DL 6

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 86

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Gangguan Sistem Reproduksi

Discovery Learning 6

PSIK A’16

Kelompok 3

1. Nadia Ikhwani Parastuti (11161040000011)


2. Dea Putri Rahmadani (11161040000015)
3. Intan Fauziah (11161040000022)
4. Tika Rahmawati (11161040000024)
5. Cindy Januar Fitri (11161040000029)
6. Pugi Wahyuni (11161040000033)
7. Nur Wasilah (11161040000037)
8. Sofia Dwi Mardianti (11161040000080)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER / 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah kepada kami, sehingga makalah yang
kami kerjakan ini dapat diselesaikan tepat waktu oleh kelompok 3.

Dengan segala hormat ucapan kami tujukan kepada :

1. Waras Budi Utomo S.Kp., MKM Selaku dosen pembimbing dan Narasumber
dalam modul Keperawatan Medikal Bedah III.
2. ItaYuanita, S.Kp., M.Kep. Selaku dosen pembimbing dan Narasumber dalam
modul Keperawatan Medikal Bedah III.
3. Yeni Agustin, S.Kp, Sp.KMB selaku dosen dan narasumber dalam modul
Selaku dosen pembimbing dan Narasumber dalam modul Keperawatan
Medikal Bedah III.
4. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah.
5. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan FIK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan motivasi.
6. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
langsung maupun tidak langsung turut andil dalam penyelesaian makalah
Discovery Learning ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pihak yang
membaca dan mempelajari makalah ini demi kesempurnaan penyusunan makalah
yang akan datang. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya terutama para pembaca.

Ciputat, September 2018

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 4
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 7
A. Kanker Prostat …………………………………………………..……. 7
B. Hidrokel …………………………………………………………..….. 18
C. Vasektomi Varicocele ……………………………………………...... 34
D. Striktur Uretra ……………………………………………………….. 43
E. Sirkumsisi …………………………………………………………… 52
F. Gangguan Ejakulasi …………………………………………………. 70
BAB III. PENUTUP ……………………………………………………….. 84
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 84
3.2 Saran ………………………………………………………………... 85

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 86

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu yang dipelajari dalam anatomi fisiologi manusia adalah


sistem reproduksi. Dimana reproduksi adalah salah satu cara yang dilakukan
oleh manusia untuk mempunyai keturunan. Alat reproduksi pada manusia
secara garis besar dibagi atas dua yaitu alat reproduksi pria dan alat reproduksi
wanita.

Alat reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum, testis, saluran


kelamin, kelenjar kelamin. Sedangkan alat reproduksi wanita adalah bagian-
bagian tubuh yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. Bila tidak
berfungsi maka dengan sendirinya akan menghambat (mengganggu fungsi
reproduksi wanita).

Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya


fungsi kontrol sel terhadap regulasi daur sel pada organisme multiseluler.
Penyebab penyakit ini diduga karena peningkatan industri, perubahan pola
makan maupun gaya hidup. Kanker juga merupakan penyakit yang paling
ditakuti karena disamping biaya pengobatan yang sangat mahal, penyakit ini
selalu mengakibatkan penderitaan bahkan kematian bagi orang yang
menderitanya.

Hidrokel ialah terkumpulnya cairan diantara lapisan visceral dan


parietal tunika vaginalis. Hidrokel paling sering terjadi pada anak laki-laki dan
kejadiannya adalah 10-20: 1000 kelahiran hidup. Salah satu hidrokel yang
sering terjadi adalah hidrokel congenital yang terjadi karena adanya hubungan
terbuka antara rongga abdomen sehingga cairan dari rongga abdomen keluar
dan terkumpul diantara lapisan parietal dan lapisan visceral tunika vaginalis.
Seringkali seorang ibu datang ke pelayanan kesehatan untuk memerikasakan
anaknya karena terjadi keabnormalan yaitu adanya pembesaran skrotum pada
genetalia anaknya. Hidrokel testis merupakan kelainan congenital yang terjadi
sejak lahir dimana anak mengalami pembesaran skrotum yang abnormal atau

4
tidak sesuai dengan pertambahan usianya. Terapi yang paling tepat adalah
dengan operasi pembedahan.

B. Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Kanker Prostat ?

2. Apa yang dimaksud Hidrokel ?

3. Apa yang dimaksud Vasectomy Varicocele ?

4. Apa yang dimaksud Striktur Uretra ?

5. Apa yang dimaksud Sirkumsisi ?

6. Apa yang dimaksud Gangguan Ejakulasi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Kanker Prostat dan Asuhan


Keperawatan pada klien dengan Kanker Prostat

2. Untuk mengetahui dan memahami tentang Hidrokel Asuhan Keperawatan


pada klien dengan Hidrokel

3. Untuk mengetahui dan memahami tentang Vasectomy Varicocele Asuhan


Keperawatan pada klien dengan Vasectomy Varicocele

4. Untuk mengetahui dan memahami tentang Striktur Uretra Asuhan


Keperawatan pada klien dengan Striktur Uretra

5. Untuk mengetahui dan memahami tentang Sirkumsisi Asuhan


Keperawatan pada klien dengan Sirkumsisi

6. Untuk mengetahui dan memahami tentang Gangguan Ejakulasi Asuhan


Keperawatan pada klien dengan Gangguan Ejakulasi

D. Manfaat

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Kanker Prostat

2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Hidrokel

5
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Vasectomy Varicocele

4. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Striktur Uretra

5. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Sirkumsisi

6. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Gangguan Ejakulasi

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KANKER PROSTAT
1. Definisi

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat,


sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel
prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini
dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya,
terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa
sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi ereksi dan gejala lainnya.

2. PENYEBAB

Diduga, pola makan yang tidak sehat adalah salah satu penyebab
kanker prostat. Misalnya terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak
(dari daging merah). Faktor mendasar yang menghubungkan diet dan
prostat, mungkin adalah hormon. Lemak menstimulasi bertambahnya
produksi testosteron dan hormon lain nya. Dan testosteron bertindak
mempercepat pertumbuhan kanker prostat.

Selain makanan berlemak, faktor lain yang diduga dapat


meningkatkan resiko terkena kanker prostat adalah : Jenis dan lokasi kerja
(misalnya pabrik pembuatan baterai, pabrik karet dan pekerja yang sering

7
terekspos dengan logam kadmium). Jarang melakukan aktivitas fisik,
merokok.

3. Gejala Kanker Prostat


a) Kanker prostat tidak menunjukan gejala pada awal tahap, tapi pada saat
tumor ganas sudah menyebabkan pembengkakan yang siginifikan pada
prostat atau kanker sudah menyebar disekitar prostat, gejala yang akan
timbul adalah :
1) Sering buang air kecil, terutama saat malam hari.
2) Gangguan saat buang air kecil (sulit mengeluarkan atau berhenti).
3) Nyeri saat buang air kecil atau saat ejakulasi.
4) Tidak dapat buang air kecil sambil berdiri.
5) Keluarnya darah pada urin dan air mani.

b) Adapun gejala saat kanker sudah memasuki stadium lanjut :

1) Nyeri dan kaku yang terus menerus pada bagian panggul, punggung,
iga, atas paha.
2) Kehilangan selera makan, berat badan turun, kelelahan, mual dan
muntah.
3) Pembengkakan tubuh bagian bawah.
4) Kesulitan berjalan.

4. Patofisiologi

Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi


beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan
hipotesis yang disuga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah
adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen
pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan proliferasi
sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab
lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta
meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang
mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik.

8
Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995)

Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika


dan akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan
intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat
berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus
menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase
penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000)

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai


keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track
symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus,
dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam
fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk
berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin
tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi
refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh
kedalam gagal ginjal (Price, 1995).

Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan


langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca
Prostat dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang –tulang
pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati
dan paru (Purnomo,2000)

Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan


elastin diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain
tu terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional.

9
5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kanker prostat adalah : (Barbara


C. Long,2009).
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis.
b. Gagal ginjal, proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada
waktu miksi.
c. Hernia / hemoroid, karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batu, Hematuriaf, Sistitis dan Pielonefritis.

6. Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada pasien hiperplasi prostat adalah menghilangkan
obstruksi pada leher buli buli. Hal ini dapat dicapai dengan cara invasive.

Medikamentosa

Tujuan terapi medikamentosa:

1. Mengurangi resistensi leher buli buli dengan obat obatan golongan a


blocker

2. Mengurangi volume prostat dengan menentukan kadar hormon


testosteron /dehidro testosteron

Golongan obat penghambat alfa adrenergik

1. Fenoksibenzamin dan fentolamin ,dengan efek sistemik merugikan yaitu


hipotensi postural.

2. Obat penghambat alfa ,yaitu :prazosin,terazosin ,doksazosin ,dan


alfuzosin.

3. Penghambat alfa adregenik yang lebih selektif terhadap otot polos


prostat.

4. Obat penurun kadar dehidrotestosteron .

10
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Biopsi dengan jarum lewat perineal atau Transrektal

b. Biopsi dengan membuka jaringan kulit.

c. Cystoscopy

d. Pelvic CT Scan

e. Transrectal Ultrasonografi

f. Laboratorium :

 Alkali Phospatase
 PAP ( Prostatic Acid Phosphatase )
 Serum TAP ( Total Acid Phosphatase )
 Hb, leukosit, trombosit

8. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

· Faktor penyebab timbulnya kanker prostat

· Pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan perawatan di rumah

2. Pola nutrisi dan metabolik

· Kebiasaan makanan yang dikonsumsi

· Nafsu makan menurun , mual , muntah

· Berat badan menurun

· Konjuctiva pucat / anemi

· Laboratorium HB < 10 mg %

Lekosit : Ada kenaikan jika terdapat infeksi sistem perkemihan

Ureum : > 30 – 40 mg %

11
Creatinin : > normal

Alkhali pospatase : > normal

Albumin : < normal

Globulin : < normal

3. Pola eliminasi .

· Urine menetes tak dapat memancar, tidak dapat mengosongkan


kandung kemih sampai habis

· Nokturia

· Dysuria

· Urine campur darah

· Peristaltik usus < 6 kali / menit

· Kandung kemih penuh dan keras

· Rectal touche teraba benjolan dan keras

· Warna urine kuning tua, coklat sampai ada darah, ada kuman bakteri
berjumlah sedikit

4. Pola aktifitas dan latihan.

· Riwayat pekerjaan

· Mengeluh lemas, cepat lelah, tidak bergairah dalam melaksanakan


aktifitas atau hobi.

· Peningkatan tekanan darah

· Tungkai udema

5. Pola tidur dan istirahat .

· Gangguan tidur karena nyeri di daerah peritoneal

· Kandung kemih penuh sering bak dimalam hari, yang tidak


terlampiaskan

12
· Nyeri di daerah punggung

6. Pola persepsi kognitif dan sensorik

· Pengetahuan klien tentang penyakitnya

· Usaha untuk mengatasi rasa nyeri

7. Pola persepsi dan konsep diri

· Mengeluh ada rasa tak berdaya, putus asa, depresi, menarik diri.

8. Pola peran dan hubungan dengan sesama

· Mengeluh tidak adekuatnya suport sistem

9. Pola reproduksi dan seksual

· Mengeluh menurunnya kemampuan berejakulasi, takut mengganggu


pasangannya dengan urine yang menetes.

· Adanya pembesaran prostat

10. Pola mekanisme koping dan toleransi

· Mengeluh putus asa

· Marah, menarik diri, denial

11. Pola sistem nilai atau kepercayaan

· Sakit kanker adalah kutukan

Diagnose Keperawatan

1. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang diagnose dan tindakan


pemeriksaan dan prognosanya.

2. Perubahan pola eliminasi ( bak ): retensi urine berhubungan dengan


obstruksi saluran kencing urethra, tonus kandung kemih menurun

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


meningkatnya metabolisme ( proliferasi sel-sel kanker ), intake kurang
adekuat .

13
4. Perubahan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan infiltrasi tumor ke
organ tulang dan rektum / perineal.

5. Aktifitas Intoleran dan gangguan mobilisasi berhubungan dengan


hipoksia jaringan, malnutrisi, dan kelelahan dan kompresi susunan saraf
karena proses metastase.

Perencanaan

a. Cemas berhubungan dengan ketidaktauan tentang diagnose dan


tindakan pemeriksaan dan prognosanya.

Hasil Yang diharapkan :

Stress berkurang dan perbaikan koping yang ditandai dengan :

- Penampilan rilaks.

- Status kecemasan menurun sampai hilang.

- Mendemonstrasikan kemampuan pengetahuan tentang

- penyakitnya jika diberi pertanyaan.

- Bergabung dalam komunikasi terbuka dengan pasien lain.

Rencana tindakan :

1) Mengkaji riwayat kesehatannya untuk tindakan selanjutnya yang


meliputi:

- Perhatian pasien

- Tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakitnya

- Pengalaman sakit kankernya dimasa lalu

- Pengetahuannya tentang diagnose kanker dan prognosisnya

- Suport system yang ada dan metode koping yang digunakan

2) Menyampaikan pendidikan kesehatan tentang diagnosis dan rencana


panatalaksanaan medisnya terdiri dari :

14
- Jelaskan secara sederhana apa pemeriksaan diagnostik yang kemungkinan
akan dilakukan : misal berapa lama, apa persiapannya pengalaman apa yang
anda kuasai.

- Review rencana pengobatan dan beri kesempatan kepada untuk menjawab


pertanyaan-pertanyaan.

3) Kaji reaksi secara psikologi tentang diagnose dan bagaimana koping


yang digunakan untuk mengatasi stress.

b. Perubahan pola eliminasi ( bak ): retensi urine berhubungan dengan


obstruksi saluran kencing urethra, tonus kandung kemih menurun

Hasil yang diharapkan :

Pola eliminasi ( bak ) kembali normal ditandai dengan :

- Interval bak normal

- Dalam catatan tidak ada perabaan kandung kemih yang penuh setelah bak.

- intake dan output seimbang

- Tidak ada catatan tentang keluhan urine menetes, kandung kemih penuh.

Rencana tindakan :

1. Kaji pola eliminasi ( bak ).

2. Kaji tanda dan gejala retensi urine : jumlah .warna, palpasi kandung
kemih terdapat retensi urine/tidak, ada keluhan urine sering dan sedikit-
sedikit.

3. Lakukan katerisasi untuk mengukur retensi urine yang ada (urine residu)

4. Tentukan ukuran/cara untuk mengatasi retensi a.l :

5. Dorong pasien untuk mengatur posisi yang tepat waktu mengeluarkan


urine.

- Ajarkan menggunakan valsava manuver (mengejan)

- Berikan obat jenis cholienergik.

15
- Monitor efek-efek obat.

6. Konsultasikan pada dokter tentang penggunaan kateter secara menetap


atau tidak menetap

7. Monitor fungsi kateter dan kepatenan serta kesterilannya.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan meningkatnya metabolisme (akibat proliferasi sel-sel kanker),
intake kurang adekuat

Hasil yang diharapkan :

Menjaga kebutuhan nutrisi secara optimal yang ditandai dengan

- Ada respon positif terhadap makanan favorit.

- Kebersihan mulut terkontrol

- Adanya kenaikan berat badan setelah keinginan / nafsu makan meningkat.

Rencana tindakan :

1) Kaji jumlah makanan yang dimakan.

2) Mengukur berat badan pasien secara rutine : misal 1 mg sekali.

3) Dengarkan keluhan pasien mengapa pasien tidak dapat makan lebih.

4) Modifikasi makanan dengan menu favorit pasiennya.

5) Kenali obat-obat atau faktor-faktor yang menyebabkan nafsu makan


turun, mual, dan muntah.

6) Jelaskan pada pasien bahwa akan mengalami perubahan rasa .

7) Gunakan cara untuk mengontrol mual dan muntah dengan cara :

- Berikan obat antemetik sesaui jadwal pemberian

- Lakukan oral higiene sesudah episode muntah.

- Lakukan periode istirahat dalam memberikan makan.

16
8) Berikan porsi kecil dan sering dengan lingkungan yang menyenangkan
dan nyaman.

d. Perubahan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan infiltrasi


tumor ke organ tulang dan rektum/perineal ( penyakitnya ) dan
pengobatan modaliti ( utama )

Hasil yang diharapkan :

Nyeri hilang yang ditandai dengan : Dalam catatan tidak ada keluhan nyeri.

Rencana Tindakan :

1) Nilai nyeri pasien dengan skala nyeri , berupa intensitasnya, lokasinya.

2) Kurangi gerak jika nyeri hebat.

3) Cegah pasien dari barang-barang yang akan mencederai misal kasur yang
keras,

4) Berikan analgesik atau jenis opioda secara rutine sesuai jadwal.

5) Ajarkan teori destruksi nyeri, misal : musik, tarik nafasdalam, menggosok


– gosok dengan lembut daerah nyeri.

e. Aktifitas Intoleran dan gangguan mobilisasi berhubungan dengan


hipoksia jaringan, malnutrisi dan kelelahan dan kompresi susunan
saraf karena proses metastase.

Hasil yang diharapkan :

Mobilisasi fisik membaik ditandai dengan: Pasien mencoba untuk


malakukan aktifitas pasif dan secara bertahap melakukan aktifitas aktif.

Rencana tindakan :

1) Kaji yang menyebabkan keterbatasan gerak misal : rasa nyeri.

2) Berikan obat analgetik

3) Dorong pasien menggunakan alat bantu : walker, cane.

4) Bantu dengan gerakan pasif dengan latihan ROM

17
5) Beri pujian kepada pasien atas usahanya.

6) Kaji status nutrisi.

B. Hidrokel
1. Definisi

Hidrokel, hydroceles adalah penumpukan cairan yang berlebihan di


antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan
normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya.

2. Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena:

(1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran


cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans)

(2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan


reabsorbsi cairan hidrokel.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer)


dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin
suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.

3. Manifestasi Klinis

Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak


nyeri. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit
skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini,
sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

18
4. Klasifikasi

1. Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :

a. Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan


penutupan prosesus vaginalis. Prosesusvaginalis adalah suatu
divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalisdan
membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi
karena dengansendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam
tunika akan diabsorpsi.

b. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung


berkembang lambat dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap
obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainantestis atau
epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses
neoplastik.Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairanberlebihan yang tidak dapat dibuang keluar
dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfedalam lapisan luar tunika.

2. Menurut letak kantong hidrokel dari testis, yaitu :

a. Hidrokel testis

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga


testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari.

b. Hidrokel funikulus

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah


cranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya tetap sepanjang hari.

c. Hidrokel Komunikan

19
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.

3. Menurut onset :

a. Hidrokel akut

Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan


nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin,
eritrosit dan sel polimorf.

b. Hidrokel kronis

Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika


secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan
rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.

5. Patofisiologi

Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus


vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui
saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup.
Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam
kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan
fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum.
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak
menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga
terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik
disekitar. Cairan yang seharusnya seimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah

20
penimbunan di tunika vaginalis tersebut.Akibat dari tekanan yang terus-
menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari
tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus


spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam
rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan
menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan,
jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat
meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan
sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar
dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam
kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil
pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.

Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer)


dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu
tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan
normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik.

6. Diagnosa Keperawatan

1. Anamnesis

Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di


kantong skortum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan
yang berat dan besar di daerah skortum. Benjolan atau massa kistik yang
lunak dan kecil pada pagi hari dan membesar serta tegang pada malam
hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel biasanya benjolan tersebut
berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.

21
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong
hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan,
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yang bertambah besar
pada saat anak menangis. Pada riwayat penyakit dahulu, hidrokel testis
biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma pada
testis.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain.
Palpasi pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif
kenyal atau lunak tergantung pada tegangan di dalam hidrokel,
permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air.
Bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila
cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Juga penting dilakukan
palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis. Pembengkakan
kistik karena hernia atau hidrokel serta padat karena tumor. Normalnya
korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya
dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga
positif. Pada Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus
untuk menyingkirkan adanya hernia.

Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi


massa hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya
diletakkan pada sisi pembesaran skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah,
hernia, penebalan tunika vaginalis dan testis normal tidak dapat
ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan
rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. Hidrokel berisi
cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas
cahaya.

Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika


hidrokel muncul antar 18 – 35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa
kistik yang terpisah dan berada di pool atas testis dicurigai spermatokel.
Pada aspirasi akan didapatkan cairan kuning dari massa skortum.

22
Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan cairan berwarna putih,
opalescent dan mengandung spermatozoa.

3. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati


skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel atau spermatokel), vena abnormal (varikokel), dan
kemungkinan adanya tumor.

7. Komplikasi

Hidrokel dapat mempengaruhi pasokan darah testis. Jika pasokan


darah testis kurang maka akan terjadi Iskemia yang dapat menyebabkan
penurunan kesuburan. Perdarahan ke dalam hidrokel dapat menyebabkan
trauma testis. Hidrokel menetap atau berhubungan dengan rongga
peritoneum dapat menyebabkan terjadinya Hernia Inguinalis. Pada saat
bedah dapat terjadi komplikasi sebagai berikut, cedera ke vas deferens saat
operasi ingunal, 2% pasca operasi dapat terjadi luka, hemoragik pasca
operasi, cedera langsung ke pembuluh spermatika.

1. Kompresi pada peredaran darah testis

2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis.

3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi.

4. Sekunder Infeksi.

8. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotum
b. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum b.d adanya gesekan dan
peregangan
c. jaringan kulit skrotum
d. Perubaan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum

23
e. Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan
merawat anak.
2. Intra Operasi
a. Resiko tinggi terjadi hipotermia akibat suhu di ruangan
b. Resiko cedera b/d posisi yang kurang tepat
3. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d insisi post op.
b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur
pembedahan, perawatan
c. post op, program penatalaksanaan
d. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma
pembedahan.

Perencanaan dan intervensi

1. Pre Operasi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Dx Keperawatan Hasil

1 a. Gangguan rasa Diharapkan setelah 1.Kaji skala, 1. Mengidentifikasi


nyaman (nyeri) b.d dilakukan intervensi, karakteristik dan nyeri akibat
pembengkakan rasa tidak nyaman lokasi nyeri yang gangguan lain.
skrotum berkurang bahkan dialami klien
2. Mendeskripsikan
hilang dengan Kriteria
2. Catat petunjuk tingkat nyeri.
hasil :
nonverbal seperti
1) Pembengkakan 3. Mengurangi
gelisah, menolak
skrotum berkurang sensasi nyeri
untuk bergerak,
2) Klien merasa
berhati-hati saat 4. Mengurangi
nyaman,
beraktifitas dan sensasi nyeri.
nyeri klien meringis 5. Menjadi acuan
berkurang
3. Ajarkan pasien dalam
bahkan hilang untuk memulai perkembangan
terapi yang sudah

24
3) Skala nyeri 0-3 posisi yang nyaman diberikan.
atau tekhnik
6. Mengurangi
relaksasi misalnya
sensasi nyeri.
duduk dengan kaki
agak dibuka dan
nafas dalam

4. Berikan tindakan
nyaman massage
punggung,
mengubah posisi
dan aktifitas
senggang

5.Observasi dan
catat pembesaran
skrotum ( bila perlu
ukur tiap hari ), cek
adanya keluhan
nyeri.

6. Kolaborasi
pemberian
analgetik sesuai
indikasi.

2 Resiko kerusakan Diharapkan setelah a) Kaji adanya a. Mengetahui


integritas kulit : dilakukan intervensi, tanda lebih
skorotum b.d kerusakan integritas
kerusakan dini gejala
adanya gesekan kulit tidak terjadi,
kulit
dan peregangan dengan Kriteria hasil : kerusakan kulit

jaringan kulit 1) Tidak ada lecet dan seperti lecet dan


untuk dilakukan
skrotum. kemerahan
kemerahan di sekitar intervensi
sekitar

25
area pembesaran. area pembesaran selanjutnya.
b. Mencegah
( lipatan paha ).
b) Berikan salep kerusakan kulit.
atau
c. Mencegah
pelumas.
kerusakan yang
c) Kurangi aktifitas
lebih parah.
klien selama
d. Memberikan
sakit
sirkulasi bagi
d) Berikan posisi
yang aliran darah.

nyaman : abduksi e. Mencegah iritasi

e) Anjurkan klien yang lebih parah.

menggunakan

pakaian yang
longgar

terutama celana.

3 Perubaan body Diharapkan setelah a)Kaji tingkat a) Mengidentifikasi


image : citra tubuh dilakuakan intervensi, pengetahuan pasien
luas masalah
b.d perubahan klien tidak merasa tentang kondisi dan
dan
bentuk skrotum. bahwa penyakitnya pengobatan, dan
adalah suatu ansietas perlunya

penderitaan, dan pada sehubungan dengan intervensi.


bayi, orangtua harus situasi saat ini.
b) Indicator
memahami bahwa
b) Perhatikan
penyakit ini dapat terjadinya
perilaku menarik
disembuhkan, dengan
diri pada keluarga, kesulitan
Kriteria hasil :
tidak efektif
menangani stress

26
1) Keluarga sabar menggunakan terhadap apa
pengingkaran atau yang
menghadapi kondisi
perilaku yang
terjadi.
anaknya. mengindikasikan
terlalu c) Identifikasi

mempermasalahkan tahap

tubuh dan yang pasien


fungsinya.
sedang alami
c)Tentukan tahap
memberikan
berduka. Perhatikan
tanda depresi berat pedoman untuk
/lama.
mengenal dan
d) Akui
menerima
kenormalan
perilaku dengan
perasaan
tepat. Depresi
e) Anjurkan orang
lama
terdekat untuk
menunjukan
memperlakukan
intervensi lanjut.
pasien secara
d) Pengenalan
normal dan bukan
perasaan tersebut
sebagai orang
diharapkan
cacat
membantu
f)Yakinkan
orangtua pasien
keluarga bahwa
untuk menerima
penyakit ini dapat
disembuhkan dan perilaku dan
tetap sabar
mengatasinya
menghadapi kondisi

27
anaknya. secara efektif.
e) Menyampaikan

harapan untuk

mengatur situasi

dan membantu

perasaan harga

diri dan orang

lain.

f) Memperkuat

keyakinan

keluarga dan

memberikan

semangat yang

mempertahankan

harga diri

keluarga dan

menghindari

kecemasan yang

berlebihan.

4 d. Ansietas pada Diharapkan setelah a) Beritahu dan a. Menghilangkan


orangtua b.d dilakukan intervensi,
jelaskan tentang kecemasan
kondisi anaknya orangtua memahami

28
dan kurang dan mengerrti tentang prognosa dan orangtua klien
pengetahuan prognosa dan diagnose
diagnosis karena
merawat anak. penyakit yang dialami
penyakit \
oleh anaknya, dengan ketidaktahuan

Kriteria hasil : yang dialami


tentang prosedur.
1) cemas yang dialami oleh
b. Menghilangkan
orangtua klien anaknya.
kecemasan
berkurang bahkan b) Jelaskan
tindakan orangtua klien
hilang.
yang akan karena

dilakukan ketidaktahuan

terhadap anaknya tentang prosedur.

sebelum tindakan c. Mengindari

dilakukan. persepsi yang

c) Libatkan salah dan

orangtua membantu

dalam perawatan menghilangkan

terhadap kecemasan pada


anaknya.
anak.
d) Berikan
informasi
d. Menghilangkan
bahwa penyakit
ini kecemasan

dapat hilang orangtua klien


dengan
karena
sendirinya.
ketidaktahuan

29
tentang prosedur.

2. Intra Operasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Dx Hasil

1 Resiko tinggi terjadi Diharapkan setelah 1.Berikan alat 1.agar tidak terjadi
hipotermia akibat suhu di dilakuakan intervensi,
pemanas pada hypotermi.
ruangan klien tidak mengalami
saat
hipotermia dengan
kriteria hasil: pembedahan

1.tidak menggigil

2 Resiko tinggi cedera b/d Diharapkan setelah 1.atur posisi klien 1.menghindari
posisi yang kurang tepat dilakuakan intervensi,
terjadinya
kien tidak mengalami
dekubitus dengan 2.pertahankan dekubitus

kriteria hasil: posisi


2.memberikan

1.tidak terjadi cedera klien.


keselamatan

dalam keadaan kepada klien.

pembiusan

3 Kurangnya pengetahuan Diharapkan setelah 1. Diskusikan 1. Mempertahankan


b/d salah interprestasi dilakuakan tentang
daya tahan tubuh
ditandai dengan sering intervensiPengetahuan keseimbangan
bertanya tentang klien bertambah nutrisi. klien.

penyakitnya dengan Kriteri Hasil:

1.Klien berpartisipasi

dalam program

30
keperawatan.

3. Post Operasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Dx Hasil

1 Resiko infeksi b.d insisi Diharapkan resiko a) Cuci tangan sebelum a. mengurangi
post op. terjadinya infeksi dan
kontaminasi
tidak terjadi dengan
sesudah melakukan
kriteria hasil : silang.
aktivitas walupun
1) Berkurangnya
menggunakan sarung
tanda-tanda tangan steril.

peradangan b) Batasi penggunaan alat b. mengurangi


seperti
atau prosedur invasive jumlah lokasi
kemeraha- jika
yang dapat
merahan,
memungkinkan.
menjadi tempat
gatal, panas,
masuk
perubahan fungsi,
organisme

c) Gunakan teknik steril


pada c. mencegah

waktu penggatian masuknya

balutan / bakteri,

penghisapan /berikan mengurangi


risiko
lokasi perawatan,
misalnya infeksi

31
jalur invasive. nosokomial

d) Gunakan sarung d. Mencegah


tangan/pakaian pada
penyebaran
waktu merawat luka yang
terbuka/antisipasi dari infeksi /

kontak langsung dengan kontaminasi


sekresi ataupun ekskresi
silang

2 Deficit pengetahuan Diharapkan setelah a) Kaji ulang pembatasan a. Mencegah


orangtua b.d kondisi diberikan intervensi, aktivitas pascaoperasi.
komplikasi
anak : prosedur klien memahami dan
lanjut
pembedahan, perawatan mengerti tentang
post op, program prosedur dari pergerakan

pentalaksanaan. pembedahan, b) Dorong aktivitas sesuai dan aktivitas


perawatan setelah toleransi dengan periode yang
operasi dan istirahat periodic
berlebihan.
pengobatanya
b. mencegah
dengan kriteria hasil
: kelemahan,
1) klien menyatakan
c) Diskusikan perawatan meningkatkan
pemahamannya insisi, termasuk mengganti
penyembuhan,
balutan, pembatasan
proses penyakit,
mandi, dan kembali ke dan lekas
pengobatan dan dokter untuk mengangkat kembali

potensial jahitan / pengikat. pulih normal.

komplikasi. c. pemahaman

meningkatkan
kerjasama
dengana program
terapi,

32
d) Identifikasi gejala yang meningkatkan
memerlukan evaluasi penyembuhan dan
medic, contoh program
peningkatan nyeri; perbaikan.
edema/eritema luka,
adanya drainase, demam.

d. upaya
intervensi
menurunkan risiko
komplikasi serius
contoh lambatnya
penyembuhan.

3 Nyeri berhubungan Diharapkan setelah a) Kaji nyeri, catat lokasi, a. Berguna dalam
dengan gangguan pada diberikan terapi, karakteristik, beratnya (0- pengawasan
kulit jaringan, trauma nyeri klien 10). Selidiki dan laporkan keefektifan obat,
pembedahan. berkurang bahkan perubahan nyeri dengan kemajuan
hilang dengan cepat.
penyembuhan.
kriteria hasil skala
b) Pertahankan istirahat
nyeri 0-3 dan kllien b. Gravitasi
dengan posisi semifowler.
tidak menangis serta melokalisasi
gelisah. c) Dorong ambulasi dini.
d) Berikan aktivitas eksudat

hiburan. inflamasi.
c. Meningkatkan
e) Berikan analgetik
sesuai normalisasi

indikasi. fungsi organ

d. Focus perhatian
kembali,
meningkatkan
relaksasi, dan

33
dapat
meningkatkan
kemampuan
koping.

e. Menghilangkan
nyeri
mempermuda
kerja sama dengan
intervensi terapi
lain contoh batuk
dan ambulasi.

C. Vasektomi Varicocele
1. Definisi

Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan


memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani
tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan,
operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat.
Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan
fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan
vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan.

2. Jenis Jenis Vasektomi

Jenis-jenis vasektomi antara lain adalah sbb :

· Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)

Vasectomi tanpa pisau (diciptakan Key-Hole), di mana hemostat


tajam, bukan pisau bedah, digunakan untuk tusuk skrotum dapat
mengurangi waktu penyembuhan serta menurunkan kesempatan infeksi
(sayatan).

· Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)

34
Vasektomi dengan insisi skrotum, dimana dilakukan pembedahan
kecil pada deferentia vasa manusia yang terputus, dan kemudian diikat /
ditutup dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari memasuki
aliran mani (ejakulasi).

· Vasektomi semi permanen

Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa
dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung
dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama
vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen
yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah
benda asing dan akan menghancurkan benda asing.

3. Kelebihan dan Kekurangan Vasektomi

Kelebihan

· Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.

· Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan

· Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat

· Vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba,


1998)

· Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.

· Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi


tubulus.

· Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan


istrinya.

· Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan


seksual.

Kekurangan

35
Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu
setelah benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.

· Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut.

· Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks


atau menyebabkan masalah ereksi.

· Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi,
rasa sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.

· Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk


mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus
memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari.

· Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk


membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang
steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali
setelah ejakulasi.

· Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular


seksual termasuk HIV.

· Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah
usia 25 tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang meninggal.

· Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi


dapat bekerja efektif 100 persen atau tidak.

Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mrngontrol


kesuburan pria namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.

Vasektomi dianggap gagal bila:

· Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20


kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.

· Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma

· Istri ( pasangan ) hamil.

36
4. Indikasi dan Kontraindikasi Vasektomi

Indikasi Vasektomi

· Menunda kehamilan

· Mengakhiri kesuburan

· Membatasi kehamilan

· Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki
jumlah anak cukup dan tidak ingin menambah anak.

Kontraindikasi vasektomi adalah :

· Peradangan dalam rongga panggul

· Peradangan liang senggama akut (vaginatis-servisitis akut)

· Obesitas berlebihan

· Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru lain.

· Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.

· Peradangan pada alat kelamin pria.

· Penyakit kencing manis.

· Kelainan mekanisme pembekuan darah.

· Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis

· Hernia (turun bero)

· Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)

· Buah zakar membesar karena tumor

· Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)

· Buah zakar tidak turun (kriptokismus)

· Penyakit kelainan pembuluh darah

Evektifitas vasektomi

37
Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi paling efektif. Angka
kegagalan biasanya kurang dari 0,1%-0,15% pada tahun pertama pemakaian
prosedur Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) dilakukan dengan anestesi local dan
akses terhadap vas mudah diperoleh, maka prosedur ini lebih aman
dibandingkan teknik kontrasepsi mantap wanita (BKKBN dalam Afrinossa,
2009). Adapun evektifitas vasektomi antara lain:

1. Angka kegagalan: 0-2,2%, umumnya < 1%.

2. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh:

a. Sangga yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali


dari spermatozoa.

b. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnyaterjadi setelah


pembentukan granuloma spermatozoa.

c. Pemotongan dan oklusi struktur jarinagan lain selama operasi.

d. Jarang: duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari 1 vas
deferens pada satu sisi).

Efek Samping dan Komplikasi

Komplikasi minor:

1. Echymosis, terjadi pada 2-65%.

Penyebabnya: pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi


pembesaran darah dibawah kulit. Tidak memerlukan terapi dan akan hilang
sendiri dalam 1-2 minggu post-operatif.

2. Pembengkakan (0,8-67 %).

3. Rasa sakit/ rasa tidak enak (Hartanto, 1994).

Komplikasi mayor:

1. Hematoma

a. Insidens: < 1%.

38
b. Terjadi pembentukan massa bekuan darah dalam kantung scrotum yang
berasal dari pembuluh darah yang pecah.

c. Penceghan : hemostosis yang baik selama operasi.

d. Pengobatan:

Hematoma kecil : kompres es, istirahat beberapa hari.

Hematoma besar : membuka kembali scrotum, ikat pembuluh darah dan


lakukan drainase

2. Infeksi

Pada kelompok akseptor VTP tidak ditemukan komplikasi pasca tindakan,


sedangkan pada kelompok akseptor Vasektomi Metode standar ditemukan 1
kejadian infeksi luka operasi (Dachlan I, dan Sungsang R,1999).

a. Jarang terjadi, hanya kira-kira pada <2%.

b. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tempat:

· Insisi

· Vas deferens

· Epididimis, menyebabkan epididimitis.

· Testis, menyebabkan orchitis

3. Sperma granuloma

Granuloma adalah suatu abses non-bakterial, yang terdiri dari spermatozoa,


sel-sel pitel dan lymphocyte, dan merupakan suatu respons inflammatoir
terhadap spermatozoa yang merembes dalam jaringan sekitarnya.

a. Insidens sperm granuloma: 0,1- 3%.

b. Penyebab dari timbulnya sperm granuloma:

merembesnya/bocornya spermatozoa ke dalam jaringan sekitarnya, yang


disebabkan oleh:

39
· Absorpsi dari benang jahitan sebelum terbentuk jaringan parut

· Oklusi yang tidakadekuat dari vas deferens selama operasi.

· Ikatan jahitan terlalu keras sehingga memotong vas deferens

· Tekanan yang meninggi di belakang ujung vas deferens yang dipotong

· Infeksi vas deferens sehingga timbul nekrosis jaringan.

c. Diagnosa sperm granuloma:

· Rasa sakit yang tiba-tiba dan pembengkakan pada luka operasi setelah 1-2
minggu, sedang sebelumnya sama sekali asimptomatik.

d. Terapi sperm granuloma

· Umumnya granuloma yang kecil akan menghilang sendiri, atau dapat


dilakukan kompres es, istirahat dan pemberian NSAID

· Bila granuloma besar dan sangat sakit, harus dilakukan eksisi. Hanya saja,
eksisi satu granuloma tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi suatu
granuloma lainnya.

e. Efek samping sperm granuloma

· Bisa menyebabkan rekanalisasi vas deferens, karena terbentuk saluran-


saluran didalam granulomanya.

· Granuloma Epididymal dapat mencegah keberhasilan reversal/pemulihan


kembali vasektomi

5. Prosedur Tindakan Vasektomi

Prosedur Tindakan Vasektomi antara lain :

· 1 atau 2 insisi pada skrotum

· 99% prosedur vasektomi dilakukan dengan anestesia local

Jenis oklusi yang umum dipakai:

· Ligasi

40
· Kauterisasi

· Gabungan (kombinasi)

Oklusi vasa deferensia membuat sperma tidak dapat mencapai vesikula


seminalis sehingga tidak ada di dalam cairan ejakulat saat terjadi emisi ke
dalam vagina

a. Syarat Vasektomi

· Sukarela, artinya klien telah mengerti dan memahami segala akibat


prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas
keinginan sendiri, dengan mengisi dan menandatangani informed
concent (persetujuan tindakan)

· Bahagia, artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah
mempunyai jumlah anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil
minimal 2 tahun

· Sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter klien dianggap sehat dan


memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan
vasektomi

b. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan


vasektomi

· Infeksi kulit pada daerah operasi

· Infeksi sistemikyang sangat mengganggu klien

· Hidrokel atau varikokel yang besar

· Hernia inguinalis

· Filariasis

· Undesensus testikularis

· Massa intrakrotalis

41
· Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia

c. Teknik Vasektomi

Prinsipnya bagaimana menjadikan pipa saluran spermatozoa atau


sel benih vasa deferens pria agar betul-betul dibuat buntu. Kita tahu
saluran sel benih yang sebesar kabel telepon berada di dalam kantong
buah zakar (scrotum), Pipa ini menjadi penghubung yang mengalirkan
sel benih yang diproduksi oleh buah zakar menuju kelenjar prostat yang
berada d atasnya, di luar kantong zakar. Di dalam prostat, sel benih lalu
direndam oleh media berupa getah yang diproduksi oleh prostat. Selain
itu disiram pula oleh cairan seminal, sehingga volumenya menjadi lebih
banyak. Campuran ketiganya itu menjadi apa yang kita kenal sebagai air
mani atau sperma.

Jadi, sebagian besar air mani yang keluar itu sesungguhnya lebih
banyak berisi getah prostat dan cairan seminal (sekitar 95 persen), dan
hanya sebagian kecil saja berisi sel benih (sekitar 5 persen). Taruhlah
sekali ejakulasi rata-rata mengeluarkan 5 cc air mani, volume sel
benihnya mungkin hanya sekitar 0,15cc saja. Jadi, setelah seorang pria
divasektomi, volume air mani yang sekitar 0,15 cc itu saja yang tertahan
tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena pipa yang mengalirkannva
sudah dibikin buntu. Kendati yang sedikit ini besar maknanya dalam hal
kesuburan, hampir tak ada artinya dalam urusan ejakulasi dan pernik seks
lainnya.

Teknik konvensional vasektomi yang lazim dilakukan dengan


cara memotong pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung
potongannya. Karena pipa alit ini ada pada kedua belah sisi buah zakar,
pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi. Caranya, dengan membius
lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar
setelah meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini lalu dibelek

42
beberapa sentimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar
dan dipotong. kemudian masing-masing ujung pipanya diikat, lalu
dimasukkan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka belekan dijahit,
dan selesai sudah. Prosesnya kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah
zakar.

Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran


(cauterisasi) pada pipa sel benih. Tidak perlu membelek terlebih dulu (no
scalpel vasectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus
kulit kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah
pipanya ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama bikin buntu
pipa penyalur sel benih. Sekarang dikenal pula teknik dengan
menggunakan klip (Vasclip). Dengan klip khusus sebesar butir beras,
pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di AS sejak tahun 2002, dan
disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di kalangan AS saja.

D. STRIKTUR URETRA
1. Pengertian

Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra


yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian
mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.

2. Etiologi

Berdasarkan penyebab/etiologinya struktur uretra di bagi menjadi 3


jenis :

a. Struktur uretra kongenital Striktur ini bisanya sering terjadi di fossa


navikularis dan pars membranase, sifat striktur ini adalah stationer dan
biasanya timbul terpisah atau bersamaan dengan anomalia sakuran kemih
yang lain.

b. Struktur uretra traumatik Trauma ini akibat trauma sekunder seperti


kecelakaan, atau karena instrumen, infeksi, spasmus otot, atau tekanan

43
dari luar, atau tekanan oleh struktur sambungan atau oleh pertumbuhan
tumor dari luar serta biasanya terjadi pada daerah kemaluan dapat
menimbulkan ruftur urethra, Timbul striktur traumatik dalam waktu 1
bulan. Striktur akibat trauma lebih progresif daripada striktur akibat
infeksi. Pada ruftur ini ditemukan adanya hematuria gross.

c. Struktur akibat infeksi Struktur ini biasanya disebabkan oleh infeksi


veneral. Timbulnya lebih lambat daripada striktur traumatic.

3. Patofisiologi

1. Trabekulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat


sampai pada suatu saat sehingga mula-mula otot kandung kencing akan
menebal dan terjadi trabekulasi pada fase kompensasi dan pada fase
dekompensasi akan terjadi divertikel.

2. Residual urin

Pada fase kompensasi tidak terjadi residu urin karena vesika urinary
berkontraksi lebih kuat, tapi pada fase dekompensasi muncul residu urin
pada vesica urinary .

3. Refluks vesiko uretra

Pada striktur uretra dimana tekanan intra vesikal meninggi maka


akan terjadi refluk urin dari vesika urinary ke ureter bahkan sampai ke
ginjal.

4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Pada fase dekompensasi vesika urinaria mudah terinfeksi karena


adanya residu urin dan bisa menjalar menjadi pyelonefritis akut maupun
kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal.

5. Infiltrat urin, abses dan fistula

Adanya sumbatan pada uretra dan tekanan intra vesika yang


meninggi maka dapat timbul imbibisi urin keluar vesica urin atau uretra

44
proksimal dari striktur urin yang terinfeksi keluar dari vesica urinary atau
uretra menimbulkan timbulnya infiltrat urin, jika tidak diobati akan muncul
abses, jika abses pecah akan timbul fistel di supra pubic atau uretra proximal
dari ureter.

4. Manifestasi Klinis

1. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang

2. Gejala infeksi

3. Retensi urinarius

4. Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis


(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

5. Kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran mengecil, pancaran


bercabang dan menetes sampai retensi urine. Pembengkakan dan getah /
nanah di daerah perineum, skrotum dan terkadang timbul bercak darah di
celana dalam. Bila terjadi infeksi sistemik penderita febris, warna urine bisa
keruh.(Nursalam, 2008, Hal 86)

6. Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih
dan kemudian timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih
seperti digambarkan pada hipertrofia prostat. Striktur akibat radang uretra
sering agak luas dan mungkin multiple. (Smeltzer.C,2002, hal 1468)

7. Perasaan tidak puas setelah berkemih.

8. Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).

9. Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).

10. Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.

5. Pemeriksaan diagnostik

1. Laboratoriun

45
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan
pembedahan. Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui adanya tanda
–tanda infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.

2. Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan


pancaran urine. Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi
dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urine normal pada pria
adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran
kurang dari harga normal menandakan adanya obstruksi.

3. Radiologi

Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat


letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui
lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan sistouretrografi yaitu
memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini, panjang striktur dapat
diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi.

( Muttaqin.A, 2011 hal 234)

6. Penatalaksanaan

1. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat


pemasangan kateter

2. Medika mentosa Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.


Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.

3. Pembedahan

a. Sistostomi suprapubis

b. Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.

c. Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau


otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika
striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.

46
d. Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa
pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis
diantara jaringan uretra yang masih baik. (Basuki B. Purnomo; 2000
hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

4. Terapi

a. Kalau penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan


pertama dengan cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan
uretrogafi untuk memastikan adanya striktura urethra.

b. Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan


insisi infiltrat dan abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian
dibuat uretrografi.

5. Trukar Cystostomi

Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine,


dilakukan cystostomi. Tindakan cystostomie dilakukan dengan trukar,
dilakukan dengan lokal anestesi, satu jari di atas pubis di garis tengah,
tusukan membuat sudut 45 derajat setelah trukar masuk, dimasukan
kateter dan trukar dilepas, kater difiksasi dengan benar sutra kulit.

6. Bedah endoskopi

a. Setelah dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan


panjang striktura Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan
alat sachse adalah striktura urethra anterior atau posterior yang masih
ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih 2 cm serta tidak
fistel kateter dipasang selama 2 hari pasca tindakan.

b. Setelah penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu


sampai 1 bulan kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan
seumur hidup.Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer
kalau Q maksimal <10 dilakukan bauginasi

47
7. Uretroplasti

a. Indikasi untuk uretroplasti adalah dengan setriktur urethra panjang


lebih 2 cm atau dengan fistel urethrokutan atau penderita residif
striktur pasca urethratomi sachse

b. Operasi urethroplasti ini bermacam – macam , pada umunya setelah


daerah striktur diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau
kulit penis dan dengan free graf atau pedikel graf yaitu dibuat
tambung urethra baru dari kulit preputium atau kulit penis dengan
menyertakan pembuluh darahnya.

8. Otis uretrotomi

a. Tindakan otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior


terutama bagian distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.

b. Otis uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura


urethra.

7. Diagnosa Keperawatan

1. Retensi urine b.d. obstruksi pada jalan urin

2. Nyeri akut b.d. luka biologi (iskemia)

3. Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer

4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik

8. Intervensi

Diagnosa : Retensi urine b.d. obstruksi pada jalan urine.

NOC NIC

Domain II : Physiologic Health Domain 1 : physiological

Class F : Elimination Class B : Elimination Management

Urinary Elimination (0503) Urinary Retention Care (05620)

48
a. Pola eliminasi (050301) 1. Melakukan pengkajian yang berfokuske
inkontinensia urin (seperti output urin, pola
b. Bau urine (050302)
pengosongan urine, fungsi kognitif, dan masalah
c. Jumlah urine (050303) urinary preeksisten)

d. Warna urine (050304) 2. Monitor penggunaan antikolinergik atau alpha

e. Kejernihan urine (050306) agonist

f. Intake cairan (050307) 3. Monitor efek resep obat seperti calcium


channel blokers dan antikolinergik
g. Kesempurnaan pengosongan
bladder (050313) 4. Gunakan sugesti seperti menyalakan air atau
menyiram toilet
h. Ada darah dalam urine (050329)
5. Menstimulasi reflek kandung kemih dengan
i. Frekuensi berkemih (050331)
menggunakan sesuatu yang dingin ke abdomen,
j. Retensi urine (050332) gerakan dibagian dalam paha, atau menyalakan air

k. Nyeri saat berkemih (050309) 6. Gunakan crede maneuver jika dibutuhkan

7. Gunakan kateter urin jika dibutuhkan

8. Informasikan kepada klien/keluarga untuk


mencatat output urin

9. Monitor intake dan output

10.Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan


kandung kemiih (10menit)

Diagnosa : Nyeri akut b.d luka biologi (iskemia).

NOC NIC

Domain IV : Health Knowledge & Domain 1 : physiological


Behavior
Class E : Physical Comfort Promotion
Class Q : Health Behavior
Pain Management (1400)

49
Pain Control (1605) 1. Lakukan pengkajian nyeri seperti
lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, factor
a. identifikasi onset nyeri
pencetus nyeri.
(160502)
2. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri
b. Identifikasi factor penyebab
(160501) 3. Tentukan efek nyeri pada kualitas hidup klien
seperti (hubungan, tidur,napsu makan, aktifitas,mood)
c. Gunakan tindakan preventif
(160503) 3. Kontrol factor lingkungan yg dapat mempengaruhi
nyeri (suhu,keramaian,pencahayaan)
d. Gunakan analgesic jika
dibutuhkan (160505) 4. Berikan farmakologis/nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (kolaborasi jika farmakologis)
e. Laporkan perubahan gejala
nyeri kepada petugas kesehatan 5. Ajarkan teknik relaksasi, TENS, hypnosis, terapi
(160513) music, distraksi, terapi bermain, terapi aktifitas, masase,
aplikasi dingin/hangat sebelum, setelah, dan
jikamemungkinkan saat nyeri berlangsung

Diagnosa : Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer.

NOC NIC

Tujuan: Kontrol Infeksi (6540)

Setelah dilakukan tindakan keperwatan infeksi 1. Pertahankan teknik aseptif


pada klien dapat terkontrol.
2. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil: 3. Gunakan baju, sarung tangan


sebagai alat pelindung
1. Level 1 Domain II: Physiologic Health
4. Gunakan kateter intermiten untuk
Level 2 Kelas H: Immune Response
menurunkan infeksi kandung kemih
Level 3 Outcome: Infection Severity
5. Tingkatkan intake nutrisi
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

50
(tumor, dolor, rubor, kolor) 6. Dorong klien untuk memenuhi
intake cairan
2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi 7. Berikan terapi antibiotik

3) Jumlah leukosit alam batas normal Proteksi Terhadap Infeksi (6550)

2. Level 1 Domain II: Physiologic Health 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sitemikdan lokal
Level 2 Kelas H: Immune Response
2. Inspeksi kulit dan membran mukosa
Level 3 Outcome: Immune Status
terhadap kemerahan, panas, drainase
1) Suhu tubuh
3. Monitoring adanya luka
2) Fungsi respirasi
4. Batasi pengunjung bila perlu
3) Fungsi gastrointestinal
5. Anjurkan klien untuk istirahat
4) Fungsi genitourinaria
6. Ajarkan klien dan keluarga tentang
5) Integritas kulit tanda dan gejala infeksi

6) Integritas mukosa 7. Laporkan kecurigaan infeksi

Diagnosa : Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik.

NOC NIC

v Eliminasi urine Urinary Retention Care

v Urinary continuence 1. Lakukan penilaian berkemih yang


komprehensif berfokus pada inkontinensia
Kriteria hasil :
(misalnya, output urin, pola berkemih, fungsi
v Kandung kemih kosong secara penuh kognitif, dan masalah kencing praeksisten)

v Tidak ada residu urine ≥ 100-200 cc 2. Memantau penggunaan obat dengan

v Intake cairan dalam rentang normal sifat antikolinergik atau properti alpha agonis

51
v Bebas dari ISK 3. Memonitor efek dari obat-obatan yang
diresepkan, seperti calcium channel blockers
v Tidak ada spasme bladder
dan antikolinergik
v Balance cairan seimbang
4. Gunakan kekuatan sugesti dengan
menjalankan air atau di toilet

5. Merangsang refleks kandung kemih


dengan menerapkan dingin pada perut

6. Sediakan waktu yang cukup untuk


pengosongan kandung kemih (10 menit)

7. Gunakan spirit wintergreen di pispot


atau urinal

8. Anjurkan klien / keluarga untuk


memantau output urine

9. Memantau asupan dan keluaran

10. Memantau tingkat distensi kandung


kemih dengan palpasi dan perkusi

E. Sirkumsisi
1. Definisi Sirkumsisi (Khitan)

Khitan berasal dari bahasa arab, diambil dari kata ‫ ختن‬yang artinya
memotong. ‫ الختان‬adalah sebutan tempat yang dikhitan, yaitu kulit yang
tersisa setelah dipotong . Menurut istilah, khitan adalah memotong kulit
yang menutupi ujung kemaluan laki-laki yang disebut dengan Qulfah dan
memotong sedikit daging yang berada di bagian atas farji. Khitan pada laki-
laki disebut dengan I’dzar, sedangkan khitan pada wanita disebut dengan
khafdh. Secara bahasa, kata khitan itu berasal dari kata khatnun ( ‫) َختْن‬, yang
berarti: Memotong kulfah (kulit penutup depan) dari penis dan nawah dari
perempuan.

52
2. Sejarah Khitan

Khitan sudah dilakukan sejak zaman prasejarah. Hal tersebut dapat


dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan yang terdapat di dalam gua-gua
prasejarah . Dalam Islam, khitan merupakan ajaran yang dibawa oleh nabi
Ibrahim kemudian dikukuhkan oleh agama Islam, sehingga khitan masih
dilakukan oleh umat islam sampai saat ini. Menurut riwayat yang shahih,
nabi Ibrahim melakukan khitan pada usia 80 tahun. Laki-laki yang pertama
kali melakukan khitan adalah nabi Ibrahim. Sedangkan wanita yang pertama
kali melakukan khitan adalah sayyidah hajar.

3. Hukum Khitan

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum khitan. Ada yang


mengatakan wajib, ada juga yang mengatakan sunnah. Diantara ulama yang
mengatakan wajib adalah Imam Nawawi dan Imam Ibn Qudamah. Imam
Nawawi (al-Majmu’ (1/301) mengatakan bahwa jumhur atau mayoritas
ulama menetapkan khitan itu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Imam
Nawawi menekankan bahwa jumhur itu mewakili mazhab Syafi’i,
Hanabilah dan sebagian Malikiah. Pendapat ini turut didukung oleh Syaikh
Muhammad Mukhtar al-Syinqithi (ahkamul Jiraha wa Tibbiyah (168)) dan
salafi Syam pimpinan al-Albani.

Kalau menurut Imam Ibn Qudamah (al-Mughni 1/85) lain lagi.


Menurut beliau jumhur menetapkan bahwa khitan wajib bagi laki-laki tapi
dianjurkan (mustahab) bagi perempuan. Imam Qudamah malah mendakwa
bahwa jumhur itu mewakili sebagian Hanbilah, sebagian Maliki dan Zahiri.
Pendapat Ibn Qudamah disetujui oleh Syaikh Ibn Uthaimiin.

Dasar yang mereka gunakan adalah QS. An-Nahl:123

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama


Ibrahim seorang yang hanif.”(QS An-Nahl: 123)

Ayat ini memerintahkan umat nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi


wa Sallam untuk mengikuti tata cara ritual Nabi Ibrahim alaihissalam, dan

53
salah satunya adalah berkhitan, sebagaimana disebutkan di dalam hadits
Bukhari.

“Nabi Ibrahim berkhitan ketika berusia 80 tahun menggunakan kapak.”


(HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah adhiyallahu ‘Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah


Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Lima dari fitrah: memotong bulu
kemaluan, khitan, memotong kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong
kuku.” (HR. Jama’ah)

Sesungguhnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam


mngkhitan Hasan dan Husein pada hari ke tujuh dari kelahirannya (HR. Al
Hakim dan Baihaqi)

“Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah! (HR Ahmad an Abu


Daud)

“Khitan merupakan sunnah (yang harus diikuti) bagi laki-laki dan perbuatan
mulia bagi wanita.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Rasulullah bersabda kepada para tukang khitan perempuan di


Madinah: “Pendekkanlah sedikit dan jangan berlebih-lebihan sebab hal
tersebut lebih menceriakan wajah dan disukai suami.” (HR. Abu Daud,
Bazzar, Thabrani, Hakim dan Baihaqi)

Khitan atau sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah,


diamati dari gambargambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan
makam Mesir purba.

Khitan merupakan bagian dari syariat Islam. Khitan dalam agam


Islam termasuk bagian dari fitrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

‫ارب‬
ِ ‫ش‬ ُّ َ‫اإلب ِْط َوق‬
َّ ‫ص ال‬ ِ ‫ف‬ ُ ْ‫ار َونَت‬ ْ َ ‫ط َرةِ – ْال ِخت َانُ َوا ِال ْستِحْ دَادُ َوت َ ْق ِلي ُم األ‬
ِ َ‫ظف‬ ْ ‫س ِمنَ ْال ِف‬
ٌ ‫س – أ َ ْو َخ ْم‬ ْ ‫ْال ِف‬
ٌ ‫ط َرة ُ خ َْم‬

54
“Fitrah itu ada lima perkara : khitan, mencukur bulu kemaluan,
menggunting kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur kumis “ (H.R
Muslim 257).

Yang dimaksud dengan fitrah adalah sunnah yang merupakan ajaran


agama para Nabi ‘alaihimus salam. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
menjelaskan, “ Fitrah ada dua jenis. Pertama adalah fitrah yang berkaitan
dengan hati, yaitu ma’rifatullah (mengenal Allah) dan mencintai-Nya serta
mengutamakan-Nya lebih dari yang selain-Nya. Kedua yaitu fitrah
amaliyyah, yaitu fitrah yang disebutkan dalam hadits di atas. Fitrah jenis
yang pertama menyucikan ruh dan membersihkan hati sedangkan fitrah
yang kedua menyucikan badan. Keduanya saling mendukung dan
menguatkan satu sama lain. Yang utama dan pokok dari fitrah badan adalah
khitan”

4. Usia Khitan dalam Pandangan Syariat

Telah kita bahas bahwa hukum khitan adalah wajib bagi laki-laki.
Lalu kapan khitan harus dilakukan? Dalam masalah ini tidak terdapat dalil
shahih yang menjelaskan waktu anak laki-laki mulai dikhitan. Memang
terdapat hadits yang menjelaskan tentang waktu khitan. Di antaranya adalah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

. ‫ وختنهما لسبعة أيام‬، ‫َع َّق رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن الحسن والحسين‬

“Rasulullah melaksanakan aqiqah untuk Al Hasan dan Al Husein serta


mengkhitan mereka berdua pada hari ketujuh kelahiran“ (H.R Baihaqi
8/324)

Namun derajat hadits ini adalah hadits yang dhaif/lemah. Hadits ini
didhaifkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani rahimahullah dalam kitab
beliau Irwaul Ghalil sehingga tidak bisa menjadi landasan dalam berdalil.

Demikian juga ada yang menyebutkan sebuah hadits yang berbunyi :

‫ يسمى ويختن‬: ‫سبعة من السنة في الصبي يوم السابع‬

55
“ Ada tujuh hal yang termasuk sunnah dilakukan kepada bayi saat umur
tujuh hari : diberi nama, dikhitan. .. “ (H.R Ath Thabrani dalam Al Ausath
I/334)

Namun status hadits ini juga dipermasalahkan. Al Hafidz Ibnu Hajar


Al Asqalani rahimahullah berkomentar dalam Fathul Bari : “ Hadits ini
dhaif (lemah) ”. Sehingga hadits ini juga tidak bisa menjadi dalil. Dengan
demikian tidak terdapat penjelasaan dari syariat tentang waktu usia khusus
untuk khitan. Meskipun demikian, namun para ulama tetap banyak
membahas masalah ini.

Imam Al Mawardi rahimahullah mengatakan, “ Waktu khitan ada


dua : waktu wajib dan waktu mustahab (waktu yang dianjurkan). Waktu
wajib adalah ketika sudah balig (dewasa), adapun waktu yang dianjurkan
adalah sebelum balig.”

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa secara syariat tidak


ada ketentuan waktu khusus pada usia tertentu untuk khitan misal saat umur
5 tahu, 7 tahun, atau 10 tahun. Ada dua waktu pelaksanaan khitan :

Pertama : waktu wajib, yaitu saat balig.

Kedua : waktu mustahab (dianjurkan), yaitu sebelum balig.

Yang dimaksud balig adalah seorang muslim telah mencapai batas


tertentu untuk dikenai beban syariat. Tanda-tanda balig apabila terpenuhi
salah satu dari tanda berikut : mengeluarkan mani, tumbuhnya bulu
kemaluan, atau telah mencapai usia 15 tahun. Khusus untuk perempuan, ada
tanda balig lainnya yaitu keluanya darah haid.

Semakin dini anak dikhitan akan semakin baik, karena akan segera
menggugurkan kewajiban. Juga sebagai bentuk bersegera dalam melakukan
kebaikan yang merupakan perwujudan perintah Allah Ta’ala :

‫ارعُوا ِإلَى َم ْغ ِف َرةٍ ِم ْن َر ِِّب ُك ْم‬


ِ ‫س‬َ ‫َو‬

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu” (Ali Imran : 133).
Wallahu a’lam.

56
5. Tinjauan Medis Tentang Usia Khitan

Pada prinsipinya, dalam tinjaun medis khitan bisa dilakukan kapan


saja. Namun perbedaan usia khitan mempengaruhi proses khitan dan
penyembuhannya.

1. Usia Kurang dari 5 tahun

Khitan pada anak usia kurang dari lima tahun kebanyakan


dilakukan karena indikasi medis. Misalnya pada anak dengan kelainan
anatomi pada penis seperti fimosis, parafimosis, atau hipospadia. Pada
usia ini, anak belum memiliki keberanian dan belum bisa diajak
kerjasama sehingga tidak mungkin dilakukan pemberian bius lokal.
Pilihan yang dipakai adalah bius total.

2. Usia 5-15 tahun

Pada usia ini, anak-anak sudah memiliki keberanian. Anak-anak


juga sudah bisa diberi pengertian dan diajak kerjasama. Tidak jarang
justru anak-anak pada usia ini meminta sendiri untuk dikhitan. Khitan
pada usia ini umumnya dilakukan dengan bius lokal. Prosesnya tentu saja
lebih sederhana, lebih cepat, dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih
murah. Proses penyembuhannya pun tidak terlalu lama asalkan anak bisa
merawat luka dengan baik.

3. Usia di atas 15 tahun

Pada usia ini boleh dikatakan anak sudah mulai dewasa. Pada usia
ini hormon testosteron (hormon kelamin laki-laki) sudah dalam kondisi
maksimal sehingga dalam segi ukuran penis sudah membesar, disertai
bulu kemaluan yang lebat. Prosedur khitan pada dewasa sama dengan
khitan pada anak-anak. Pada orang dewasa, biasanya sudah tidak terjadi
perlengketan antara kulup dan kepala penis sehingga tidak jarang terjadi
luka pada kepala penis. Hal ini berbeda pada penis anak yang banyak
terjadi perlengketan. Karena tidak terjadi perlengketan, biasanya setelah
khitan bisa langsung digunkan untuk beraktifitas seperti biasa.

57
6. Manfaat Khitan

1. Bagi laki-Laki

Manfaat khitan atau sirkumsis bagi laki-laki


adalahmenghilangkan kotoran beserta tempat kotoran itu berada yang
biasanya terletak dibagian dalam dari kulit terluar penis. Serta untuk
menandakan bahwa seorang muslim telah memasuki kondisi dewasa.

2. Bagi wanita

Cukup banyak masyarakat meyakini bahwa sirkumsisi pada


wanita bisa menurunkan hasrat dan menjauhkannya dari perzinaan.
Namun, pada kasus nyatanya, tidak ada hal tersebut yang terbukti benar,
karena pada dasarnya hal tersebut diatas hanya merupakan karangan
semata. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, hampir semua dokter
menyatakan bahwa wanita tidak boleh melakukan sirkumsisi apapun
alasannya.

Namun, praktek sirkumsisi pada wanita telah ada pada Islam


seperti yang diterangkan pada hadith Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam seperti yang telah dijelaskan di hadith berikut ini. Maka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda kepada ahli khitan
wanita Ummu ‘Athiyyah, yang
artinya : “Janganlah kau potong
habis, karena (tidak dipotong habis)
itu lebih menguntungkan bagi
perempuan dan lebih disenangi
suami.” (HR: Abu Dawud).

58
7. Proses Khitan
1. Pembiusan

Sebelum proses khitan, tindakan yang pertama kali dilakukan


adalah pembiusan. Khitan pada umumnya dilakukan dengan pembiusan
lokal dengan suntik. Pada beberapa kondisi perlu dilakukan bius total,
seperti pada bayi atau anak yang sangat takut. Sebelum dilakukan
penyuntikan, akan diberi larutan antiseptik seperti betadine untuk
membersihkan area sekitar penis. Setelah itu dilakukan pemberian obat
bius dengan cara disuntik. Bagian paling sakit dalam proses khitan adalah
ketika penyuntikan obat bius ini. Dokter biasanya akan memberikan
beberapa suntikan di bagian penis. Setelah diberikan obat bius, proses
selanjutnya sudah tidak menimbulkan rasa nyeri. Waktu reaksi obat bius
sekitar 3-5 menit. Dokter akan melakukan tes dengan menjepit bagian
kulit penis untuk mengetahui reaksi dari obat bius tersebut. Proses ini
perlu diberitahukan kepada anak yang mau khitan, bahwa akan diberikan
suntik pada awal proses khitan. Terangkan juga bahwa setelah itu sudah
tidak terasa sakit lagi. Hal ini perlu diterangkan agar anak tidak takut dan
kaget ketika disuntik.

2. Pelepasan Perlengketan

Tahapan selanjutnya adalah pelepasan perlengketan kulit pada


kepala penis. Kebanyakan pada anak terjadi perlengketan pada kulit
dengan kepala penis dengan derajat yang bervariasi. Ada yang lengket
sebagian, bahkan ada yang hampir lengket keseluruhan. Namun ada juga
yang tidak terjadi perlengketan sama sekali. Jika terjadi perlengketan,
harus dilepaskan sebelum dilakukan pemotongan kulup penis. Ciri
perlengketan sudah lepas adalah sudah terlihat batas antara mukosa
dengan batang penis dan sulcus corona glandis (leher kepala penis,
bagian yang berlekuk antara kepala dan batang penis).
Ada dua teknik yang biasa digunakan untuk membebaskan
perlengkatan kulup dengan kepala penis. Teknik pertama adalah
menggunakan kassa. Satu tangan memegang kepala penis, tangan yang

59
satunya menarik kulup dengan kassa. Jika dengan kassa tidak bisa lepas,
biasanya digunakan teknik yang kedua dengan memakai klem(penjepit).
Caranya dengan menarik kulup, kemudian klem dibuka dan didorong ke
arah perlengketan. Teknik yang pertama risiko terjadinya trauma atau
lecet pada kepala penis kecil, namun prosesnya lebih lama. Sedangkan
keuntungan teknik yang kedua perlengketan dapat dilepaskan dengan
cepat tetapi kerugiannya dapat mengakibatkan lecet di daerah kepala
penis dan mukosa. Pelepasan perlengketan dengan klem harus diyakini
benar bahwa ujung klem yang digunakan benar-benar tumpul.

Proses melepaskan perlengkatan sebenarnya tidak menimbulkan


nyeri karena sudah dilakukan pembiusan. Namun terkadang
menimbulkan sedikit rasa geli pada saat kepala penis terkena kassa atau
ujung klem sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini wajar
karena kepala penis masih beradaptasi dengan sentuhan.

3. Pembersihan Smegma

Setelah kulup sudah tidak mengalami perlengketan dengan


kepala penis, langkah selanjutnya adalah membersihkan smegma.
Smegma adalah sekret dari kelenjar yang dapat mengeras, berupa
butiran-butiran putih seperti kapur/lemak yang berkumpul antara mukosa
dan kepala penis, utamanya di daaerah sulcus corona glandis (leher
kepala penis). Smegma yang terus menumpuk bisa menjadi sarang
kuman sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran kencing. Selain itu
juga bisa memicu terjadinya kanker penis yang berbahaya. Oleh karena
itu pada orang yang tidak dikhitan memiliki risiko penyakit infeksi
saluran kencing dan kanker penis. Pada anak yang belum khitan, smegma
di penis harus rajin dibersihkan. Caranya dengan menarik kulup
semaksimal mungkin ke arah pangkal penis sampai terlihat kepala penis,
kemudian dibersihkan dengan kassa. Namun ini hanya bisa dilakukan
pada anak yang tidak mengalamai perlengketan pada kulup. Pada anak
yang kulupnya lengket dengan kepala penis hal ini tidak bisa dilakukan.

60
4. Pemotongan Kulup Penis

Langkah ini merupakan inti dalam pelaksanaan khitan. Banyak


metode yang bisa digunakan untuk memotong kulup. Bisa dengan cara
konvensional menggunakan gunting atau pisau bedah, atau menggunakan
alat yang lain sperti electrocauter, flahcutter, clamp, maupun laser.
Penjelasan tentang masig-masing metode khitan akan dibahas pada bab
selanjutnya. Pada beberapa keadaan mungkin terjadi perdarahan setelah
pemotongan kulup. Jika perdarahannya cukup besar, dokter biasanya
akan menghentikan perdarahan dengan melakukan ligasi (pengikatan
dengan penjahitan) pada pembuluh darah yang menjadi tempat sumber
perdarahan.

5. Penjahitan

Pada teknik khitan yang umum, biasanya masih dilakukan


penjahitan. Panjahitan berfungsi untuk menyatukan kulit dengan mukosa,
agar bekas irisan dapat menyatu dan cepat kering. Benang yang
digunakan adalah jenis benang yang absorbsable (benang yang bisa
diserap) sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan jahitan. Pada
beberapa teknik khitan ada yang tidak memerlukan penjahitan.

6. Pembalutan Luka

Pembalutan luka setelah khitan bertujuan untuk melindungi luka


operasi dari kontaminasi. Bagi sebagian dokter, ada yang tidak
melakukan pembalutan pasca khitan dengan tujuan agar evaporasi
berlangsung lebih baik sehingga luka cepat kering.
Luka setelah khitan adalah luka yang rawan infeksi, sebab pada
umumnya yang dikhitan adalah anak-anak yang biasanya belum mampu
menjaga kebersihan dengan baik dan luka khitan sering tersiram air
setelah buang air kecil yang menyebabkan terbawanya kuman oleh air
sehingga luka sukar kering. Oleh karena itu jika diperkirakan anak yang
dikhitan sulit memelihara kebersihan, maka luka pasca khitan sebaiknya

61
dibalut. Keuntungan dan kerugian ini ini harus benar-benar perlu
dipertimbangkan karena infeksi dapat terjadi.

7. Perawatan Pasca Khitan

Setelah khitan, perlu perawatan yang tepat agar penyembuhan


berlangsung cepat dan tidak terjadi komplikasi. Luka operasi harus tetap
kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari kontaminasi.
Kesulitan yang sering dialami adalah tersiramnya luka setelah buang air
kecil. Perawatan untuk mencegah infeksi adalah dengan pemberian
povidon iodin 10% (betadine). Hal yang perlu diperhatikan setelah khitan
adalah :
- Anak jangan terlalu aktif, kurangi aktivitas yang berat
- Luka jangan terkena air, air kencing, debu, atau kotoran lainnya

- Usahakan agar balutan tetap kering

- Segera kontrol jika terjadi komplikasi, misalnya penis menjadi bengkak,


berdarah, nyeri yang hebat, atau tidak bisa kencing, atau anak mengalami
demam. Dokter biasanya akan memberikan obat antibiotik untuk
mencegah terjadinya infeksi dan obat untuk meredakan nyeri setelah
khitan. Tidak ada makanan dan minuman yang harus dipantang setelah
khitan. Jika tidak ada alergi terhadap makanan sebelumnya maka setelah
khitan pun tidak ada pantangan khusus.

8. Teknik Teknik Khitan

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran,


teknik khitan juga mengalami perkembangan. Sekarang banyak sekali
teknik khitan yang bisa menjadi pilihan. Tentu saja masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Berikut akan dijelaskan secara ringkas beberapa
teknik khitan yang lazim digunakan di Indonesia.

62
1. Dorsumsisi

Teknik ini menggunakan alat tajam berupa gunting. Setelah


dilakukan anestesi (pembiusan), kulit kulup penis disayat dari bagian
punggung penis kemudian diikuti pemotongan di sisi kanan dan kiri garis
frenulum. Tujuan teknik ini adalah menghindari garis frenulum untuk
meminimalisasi perdarahan karena pembuluh darah yang cukup besar
berada di garis frenulum. Setelah kulit kulup penis dipotong, dilakukan
penjahitan mukosa-kulit secara melingkar.
Kelebihan: kelebihan mukosa-kuilt dapat diatur, kemungkinan melukai
kepala penis dan merusak frenulum lebih kecil, perdarahan mudah diatasi
karena insisi dilakukan secara bertahap, serta baik dilakukan untuk
pasien dengan kelainan fimosis atau parafimosis.
Kekurangan: tekniknya lebih rumit dan membutuhkan waktu lebih lama,
potongan bisa tidak rata, biasanya menyisakan benjolan sisa frenulum
yang terakhir dipotong (tetapi sifatnya sementara), perdarahan biasanya
cukup banyak.

2. Teknik Guillotine

Disebut juga teknik klasik, karena teknik inilah yang paling lama
digunakan. Khitan dengan teknik ini yaitu dengan cara menjepit kulup penis
secara melintang pada sumbu panjang penis menggunakan klem, kemudian
memotongnya. Irisan dapat dilakukan di bagian atas maupun di bawah dari
klem tersebut.

63
Kelebihan: tekniknya relatif lebih sederhana, hasil irisan lebih rata, waktu
pelaksanaan lebih cepat, hasil lebih rapi.
Kekurangan: perdarahan lebih banyak, kemungkinan melukai glans penis
dan irisan frenulum yang berlebihan, ukuran sisa mukosa-kulit tidak bisa
dipastikan.
3. Teknik Electrocauter dan Flashcutter

Teknik ini mirip dengan teknik


Guillotine. Berbeda dengan teknik
sebelumnya yang menggunakan pisau
bedah, alat yang digunakan untuk
memotong pada metode ini
menggunakan electrocauter, yaitu
semacam filamen logam panas semi
tajam. Metode pemotongan dengan alat semacam solder panas ini sempat
booming beberapa tahun belakangan ini, masyarakat awam menyebutnya
khitan laser. Metode pemotongan electrocauter ini membutuhkan energi
listrik sebagai sumber dayanya. Hampir mirip dengan alat electrocauter
adalah khitan menggunakan flashcutter. Flashcutter bagi sebagian kalangan
dianggap merupakan pilihan perangkat yang ideal untuk khitan, hampir
tanpa risiko atau kerugian. Ujung flashcutter tajam seperti mata pisau.
Untuk tenaga yang berpengalaman, satu mata pisau dapat dipakai sampai
lebih 300 kali insisi. Risiko luka bakar (meskipun kecil kemungkinan) dapat
pula terjadi jika operatornya ceroboh atau tidak mangetahui tata cara operasi
dengan Flashcutter.

Kelebihan: waktu pengerjaan lebih cepat, tidak terjadi perdarahan,


mengurangi risiko infeksi.
Kekurangan: risiko terpotongnya kepala penis, jika terjadi reaksi inflamasi
(peradangan) luka bakar yang berlebihan memerlukan penyembuhan yang
lama, memerlukan peralatan khusus.

64
3. Teknik Smart Clamp

Smart Clamp adalah salah satu inovasi terbaru dunia kedokteran


khususnya di bidang sirkumsisi (khitan) dan saat ini banyak dipakai di dunia
internasional. Sejak diluncurkan pertama kali di pameran alat kesehatan
dunia di Dusseldorf, Jerman, tahun 2001, alat ini langsung melejit
memasuki pusat-pusat pelayanan kesehatan di Eropa, Amerika dan Asia
Tenggara. Alat ini sangat diminati oleh para dokter disebabkan alat ini
sangat praktis dan aman dibandingkan alat lain yang saat ini ada. Smart
Clamp memang dirancang untuk menghasilkan cara yang aman, cepat, dan
canggih. Alat ini diciptakan dengan menggunakan teknologi plastik terkini
dan diproduksi dengan standard mutu berkualitas tinggi. Prosedur khitan
yang hampir tanpa perdarahan dan alat yang sekali pakai (disposable) juga
membantu mengurangi risiko penyebaran infeksi. Alat ini terdiri dari
berbagai ukuran, karena itu sangat cocok dilakukan pada bayi, anak-anak,
maupun orang dewasa. Metode ini juga sangat aman bagi penderita diabetes,
anak-anak autis, atau anak-anak yang hiperaktif. Beberapa kelebihan alat ini
adalah dari sisi praktisnya.

a. Khitan Bagi Wanita Termasuk Syariat Islam

Terdapat silang pendapat di kalangan para ulama tentang hukum


khitan bagi wanita. Sebagian mengatakan khitan bagi wanita hukumnya
wajib, sebagian lagi mengatakan hukumnya sunnah.

Dalil Yang Menunjukkan Wajib

Ulama yang mewajibkan khitan bagi wanita, mereka beralasan dengan


dalil-dalil berikut :

Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

ِ ‫ص ِم ْن أ ُ ُج‬
‫ور ِه ْم‬ َ ُ‫سنَةً فَلَهُ أَجْ ُرهَا َوأَجْ ُر َم ْن َع ِم َل بِ َها بَ ْعدَهُ ِم ْن َغي ِْر أ َ ْن يَ ْنق‬
َ ‫سنَّةً َح‬ ِ ْ ‫س َّن فِي‬
ُ ‫اإلس ََْل ِم‬ َ ‫َم ْن‬
‫ش ْي ٌء‬
َ

65
“Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik dalam Islam, maka dia
akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya tanpa
dikurangi dari pahala mereka sedikitpun ”(H.R Muslim 1017)

b. Bagian yang Diikhitan pada Wanita

Para ulama menjelaskan bahwa bagian yang dipotong pada


khitan wanita adalah kulit yang mengelilingi bagian yang berbentuk
seperti jengger ayam yang terletak dia atas tempat keluarnya kencing.
Yang benar menurut sunnah adalah tidak memotong seluruhnya, namun
hanya sebagian kecil saja. Hal ini berdasarkan hadits Ummu ‘Athiyah
radhiyallahu ‘anha bahwa dahulu para wanita di Madinah dikhitan. Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ظى ِل ْل َم ْرأَةِ َوأَ َحبُّ إِلَى ْالبَ ْعل‬


َ ْ‫الَ ت ُ ْن ِه ِكي فَإ ِ َّن ذَلِكَ أَح‬

“ Jangan berlebihan dalam mengkhitan, karena akan lebih nikmat (ketika


berhubungan seksual) dan lebih disukai suami “ (H.R Abu Dawud)

c. Khitan Wanita dalam Tinjauan Medis

Dalam isitilah medis khitan disebut female circumcision, yaitu


istilah umum yang mencakup eksisi suatu bagian genitalia eksterna
wanita . Dikenal juga dalam istilah medis pharaonic circumcision dan
Sunna circumcision. Pharaonic circumcision adalah sejenis sirkumsisi
wanita yang terdiri dari dua prosedur : bentuk yang radikal dan bentuk
yang dimodifikasi. Pada bentuk radikal, klitoris, labia minora, dan labia
majora diangkat dan jaringan yang tersisa dirapatkan dengan jepitan atau
jahitan. Pada bentuk yang dimodifikasi, preputium dan glans clitoris serta
labia minora di dekatnya dibuang. Sunna circumcision adalah suatu
bentuk sirkumsisi wanita. Pada bentuk ini, preputium klitoris dibuang.

Dalam istilah medis, khitan wanita juga diistilahkan Female


Genital Cutting (FGC) atau Female Genital Mutilation (FGM). Menurut
WHO, definisi FGM meliputi seluruh prosedur yang menghilangkan

66
secara total atau sebagian dari organ genialia eksterna atau melukai pada
organ kelamin wanita karena alasan non-medis.

WHO mengklaisfikasikan FGM menjadi empat tipe yaitu :

1. Klitoridektomi. Yaitu pengangkatan sebagian atau seluruh klitoris,


termasuk juga pengangakatan hanya pada preputium klitoris (lipatan
kulit di sekitarnya klitoris).

2. Eksisi: pengangkatan sebagian atau seluruh klitoris dan labia minora,


dengan atau tanpa eksisi dari labia majora (labia adalah “bibir” yang
mengelilingi vagina).

3. Infibulasi : penyempitan lubang vagina dengan membentuk


pembungkus. Pembungkus dibentuk dengan memotong dan reposisi labia
mayor atau labia minor, baik dengan atau tanpa pengangkatan klitoris.

4. Tipe lainnya: semua prosedur berbahaya lainnya ke alat kelamin


perempuan untuk tujuan non-medis, misalnya menusuk, melubangi,
menggores, dan memotong daerah genital.

d. Pertentangan Khitan Wanita oleh WHO

Penjelasan WHO yang dilarang adalah tindakan FGM (Female


Genita Mutilation), yaitu seluruh prosedur yang menghilangkan secara
total atau sebagian dari organ genialia eksterna atau melukai pada organ
kelamin wanita karena alasan non-medis. Namun perlu diperhatikan
baik-baik bahwa definisi khitan wanita dalam Islam tidak sama dengan
FGM yang dilarang oleh WHO.

Dalam situs resminya, WHO menjelaskan beberapa informasi tentang


FGM :

– FGM meliputi seluruh proses yang mengubah atau menyebabkan


perlukaan pada genitalia eksterna wanita karena alasan non-medis.

– Prosedur FGM tidak bermanfaat bagi wanita.

67
– Prosedur FGM dapat menyebabkan perdarahan dan gangguan kencing,
dan dalam jangka lama bisa menyebabkan kista, infeksi, kemandulan,
serta komplikasi dalam persalinan yang dapat meningkatkan risiko
kematian bayi baru lahir

– Sekitar 140 juta anak perempuan dan perempuan di seluruh dunia saat
ini hidup dengan akibat buruk dari FGM.

– FGM ini kebanyakan dilakukan pada anak dan gadis-gadis muda,


antara bayi dan usia 15 tahun.

– Di Afrika diperkirakan 92 juta perempuan 10 tahun ke atas telah


mengalami FGM.

– FGM adalah pelanggaran hak asasi terhadap perempuan.

– Praktik ini kebanyakan dilakukan oleh ahli khitan tradisional, yang juga
berperan penting dalam komunitas, seperti menolong persalinan. Namun,
lebih dari 18% dari semua FGM dilakukan oleh penyedia layanan
kesehatan, dan tren ini terus meningkat.

Dapat kita simpulkan dari penjelasan WHO yang dilarang


adalah tindakan FGM (Female Genita Mutilation), yaitu seluruh
prosedur yang menghilangkan secara total atau sebagian dari organ
genialia eksterna atau melukai pada organ kelamin wanita karena alasan
non-medis. Namun perlu diperhatikan baik-baik bahwa definisi khitan
wanita dalam Islam tidak sama dengan FGM yang dilarang oleh WHO.

e. Peratutan Menteri Kesehatan tentang Khitan Wanita

Terdapat Peraturan Menteri Kesehatan tentang khitan bagi


wanita yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Repubublik Indonesia nomor
1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang Sunat Perempuan. Dijelaskan bahwa
khitan perempuan adalah tindakan menggores kulit yang menutupi
bagian depan klitoris, tanpa melukai klitoris. Khitan perempuan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, yaitu dokter, bidan, dan
perawat yang telah memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Yang

68
melakukan khitan pada perempuan diutamakan adalah tenaga kesehatan
perempuan.

f. Fatwa MUI tentang Khitan Wanita

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa


tentang masalah khitan wanita yang terdapat dalam Keputusan Fatwa
Majelis Ulama Indonesi Nomor 9A Tahun 2008 Tentang Hukum
Pelarangan Khitan Terhadap Perempuan. Dalam fatwa tersebut, MUI
menegaskan bahwa khitan bagi wanita termasuk fitrah (aturan) dan syiar
Islam. Khitan terhadap perempuan adalah makrumah (bentuk pemuliaan),
pelaksanaannya sebagai salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan. MUI
juga menjelaskan bahwa pelarangan khitan terhadap perempuan adalah
bertentangan dengan ketentuan syariat Islam karena khitan, baik laki-laki
maupun perempuan, termasuk fitrah (aturan) dan syiar Islam.

g. Hikmah Khitan bagi Wanita

Telah jelas bagi kita bahwa khitan merupakan bagian dari


perintah syariat Islam yang mulia. Semua hal yang diperintahkan dalam
syariat pasti memberikan manfaat bagi hamba, baik kita ketahui maupun
tidak. Tidak mungkin ada perintah syariat yang tidak memberikan
manfaat bagi hamba atau bahkan merugikan hamba. Termasuk dalam hal
ini khitan bagi wanita yang merupakan bagian dari syariat Islam.

Dari sisi medis, memang belum banyak data penelitian tentang


khitan wanita. Karena tindakan ini masih jarang dilakuan oleh tenaga
medis. Namun yang jelas khitan bagi wanita yang seusai dengan prosedur
tidak membahyakan bagi wanita. Meskipun demikian, bukan berarti
khitan bagi wanita tidak bermanfaat. Sangat dimungkinkan khitan juga
memiliki manfaat bagi para wanita seperti manfaat khitan bagi laki-laki.
Meskipun belum ada bukti medis tentang manfaat khitan bagi wanita
namun cukuplah perintah adanya syariat khitan sebagai bukti bahwa
khitan bermanfaat bagi wanita.

69
Di antara manfaat khitan bagi wanita adalah yang disebutkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu untuk menstabilkan syahwat
dan memuaskan pasangan.

F. Gangguan Ejakulasi (Disfungsi Ejakulasi)


1. Ejakulasi Prematur
a. Definisi
 Walaupun premature ejaculation (PE) atau ejakulasi dini merupakan
disfungsi seksual yang paling sering pada pria, namun masih kurang
dipahami. Berdasakan data terakhir 20-30 % pria mengalami ejakulasi
prematur. Pasien sering tidak mau mendiskusikannya keluhannya dan
kebanyakan dokter tidak tahu tentang terapi PE yang efektif.
Akibatnya pasien bisa salah diagnosis atau salah pengobatan. Selain
itu, saat ini tidak ada terapi farmakologis yang terdaftar untuk PE.
 The Second International Consultation on Sexual and Erectile
Dysfunction mendefinisikan PE sebagai adanya ejakulasi dengan
stimulasi minimal dan lebih awal dari yang diinginkan sebelum atau
segera setelah penetrasi, yang menyebabkan gangguan atau distress,
dan penderita hanya bisa sedikit mengontrol atau tanpa bisa
mengontrol sama sekali atas terjadinya ejakulasi.
 The International Society for Sexual Medicine (ISSM) mengadopsi
definisi baru yang lengkap mengenai PE yang merupakan definisi
pertama yang sesuai dengan evidence-based yakni : Ejakulasi
Prematur merupakan disfungsi seksual pada pria yang ditandai dengan
ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi sebelum atau dalam
waktu sekitar satu menit penetrasi vagina dan ketidakmampuan untuk
menunda ejakulasi pada semua atau hampir semua penetrasi vagina;
dan menyebabkan konsekwensi kepribadian yang negative seperti
tertekan (distress), terganggu, frustrasi dan/atau menghindari
keintiman seksual. Harus dicatat bahwa definisi ini terbatas pada pria
dengan PE yang berkepanjangan (lifelong PE) yang telah melakukan

70
persetubuhan vaginal, karena adanya data objektif yang kurang untuk
mengusulkan definisi yang berdasarkan evidence-base untuk PE yang
didapat (acquired PE).
Definisi ini menitikberatkan pada hitungan waktu untuk
ejakulasi, kemampuan untuk mengontrol atau menunda ejakulasi dan
konsekwensi negatif (gangguan/distress) dari PE. Namun, poin utama
perdebatan adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk ejakulasi,
yang biasanya dideskripsikan sebagai waktu laten ejakulasi
intravaginal (IELT = time latency ejaculatory intravaginal).
b. Etiologi
Penyebab ejakulasi dini beragam. Antara lain:
 Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor psikologis atau fisik. Contoh
masalah psikologis yang bisa menyebabkan ejakulasi dini adalah
1. Stres dan depresi.
 Masalah dalam hubungan dengan pasangan.
 Cemas terhadap performa seksual, khususnya pada permulaan
hubungan yang baru, atau ketika seorang pria telah memiliki
riwayat masalah dalam performa seksual.
 Trauma seksual di masa lampau.
 Sedangkan contoh masalah fisik yang bisa menyebabkan ejakulasi
dini adalah gangguan prostat dan tiroid.
1. Prostatitis kronis, yaitu peradangan prostat menahun.
2. Gangguan tiroid, yaitu kelenjar tiroid terlalu aktif atau kurang aktif.
3. Penyakit diabetes dan hipertensi.
4. Konsumsi alkohol berlebih, merokok, dan penggunaan obat-obat
terlarang.
5. Disfungsi ereksi. Pria dengan disfungsi ereksi akan cenderung
ejakulasi dini sebelum ereksi berakhir.
6. Penis yang terlalu sensitif atau terdapat aktivitas refleks tidak
normal pada sistem ejakulasi..
 Gangguan kontrol saraf yang mengatur peristiwa ejakulasi juga diduga
menjadi penyebab terjadinya ejakulasi dini

71
Secara fisik, ejakulasi dikendalikan oleh zat kimia dalam otak, yaitu
serotonin. Apabila kadar serotonin atau fungsinya tidak normal, ejakulasi
dini sangat mungkin terjadi.

c. Klasifikasi
PE diklasifikasikan sebagai “lifelong” (primer) atau “acquired”
(sekunder).
a) PE primer ditandai oleh onset-nya (awal terjadinya) dari sejak pertama
kali pengalaman seksual, menetap selama kehidupan dan ejakulasi
terjadi terlalu cepat (sebelum penetrasi vaginal atau < 1-2 menit
setelah penetrasi.
b) PE sekunder dtandai dengan PE yang terjadi secara bertahap atau
kejadiannya tiba-tiba mengikuti ejakulasi normal sebelumnya yang
onset dan waktu ejakulasinya singkat (biasanya tidak sesingkat PE
sekunder).

d. Manifestasi Klinis
Gejala ejakulasi :
1. Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi dalam satu menit atau
kurang pada saat melakukan penetrasi vagina.
2. Ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau hampir
saat melakukan penetrasi vagina.
3. Kehidupan pribadi yang negative, seperti stress, frustasi atau
menghindari keintiman seksual.
e. Patofisiologi
Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom.
Asetilkolin berperan sebagai neurotransmitter ketika saraf simapatis
mengaktifasi kontraksi dari leher kandung kemih, vesika seminalis dan
vas deferens. Reflex ejakulasi berasal dari kontraksi otot
bulbokavernosus dan ischiokavernosus serta di control oleh saraf
pudendus.

72
Singkatnya, ejakulasi terjadi karena mekanisme reflex yang di
cetuskan oleh rangsangan pada penis melalui saraf sensorik pudendus
yang terhubung dengan persarafan tulang belakang ( T12-L2 ) dan
korteks sensorik ( salah satu bagian otak).
Mengapa reflex ini dapat terjadi sebelum pria tersebut
menginginkannya? Penelitian terakhir mengemukakan bahwa terdapat
gangguan respon penis pria dengan ejakulasi dini.
Pada pria tanpa ejakulasi dini, pengukuran kadar sensitivitas
penis meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun pada pria
dengan ejakulasi dini , justru sensitivitas semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia. Penelitian lanjutan mengemukakan bahwa
pria dengan ejakulasi dini memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada pria
tanpa ejakulasi dini.

f. Komplikasi
Komplikasi ejakulasi dini dapat mengakibatkan gangguan
psikologis dari penderita ejakulasi dini, seperti gangguan percaya diri,
kecemasan, ataupun depresi. Selain itu, ejakulasi dini juga mengganggu
hubungan interpersonal dan kepuasan seksual dengan pasangannya.
Studi observasional yang dilakukan oleh Patrick dkk. di
Amerika Serikat menunjukkan gangguan stres yang lebih tinggi secara
signifikan pada pria dengan gangguan ejakulasi dini, dibandingkan pada
pria tanpa ejakulasi dini. Namun, hampir dua pertiga dari penderita
ejakulasi dini tidak berkonsultasi dengan dokter karena malu, dan hampir
setengah dari penderita ejakulasi dini percaya bahwa tidak ada obat untuk
ejakulasi dini sehingga mereka tidak mencari nasihat medis.
Komplikasi ejakulasi dini pada seorang pria terlihat mempunyai
kesulitan interpersonal dibandingkan pria tanpa ejakulasi dini. Demikian
pula, pasangan pria ejakulasi dini juga melaporkan tingkat gangguan
hubungan relasi yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Hal ini
terjadi karena beberapa pria yang mengalami ejakulasi dini merasa
bahwa mereka membiarkan pasangan mereka kecewa dan merasa

73
kualitas hubungan akan lebih baik apabila mereka tidak menderita
ejakulasi primer. Studi yang dilakukan oleh Rosen dan Althof, secara
konsisten mengonfirmasikan distres personal yang dialami penderita
ejakulasi dini dan pasangan wanitanya.
Pria dengan ejakulasi dini secara signifikan mempunyai nilai
kepercayaan diri yang rendah dibandingkan yang tidak. Sepertiga pria
dengan ejakulasi dini mengalami kecemasan terkait situasi seksual.
Penderita dengan ejakulasi dini juga cenderung menghindari topik
pembicaraan seks dengan pasangannya dibandingkan dengan yang tidak.
Dampak negatif lainnya adalah ejakulasi dini dijadikan suatu alasan oleh
pria berpasangan untuk menghindari pasangannya dan mencari pasangan
lain.
Ejakulasi dini dan kecemasan masing-masing dapat menjadi
penyebab satu sama lain. Sebagai contoh: kecemasan saat senggama akan
cenderung menjadi penyebab ejakulasi dini dan sebaliknya, ejakulasi dini
akan menambah kecema san orang tersebut pada waktu senggama.
Terakhir, ejakulasi prematur dapat menghambat beberapa
pasangan yang ingin mempunyai anak, terutama apabila ejakulasi
prematur terjadi sebelum penetrasi ke dalam vagina. Namun, kehamilan
masih dapat terjadi bila ejakulasi terjadi di dalam vagina. Segera
konsultasi ke dokter Anda terkait gejala ejakulasi dini, sehingga
penyebab ejakulasi dini dapat segera diketahui. Jangan lupa juga lakukan
segera pencegahan ejakulasi dini.

g. Pemerksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut akan dilakukan berdasarkan
pada penemuan spesifik dari anamnesis atau pemeriksaan fisik
terhadap pasien dan tidak direkomendasikan secara rutin.
 Beberapa pilihan alat diagnostik berupa kuesioner (daftar pertanyaan
terstruktur) dapat membantu penilaian kemungkinan terjadinya
ejakulasi dini, antara lain: Intravaginal Ejaculation Latency Time
(IELT), Patient-Reported Outcome (PRO), Premature Ejaculation

74
Diagnostic Tool (PEDT ), Premature Ejaculation Profile (PEP), Index
of Premature Ejaculation (IPE), Male Sexual Health Questionnaire
Ejaculatory Dysfunction(MSHQ-EjD), Chinese Index of Premature
Ejaculation (CIPE), dan Arabic Index of Premature Ejaculation
(AIPE). Meskipun banyak sistem kuesioner yang dapat digunakan
untuk menilai ejakulasi dini, tetapi penggunaan kuesioner merupakan
pilihan masing-masing dokter, sesuai indikasi dan ketersediaan
kuesioner.

h. Penatalaksanaan PE
Dalam banyak hubungan antara suami dan istri bisa
menyebabkan PE bila adalah masalah dalam hubungan tersebut (yang
kurang harmonis). Dalam kasus seperti ini, pengobatan harus dibatasi
pada konseling psikososial. Sebelum pengobatan dimulai, penting untuk
membicarakan harapan pasien terhadap pengobatan yang akan dilakukan
secara langsung. Adanya disfungsi ereksi misalnya atau disfungsi seksual
lain atau infeksi genitourinarius (yaitu prostatitis), harus diobati lebih
dahulu atau diobati bersamaan dengan PE.
Beberapa teknik latihan (behavioural technique) telah
menunjukkan kelebihan dalam mengobati PE dan diindikasikan untuk
pasien yang tidak nyaman dengan terapi obat-obatan. Pada PE primer,
teknik latihan ini tidak direkomendasikan sebagai terapi lini pertama.
Terapi PE primer mesti intensif, membutuhkan dorongan dari pasangan
dan bisa saja sulit untuk melakukannya. Selain itu, hasil jangka panjang
terapi dengan teknik latihan ini untuk PE belum diketahui.
Terapi dengan obat-obatan merupakan terapi dasar untuk PE
primer. Karena belum ada obat untuk PE yang diterima oleh EMEA atau
FDA, maka semua terapi medis PE saat ini tidak diindikasikan. Hanya
SSRI jangka panjang dan obat anestesi topical yang secara terus-menerus
menunjukkan efikasi dalam pengobatan PE. Sekali lagi hasil jangka
panjang untuk terapi obat-obatan belum diketahui.
 Teknik psikologis/terapi tingkah laku.

75
Strategi tingkah laku (behavioural technique) terutama yakni
program “stop-start” yang dikembangkan oleh Semans dan
modifikasinya dan teknik “squeeze”, yang diusulkan oleh Master dan
Johnson.
a) Pada program “stop-start”, pasangan merangsang penis sampai
pasien merasa ingin ejakulasi. Pada titik ini, pasien menyuruh
pasangannya untuk berhenti merangsang, tunggu sampai sensasi
ingin ejakulasi itu lewat dan kemudian dirangsang lagi.
b) Teknik “squeeze” hampir sama dengan cara yang pertama namun
pasangan menekan secara manual glans penis sesaat sebelum
ejakulasi sampai pasien kehilangan sensasi untuk ejakulasi.
Kedua cara ini biasanya dilakukan dalam siklus 3 kali berhenti
sebelum menuju orgasme. Teknik ini berdasarkan hipotesis bahwa PE
terjadi karena seorang pria gagal untuk menyadari sensasi puncak
yang muncul dan gagal mengenali perasaan untuk ejakulasi yang tidak
dapat dihindarkan. Latihan yang berulang bisa memperlambat
persambungan respon rangsang dengan secara perlahan memberikan
kesempatan bagi pasien untuk lebih intensif dan stimulasi yang lebih
lama, di lain pihak mempertahankan intensitas dan durasi stimulus
dibawah ambang batas untuk memicu rangsangan. Keberhasilan
teknik ini dapat mecapai 50-60 %.
 Pengobatan :
 Obat anestesi topical
Penggunaan anestesi lokal untuk menunda ejakulasi merupakan cara
pengobatan farmakologi yang paling tua untuk ejakulasi dini. Beberapa
penelitian mendukung hipotesis bahwa zat desensitisasi topikal
menurunkan sensitivitas glans penis sehingga menunda ejakulasi secara
laten, namun tidak berefek merugikan terhadap sensasi ejakulasi.
 Krim Lidokaian-prilokain
Obat ini dioleskan sekitar 20-30 menit sebelum berhubungan
badan. Pemakaian yang berkepanjangan anestesi topical (30-40 menit) bisa
menyebabkan hilangnya ereksi akibat penis yang mati rasa. Kondom

76
biasanya diperlukan untuk menghindari menyebarnya zat anestesi lokal ke
dalam dinding vagina yang menyebabkan pasangan juga mati rasa.
Alternatif lain, kondom bisa diganti sebelum berhubungan badan dan penis
dicuci bersih dari campuran zat aktif yang tersisa. Walaupun tidak ada
efek samping berarti yang dilaporkan, anestesi topical dikontraindikasikan
pada pasien atau pasangannya yang alergi dengan komponen obat ini. Obat
ini juga bisa dikombinasi dengan sildenafil (50 mg sebelum koitus) dan
efeknya lebih baik daripada dengan hanya sildenafil saja.
 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Obat ini dapat menunda ejakulasi bahkan telah menjadi pilihan pertama
untuk pengobatan PE. SSRIs yang biasa digunakan untuk PE adalah
citalopram, fluxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertralin, yang
kesemuanya memiliki mekanisme farmakologi yang sama. Ejakulasi mulai
tertunda beberapa hari setelah minum obat, namun kebanyakan
menunjukkan 1-2 minggu karena desensitisasi reseptor memerlukan waktu
untuk terjadi. Efektifitasnya dapat dipertahankan selama beberapa tahun,
penurunan respon terhadap obat setelah pemakaian jangka panjang dapat
terjadi setelah 6 – 12 bulan.
Dapoxetin merupakan SSRI yang poten yang dirancang khusus untuk
pemberian oral (on demand) untuk ejakulasi dini. Dapoxetin diberikan 30
dan 60 mg 1 sampai 3 jam sebelum koitus.
 Inhibitor Fosfodiesterase tipe-5.
Beberapa peneltian terbaru mendukung peranan terapeutik inhibitor
PDE5 terhadap ejakulasi dini. Obat ini menurukan kecemasan yang
menyebabkan ereksi yang lebih baik dan mungkin menurunkan
ambang batas erektil ke tingkat yang lebih rendah sehingga keinginan
yang lebih besar diperlukan untuk mencapai ambang batas ejakulasi.
Namun, banyak mekanisme yang terlibat masih merupkan spekulasi.
Obat yang sering digunakan adalah sildenafil. Jenis lain seperti
tadalafil dan vardnafil datanya masih terbatas mengenai efikasinya
dalam pengobatan PE.

77
 Obat lain.
Blokade adrenergik untuk PE memiliki tujuan untuk menurunkan
rangsang simpatetik terhadap traktus seminalis dan karena itu menunda
ejakulasi. Tramadol merupakan zat analgetik yang berkerja secara
sentral yang mengkombinaskan aktivasi reseptor opioid dan inhibisi
re-uptake serotonin dan noradrenalin.
Penelitian juga mengusulkan bahwa antagonis alfa-1 adrenergik,
terazosin dan alfulozin, tramadol memiliki efikasi yang sama dalam
terapi PE. Namun saat ini belum direkomendasikan dalam praktek
klinis.
2. Ejakulasi Retrograd
a. Definisi
Ejakulasi Retrograd (ER) adalah masuknya cairan semen dari
uretra ke dalam kandung kemih. Cairan semen seharusnya dikeluarkan
melalui uretra pada saat terjadi ejakulasi.
b. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan urin pasca ejakulasi
(UPE). Pada urin tersebut dilihat apakah secara kasar (makroskopis)
terdapat gambaran seperti awan (cloudy & whitish). Dan secara
mikroskopis dilakukan pemeriksaan hitung sperma, motilitas sperma dan
morfologi.
c. Tata Laksana
Selama 2 – 6 minggu dicoba terapi dengan obat-obatan, yaitu
dengan menggunakan a -sympathomimetic. Termasuk ke dalam golongan
a-simpthomimetic adalah: fenilpropanolamin, psudoefedrin, dan
imipramin. Umumnya digunakan psudoefedrin selama 1 sampai 2
minggu. Setelah 2 minggu dilakukan pemeriksaan UPE. Bila berhasil,
pasien dapat dianjurkan untuk melakukan hubungan seks normal. Bila
pengobatan gagal, atau bila diketahui penyebab ejakulasi retrograd karena
kelainan anatomi, maka dilakukan alkalinisasi urin dengan sodium
bikarbonat dimulai 2 hari sebelum ejakulasi. Setelah itu dilakukan
pengumpulan dan pemrosesan spesimen semen. pH ideal seharusnya

78
antara 7,5 – 8,5. Minum air sebanyak 300 cc satu jam sebelum ejakulasi
akan membantu pengenceran urin. Sperma yang diperoleh dapat dipakai
untuk inseminasi buatan atau teknik lain.

3. Anejakulasi
a. Definisi
Anejakulasi penuh (complete) atau tidak adanya ejakulat baik
antegrad maupun retrograd dapat disebabkan oleh gangguan persarafan
simpatis.
b. Etiologi
Biasanya timbul pada pria dengan riwayat trauma medula
spinalis (tulang belakang) atau pada kanker testis di mana terjadi
kerusakan saraf simpatis setelah dilakukan operasi pengangkatan kelenjar
getah bening.
c. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dimulai dari pemeriksaan UPE untuk menyingkirkan
kemungkinan ejakulasi retrogard.
d. Tata Laksana
Penanganan pasien yang bukan disebabkan trauma medula
spinalis diberikan obat-obatan golongan a -sympathomimetic, dengan cara
dan dosis yang sama seperti pada ER. Bila pasien mengalami ejakulasi
antegrad atau retrograd, prosedur penanganannya sama seperti
penanganan ER. Bila pengobatan gagal, dapat dicoba untuk menggunakan
stimulasi vibrator atau elektro-ejakulasi. Stimulasi vibrator digunakan juga
pada penatalaksanaan pasien TMS.

4. Ejakulasi Tertunda (Delayed Ejaculation)


a. Definisi
Ejakulasi tertunda adalah suatu keadaan dimana ereksi tetap terjadi,
tetapi ejakulasinya tertunda selama waktu yang cukup panjang. Sejalan
dengan bertambahnya umur, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai
orgasme pada pria menjadi semakin panjang.

79
b. Etiologi
Beberapa obat-obatan (misalnya tioridazin, mesoridazin) dan
beberapa obat yang mempengaruhi tekanan darah bisa mempengaruhi
proses ejakulasi. Gangguan ejakulasi juga bisa terjadi sebagai efek
samping dari obat anti-depresi tertentu (misalnya selective serotonin
reuptake inhibitor). Diabetes juga bisa menyebabkan gangguan ejakulasi.
Faktor psikis yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan ejakulasi
adalah ketakutan pada saat penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina)
dan ketakutan untuk mengalami ejakulasi di hadapan mitra seksualnya.
c. Tata Laksana
 Penderita tidak dapat mengalami ejakulasi, apakah selama melakukan
hubungan seksual maupun pada perangsangan manual di hadapan
mitra seksualnya.
 Terapi untuk mengurangi ansietas
 tehnik belajar untuk mengatur ejakulasi kemungkinan bisa
menyembuhkan penyakit ini.
 Selain itu keterlibatan pasangan untuk membantu pria ejakulasi juga
berpengaruh besar.

d. Asuhan Keperawatan
A. Pengakajian

1. Identitas Klien : Nama, Umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku,


dan lain-lain.
2. Aktivitas atau istirahat : Gejala : mudah lelah, sulit berkonsentrasi,
saat memiliki waktu luang lebih banyak di gunakan untuk melihat
gambar, film ataupun berimajinasi tentang hal- hal yang
membangkitkan libido.
3. Sirkulasi : Hipertensi dan Aterosklerosis
4. Integritas ego : Kecemasan, malas, takut ketidakmampuan dalam
berhubungan seksual terutama kepada pasangan, pasangan tidak
mampu menerima keadaan suaminya karena tidak mendapatkan
kepuasan saat berhubungan seksual.

80
5. Eliminasi : Normal
6. Makanan/ cairan : Penurunan nafsu makan, anoreksia
7. Nyeri/ kenyamanan :Tidak nyaman dalam berhubungan seksual
8. Seksualitas : Ketidakmampuan dalam mempertahankan ejakulasi,
penurunan libido

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Dx 1 : Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur


dan fungsi tubuh, penganiayaan fisik (seksual), depresi.
 NIC :
a. Pasien akan mengidentifikasi stresor yang berperan dalam
penurunan fungsi seksual dalam 1 minggu
b. Pasien akan mendiskusikan patofisiologi proses penyakitnya
yang menimbulkan disfungsi seksual dalam 1 minggu
c. Untuk pasien dengan disfungsi permanen karenan proses
penyakit : pasien akan mengatakan keinginan untuk mencari
bantuan profesional dari seorang terapis seks supaya belajar
alternatif cara untuk mencapai kepuasan seksual dengan
pasangannya dalam dimensi waktu ditetapkan sesuai individu
d. Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat
yang memuaskan untuk dirinya dan pasangannya (dimensi
waktu ditentukan oleh situasi individu)
 NIC :
a. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam
hubungan seksua
b. Kaji persepsi pasien terhadap masalah
c. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan
dengan awitan masalah dan diskusikan apa yang terjadi dalam
situasi kehidupannya pada waktu itu
d. Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
e. Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping

81
f. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang
mungkin menambah disfungsi seksual
g. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan
dengan seksual dan fungsi yang mungkin menyusahkan dirinya

2. Dx 2 : Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan


sksual yang berbeda, penyesuaian diri terhadap seksual
terlambat.
 NOC :
a. Pasien akan mengatakan aspek-aspek seksualitas yang ingin
diubah
b. Pasien dan pasangannya akan saling berkomunikasi tentang
cara-cara dimana masing-masing meyakini hubungan seksual
mereka dapat diperbaiki
c. Pasien akan memperlihatkan kepuasan dengan pola
seksualitasnya sendiri
d. Pasien dan pasangannya akan memperlihatkan kepuasan dengan
hubungan seksualnya
 NIC :
a. Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan
pasien terhadap pola seksual
b. Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa
hubungan dengan pasangan seksualnya
c. Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang
mungkin menambah konflik yang berkenaan dengan praktik
seksual yang berbeda
d. Terima dan jangan menghakim
e. Bantu therapy dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk
membantu pasien yang berhasrat untuk menurunkan perilaku-
perilaku seksual yang berbeda
f. Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit
atau pengobatan medis, berikan informasi untuk pasien dan

82
pasangannya berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan
perubahan seksual.

83
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat,
sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel
prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat
menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama
tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit,
kesulitan buang air kecil, disfungsi ereksi dan gejala lainnya.

Hydroceles adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di
sekitarnya.

Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan


memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani
tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan,
operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat.

Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra


yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian
mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.

Khitan berasal dari bahasa arab, diambil dari kata ‫ ختن‬yang artinya
memotong. ‫ الختان‬adalah sebutan tempat yang dikhitan, yaitu kulit yang tersisa
setelah dipotong . Menurut istilah, khitan adalah memotong kulit yang
menutupi ujung kemaluan laki-laki yang disebut dengan Qulfah dan
memotong sedikit daging yang berada di bagian atas farji.

84
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan bagi pembaca agar
dapat memahami tentang beberpa penyakit seperti Kanker prostat, Hidrokel,
Vasektomi varicocele, gangguan ejakulasi dan sirkumsisi. Serta mengetahui
bagaimana Asuhan Keperawatan pada Kasus-kasus tersebut.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan
apabila ada kekurangan, kami mohon saran dan kritik membangun sehingga
dapat kami tingkatkan dikemudian hari.
Perawat maupun mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi dengan klien agar tercipta hubungan yang saling
percaya, terpenuhinya kebutuhan klien dan berpengaruh positif pada proses
penyembuhan klien.

85
DAFTAR PUSTAKA

Bancroft J. 2009. Human Sexuality and Its Problems. Churchill Livingstone


Elsevier, Third Editon
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Indonesia: CV Pentasada Media Edikusi.

Brunner & darth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC

Corwin. E J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


Kowalak, Jennifer P, dkk. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Kusuma, H., & Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC –NOC (jilid 1). Yogyakarta:
MediAction Publishing.

Long, B.C. (2009). Perawatan Medikal Bedah 3 : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Payne, R.E., and Sadovsky, R. 2007. Identifying and Treating Premature
Ejaculation: Importance of The Sexual History. Cleveland Clinic Journal
of Medicine

Syamsuhidayat, R., & Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 9.


Jakarta : EGC.

86

Anda mungkin juga menyukai