada tanggal 27 Mei.
Adapun hasil yang didapatkan pada pertemuan pertama adalah Ibu OS

    Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
26 
 

mampu membina hubungan saling percaya, mampu mengungkapan


penyebab ansietasnya, mampu melakukan teknik relaksasi napas
dalam dengan baik, Ibu OS mau melakukan teknik relaksasi napas
dalam secara mandiri.
3.3.2. SP 2: Teknik distraksi hipnosis 5 jari dilakukan pada tanggal 28 Mei
2014. Adapun hasil yang didapatkan atau evaluasinya adalah Ibu OS
mengatakan teknik hipnosis 5 jari lebih sulit dari teknik napas dalam
dan lebih senang menggunakan teknik napas dalam saat merasa
cemas. Ibu OS mengatakan dirinya merasa lebih rileks setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam.

    Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini akan membahas mengenai profil lahan praktik, analisis masalah
keperawatan, analisis salah satu intervensi keperawatan, dan alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan pada Ibu OS yang mengalami Ansietas di Ruang
Gayatri RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

4.1. Profil Lahan Praktik


Ruang Gayatri merupakan salah satu ruangan perawatan umum untuk penyakit
dalam kelas II yang dikuhususkan untuk klien dewasa dan lansia. Ruang Gayatri
memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 15 tempat tidur, dimana 7 tempat tidur
untuk kategori lansia, dengan rincian 4 tempat tidur untuk klien lansia wanita dan
3 tempat tidur untuk klien lansia laki-laki, serta 8 tempat tidur untuk kategori
dewasa, dimana 4 tempat tidur untuk klien dewasa perempuan dan 4 tempat tidur
untuk klien dewasa laki-laki. Ruang Gayatri juga menyediakan satu ruangan
khusus, yaitu ruang isolasi degan kapasitas tempat tidur, 1 tempat tidur. Kasus-
kasus di Ruang Gayatri cukup beragam, dimana terdapat kasus Diabetes Mellitus
(DM), Hipertensi (HT), Pneumonia, PPOK, TB Paru, Jantung, Stroke, DHF, dan
penyakit dalam lainnya. Pada bulan April 2014, hasil pendokumentasian Kepala
Ruangan mengenai 10 besar kasus yang dirawat menunjukkan data bahwa 5 besar
kasus yang paling sering dirawat di Ruang Gayatri adalah DM (11 klien), Stroke
(11 klien), Jantung dan DHF (9 klien), Gastrointestinal dan Hipertensi (7 klien),
dan yang terakhir adalah Dyspepsia, CKD, serta Anemia (6 klien). Namun, untuk
gambaran data mengenai jumlah masalah fisik yang dikaitkan dengan masalah
psikososial tidak ditemukan di ruangan ini.

Ruangan Gayatri memiliki jumlah perawat kurang lebih sebanyak 15 perawat


dengan latar belakang yang cukup bervariasi, dimana terdapat 2 perawat S1 Ners
dan selebihnya adalah D3 Keperawatan. Perawat di Ruang Gayatri cukup
kompeten dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien-kliennya. Selain tu,
perawat Ruang Gayatri sangat memperhatikan juga tindakan-tindakan kolborasi

  27  Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
28 
 

dengan tim kesehatan lainnya. Namun, pada saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien, perawat lebih berfokus pada masalah fisik dibandingkan dengan
masalah psikososial yang mungkin saja muncul pada setiap klien. Namun, ada
beberapa perawat yang tidak melupakan untuk melakukan asuhan keperawatan
psikososial pada klien-klien yang terkaji memiliki masalah psikososial.

Bicara masalah asuhan keperawatan atau tindakan kolaborasi, tidak lepas dari
dukungan fasilitas alat kesehatan di ruang tersebut. Sejauh ini, ruang Gayatri
sudah memiliki alat kesehatan yang dapat mendukung terlaksanya tindakan
keperawatan mandiri maupun kolaborasi. Namun, ada beberapa alat kesehatan
yang mungkin dapat dikatakan untuk layak diganti atau diadakan, salah satunya
adalah alat elektrokardiografi (EKG). Alat EKG yang dimiliki oleh ruang Gayatri
sudah tidak layak pakai, sehingga terkadang jika ada klien yang butuh
pemantauan khusus EKG, ruang Gayatri harus meminjam ke ruangan lain.s

4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan


Konsep Kasus Terkait
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh
masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup masyarakat perkotaan
yang mulai menjauh dari gaya hidup sehat. Aktivitas yang tinggi membuat
masyarakat perkotaan jarang menyisihkan waktunya untuk berolah raga, makanan
cepat saji yang merajalela dimana-dimana. Beberapa hal tersebut yang memicu
gaya hidup masyarakat perkotaan beralih ke gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Depkes (2002) bahwa masalah penyakit tidak menular
yang timbul di masyarakat perkotaan salah satunya adalah Hipertensi yang
disebabkan oleh pergeseran gaya hidup, kurangnya PHBS, dan faktor lingkungan.
Selain itu, prevalensi Hipertensi di Indonesia pada umur > 18 tahun pada tahun
2013 adalah sebesar 25,8% dimana terjadi penurunan dari tahun 2007 yaitu
sebesar 31,7% (RISKESDAS, 2013). Keadaan ini mengalami penurunan yang
sangat signifikan.

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
29 
 

Ibu OS 58 tahun dengan status perkawinan adalah janda beragama Islam, tidak
bekerja, tinggal di Kp. Sindang Pala Bogor yang masih termasuk wilayah
perkotaan. Ibu OS dirawat di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor karena menderita
Hipertensi yang baru saja diketahui oleh Ibu S saat diperiksa di IGD RSMM
Bogor. Ibu OS mengatakan dirinya tidak memiliki keturunan yang punya penyakit
Hipertensi. Selain itu, klien mengatakan dirinya memiliki riwayat pola makan
yang tidak sehat dan jarang berolah raga. Kasus yang terjadi pada Ibu OS ini
merupakan masalah kesehatan perkotaan yang tidak menular. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Depkes (2002) bahwa masalah perkotaan
yang tidak menular merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh
pergeseran gaya hidup (pola makan), kurangnya PHBS, dan faktor lingkungan.
Selain itu, Berat badan Ibu OS adalah 75 kg dengan tinggi badan 155 cm, hasil
IMT adalah 31,21 yang menunjukkan Ibu OS mengalami obesitas. Obesitas pada
Ibu OS merupaka salah satu faktor resiko Hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori
yang diungkapkan oleh American Heart Associations (2012) bahwa salah satu
faktor resiko seseorang bisa terkena Hipertensi adalah kelebihan berat badan atau
obesitas.

Pada saat di ruang IGD, tekanan darah Ibu OS adalah 160/100 mmHg yang
kemudian didiagnosa oleh dokter bahwa Ibu OS terkena Hipertensi. Hal ini sesaui
dengan teori yang ada bahwa seseorang dikatakan menderita Hipertensi jika
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg
(Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi yang diderita oleh Ibu OS masuk dalam
klasifikasi Hipertensi stadium 2 (sedang). Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa hipertensi stadium 2 (sedang) jika tekanan sistolik antara 160-
179 mmHg dan tekanan diastolik antara 100-109 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002;
Price & Wilson, 2006).

Keluhan yang dirasakan oleh Ibu OS adalah kedua tangannya terasa baal, merasa
pusing, lemas, keringat dingin sampai bajunya basah. Selain itu juga, wajah Ibu
OS tampak tegang, Ibu OS selalu menanyakan kepada perawat apakah dirinya
akan sembuh serta mengatakn dirinya kadang merasa deg-degan jika mengingat

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
30 
 

keadaannya saat ini. Keadaan seperti ini merupakan data yang sangat kuat untuk
masalah psikososial Ansietas. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Doona (1979) bahwa tanda dan gejala ansietas diantaranya takikardi, dilatasi
pupil, berkeringat, tremor, anoreksia, insomnia, poliuria, vertigo, lemas, pusing,
meningkatnya aktivitas motorik, sulit konsentrasi, dan iritabilitas. Selain itu,
pernyatan tersebut didukung pula oleh AHA (2012) yang menyatakan bahwa
tanda dan gejala Hipertensi hanya dicirikan dengan tekanan darah melebihi batas
normal. Tanda dan gejala seperti yang muncul pada seseorang yang mengalami
Ansietas bisa saja timbul pada seseorang yang mengalami Hipertensi jika
seseorang tersebut mengalami Hipertensi krisis, dimana tekanan sistolik ≥ 180
mmHg dan tekanan diatolik ≥ 110 mmHg.

Kecemasan yang muncul pada Ibu OS disebabkan oleh rasa khawatir Ibu OS
terhadap kondisinya yang terkena Hipertensi. Ibu OS mengatakan baru
mengetahui dirinya terkena Hipertensi dan merasa takut jika kondisinya akan
memburuk jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu Ibu OS meminta untuk
dirawat inap saja yang sebelumnya disarankan oleh Dokter untuk rawat jalan.
Rasa cemas atau ansietas yang dialami oleh Ibu OS sesuai dengan teori Ansietas
Potter dan Perry (2005) bahwa seseorang akan merasa cemas jika dihadapkan
pada perubahan dan kebutuhan untuk melakukan tindakan yang berbeda. Keadaan
yang dialami oleh Ibu OS juga didukung oleh hasil penelitian Sarhan (2010)
bahwa masalah psikososial yang mungkin timbul pada Hipertensi adalah depresi,
ansietas, masalah seksual, dan kerusakan memori. Selan itu, beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa ansietas memiliki efek yang signifikan dalam
peningkatan Hipertensi (Bajko et all, 2012; Cheung et all, 2003).

4.3. Analisis Salah Satu Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Kecemasan atau ansietas yang dirasakan oleh Ny. OS penting untuk segera
diatasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Videbeck (2008) bahwa jika seseorang
yang mengalami khawatir yang berlebihan hanya akan menghabiskan tenaga,
    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
31 
 

menimbulkan rasa takut, dan hanya akan menghambat produktivitas individu


tersebut dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, hal ini harus dilakukan intervensi. Adapun intervensi keperawatan
yang dapat diberikan kepada klien yang mengalami ansietas sangatlah
beragam,yaitu teknik relaksasi napas dalam, teknik distraksi yang diantaranya
teknik hipnosis 5 jari, teknik spiritual, dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan teori
yang diuraikan oleh Fontaine dan Fletcher (2003) bahwa teknik yang dapat
dilakukan untuk mengatasi ansietas adalah promosi kenyamanan psikologis,
asistensi koping, terapi kognitif, peningkatan komunikasi, nutrisi, dan manajemen
aktivitas dan latihan. Teknik-teknik tersebut mampu mengurangi tingkat ansietas
yang dialami oleh klien.

Masalah keperawatan psikososial yang diangkat pada Ibu. OS adalah Ansietas.


Salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan pada Ibu. OS adalah
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. Adapun tujuan umum dari dilakukan
intervensi ini terhadap masalah Ansietas Ibu OS adalah rasa cemas Ibu OS
berkurang. Tujuan khsususnya adalah Ibu OS mampu membina hubungan saling
percaya, mampu mengenal ansietasnya, Ibu OS mampu menggunakan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengatasi rasa cemasnya, serta Ibu OS dapat
dukungan dari keluarga untuk meningkatkan perawatan diri. Intervensi ini
dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan membuat jadwal latihan teknik
relaksasi napas dalam yang disepakati bersama-sama, yaitu 3x dalam sehari,
setelah sarapan, makan siang, dan makan sore.

Teknik relaksai merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
Salah satu teknik relaksasi yang dapat dilakukan pada klien dengan ansietas
adalah teknik relaksasi napas dalam. Adapun tujuan dari teknik relaksasi adalah
untuk menghasilkan respon yang dapat memerangi respon stres (Smeltzer & Bare,
2002). Berdasarkan hasil beberapa penelitian, teknik relaksasi napas dalam sangat
efektif dalam menurunkan tingkat ansietas. Salah satunya pada penelitian yang
dilakukan oleh D’Silva et all (2014) bahwa teknik relaksasi napas dalam efektif
dalam menurunkan ansietas pada klien dengan penyakit arteri koroner.

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
32 
 

Asuhan keperawatan pada Ibu OS dilakukan selama 3 hari. Pada hari pertama
asuhan keperawatan yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab ansietas Ibu OS, cara yang dilakukan oleh Ibu OS saat
merasa cemas dan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi
napas dalam dipilih menjadi SP 1 untuk masalah ansietas Ibu OS karena menurut
penyusun yang saat ini dibutuhkan Ibu OS relakasi dengan cara yang mudah,
sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan oleh Ibu OS. Teknik relaksasi napas
dalam ini terus dievaluasi oleh penyusun sampai pada hari terahir melakukan
asuhan keperawatan pada Ibu OS.

Proses pemberian intervensi keperawatan teknik relaksasi napas dalam diawalai


dengan membina hubungan saling percaya yang dilanjutkan dengan melakukan
kontrak terlebih dahulu dengan Ibu OS. Selanjutnya penyususn menjelaskan
tujuan dari dilakukannya teknik relaksasi napas dalam dan melakukan kontrak
waktu. Setelah itu masuklah ke fase kerja dimana penyusun menjelaskan terlebih
dahulu prosedur melakukan teknik relaksasi napas dalam, yaitu meminta Ibu OS
untuk mencari posisi yang nyaman, kemudian tarik napas dalam perlahan-lahan
melalui hidung sambil mengisi perut dengan udara, ditahan semampu Ibu OS, dan
kemudian dihembuskan lewat mulut secara perlahan-lahan sambil mengempeskan
perut. Menyampaikan kepada Ibu OS jika Ibu OS merasa lebih nyaman dan lebih
fokus menutup mata, Ibu OS bisa menutup mata.

Intervensi keperawatan teknik relaksasi napas dalam dilakukan selama 3 hari Ibu
OS dirawat. Setiap kali melakukan interaksi dengan Ibu OS, penyusun
mengevaluasi kembali kemampuan Ibu OS dalam melakukan teknik relaksasi
napas dalam. Selain itu penyusun juga membantu Ibu OS dalam menyusun jadwal
latihan teknik relaksasi napas dalam yang disepakati bersama, yaitu 3x sehari
setiap setelah sarapan, makan siang, dan makan sore. Setelah 3 hari melakukan
intervensi dan evaluasi pada Ibu OS mengenai teknik relaksasi napas dalam,
terlihat bahwa tingkat ansietas Ibu OS berkurang. Hal ini terlihat dari wajah Ibu
OS tampak tidak tegang lagi, Ibu OS tampak lebih tenang, pusing Ibu OS sudah

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
33 
 

tidak dirasakan lagi, Ibu OS mengatakan sudah tidak merasa khawatir lagi dengan
keadaannya karena sudah mengetahui cara mengetasi cemas. Seain itu juga,
tekanan darah Ibu OS berangsur-angsur turun. Keberhasilan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengatasi tingkat kecemasan pada Ibu OS tidak lepas dari
kesungguhan Ibu OS untuk sembuh. Selain itu, keluarga dari Ibu OS sangat
mendukung Ibu OS dan seringkali mengingatkan Ibu OS untuk latihan teknik
relaksasi napas dalam.

Penyusun mencoba untuk menganalisis intervensi yang diberikan kepada Ibu OS


untuk mengatasi kecemasannya, dimana penyusun melakukan 2 teknik, yaitu
teknik relaksasi napas dalam dan teknik hipnosis 5 jari. Berdasarkan hasil yang
ada dan pernyataan dari Ibu OS bahwa teknik relaksasi napas dalam adalah teknik
yang efektif dalam mengatasi kecemasan pada Ibu OS. Hal ini disebabkan teknik
relaksasi napas dalam merupakan teknik yang sangat sederhana, mudah, dan tidak
begitu menuntut Ibu OS untuk berkonsentrasi tingkat tinggi. Lain halnya pada
teknik distraksi hipnosis 5 jari, Ibu OS mengatakan teknik ini cukup baik, namun
sangat menuntut Ibu OS untuk berkonsentrasi tingkat tinggi dan butuh lingkungan
yang sangat tenang dan nyaman. Sementara ruangan tempat Ibu OS dirawat
merupakan ruangan kelas II dimana ada beberapa klien lainnya yang berada di
ruangan tersebut. Selain itu, hal yang membuat Ibu OS sulit untuk melakukan
teknik hipnosis 5 jari adalah menghafalkan apa yang harus dibayangkan setiap
kali memindahkan jarinya dari telunjuk ke jari tengan, dan selanjutnya.

Intervensi yang diberikan kepada Ny. OS tidak lepas dari kekurangan, salah satu
diantaranya adalah penyusun tidak melakukan intervensi khusus untuk keluarga.
Padahal penyusun menyadari bahwa hal ini merupakan hal yang paling penting
sebagai salah satu strategi untuk menyiapkan keluarga sebagai perpanjangan
tangan perawat saat Ny. OS berada di rumah. Selama melakukan intervensi,
penyusun hanya melibatkan keluarga saat mengajarkan teknik menurunkan
ansietas dan saat discharge planning, tanpa melakukan SP keluarga. Hal ini
disebabkan oleh penyusun berharap dengan melibatkan keluarga hanya saat

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
34 
 

mendemonstrasikan teknik menurunkan ansietas sudah dapat mempersiapkan


keluarga untuk melakukan perawatan di rumah.

4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan


Ansietas yang dialami oleh Ibu OS tidak lain karena disebabkan oleh Hipertensi
yang diderita oleh Ibu OS. Ibu OS yang baru saja mengetahui bahwa dirinya
memiliki Hipertensi serta keluhan yang dirasakan saat itu membuat Ibu OS
merasa khawatir atas kondisinya. Dalam hal ini, peran keluarga sudah cukup baik
dengan segera membawa Ibu OS ke RS. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga Ibu
OS sudah mampu melaksanakan tugas keluarga untuk membawa Ibu OS ke
pelayanan kesehatan yang tepat.

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ibu OS tidak lepas dari kerjasama yang
cukup baik dari Ibu OS, serta keluarga. Selama intervensi keperawatan
berlangsung, Ibu OS dan keluarga sangat kooperatif dan menerima intervensi
keperawatan yang diberikan oleh penyusun. Melihat hal ini, penyusun
menganalisis bahwa dukungan dari keluarga dapat menjadi salah satu alternatif
pemecahan masalah. Jika keluarga mampu melakukan perannya sebagai support
system yang baik, hal ini juga akan membuat klien menyadari bahwa dirinya
sangat berharga untuk keluarganya. Sehingga hal ini dapat memotivasi klien
untuk terus sehat. Selain itu, dengan melibatkan keluarga klien dalam intervensi
keperawatan, secara tidak langsung telah mengajarkan keluarga untuk menjadi
keluarga yang mandiri, sehingga jika kedepannya hal yang sama terjadi lagi, klien
dan keluarga telah mengetetahui apa yang harus dilakukan sebagai tindakan awal.
Oleh karena itu, jika keluarga memiliki koping yang efektif dalam menangani
setiap masalah yang ada, secara tidak langsung hal tersebut dapat membuat klien
menjadi lebih tenang dan memiliki koping yang efektif pula dengan harapan
masalah ansietas tidak akan muncul.

    Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
BAB 5
PENUTUP

Bab ini akan menyajikan tentang kesimpulan hasil asuhan keperawatan dan
saran.

5.1. Kesimpulan
Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada Ny. OS selama 3 hari
dapat disimpulkan bahwa:
5.1.1. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
muncul di perkotaan yang diakibatkan oleh pola makan yang tidak
sehat serta gaya hidup kurang gerak (aktivitas)
5.1.2. Ansietas adalah masalah psikososial yang sering muncul pada klien
dengan Hipertensi
5.1.3. Asuhan keperawatan psikososial Ansietas pada klien dengan
Hipertensi, yaitu teknik relaksasi napas dalam lebih efektif dalam
menurunkan ansietas dibandingkan dengan teknik hipnosis 5 jari
5.1.4. Support system, yaitu keluarga merupakan salah satu faktor yang
dapat mendukung efektivitas suatu intervensi keperawatan yang
diberikan oleh perawat

52. Saran
5.2.1. Bidang Pendidikan
Teknik relaksasi napas dalam dapat digunakan untuk menurunkan tingkat ansietas
pada klien yang memiliki masalah fisik Hipertensi. Berdasarkan hasil analisis
karya ilmiah ini, penyusun mengharapkan agar bagian pendidikan dapat
memberikan cara melakukan teknik relaksasi napas dalam pada mahasiswa
keperawatan selanjutnya agar kedepannya teknik ini dapat dikuasai oleh
mahasiswa keperawatan dan dapat menyelesaikan masalah ansietas dengan
masalah fisik yang berbeda.

  35  Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
36 
 

5.2.2. Bidang Pelayanan


Penyusun mengharapkan dengan adanya hasil Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat
memberikan pertimbangan kepada semua komponen pelayanan kesehatan agar
kedepannya bisa melakukan atau memberikan pelayanan kesehatan kepada klien
secara biopsikososial kultural, khususnya dengan masalah ansietas yang dapat
ditangani dengan teknik relaksasi napas dalam

5.2.3. Bidang Penelitian


Hasil analisis pada Karya Ilmiah Akhir Ners ini terkait teknik relaksasi sebagai
salah satu intervensi pada klien yang mengalami ansietas dengan masalah fisik
Hipertensi dapat dijadikan sumber untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait
masalah psikososial ansietas.

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Associations. (2012). Understan Your Risk fot Your High Blood
Pressure.
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/Unders
tandYourRiskforHighBloodPressure/Understand-Your-Risk-for-High-
Blood-Pressure_UCM_002052_Article.jsp
American Heart Associations. (2012). What Are The Symtoms of High Blood
Pressure.
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/Sympt
omsDiagnosisMonitoringofHighBloodPressure/What-are-the-Symptoms-
of-High-Blood-Pressure_UCM_301871_Article.jsp (Diunduh pada tanggal
02 Juli 2014, Pukul: 22.23)
Bajko, Zolran., et all. (2012). Anxiety, Depression, and Autonomic Nervous
System Dysfunction in Hypertension. Vol. 317 (1). p: 112-116
Cheung, B.M.Y., et all. (2003). The Relationship Between Hypertension and
Anxiety or Depression in Hongkong Chinese. Vol.10 (1). p: 21-24
D’Silva et all. (2014). Effectiveness of Deep Breathing Exercise (DBE) on The
Heart Rate Variability, BP, Anxiety & Derpression Of Patients With
Coronary Artery Diasease. Vol.4. p: 35-41
Depkes RI. (2002). Konsep Kesehatan Perkotaan. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
Doengoes, Marilynn E., Moorhouse, Mary F., Geissler, Alice C. (2000). Rencana
Asuhan Keperawata: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doona, Mary Ellen. (1979). Travelbee’s Intervention in Psychiatric Nursing.
Ed.2. USA: F.A. Davis Company
Fontaine & Fletcher. (2003). Mental Health Nursing. 5th ed. New Jearsey:
Pearson Education, Inc.
Fortinash & Holoday-Worret. (1999). Psychiatric Nursing Care Plans. 3 Ed. St.
Louis: Mosby

  37  Universitas Indonesia 

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
38 
 

Logan, Jeongok G., Barksdale, Debar J., Carlson, John., Carlson, Barboraw.,
Rowsey, Pamela J. (2012). Psychologycal Stress and Arterial Sttiffness in
Korea Americans. Vol. 73 (1). p: 53-58
NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses,
dan praktik. Vol. 1. Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses,
dan praktik. Vol. 2. Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakitNational Heart, Lung, and Blood Institute. (2003). The seventh
Report of the Joint National Commite on Detection, Evaluation, . Vo. 1.
Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sarhan, Walid. (2010). Psychiatric Aspect of Hypertension. Vol.17. p: 79-80
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah: Brunner:
Brunner & Suddarth. Vol. 2. Ed. 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Ed.4. Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
NN. (2014). Buku Kendali Mutu Ruang Gayatri RS Marzoeki Mahdi Bogor. Tidak
dipublikasikan
Videbeck, Shella L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

    Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 1-Pengkajian Keperawatan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA


MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Ny. OS
Usia : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Bahasa dominan : Bahasa Indonesia
Status perkawinan : Janda
Alamat : Kp. Sindang Pala RT/RW 03/04, Kel. Cibinong, Kec.
Pamijatan, Bogor
Tanggal masuk : 27 Mei 2014
Tanggal pengkajian : 27 Mei 2014
Ruang rawat : Gayatri
No RM : 288167
Diagnosa medis : Hipertensi
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet : Diet rendah garam

KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan merasa lemas dan kedua tangannya terasa baal, pusing (+),
mual atau muntah (-)

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


FISIK
Berat badan : 75 Kg
Tinggi badan : 155 cm
Tanda-tanda vital : TD: 150/100 mmHg, N: 72x/menit,
RR: 18x/menit,S: 36,6ºC
Riwayat pengobatan fisik : Klien sebelumnya belum pernah periksa ke dokter

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 1-Pengkajian Keperawatan

tentang Hipertensinya dan tidak pernah


melakukan pengobatan ke pengobatan alternatif.
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Tanggal 27 Mei 2014
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Elektrolit
Natrium 138 - 136-146
Kalium 3.8 - 3.5-5.0
Chlorida 108 - 95-115
Hematologi
Hemoglobin 14.0 g/dl 14-16
Leukosit 9.430 /mm3 4000-10.000
Trombosit 307.000 mm3 150.000-400.000
Hematokrit 41 % 40-50
Kimia Darah
SGOT 37 U/I < 42
SGPT 32 U/I < 47
Ureum 17.7 mg/dl 10-50
Kreatinin 0,88 mg/dl 0.7-1.4
Glukosa sewaktu 170 mg/dl < 140

Tanggal 28 Mei 2014


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Laju Endap Darah
1 jam 27 mm 0-20
Kimia Darah
Uric Acid 5.0 mg/dl 3.4-7
Kolesterol 159 mg/dl < 200
Trigliserida 100 mg/dl 40-160
HDL kolesteriol (direc) 39 mg/dl 35-80
LDL kolesterol (direc) 129 mg/dl < 159

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas sedang-berat. Adapun perilaku yang ditunjukkan adalah ramah,
kooperatif, dan gelisah

KELUARGA
Genogram

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 1-Pengkajian Keperawatan

Keterangan:
: Laki-Laki : Laki-Laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

: Entry Point

Tipe keluarga : Nuclear Family


Pengambil keputusan : Kepala keluarga
Hubungan klien dengan kepala keluarga: Kepala keluarga
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga:
Klien saat ini sudah tinggal sendirian di rumah dikarenakan semua anaknya sudah
berkeluarga. Namun, sering kali anak-anaknya mengunjunginya dan ngorol-
ngobrol atau klien bermain bersama cucunya
Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat:
Klien mengatakan mengikuti pengajian yang ada di lingkungan rumah

RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
 Teman/orang terdekat: Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini adalah
anak-anaknya
 Peran serta dalam kelompok: Klien mengatakan terlibat dalam pengajian
di lingkungan rumah
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien mengatakan tidak
memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang lain
Obat-oabatan yang dikonsumsi
 Klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan herbal atau obat-
obatan yang diluar resep
 Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini:
- Valsartan 80 mg
- Domperidon
- Meloxicam 15 mg
- Amlodipin

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 1-Pengkajian Keperawatan

- Ranitidine 2x2 ml
 Klien mengatakan tidak menggunakan alkohol dan obat-obatan untuk
mengatasi masalahnya

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
 Cacat fisik. Klien tidak memiliki cacat fisik
 Kontak mata. Klien melakukan kontak mata saat berinteraksi dengan
orang lain
 Pakaian. Klien berpakaian rapi sesuai dengan tempat dan kondisi saat ini
 Perawatan diri. Klien mengatakan selama di RS, mandi setiap pagi
Tingkah Laku
Tingkah laku yang ditunjukkan klien tampak dari wajah klien yang tampak tegang
Pola Komunikasi
Pola komunikasi pada klien jelas dan koheren
Mood dan Afek
Mood dan afek yang ditunjukkan oleh klien tidak ada yang berlebihan, biasa-biasa
saja.
Proses Pikir
Proses pikir klien jelas, logis, mudah diikuti, dan relevan
Persepsi
Tidak tampak penyimpangan persepsi seperti halusinasi, ilusi, depersonalisasi,
derealisasi pada klien.
Kognitif
 Orientasi realita: Klien memiliki orientasi yang baik terhadap waktu,
tempat, orang, dan situasi
 Memori: tidak ada gangguan daya ingat
 Tingkat konsentrasi dan berhitung: klien mampu berkonsentrasi

IDE-IDE BUNUH DIRI


Tidak terdapat ide-ide merusak diri atau orang lain pada klien

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 1-Pengkajian Keperawatan

KLUTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
 Klien mengatakan selama di RS melakukan sholat 5 waktu dengan cara
duduk dan bertayamum atau terkadang jika klien kuat, klien berwudhu
seperti biasa. Selain itu, jika klien merasa pusing, klien sholat dengan cara
tiduran, karena menurut klien selagi masih bisa melaksanakan sholat, tetap
harus dilaksanakan
 Klien mengatakan setelah sholat atau istighfar klien merasa lebih tenang
Budaya yang diikuti
 Klien mengatakan tidak ada pengaruh budaya yang mempengaruhi
terjadinya masalah, melainkan karena pola hidup sehat yang tidak
dijalankan, terutama pola makan
 Saat ini tingkat perkembangan klien sudah terpenuhi semuanya

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 2-Analisa Data

ANALISA DATA

Inisial Klien : Ny. OS No. RM : 288167


Usia : 58 Tahun Ruang Rawat : Gayatri
Diagnosa Medis : Hipertensi

DATA MASALAH KEPERAWATAN


DO: Ansietas
 Wajah klien tampak tegang
 Klien tampak berkeringan dingin
 TD: 150/100 mmHg, nadi: 72x/menit,
rr: 18x/menit

DS:
 Klien mengatakan merasa khawatir
dengan kondisinya saat ini
 Klien mengatakan apakah dirinya akan
sembuh
 Klien mengatakan terkadang merasa
deg-degan jika mengingat-ingat
kondisinya
 Klien mengatakan merasa pusing
 Klien mengatakan merasa lemas
DO: - Gangguan rasa nyaman
DS:
 Klien mengatakan merasa pusing
 Klien mengatakan terkadang merasa
terganggu dengan pusing yang
dirasakan
DO: Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari
 Tubuh klien tampak gemuk kebutuhan tubuh
 BB: 75 Kg, TB: 155cm, IMT: 31,21
(obesitas)

DS:
 Klien mengatakan dirinya jarang
berolahraga
 Klien mengatakn dirinya senang
ngemil

Adapun prioritas masalah keperawatan adalah:


1. Ansietas
2. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan rasa nyaman

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 3-Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


Ansietas  Bina hubungan saling percaya  Hubungan saling percaya merupakan
TUM: Klien mampu menunjukkan koping yang dasar dari terjadinya komunikasi
efektif terdapat ansietas terapeutik sehingga akan memfasilitasi
TUK: dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan
1. Klien dapat menjalin dan harapan klien
mempertahankan hubungan saling percaya  Beri kesempatan kepada klien untuk  Dengan mengenal masalah ansietasnya,
2. Klien dapat mengenal ansietasnya mengekspresikan perasaannya klien akan lebih kooperatif terhadap
3. Klien dapat menggunakan teknik tindakan keperawatan dan menyamakan
mengurangi ansietas secara positif persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien
4. Klien dapat dukungan keluarga untuk  Ajarkan teknik menurunkan ansietas: teknik  Didapatkannya cara lain yang sehat yang
meningkatkan perawatan diri relaksasi, distraksi, spiritual akan membantu klien untuk mencari cara
Kriteria evaluasi: yang adaptif dalam mengurangi atau
Klien mampu : menghilangkan ansietasnya
 Menunjukkan tanda-tanda percaya  Berikan kesempatan untuk  Mengetahui kemampuan klien dalam
terhadap perawat: wajah tersenyum, mau mendemosntrasikan kembali teknik yang melakukan teknik untuk mengatasi
berkenalan, ada kontak mata, bersedia telah diajarkan ansietas
 Diskusikan masalah yang sedang dihadapi  Dukungan keluarga, mendukung proses
menceriatakan perasaannya
keluarga perubahan perilaku ansietas klien. Untuk
 Mengungkapkan perasaan ansietas, meningkatkan motivasi klien dalam
penyebab ansietas, dan perilaku akibat menghilangkan ansietasnya. Untuk
ansietas memberikan pengetahuan kepada keluarga
 Mendemonstrasikan cara mengatasi sehingga keluarga dapat memahami cara
ansietas secara positif yang tepat dalam menangani klien dan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga pentingnya perhatian keluarga. Agar
dengan anseitas dengan latihan relaksasi keluarga dapat merawat klien di rumah
secara mandiri
Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan  Kaji pemahaman klien tentang hubungan  Kegemukan adalah resiko tambahan pada
tubuh langsung antara hipertensi dan kegemukan tekanan darah tinggi karena disproporsi
TUM: Klien mampu menunjukkan sikap untuk antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
mengurangi berat badannya jantung berkaitan dengan peningkatan massa
TUK: tubuh
1. Klien mampu mengenal masalah  Bicarakan pentingnya menurunkan masukan  Kesalahan kebiasaan makan menunjang
obesitasnya kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan terjadinya aterosklerosis dan kegemukan,

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 3-Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


2. Klien mampu menunjukkan sikap untuk gula sesuai indikasi yang merupakan predisposisi untuk
menurunkan berat badannya hipertensi dan komplikasinya, mis. Stroke,
Kriteria Evaluasi: penyakit ginjal, gagal jantung. Kelebihan
Klien mampu: masukan garam memperbanyak volume
 Mengidentifikasi hubungan antara cairan intravaskular dan dapat merusak ginjal
hipertensi dan kegemukan yang lebih memperburuk hipertensi.
 Menunjukkan perubahan pola makan  Tetapkan keinginan klien menurunkan berat  Motivasi untuk penurunan berat badan
 Melakukan/mempertahankan program badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
olah raga yang tepat secara individual untuk menurunkan berat badan,bila tidak
maka program sama sekali tidak berhasil
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan  Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam
diet program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian/penyuluhan
 Tetapkan rencana penurunan berat badan  Penurunan masukan kalori seseorang
yang realistik dengan klien sebanyak 500 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan berat badan 0,5
kg/minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak
melalui kerja otot dan umumnya dengan cara
mengubah kebiasaan makan
 Dorong klien untuk mempertahankan  Memberikan data dasar tentang keadekuatan
masukan makanan harian termasuk kapan dan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat
dimana makan dilakukan dan lingkungan dan makan. Membantu untuk memfokuskan
perasaan sekitar saat makanan dimakan perhatian pada faktor mana klien telah/dapat
mengontrol perubahan
 Instruksikan dan bantu memilih makanan  Menghindari makanan tinggi lemak jenuh
yang tepat dan kolesterol penting dalam mencegah
Kolaborasi perkembangan aterogenesis
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi  Memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual
Gangguan rasa nyaman  Kaji penyebab rasa ketidaknyamanan  Membantu perawat untuk mengetahui
TUM: Gangguan rasa nyaman pada klien teratasi penyebab ketidaknyamanan dan untuk
TUK: menuntuk intervensi yang tepat
1. Klien dapat mengidentifikasi sumber yang  Mempertahankan tirah baring  Meminimalkan stimulasi/meningkatkan

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 3-Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


membuat tidak nyaman relaksasi
Kriteria Evaluasi:  Memberikan posisi yang nyaman  Membantu klien untuk mendapatkan posisi
Klien mampu: Kolaborasi yang dapat meningkatkan rasa nyaman
 Mengungkapkan penyebab rasa Antiansietas  Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan kedaknyamanan yang diperberat oleh stres
 Klien mampu menemukan hal-hal yang
dapat meningkatkan rasa nyaman
 Merasa nyaman

Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 4-Catatan Perkembangan

CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial Klien : Ny. OS No. RM : 288167


Usia : 58 Tahun Ruang Rawat : Gayatri
Diagnosa Medis : Hipertensi
Diagnosa Keperawatan : Ansietas, gangguan rasa nyaman, dan ketidakseimbangan
nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

Tanggal Implementasi Evaluasi


Data: S:
 Wajah klien tampak tegang  Klien mengatakan merasa
 Klien tampak berkeringat khawatir dengan
dingin keadaannya, takut jika nanti
 Tubuh klien tampak gemuk penyakitnya tambah parah
 TD: 150/100 mmHg, nadi:  Klien mengatakan tidak
72x/menit, rr: 18x/menit melakukan apa-apa saat
 Klien mengatakan merasa merasa cemas/khawatir
khawatir dengan kondisinya  Klien mengatakan dirinya
saat ini suka ngemil dan makan
 Klien mengatakan apakah makanan yang tinggi lemak
dirinya akan sembuh seperti bakso
 Klien mengatakan terkadang  Klien mengatakan dirinya
merasa deg-degan jika jarang berolah raga
mengingat-ingat kondisinya  Klien mengatakan posisi
 Klien mengatakan kedua semifowler membantu
tangannya terasa baal dirinya merasa lebih nyaman
 Klien mengatakan merasa  Klien mengatakan merasa
pusing rileks setelah melakukan
 Klien mengatakan merasa teknik relaksasi napas dalam
lemas  Klien mengatakan akan
27Mei 2014  Klien mengatakan terkadang melakukan teknik relaksasi
07.00-14.30 WIB merasa terganggu dengan napas dalam saat merasa
pusing yang dirasakan cemas
 Klien mengatakan dirinya
 Klien mengatakan akan
jarang berolahraga
mencoba mengurangi
 Klien mengatakn dirinya
kebiasaan ngemilnya
senang ngemil
 Klien mengatakan jika keluar
dari RS nanti, akan mencoba
Diagnosa Keperawatan:
untuk berolahraga sedikitnya
 Ansietas
2x/minggu selama 30 menit
 Gangguan rasa nyaman
 Ketidakseimbangan nutri: O:
lebih dari kebutuhan tubuh  Tingkat kecemasan klien
sedang-berat
Implementasi:
 Klien tampak lebih rileks
 Membina hubungan saling
 Klien mampu melakukan
percaya
teknik relaksasi napas dalam
 Mengkaji tingkat kecemasan
dengan cukup baik
klien
 Mengkaji sumber cemas  Klien tampak lebih nyaman
 Mengkaji teknik yang dengan dengan posisi
digunakan saat merasa cemas semifowler
 Mengajarkan teknik relaksasi  TD: 150/100 mmHg, nadi:
72x/menit, rr:18x/menit

 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 4-Catatan Perkembangan

napas dalam  Klien masih tampak


 Memberikan posisi yang berkeringat
nyaman A:
 Mengkaji penyebab obesitas  Masalah ansietas teratasi
 Menjelaskan tentang sebagian
pentingnya aktivitas fisik  Masalah gangguan rasa
 Membantu klien memilih nyaman teratasi sebagian
makanan yang tepats  Masalah ketidakseimbangan
nutrsi lebih dari kebutuhan
tubuh belum teratasi

P:
K: Latih teknik relaksasi napas
dalam 3x/hari, tiap selesai
sarapan, makan siang, dan
makan sore
P:
 Evaluasi teknik relaksasi
napas dalam
 Ajarkan teknik distraksi
hipnosis 5 jari
 Evaluasi pola makan
 Penkes tentang diit yang
tepat
 Evaluasi posisi yang nyaman

Data: S:
 Wajah klien masih tampak  Klien mengatakan sudah
tegang melakukan teknik relaksasi
 Klien tampak berkeringat napas dalam sesuai dengan
dingin yang dijadwalkan
 Tubuh klien tampak gemuk  Klien mengatakan teknik
 TD: 160/90 mmHg, nadi: hipnosis 5 jari lebih susah
94x/menit, rr: 18x/menit dibandingkan dengan teknik
 Klien mengatakan masih relaksasi napas dalam
merasa khawatir dengan  Klien mengatakan merasa
kondisinya saat ini biasa saja setelah melakukan
 Klien mengatakan apakah teknik hipnosis 5 jari
dirinya akan sembuh  Klien mengatakan lebih suka
 Klien mengatakan terkadang dengan teknik relaksasi
28 Mei 2014 masih merasa deg-degan jika napas dalam
07.00-14.30 WIB mengingat-ingat kondisinya  Klien mengatakan saat ini
 Klien mengatakan kedua rasa khawatirnya mulai
tangannya terasa baal berkurang
 Klien mengatakan merasa  Klien mengatakan makan
pusing makanan dari RS dan hanya
 Klien mengatakan merasa ngemil buah
lemas
 Klien mengatakan kadang-
 Klien mengatakan terkadang kadang masih merasa deg-
merasa terganggu dengan
degan ketika mengingat
pusing yang dirasakan
keadaannya
 Klien mengatakan dirinya
 Klien mengatakan masih
jarang berolahraga
sering berkeringat dingin
 Klien mengatakn dirinya
 Klien mengatakan masih
senang ngemil
merasa nyaman dengan
posisi semifowler

 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 4-Catatan Perkembangan

Diagnosa Keperawatan:  Klien mengatakan akan


 Ansietas berlatih teknik relaksasi
 Gangguan rasa nyaman napas dalam dan teknik
 Ketidakseimbangan nutri: hipnosis 5 jari
lebih dari kebutuhan tubuh
O:
Implementasi:  Wajah klien tampak tidak
 Mengevaluasi teknik begitu tegang
relaksasi napas dalam  Klien masih tampak
 Mengevaluasi tingkat berkeringat
kecemasan  TD: 160/90 mmHg, nadi:
 Mengajarkan teknik distraksi 94x/menit
hipnosis 5 jari  Klien mampu melakukan
 Mengevaluasi rasa nyaman teknik relaksasi napas dalam
 Mengevaluasi pola makan dan teknik hipnosis 5 jari
 Memberikan pendidikan dengan cukup baik
kesehatan mengenai diit yang  Klien merasa nyaman
tepat dengan posisi semifowler
 Klien sudah mulai
mengurangi kebiasaan
ngemilnya, dengan makan
makanan dari RS dan ngemil
buah-buahan

A:
 Masalah ansietas teratasi
sebagian
 Masalah gangguan rasa
nyaman teratasi sebagian
 Masalah ketidakseimbangan
nutrsi lebih dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian

P:
K: Latih tektenik relaksasi napas
dalam 3x/hari tiap selesai
sarapan, makan siang, dan
makan sore, serta latih teknik
hipnosis 5 jari saat istirahat
siang dan istirahat malam
P:
 Evaluasi teknik relaksasi
napas dalam dan teknik
hipnosis 5 jari
 Latih teknik spiritual
(istighfar)
 Evauasi tingkat ansietass
 Evaluasi tingkat kenyamanan
 Evaluasi pola makan

Data: S:
 Klien tampak berkeringat  Klien mengatakan sudah
29 Mei 2014
dingin melakukan teknik relaksasi
14.00-21.00 WIB
 Tubuh klien tampak gemuk napas dalam sesuai dengan
 TD: 130/80 mmHg, nadi: jadwal yang telah disepkati
84x/menit, rr: 18x/menit  Klien mengatakan tidak

 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014
 
Lampiran 4-Catatan Perkembangan

 Klien mengatakan kedua melakukan teknik hipnosis 5


tangannya terasa baal jari karena lupa dengan
 Klien mengatakan merasa konten-konten setiap jari
lemas  Klien mengatakan cemasnya
 Klien mengatakan dirinya sudah sangat berkurang
jarang berolahraga walaupun terkadang merasa
 Klien mengatakn dirinya deg-degan saat mengingat
senang ngemil kondisinya
 Klien mengatakan teknik
relaksasi napas dalam sangat
Diagnosa Keperawatan: membuat dirinya rileks
 Ansietas ketika merasa cemas
 Gangguan rasa nyaman  Klien mengatakn saat di
 Ketidakseimbangan nutri: rumah nanti akan tetap
lebih dari kebutuhan tubuh melatih teknik relaksasi
napas dalam saat merasa
Implementasi: cemas
 Mengevaluasi teknik  Klien mengatakan akan
relaksasi napas dalam dan berusaha untuk berolah raga
teknik hipnosis 5 jari minimal 2x/minggu selama
 Mengevaluasi tingkat 30 menit
kecemasan  Klien mengatakan sudah
 Mengevaluasi rasa nyaman memahami tentang masalah
 Mengevaluasi pola makan Hipertensi
 Memberikan discharge  Klien mengatakan sudah
planning mengenai tidak merasa pusing
Hipertensi  Klien mengatakan di rumah
nanti akan tetap berusaha
untuk makan makanan sesuai
yang dianjurkan

O:
 TD: 130/80 mmHg, nadi:
84x/menit
 Wajah klien tidak tampak
tegang
 Klien masih berkeringat
dingin
 Tingkat kecemasan klien
berkurang menjadi ringan-
sedang
 Klien makan makanan dari
RS
 Klien dan keluarga tampak
aktif saat dijelaskan tentang
Hipertensi

A:
 Masalah ansietas teratasi
sebagian
 Masalah gangguan rasa
nyaman teratasi
 Masalah ketidakseimbangan
nutrsi lebih dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian

 
Asuhan keperawatan ..., Raditha Ramadhany Dika Alba Putri, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai