Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke9. Jakarta: EGC
Sistem Pencernaan
merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap
oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran)
dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai
anus.Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus),
lambung(gaster), usus halus, usus besar (kolon), rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputiorganorgan yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zatzat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahanpecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Jejunum
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 28 meter, 12
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam jejenum berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ini memiliki panjang sekitar 24 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram empedu.
Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri) ∙
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zatzat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri bakteri didalam usus besar.
Sekum
Sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada ileum serta bagian kolon menanjak dari
usus besar.
appendix
Dalam anatomi manusia, vermiform appendix ujungnya menyambung dengan caecum.
Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphincter.
Manifestasi klinis
a.Sinkop : takikardia, kepala pusing,melayang
b.Syok : tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula)
takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak teraba.
c. Muka (kulit, mukosa) pucat
d. Akral dingin
e.Berkurangnya pembentukan air kemih.
f. Berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan syok)
Hematoskezia adalah: darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini
merupakan manifestasi klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber perdarahan
pada umumnya berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian kiri (sigmoid atau kolon
descendens), tetapi juga dapat berasal dari usus kecil atau saluran cerna bagian atas
(SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung masif (sehingga sebagian volume darah
tidak sempat kontak dengan asam lambung) dan masa transit usus yang cepat.
Patofisiologi
Price S. Wilson L.2012. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Ed 6. Vol
1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
diagnosis
Abdullah M. Perdarahan saluran cerna bagian bawah (Hematokezia) dan Perdarahan Samar
(Occult). Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadiasubrata M, Setiati S. Buku ajar
ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi kelima. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. Hal 453459.
Tentukan penyebab atau lokasi perdarahan, dilakukan setelah status hemodinamik stabil
(pada perdarahan akut )
a. Anamnesis : tanyakan volume perdarahan, berapa kali mengalami perdarahan , juga
pasien menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran cerna bawah
(hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui riwayat penyakit sekarang , beberapa
petunjuk misalnya jika pasien mengaku:
1) Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.
proksimal.
Disease (IBD).
4) Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen ,biasanya adalah pasien dengan kolitis
5) Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.
6) Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai
penurunan berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.
7) Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien penyakit
divertikular , AVM, atau proctitis, Tanyakan pula apakah terdapat sesak, nyeri dada,
lightheadedness, dan kelemahan.
b. Pemeriksaan fisik
1) cek tanda vital :
a.Kesadaran
b.Tekanan darah : hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume darah.1 Bila
penderita syok tek. sistolik < 90 mmHg dan nadi > 100x/mnt,berkeringat dingin, muka
pucat, akral dingin maka kehilangan darah sekitar 40%.
c. Nadi
d.Pernafasan
e. Suhu
2) Mata : ada tidaknya anemis
3) Turgor kulit menurun
4) Ekstremitas : akral dingin, ujungujung jari sianotik
5)Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat
6)Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.1
auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak
Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan pada setiap keluhan
adanya darah dalam feses atau adanya perubahan kebiasaan defekasi. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan menentukan derajat fiksasi tumor
pada rektum 1/3 tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur yang harus diperhatikan
adalah (1) keadaan tumor yaitu ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah
terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os coccygis, (2)
mobilitas tumor untuk mengetahui prospek terapi pembedahan, (3) ekstensi penjalaran yang
diukur dari besar tumor dan karakteristik pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari
mobilitas atau fiksasi
Lab
Pemeriksaan laboratorium pada tumor ganas kolorektal mempunyai hasil negatif sampai
stadium lanjut. Adanya anemia mikrositik dan defisiensi besi merupakan hasil dari
perdarahan kronik. Level serum dari antigen glukoprotein seperti karsinoembrionik antigen
juga muncul hanya pada stadium lanjut. Pasien dengan tes positif untuk darah feses
tersembunyi dievaluasi terutama untuk menyingkirkan kemungkinan neoplasia kolorektal.
Pemeriksaan harus mencakup hematokrit, hemoglobin, pemeriksaan morfologi sel darah
merah yang teliti (sel darah merah hipokromik mikrositik menunjukkan bahwa kehilangan
darah terjadi secara kronik), jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah trombosit. Waktu
proprotrombin, waktu tromboplastin parsial dan pemeriksaan koagulasi lainnya diperlukan
untuk adanya kelainan.pembekuan.
Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah alat yang paling akurat dapat mengevaluasi mukosa kolon dan dapat
digunakan untuk biopsi pada lesi yang mencurigakan, namun tingkat kualitas dan
kesempurnaan prosedur bergantung pada perisiapan kolon, sedasi dan kompetensi operator.
Kolonoskopi merupakan alat skrining yang direkomendasikan pada pasien berumur diatas 50
tahun. Kolonoskopi mempunyai tangkai yang fleksibel sehingga dapat mengikuti kontur dari
kolon, resolusi tinggi dengan pembesaran pada jarak pendek, dan alat serta penyedot untuk
pencucian, biopsi mukosa dan elektrokauterisasi.
Barium enema
Arteriografi 6
Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkad melalui arteri femoralis dan arteri
Dengan teknik ini biasanya, perdarahan arterial dapat terdeteksi bila lebih dari 0,5 ml per
menit. Arteriografi dapat dilanjutkan dengan embolisasi terapeutik pada, pembuluh darah
yang menjadi sumber perdarahan.
Prognosis
Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal bawah. Dalam: Greenberg, M.I., et al. Teks
Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ada beberapa prediktor buruk dari perdarahan SCBA antara lain, umur diatas 60 tahun,
adanya penyakit komorbid lain yang bersamaan, adanya hipotensi atau syok, adanya
koagulopati, onset perdarahan yang cepat, kebutuhan transfusi lebih dari 6
unit, perdarahan rekurens dari lesi yang sama. Setelah diobati dan berhenti, perdarahan S
CBA dapat berulang lagi atau rekurens. Secara endoskopik ada beberapa gambaran
endoskopik yang dapat memprediksi akan terjadinya perdarahan ulang antara lain tukak
peptik dengan bekuan darah yang menutupi lesi, adanya visible vessel tak berdarah,
perdarahan segar yang masih berlangsung