Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Pengertian
Otitis Media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel – sel mastoid (sel – sel mastoid tidak
selalu ada, misalnya bila terjadi sklerosis).

1.2 Klasifikasi
Masing – masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis
media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis
(OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut
(barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis (glue ear). Selain itu terdapat
juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa dan otitis media sifilitika,
dan otitis media adhesiva.

1.3 Otitis Media Supuratif


1.3.1 Otitis Media Akut
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini
terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama
dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan
invasi kuman kedalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk
kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran
nafas atas.
Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah
karena tuba Eustachius nya pendek, lebar dan agak horizontal letaknya.
1.3.1.1 Patologi
Kuman penyebab utama OMA adalah bakteri piogenik, seperti
streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain iku
kadang – kadang ditemukan juga hemofilus influenza, eskeriakoli,
streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris, dan pseudomonas
aerogenosa.
Hemofilus influenza sering di temukan pada anak dibawah usia 5 tahun.
1.3.1.2 Stadium OMA
Menurut pada gambaran membran timpani melalui liang telinga luar.
a. Stadium oklusi tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius adalah adanya gambaran retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan negatis di dalam telinga
tengah, karena adanya aborbsi udara. Kadang – kadang membran
timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini
sukar di bedakan dengan otitis media serosa yang di sebabkan oleh virus
atau alergi.
b. Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di
membran timpani atau seluruh membram timpani tampak hiperemis
serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serius sehingga sulit terlihat.
c. Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya
sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di
kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging)
kearah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemi, akibat tekanan pada kapiler – kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena – vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai
daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini
akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada
stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur
dan nanah akan keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur maka lubang tempat ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.
d. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran
timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Resolusi
dapat terjadi dengan atau tanpa pengobatan. Bila daya tahan tubuh baik
atau virulensi kuman rendah, maka dapat terjadi resolusi meskipun
tanpa pengobatan.
1.3.1.3 Gejala Klinik OMA
Gejala klinik OMA tergantung pada stadiumnya, serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara, keluhan utama ialah rasa nyeri
di dalam telinga di samping suhu tubuhnya yang tinggi. Biasanya
terdapat riwayat pilek dan batuk sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa, di samping rasa
nyeri terdapat juga gangguan pendengaran, berupa rasa penuh di telinga
serta kurang dengar.
Pada stadium hiperemis dan supurasi rasa nyeri terasa lebih dekat dan
suhu tubuh sangat tinggi.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah:
a. Suhu tubuh tinggi, dapat sampai 39,5℃ pada stadium supurasi
b. Anak gelisah dan sukar tidur
c. Tiba-tiba anak menjerit dalam tidur nya
d. Diare
e. Kejang –kejang
f. Anak kadang-kadang memegang telinga

Bila terjadi perforasi membran timpani, maka sekret mengalir di


liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur dengan tenang.

1.3.1.4 Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
a. Stadium Oklusi
Pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.
Untuk ini di berikan obat tetes hidung. Contoh obat tetes hidung:
HCl Efedrin 0,5% didalam larutan fisiologik (anak <12 tahun)
atau HCl Efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur
diatas 12 tahun dan pada orang dewasa.
Disamping itu sumber infeksi (infeksi lokal) harus diobati.
Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit ialah kuman,
bukan oleh virus atau alergi.
b. Stadium presupurasi
Terapi pada stadium ini ialah antibiotika, obat tetes hidung
dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis
difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin injeksi agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah,sehingga tidak terjadi
mastoiditisyang terselubung, gangguan pendengaran sebagai
gejala sis, dan kekambuhan.pemberian antibiotika dianjurkan
selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka
diberikan eritromisin.
Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB/hari,
dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40mg/BB/hari dibagi dalam
3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari.

c. Stadium supurasi
Pada stadium ini disamping diberikan antibiotika, terapi harus
disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan
miringotomi diharapkan penyembuhan tanpa cacat (perforasi).
d. Stadium resolusi
Bila terjadi resolusi, maka membran timpani berangsur normal
kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir diliang
telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat
disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah. Pada
keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
setelah 3 minggu dengan pengobatan sekret masih tetap banyak,
mungkin telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret ditelinga tengah lebih dari
3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah
bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
kronis (OMSK).
1.3.1.5 komplikasi
sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan
komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat
(meningitis dan abses otak).
Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya
didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.
1.3.1.6 miringotomi
miringotomi ialah tindakan insisi pada pars pensa membran
timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah keliang telinga
luar istilah miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis.
Parasentesis sebetulnya brarti pungsi pada membran timpani untuk
mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologi.
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan
dengan syarat, antara lain :
a. tindakan ini harus dilakukan secara dilihat langsung ( a vue )
b. anak harus tenang atau dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat
dilihat dengan baik.
c. Lokasi miringotomi ialah pada kuadran posterior-inferior.
d. Memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang.
e. Memakain corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga.
f. Pisau parasentesis yang digunakan : kecil dan steril.

Komplikasi miringotomi
komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah :
a. perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar
b. dislokasi tulang pendengaran (osikel)
c. trauma pada fenestra rotundum
d. trauma pada nerfus fasial
e. trauma pada bulbus jugulare (bila anomali letak)
mengingat kemunkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk
melakukan miringotomi dengan narkosis umum dan memakai
mikroskop. Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain
aman, dapat juga untuk mengisap sekret dari telinga tengah sebanyak-
banyaknya. Hanya dengan cara ini biayanya lebih mahal, jika
dibandingkan miringotomi atau parasentesis tanpa narkosis dan tanpa
memakai mikroskop.
Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sebetulnya miringotomi tidak
perlu dilakukan, kecuali bila jelas tampak adanya nanah ditellinga
tengah.
1.3.2 Otitis media supuratif kronis (OMSK)
Otitis media supuratif kronis dahulu disebut titis media perforaka,
atau dalam sebutan sehari-hari : congek.
Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis ditelinga
tengah dengan adanya perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar di liang telinga luar terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
1.3.2.1 perjalanan penyakit
otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis
media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari dua bulan.
Bila proses peradangan kurang dari 2 bulan, disebut otitis media
supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK :
a. terapi yang terlambat diberikan
b. terapi yang tidak adekuat
c. virulensi kuman tinggi
d. daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang)
e. higiena buruk
1.3.2.2 letak perforasi
letak perforasi di membran timpaani penting untukmenentukan
tipe atau jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat
ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu
disebut perforasi sentral, marginal atau atik.
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan
diseluruh tepi perforasi masih ada membran timpani. Pada
perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan anulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang
terletak di pars flaksida.
1.3.2.3 jenis OMSK
a. OMSK tipe benikna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradang pada OMSK tipe benikna terbatas pada
mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak disentral. Umumnya OMSK tipe benikna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
benikna tidak terdapat kolesteatom.
b. OMSK tipe malikna (tipe tulang = tipe bahaya)
Yang dimaksud OMSK tipe malikna ialah OMSK yang
disertai dengan kolesteatom.OMSK ini dikenal juga dengan
OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada
OMSK tipe malikna letaknya mardinal atau di atik. Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK
tipe malikna.
1.3.2.4 tanda klinik OMSK tipe malikna
mengingat OMSK tipe malikna seringkali menimbulkan
komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis
dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar
operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadipedoman
akan adanya OMSK tipe malikna :
a. terdapat abses atau fistel retro-aurikuler (belakang telinga)
b. terdapat polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang
berasal dari dalam telinga tengah.
c. Terlihat kolesteatom pada telinga tengah, terutama di
epitimpanum.
d. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom).
e. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.
1.3.2.5 terapi OMSK
terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta
harus berulang ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering dan
selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh :
a. adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga
telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring,hidung dan sinus
paranasal.
c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam
rongga mastoid.
d. Gizi dan higiena yang kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau


dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus,
maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3%
selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotika dan kortikosteroid. Oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisilin atau eritromisin, sebelum hsil tes resistensi
didapatkan.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah


diobservasi selama dua bulan, maka dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap


ada, atau terjadi infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus
diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan. Jadi bila
terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan
melakukan mastoidektomi. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub-periosteal retro-
aurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri dahulu
sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

1.3.2.6 Jenis pembedahan pada OMSK


Pada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang
dapat dilakukan pada OMSK tipe benigna atau maligna. Jenis
pembedahan antara lain:
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi
ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga
tidak berair lagi.

b. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi
atau kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga
mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dana telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi
ini adalah untuk membuat semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intra kranial.
Keburukannya ialah pasien tidak diperbolehkan berenang
seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk
kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaaran
berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau
karir pasien.
c. Matoidektomi radikal dengan modifikasi
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di
daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh
rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan. Tujuan operasi ini untuk membuang semua
jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
1. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I
2. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.
3. Tujuan operasi ini untuk mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang
menetap.
4. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah
tenang dengan ketulian ringan yang disebabkan oleh perforasi
membran timpani.
e. Timpanoplasti
1. Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan
kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak
bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
2. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran.
3. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani
seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran.
4. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
5. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan
eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi,
untuk membersihan jaringan patologis,.
6. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap
dengan jarak waktu 6-12 bulan.
f. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach
tympanoplasty)
1. Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada
kasus OMSK tipe maligna.
2. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik radikal mastoidektomi
(tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
3. Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum
timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu
melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior.
4. Teknik operasi ini belum disepakati oleh para ahli karena sering
terjadi kekambuhan terbentuknya kolesteatoma.
1.4 Otitis media non supuratif
1.4.1 Otitis media serosa akut
Merupakan keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara
tiba-tiba yang disebabkan karena gangguan fungsi tuba. Keadaan akut
ini dapat disebabkan oleh:
a. Sumbatan tuba
Terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh terbentuknya
tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.
b. Virus
Terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
infeksi virus pada jalan nafas atas.
c. Alergi
Terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
alergi pada jalan nafas atas.
d. Idiopatik
1.4.1.1 Gejala dan pengobatan
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran berkurag. Selain itu
pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara
sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit
(diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang
bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Terasa sedikit
nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang
menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya
pada barotrauma), tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini
pelan-pelan hilang. Rasa nyeri pada telinga tidak pernah ada bila
peneyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo,
atau pusing kadang-kadang ada dalam betuk yang ringan.
Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang-kadang
tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.
Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.
Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada
pengobatan medikal diberikan obat vasokonstruktor lokal (tetes
hidung), antihistamin, serta perasat valsavah, bila tidak ada tanda-tanda
infeksi dijalan nafas atas. Setelah satu atau dua minggu, bila gejala-gejal
masih menetap, dilakukan miringotomi dan bila masih belum sembuh
maka dilakukan miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (grommet
tube).
1.4.2 Otitis Media Serosa Kronis (GLUE EAR)
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitits media
kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa
akut sekret terjadi secara tiba-tiba ditelinga tengah dengan disertai rasa
nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk
secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang
berlangsung lama.
Otitis media serosa kronis lebih sering terjadi pada anak-anak,
sedangkan otitis media akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Sekret pada otitis media serosa kronis dapat kental seperti lem, pada
disebut glu ear. Otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai
gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.
Penyebab lain diperkirakan ada hubungannya dengan infeksi virus,
keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.
1.4.2.1 Otitis Media Serosis Kronis
Perasaan tuli pada otitis media kronis yang lebih menonjol (40-50
dB), oleh karena adanya sektret kental (gleu ear). Pada anak-anak yang
berumur 5-8 tahun keadaan ini sering diketahui secara kebetulan waktu
dilakukan pemeriksaan THT atau waktu dilakukan uji pendengaran.
Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning
kemerahan atau keabu abuan.
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret
dengan cara miringotonomi dan pemasangan pipa ventilasi. Pada kasus
yang masuh baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi
antihistamin-dekongestan peroral kadang-kadang bisa berhasil.
Disamping itu haruslah dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab
seperti alergi, pembesaran adenoit atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.
1.4.2.2 Otitis Media Adhesiva
Adalah keadaan terjadinya jaringan fibrosis ditelinga tengah sebagai
akibat proses peradangan yang berlangsung lama sebelumnya. Keadaan
ini dapat merupakan komplikasi dari otitis media supuratif atau oleh
karena otitis media non supuratif yang menyebabkan rusaknya mukosa
telinga tengah. Waktu penyembuhan terbentuk jaringan fibrotik yang
menimbulkan perlekatan. Pada kasus yang berat dapat terjadi ankilosis
pada tulamg-tulang pendengaran.
Gejala klinik berupa pendengaran berkurang dengan adanya riwayat
infeksi telinga sebelumnya, trauma diwaktu masa kecil.
Padapemeriksaan otoskopi gambaran membran timpani dapat bervariasi
mulai dari sikatriks minimal, suram sampai retraksi berat, disertai
bagian-bagian yang atrofi atau “timpanosklerosis plaque” (bagian
membran timpani yang menebal berwarna putih seperti lempeng
perkapuran).
1.4.2.3 Atelektasis Telinga Tengah
Adalah sebagian atau seluruh membran timpani akibat gangguan
fungsi tuba yang kronik. Keluhan pasien mungkin tidak ada atau berupa
gangguan pendengaran ringan. Pada pemeriksaan otoskopi dapat terlihat
membran timpani menjadi tipis atau atrofi apabila retraksi sudah
berlangsung lama. Pada kasus yang tidak terlalu berat retraksi mungkin
terjadi hanya pada satu kwadran saja sedangkan pada kasus yang lanjut
seluruh membran dapat menempel pada ingkus stapes dan
promontorium. (membran timpani tidak melengket pada tulang
pendengaran atau promontorium)

Anda mungkin juga menyukai