Anda di halaman 1dari 10

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

26/DIKTI/Kep/2005

Hubungan Politik dan Dakwah

Syamsul Bachri Day

ABSTRACT

Nowadays, da’wah and politics were seen as two distinct areas. Such opinion proved
to be disadvantage because both politics and da’wah are essentially interrelating each other
in a functional matter, even organics. In Islam, men are constituted as khalifah, or leader
of the universe in order to manifest Allah’s will. Equipped with religious principles, dynamic
and creativity, along with ratio and amanah, it is the task of men to overcome every challenge.
There are two kinds of politics in the world of Islam: high politics (high quality of politics)
and low politics (low quality of politics). High politics covered some principles,
e.g.: politics as amanah, accountable, brotherhood. Meanwhile, low politics was characterized
by violence, brutality, meanness, total submission, and unethical political interactions all
of this remind us with Macchiavelian style of politics. Islam only addressed high politics
in its practice for the good of society.

Kata kunci: politik, dakwah, high politics, low politics

Pendahuluan kehidupan dunia itu hanya main-main dan


permainan saja. Jadi, kepindahannya dari satu
Hubungan fungsional antara politik dan parpol ke parpol lain hanyalah sekadar main-main.
dakwah sering tidak dimengerti dengan baik oleh Malah kiai mengatakannya lagi dengan fasih,
sementara kaum Muslimin sehingga banyak yang bukankah Tuhan sudah berfirman dalam Al-Quran
menganggap bahwa kegiatan politik berdiri sendiri, :Tiadalah kehidupan dunia ini kecuali main-main
terpisah sama sekali dengan dakwah. Bahkan, dan permainan belaka? (wa ma hadzihil
dalam masyarakat kita ada kesan kurang positif hayatuddunya illa lahwun wa la’ib).
terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik Persepsi tentang politik seperti di atas, tentu
mengandung kelicikan, hiprokasi, ambisi buta, cukup berbahaya. Ditinjau dari kacamata dakwah,
penghianatan, penipuan, dan berbagai konotasi pandangan politik semacam ini juga sangat
buruk lainnya. merugikan. Oleh karena itu, pada tulisan ini penulis
Untuk menunjukkan bahwa kadangkala ada ingin mencoba melihat hubungan organik antara
orang yang berpendirian politik tidak perlu politik dan dakwah dalam pandangan Islam.
dikaitkan sama sekali dengan moralitas agama, Penulisan ini akan membahas arti dakwah, politik
dapat saya berikan contoh kecil. Seorang politikus sebagai alat dakwah, dua jenis politik dan
kiai-kiai politikus tentang kepindahannya dari pentingnya profesionalisme politik dari tinjauan
suatu parpol ke porpol yang lainnya, dikatakan Islam.
bahwa politik itu urusan kehidupan dunia dan jelas

Syamsul Bachri Day, Hubungan Politik dan Dakwah 7


Mudah-mudahan penulisan ini akan menjadi bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik daripada
jelas bagi kita bahwa kegiatan politik tidak perlu menyeru kepada Allah dan melakukan amal soleh
bertentangan dengan kegiatan dakwah. Sekaligus serta menyatakan diri sebagai orang Islam, orang
diharapkan dapat menghilangkan persepsi yang yang berserah diri kepada Allah. Dalam ayat ini
salah tentang politik dan juga tentang dakwah. pun dakwah itu berarti “dakwah ila Allah”.
Anggapan yang salah itu, misalnya, adalah bahwa Demikian pula seorang Muslim seharusnya dengan
politik itu bersifat memecah, sedangkan dakwah jelas identitasnya sebagai Muslim, agar tidak
bertujuan merangkul sebanyak mungkin umat dijumbuhkan seorang musyrik. Hal ini perlu karena
manusia, seolah ada perbedaan antara hakikat politeis (musyrikun) juga berusaha
politik dan hakikat dakwah, sehingga berlaku mengembangkan ‘dakwahnya’.
ungkapan yang mengatakan “Idza daholat as- Kedua ayat di atas, Quran secara imperatif
siyasatu fi syaiin afsadathu” (bila politik sampai menyuruh setiap Muslim untuk menyeru umat
memasuki sesuatu bidang kehidupan tertentu, manusia ke jalan Tuhan dengan bijaksana, nasihat
maka rusaklah bidang itu). yang baik, dan argumentasi yang jitu. Ayat 125
Secara etimologi, kata dakwah berasal dari dari surat An-Nahl ini menunjukkan pada kita cara-
bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata da’a cara yang baik untuk mengajak hamba-hamba Al-
– yad’u. Secara harfiah, ia berarti panggilan, lah ke jalan-Nya dan tidak ada sedikit pun konotasi
seruan, do’a, undangan, dan propaganda (Louis bahwa ‘dakwah ila Allah’ atau ‘dakwah ila
Makluf, 1975:216) dalam Subandi, (1994:10). sabilillah’ dianjurkan lewat paksaan, apalagi
Pengertian dakwah dari segi bahasa tersebut berarti kekerasan. Dari ayat Al-Quran ini kita mengetahui
juga menyeru, yaitu menyeru dengan satu tujuan bahwa setiap Muslim pada hakikatnya
untuk mendorong seseorang melaksanakan cita- berkewajiban melakukan dakwah supaya
cita tertentu. kebenaran agama yang telah ia terima dapat
Pengertian dakwah, menurut Endang dinikmati orang lain. Untuk meminjam istilah Ismail
Saifuddin Anshari dalam bukunya Wawasan Islam, Al-Faruqi, kebenaran Islam bukan saja bersifat
memberikan pengertian dakwah dalam arti luas, teoretik, melainkan juga bersifat aksiologis dan
yakni: “Penjabaran, penerjemahan dan praktis. Kebenaran inilah yang harus ditularkan
pelaksanaan Islam dalam prikehidupan dan seluas-luasnya kepada masyarakat manusia lewat
penghidupan manusia (termasuk di dalamnya: sikap dan pandangan yang bijak, nasihat yang
politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu indah, dan argumen yang kokoh.
pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dll) dakwah Jika kita berpegang pada pandangan Qur’an
dalam arti luas seluas kehidupan dan penghidupan maka diciptakannya manusia di muka bumi ini
itu sendiri (Anshari, 1985:159). adalah untuk menjadi khalifah Allah atau makhluk
Dalam surat Yusuf:108, Allah mengajarkan Tuhan, yang bertugas mengelola kehidupan dunia
pada Nabi Muhammad saw agar menyeru umat sesuai dengan kehendak Tuhan. Manusia Muslim
manusia ke jalan Allah. Dalam menyeru umat mempunyai peranan yang dinamik dan kreatif untuk
manusia ke jalan Allah itu Nabi beserta para mengemban tugas kekhilafahan tersebut. Dibekali
pengikutnya bersandar pada keterangan- dengan agama, rasio, dan amanah (free will), ia
keterangan yang jelas (bashirah) dan sambil diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-
memuji kesucian Allah, Nabi menjelaskan bahwa masalah yang ia hadapi dengan menjadikan Quran
beliau bukan tergolong orang-orang musyrik. dan Sunnah sebagai paradigma, atau katakanlah,
Dakwah dalam ayat ini adalah “ad-dakwah ila ‘term of reference-nya’. Dalam tugas kekhalifahan
Allah” (ad’u ila Allah), yaitu seruan, ajakan, itu dakwah menjadi bagian yang paling esensial,
panggilan, dan imbauan kepada Allah. Kembali karena pembangunan manusia dan masyarakat
kepada Allah. sebagai dikehendaki Allah Sang Maha Pencipta
Dalam surat Fushilat:33, Allah menegaskan (al-Khaliq) hanya dapat terselenggarakan jika

8 M EDIATOR, Vol. 6 No.1 Juni 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 26/DIKTI/Kep/2005

secara individual dan secara kolektif, manusia dan Al-Imran, dengan menyebutkan, ada dua bidang
masyarakat bersedia menyambut ‘dakwah ila Al- untuk menyampaikan dakwah, umum dan khusus.
lah’ dan menebarkan amal soleh (setiap usaha, Secara umum, ia termasuk propaganda menjelaskan
kerja dan tindakan yang bernilai kebajikan) ke kemurnian agama keluar. Ia bersifat mengajak or-
tengah masyarakat. ang lain supaya turut memahami hikmat ajaran Is-
‘Dakwah ila Allah’ atau ajakan ke jalan Allah lam. Dan terkadang bersifat menangkis serangan
selalu ditekankan dan menjadi substansi pokok atau tuduhan terhadap agama. Model propaganda
tugas seorang Muslim. Hal ini sangat jelas, untuk seperti ini memerlukan keterampilan pengetahuan
membedakan ‘dakwa ila an-nar’ atau ajakan masuk yang mapan, sebab ia akan berhadapan dengan
neraka yang menjadi pekerjaan orang-orang paham lain, yang juga memiliki etika
musyrik (lihat QS-Surat Al-Baqarah:221). Dakwah penyebarannya sendiri.
yang berisikan amar ma’ruf dan nahyi munkar Sedangkan secara khusus, dakwah dalam
yang digerakkan oleh orang-orang Muslim (QS al- kalangan keluarga sendiri, menimbulkan suasana
Imran:104) dalam kenyataanya memang berhadap- agama di kalangan keluarga, mendidik agar patuh
hadapan dengan amar ma’ruf yang dilakukan oleh akan perintah Tuhan berlomba berbuat baik.
orang-orang munafik (QS. at-Taubah:67). Gerakan Dakwah tidak berhenti walaupun antarsesama
dakwah yang berlawanan inilah yang pada golongan sendiri dan meskipun penghuni dunia
hakikatnya menjadi kehidupan dunia cukup ini telah menyatakan dirinya sebagai Muslim.
menarik. Konfrontasi antara yang ma’ruf dan yang Menurut Mohammad Al-Naquib Al-Attas
munkar, antara dakwah yang mengajak manusia yang dikutip A. Rais (2000:13) dalam buku Ijtihad
agar menjadi ashabul yamin dan yang mendorong politik menyebutkan, islamisasi adalah proses
manusia supaya menjadi ashabul syimal, antara pembebasan manusia, pertama-tama dari segenap
calon-calon ashabun nar memang membuat tradisi yang bersifat magis, mitologis, animistis dan
kehidupan umat manusia penuh dengan tradisi budaya-nasional irrasional; kemudian juga
perjuangan, pergulatan, dan pertentangan. berarti pembebasan manusia dari pengaruh sekular
Kegiatan dakwah Islam, sesungguhnya yang membelenggu pemikiran dan tingkah lakunya.
meliputi semua dimensi kehidupan manusia, Tauhid sebagai poros (axis) seluruh ajaran
berhubung amar ma’ruf dan nahyi munkar, juga Islam menggerakkan kegiatan dakwah untuk
meliputi seluruh kegiatan kehidupan. Akan tetapi, membebaskan manusia dari perangkap-perangkap
jangan dilupakan bahwa para pendukung amar nativisme, yang mengajak orang kembali kepada
munkar dan nahyi ma’ruf juga menggunakan ajaran-ajaran nenek-moyang walaupun ajaran-
setiap jalur kegiatan kehidupan. Dengan demikian, ajaran tersebut bersifat irasional, animistis, dll. Di
kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial, dll, dapat pihak lain, dakwah juga menyelamatkan manusia
dijadikan kegiatan dakwah; baik dakwah Islamiyah dari kungkungan sekularisme yang cenderung
(dakwah ila Allah) maupun dakwah jahiliyah, menuhankan manusia perlahan-lahan, mencoba
yakni dakwah yang menjadikan neraka sebagai menggusur nilai-nilai yang sepenuhnya
muara akhir (dakwah ila an-nar). humanistik. Humanisme sekularis, mempunyai
Dari pemahaman seperti ini mudah kita kredo khusus yaitu: ‘man is the measure of all
mengerti bahwa politik pada hakikatnya menjadi things’
bagian dari dakwah. Dakwah Islam adalah setiap Dari pemahaman dakwah seperti ini tampak
usaha rekonstruksi masyarakat yang masih makin jelas bahwa dakwah memang berwatak
mengandung unsur-unsur jahili menjadi progresif, bahkan revolusioner. Dakwah tidak akan
masyarakat yang islami. Dakwah Islam (selanjutnya menerima status quo yang bertentangan dengan
kita singkat dakwah), oleh karenanya juga berarti tuntutanan wahyu atau ajaran-ajaran agama.
Islamisasi seluruh kehidupan manusia. Dakwah adalah gerakan dalam berbagai bidang
Hamka (1984:9) menjelaskan ayat 104 dari surat kehidupan secara simultan untuk mengubah status

Syamsul Bachri Day, Hubungan Politik dan Dakwah 9


quo, agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan dakwah dan seluruh kegiatan hidup manusia dapat
untuk tumbuh subur, demi kebahagiaan seluruh digunakan sebagai sarana alat dakwah. Kegiatan
umat manusia. Perubahan itu sendiri dapat bersifat politik, sebagaimana halnya dengan kegiatan
reformatif atau revolusioner, tergantung pada situasi ekonomi, usaha-usaha sosial, gerakan-gerakan
sosial, politik, ekonomi, dan situasi mental- budaya, kegiatan-kegiatan iptek, kreasi seni serta
psikologik suatu masyarakat. Untuk masyarakat kodifikasi hukum dll, seharusnya memang menjadi
Indonesia, perubahan reduktif, sehingga kegiatan alat dakwah bagi seorang Muslim.
dakwah di bidang apapun harus dirancang sesuai Politik dapat didefinisikan dengan berbagai
dengan kondisi masyarakat Indonesia. cara, akan tetapi bagaimana pun didefinisikan satu
Tauhid sebagai ruh dakwah mendorong hal yang pasti, yaitu politik menyangkut kekuasaan
rekonstruksi sosial yang sesuai dengan ajaran- dan cara penggunaan kekuasaan. Di samping itu,
ajaran Allah. Dengan perkataan lain, dakwah yang dalam pengertian sehari-hari, politik juga
bersendikan tauhid senantiasa berusaha berhubungan dengan cara dan proses pengelolaan
memasyarakatkan Islam sebagai agama, sebagai pemerintahan satu negara. Oleh karena itu, kegiatan
pandangan hidup, dan sebagai paradigma politik merupakan salah satu kegiatan hidup yang
pemecahan setiap masalah yang timbul dalam cukup penting, mengingat suatu masyarakat hanya
masyarakat modern dengan segala macam bisa hidup teratur kalau masyarakat tersebut hidup
manifestasinya, dengan segala pencabangan dan dan tinggal dalam sebuah negara dengan segala
perinciannya. Ajakan tauhid ini ditujukan kepada perangkat kekuasaannya. Demikian pentingnya
seluruh umat manusia, agar mereka melakukan peranan politik dalam masyarakat moderen,
transformasi sosio-ekonomi dan sosio-politik, sehingga banyak orang berpendapat bahwa politik
menuju suatu orde yang Islami. Namun, ajakan adalah panglima. Artinya, politik sangat
tauhid bersifat sukarela. Jawaban terhadap ajakan menentukan corak sosial, ekonomi, politik, budaya,
tauhid sepenuhnya tergantung pada manusia hukum, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
sendiri, apakah mereka mau beriman ataukah kufur Bagi setiap Muslim, kegiatan politik juga harus
(ingkar), sesuai dengan firman Allah (QS. al-Kahfi: menjadi bagian integral dari kehidupannya yang
29), ”Dan katakanlah, kebenaran itu datang dari utuh. Tidak benar seorang Muslim menjauhi,
Tuhanmu. Maka barangsiapa mau bolehlah ia apalagi membenci kegiatan tertentu yang
beriman, dan barangsiapa mau boleh ia tidak menentukan arah kehidupan dan nasibnya.
percaya (kufur)”. Misalnya, menjauhi kehidupan ekonomi atau
Sementara itu, timbul pertanyaan mengapa kehidupan politik. Kehidupan dunia harus ‘direbut’
‘dakwah ila Allah’ atau ‘dakwah ila al-khair’ dan dikendalikan sesuai dengan ajaran-ajaran
diwajibkan oleh Islam? Jawaban singkatnya adalah Tuhan. Nabi Muhammad sendiri hanya menjelang
bahwa dakwah diperlukan karena manusia tidak kenabiannya saja berkontemplasi di goa Khira,
pernah dapat mengandalkan nasibnya hanya pada tetapi kemudian terjun ke arena kegiatan dunia
akalnya dan pada nafsunya. Akal manusia dapat sampai akhir hayatnya. Beliau tidak pernah
menyeleweng dari kebenaran dan bersifat nisbi, sekalipun surut dan kembali lagi ke goa Khira. Ini
sementara nafsu manusia cenderung destruktif. menunjukkan bahwa kaum Muslimin, sebagai
Manusia memerlukan wahyu ilahi, membutuhkan pengikut Nabi, juga harus memperhatikan nasibnya
bimbingan Tuhan (divine guidance) dalam di dunia. Bahkan hanya di dunia ini sajalah kita
memecahkan masalah-masalah kehidupan. punya kesempatan untuk menunaikan tugas
sebagai khalifah Allah. Tidak seyogianya kaum
3. Politik sebagai Alat Dakwah Muslimin menyerahkan urusan dunianya atau
nasibnya kepada orang lain.
Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa dakwah
Oleh karena politik adalah alat dakwah maka
adalah rekonstruksi masyarakat sesuai ajaran Is-
aturan permainan yang harus ditaati juga harus
lam. Semua bidang kehidupan dapat dijadikan arena

10 M EDIATOR, Vol. 6 No.1 Juni 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 26/DIKTI/Kep/2005

paralel dengan aturan permainan dakwah. sosial dan politik dalam proses sejarah. Sedangkan
Misalnya, tidak boleh menggunakan kekerasan yang dimaksud dengan dengan dekonsekrasi nilai-
atau paksaan, tidak boleh menyesatkan, tidak boleh nilai adalah merelativisasikan setiap sistem nilai
menjungkirbalikkan kebenaran dan juga tidak tidak termasuk nilai-nilai agama, supaya manusia bebas
diperkenankan adanya penggunaan-penggunaan mendorong perubahan-perubahan evolusioner
induksi-induksi psikotropik yang mengelabui tanpa terikat lagi dengan nilai-nilai agama yang
masyarakat. Di samping itu, keterbukaan, kejujuran, bersifat ‘ultimate’ atau absolut.
rasa tanggung jawab, serta keberanian menyatakan Sekali pun sekularisasi dicoba dibedakan dari
“yang benar adalah benar dan yang batil adalah sekularisme, berhubung yang terakhir ini adalah
batil” harus menjadi ciri-ciri politik yang berfungsi ideologi sedangkan yang kedua menunjuk pada
sebagai sarana dakwah. proses sosial yang bersifat ‘openended’, namun
Politik yang memiliki ciri-ciri di atas sudah pada dasarnya ia juga sebuah ideologi, yakni
tentu fungsional terhadap tujuan utama dakwah. ideologi sekularisasionisme (secularizationisme).
Sebaliknya, bila aturan permainan yang digunakan Politik yang menganut sekularisasionisme sudah
dalam politik tidak paralel dengan aturan permainan tentu menjadi politik tanpa dasar-dasar moral
dakwah pada umumnya, maka mudah diperkirakan keagamaan dan nilai-nilai yang berlaku di dalamnya
bahwa politik semacam itu disfungsional terhadap bersifat sangat relatif dan situasional. Politik
dakwah. Akan tetapi, jangan dilupakan bahwa semacam ini secara potensi maupun aktual akan
aturan-aturan permainan itu sesungguhnya sering bertabrakan dengan tujuan dakwah.
hanyalah refleksi dari moralitas dan etika yang lebih Politik yang dijalankan oleh seorang Muslim
dalam. Moralitas dan etika kegiatan dakwah dalam dan yang berfungsi sebagai alat dakwah, sudah
bidang apa pun harus bersumber pada tauhid, tentu bukan politik sekular, akan tetapi politik yang
sehingga moral dan etika para politisi Islam juga penuh dengan komitmen kepada Allah. Tujuan
harus bersandar pada tauhid. Bila moral dan etik yang diletakkan oleh politik semacam ini bukanlah
yang tauhidi dilepaskan dari politik hal itu akan kekuasaan demi kekuasaan atau tercapainya suatu
berjalan tanpa arah dan bermuara pada kepentingan demi pemenuhan kepentingan itu
kesengsaraan orang banyak. sendiri. Kekuasaan, pengaruh, kepentingan-
Politik yang fungsional terhadap tujuan kepentingan tertentu, posisi politik, dsb. bukanlah
dakwah adalah politik yang sepenuhnya tujuan, tetapi sarana atau tujuan antara untuk
mengindahkan nilai-nilai Islam. Dalam hubungan mencapai tujuan yang sesungguhnya, yaitu
ini perlu diperhatikan bahwa kehidupan politik pengabdian kepada Allah. Hal ini sesuai dengan
yang Islami tidak memberikan tempat bagi ikrar seorang Muslim bahwa shalatnya, ibadahnya,
sekularisasi, walaupun sementara orang hidup dan matinya, diabdikan hanya kepada Allah
sekularisasi dianggap sebagai sebagai proses yang semata (surat al-Annam ayat 162).
tidak bisa tidak membarengi modernisasi. Ayat ini juga jelas menolak sekularisasi, karena
Menurut Harvey Cox, komponen-komponen sekularisasi pada dasarnya melakukan
integral sekularisasi adalah ‘disenchantment of kompartementalisasi kehidupan, yakni antara
nature’, berarti desakralisasi politik dan kompartementalisasi kehidupan duniawi dan
dekonsekrasi nilai-nilai. kompartementalisasi ukhrowi. Padahal, seluruh
‘Disenchantment of nature’ berarti kehidupan adalah satu Yang ukhrowi adalah
pembebasan alam dari nilai-nilai agama agar kelanjutan belaka dari yang duniawi, sesuai hadits
masyarakat dapat dengan bebas melakukan Nabi: “ad-dunya mazro’atul akhirah” (dunia
perubahan dan pembangunan. Desakralisasi adalah sawah ladangnya akhirat). Artinya apa yang
politik bermakna penghapusan legitimasi sakral kita lakukan di dunia dalam bidang apa pun, akan
atas otoritas dan kekuasaan yang merupakan syarat kita petik hasilnya besok di akhirat. Itulah sebabnya,
untuk mempermudah berlangsungnya perubahan seluruh kegiatan dalam berbagai dimensi

Syamsul Bachri Day, Hubungan Politik dan Dakwah 11


kehidupan seorang muslim diabdikan kepada Al- jenis politik, yaitu politik kualitas tinggi (high poli-
lah swt. tic) dan politik kualitas rendahan (low politic).
Politik sebagai alat dakwah, oleh karena itu, Ada 3 ciri yang harus dimiliki politik berkualitas
harus menunjang rekonstruksi masyarakat tinggi atau oleh mereka yang menginginkan
berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Rekonstruksi terselenggaranya ‘high politics’ (Rais,1987:61).
masyarakat itu dapat dilakukan dalam bidang Pertama, setiap jabatan politik pada
ekonomi, sosial, budaya, iptek dan sudah tentu hakikatnya berupa amanah (trust) dari masyarakat
juga dalam bidang politik. Pengelolaan tugas-tugas yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Amanah ini
kenegaraan di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif, tidak boleh disalahgunakan. Misalnya untuk
dan dalam masyarakat luas harus bersendikan memperkaya diri atau menguntungkan hanya
pada tauhid dan diwarnai dengan spirit ‘dakwah golongan sendiri dan menterlantarkan
ila Allah’. kepentingan umum. Kekuasaan harus dilihat
sebagai nikmat yang dikaruniakan Allah untuk
4. Dua Jenis Politik mengayomi masyarakat, menegakkan keadilan, dan
memelihara orde atau tertib sosial yang egaliterian.
George Catlin memberi definisi politik sebagai
Kekuasaan, betapapun kecilnya, harus
‘the act of human or social control’. Harold
dimanfatakan untuk membangun kesejahteraan
Lasswell memberikan pengertian bahwa politik
bersama, sesuai yang telah diamanatkan atau ‘mes-
menyangkut ‘who gets, what, when, how’. What
sage’ yang telah dipercayakan oleh masyarakat
di sini terutama berupa kekuasaan atau otoritas
luas. Seseorang yang duduk di lembaga eksekutif,
politik, sedangkan siapa, kapan, dan bagaimana
legislatif, yudisial atau duduk dalam ‘pressure
adalah masalah-masalah yang menentukan bentuk
group’ yang berpengaruh atau memegang posisi
pengelolaan politik suatu masyarakat.
kunci dalam suatu organisasi, sesungguhnya
(Uchyana:1992)
memiliki ‘power’ tertentu. Kekuasaan ini tidak boleh
Politik kepartaian, rekrutmen pejabat atau
dipisahkan dari amanah yang harus terus
pegawai, proses agregasi dan artikulasi
mengarahkan penggunaan kekuasaan itu.
kepentingan, proses pemecahan konflik
Kedua, setiap jabatan politik mengandung
kepentingan antargolongan dalam masyarakat,
dalam dirinya mas’uliyyyah’ pertanggungjawaban
proses pembuatan keputusan dalam politik
(accountability). Sebagaimana diajarkan oleh
domestik, maupun luar negeri dan lain sebagainya,
Nabi saw, setiap orang pada dasarnya adalah
adalah contoh-contoh kegiatan politik yang tidak
pemimpin yang harus mempertanggungjawabkan
dapat dilepaskan dari fondasi etika dan moral yang
kepemimpinannya atau tugas-tugasnya.
dianut. Bagi seorang Marxis, suatu tindakan politik
Kesadaran akan tanggung jawab ini sangat
dianggap baik bila tindakan itu menguntungkan
menentukan dalam usaha kita menyelenggarakan
kaum ploletar, memperlemah posisi dari apa yang
politik yang berkualitas tinggi. Akan tetapi,
mereka namakan kelas borjuis dan menuju revolusi
tanggung jawab ini bukan terbatas di hadapan
sosial ke arah masyarakat tanpa kelas.
institusi-institusi atau kelembagaan yang
Bagi seorang sekularis-pragmatis, suatu
bersangkutan, lebih penting lagi adalah tanggung
tindakan politik adalah baik bila mendapat ‘ben-
jawab di hadapan Allah, di hadapan mahkamah
efit’ atau keuntungan praktis dan manfaat materil,
yang paling adil esok di akhirat. Seorang politikus
walaupun berdasarkan pertimbangan-
atau pejabat atau negarawan, yang kesadaran
pertimbangan sesaat. Sedangkan bagi seorang
tanggungjawabnya pada Tuhan sangat dalam,
Muslim suatu tindakan politik adalah baik bila
secara otomatis memiliki ‘built-in control’ yang
tindakan tersebut berguna bagi seluruh rakyat
tida ada taranya. Ia mempunyai kendali diri (self-
sesuai dengan ajaran ‘rahmatan lil alamien’.
restraint) yang sangat kuat untuk tidak terperosok
Secara demikian dari tinjauan Islam ada dua
ke dalam rawa-rawa kemunafikan.

12 M EDIATOR, Vol. 6 No.1 Juni 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 26/DIKTI/Kep/2005

Ketiga, kegiatan politik harus dikaitkan secara merupakan tokoh yang kontroversial. Namun,
ketat dengan prinsip ukhuwwah (brotherhood), ajaran-ajaran politiknya yang terkandung dalam
yakni persaudaraan di antara sesama umat bukunya The Prince memang tidak mencerminkan
manusia. Ukhuwwah dalam arti luas melampaui ‘high politics’. Dan dari kaca mata dakwah jelas
batas-batas etnik, rasial, agama, latar belakang destruktif, setidak-tidaknya counter-productive.
sosial, keturunan, dan lain sebagainya. Di sini akan dilihat sekilas tentang gagasan-
Masalahnya, setiap orang, terlepas dari latar gagasannya yang dimuat dalam bukunya yang
belakang manapun ia datang, jika dipukul pasti terkenal itu. Dan merupakan kualitas ‘low poli-
sakit, jika tidak makan pasti lapar, dan seterusnya. tic’, meminjam istilah A. Rais (Panjimas : No. 532)
Oleh karena itu, perbuatan politik yang berkualitas Pertama, Machiavelli mengajarkan bahwa
tinggi akan menghindari gaya politik konfrontatif kekerasan (violance) brutalitas dan kekejaman
yang penuh dengan konflik dan melihat pihak lain merupakan cara-cara yang sering kali perlu diambil
sebagai pihak yang harus dieliminasi. Sebaliknya, oleh penguasa. Baginya, kekerasan, brutalitas dan
gaya politik yang diambil adalah yang penuh kekejaman dapat digunakan kapan saja asal tujuan
dengan ukhuwwah, mencari saling pengertian dan yang dikejar dapat tercapai. Karena itu, terkenal
membangun kerjasama keduniaan seoptimal semboyan: tujuan menghalalkan segala cara.
mungkin dalam menunaikan tugas-tugas Pandangan seperti ini mendorong manusia
kekhilafahan. bergerak dalam bidang politik menjadi “cold-
‘High politics’ dengan ciri-ciri minimal seperti blooded”, alias berdarah dingin. Melangkahi
tersebut di atas sangat kondusif bagi pelaksanaan mayat orang lain untuk mencapai tujuan sendiri
amar ma’ruf nahyi munkar. Barangkali inilah yang dianggap sebagai suatu hal yang wajar-wajar saja.
dimaksud dengan Qur’an surat al-Hajj, ayat 41, Kekuasaan sebagai amanah dan nikmat dari Tuhan
“Mereka adalah orang-orang yang bila Kami yang harus dipergunakan sebaik-baiknya tidak
beri kekuasaan yang teguh di muka bumi niscaya dikenal sama sekali dalam ajaran ini.
menegakkan shalat dan membayar zakat dan Kedua, penaklukan secara total atas musuh-
menyuruh (manusia) berbuat kebaikan serta musuh politik dinilai sebagai kebijakan puncak
mencegah kejahatan;dan bagi Allah sajalah (summun bonum). Musuh tidak boleh diberi
kembalinya segala macam urusan”. kesempatan untuk bangkit dan kalau perlu
High politics dalam kenyataan memang terasa diperlakukan sebagai barang, bukan sebagai
sangat ideal, tidak saja di negara-negara manusia. Politik berintikan pada perjuangan untuk
berkembang, tetapi bahkan di negara-negara maju. merebut kekuasaan (struggle for power), dan
Bahkan, di Amerika, di negara yang merupakan instabilitas pemerintahan biasanya disebabkan
jagonya demokrasi, politik kualitas tinggi oleh nafsu kuasa manusia yang tidak mengenal
merupakan barang yang sangat mewah dan langka. batas (the limitless human appetite for power).
Di negara berkembang, bahkan di negeri- Oleh sebab itu, bagi orang yang sedang berkuasa,
negeri Muslim, politik berkualitas rendahan pada kata Machiavelli, operasi dan supresi, atau
umumnya justru dominan. Ditinjau dari sudut penindasan dan penekanan, serta penaklukan
pandang Islam, politik semacam ini tidak adalah kebijakan puncak (summun bonum). Di
mendukung maksud-maksud dakwah, tetapi justru sini konsep ukhuwwah atau persaudaraan di antara
menjegal dakwah, merusak rekonstruksi umat manusia tidak sedikit pun terlintas dalam
masyarakat yang Islami. benak Machiavelli.
Dalam pembicaraan sehari-hari, kita sering Ketiga, dalam menjalankan kehidupan politik
mendengar istilah politik Machiavellis dengan seorang penguasa harus dapat bermain seperti
konotasi otomatis sebagai politik yang tidak sehat, binatang buas, terutama seperti singa dan
penuh hiprokrisi, kelicikan, dan sebagainya. Dalam sekaligus anjing pemburu. Kebuasan singa akan
pembahasan akademik, Machiavelli itu sendiri menakutkan serigala, sementara kecerdikan dan

Syamsul Bachri Day, Hubungan Politik dan Dakwah 13


kelicikan anjing pemburu dapat menghindari menipu dalam profesi politik bukanlah apa yang
jebakan-jebakan. Seorang penguasa harus dapat kita maksudkan.
menjadi anjing pemburu untuk mengenali berbagai Yang jelas, perkembangan zaman telah
perangkap dan dapat menjadi singa untuk menuntut spesialisasi dan pembagian tugas dalam
menggertak manusia-manusia serigala. Mereka kehidupan masyarakat modern. Politik, sebagai
yang bertingkah seperti singa saja tidak akan salah satu bidang kegiatan hidup yang
waspada. Orang yang dapat berperan seperti berhubungan dengan masalah-masalah
anjing pemburu akan menjadi pemain politik terbaik, pemerintahan dan kenegaraan serta proses
tetapi ia harus tahu bagaimana bersikap seperti pembuatan keputusan dalam berbagai kebijakan
musang berbulu ayam. Pada umumnya, manusia di tingkat nasional, regional, dan lokal, dewasa ini
berpikir sangat bersahaja dan menyerah kepada memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri.
kebutuhan-kebutuhan mendesak sehingga Karena itu, tidak sembarang orang misalnya dapat
seorang penguasa yang suka menipu pasti akan menjadi eksekutif atau memegang jabatan-jabatan
menemukan orang-orang yang membiarkan dirinya politik lainnya.
untuk ditipu. Di kalangan umat, harus ditumbuhkan kader-
Kendati pun wejangan-wejangan Machiavelli kader politik yang tangguh beraqidah dan
ini ditujukan kepada sang pangeran sebagai menguasai persoalan-persoalan politik serta
penguasa, tetapi banyak sekali politisi yang kaitannya dengan persoalan-persoalan sosial,
menimba ajaran-ajaran Machiavelli tadi dan ekonomi, budaya, psikologi, dan lain sebagainya.
mempraktikkannya dalam kehidupan politik. Masalah-masalah politik tidak dapat di garap
Low politic gaya Machiavelli ini mudah sambil lalu dan tanpa pengetahuan yang cukup.
diserap karena naluri-naluri dan nafsu rendah Jangan sampai yang terjun ke gelanggang politik
manusia ditampung secara luas. Barangkali tidak adalah mereka yang tanpa bekal pengetahuan dan
perlu kita jelaskan lebih jauh bahwa jenis politik ini pemahaman Islam secara benar. Bila wawasan Is-
tidak akan pernah berjalan paralel dengan tujuan lam dan cakrawala pengetahuan politik dan
dakwah. kemasyarakatan sangat sempit, bukan mustahil
timbul keanehan-keanehan. Misalnya, tokoh-tokoh
5. Profesionalisme Politik di kalangan umat bersitegang, bahkan
berkonfrontasi satu sama lain hanya sebuah kursi
Setelah diuraikan di aas secara singkat tentang
di parlemen. Atau, tuduh menuduh dan perang
dua jenis politik dan hubungan fungsional antara
terbuka di media massa. Bahkan, tidak jarang fitnah
high politics dan dakwah dalam arti luas, maka
dijadikan alat berpolitik, sementara fitnah itu
perlu kiranya kaum Muslimin mengembangkan
sendiri, menurut Quran, secara moral lebih bahaya
profesionalisme politik yang tipikal Islam.
alias gawat daripada pembunuhan.
Di zaman moderen sekarang, bidang politik
Low politics seperti ini dapat terjadi di
memang harus diterjuni secara profesional dan
kalangan umat karena, antara lain, politik belum
tidak seyogianya dimasuki secara amatiran. Akan
didekati secara profesional dan kebanyakan pelaku
tetapi, profesi politik yang dimaksud di sini bukan
politik barangkali saja belum bersedia
seperti dimengerti oleh sementara orang bahwa
menggunakan moralitas dan etika Quran secara
menipu adalah ‘tugas’ pokok kaum politisi.
konsekuen. Di samping situasi umum memang
Misalnya ada sarjana yang berpendapat,
mencerminkan berlakunya low politics di atas,
“berhubung kaum politisi dianggap sebagai
sehingga lebih mudah berenang menuruti arus
kejahatan yang perlu, baik tingkah laku maupun
dari pada melawan arus. Untuk mengatasi
eksistensi mereka, sebaiknya dimaafkan saja.
amateurisme politik itulah diperlukan
Kiranya dapat diterima akal bila demi tuntutan
pengembangan profesionalisme politik di kalangan
profesinya, seorang serdadu harus membunuh dan
umat, agar muncul kader-kader politik yang
seorang politikus harus menipu”. Keharusan

14 M EDIATOR, Vol. 6 No.1 Juni 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 26/DIKTI/Kep/2005

beraqidah, berpengetahuan luas, punya integritas, Mudah-mudahan tulisan ini akan menjadi jelas
dan memahami dengan baik kaitan fungsional bahwa kegiatan politik tidak perlu bertentangan
antara politik dan dakwah. Bila umat secara dengan kegiatan dakwah. Sekaligus diharapkan
keseluruhan sudah mampu memainkan high poli- dapat menghilangkan persepsi yang salah tentang
tics, rekonstruksi masyarakat Islam insya Allah politik dan juga tentang dakwah. Anggapan yang
akan banyak tertolong. Politik di zaman modern salah itu, misalnya, adalah bahwa politik itu bersifat
menuntut wawasan, dan kecakapan. Nabi sendiri memecah, sedangkan dakwah bertujuan merangkul
mengajarkan bahwa kita harus menyerahkan sebanyak mungkin umat manusia, sehingga seolah
masing-masing urusan kepada para ahlinya, jika ada perbedaan antara hakekat politik dan hakekat
kita tidak ingin melihat kehancuran. dakwah.

5. Penutup
Daftar Pustaka
Bagi sebagian orang, barangkali apa yang di
paparkan di atas terlalu ideal, bahkan utopis. Akan A. Rais, Majalah Panji Masyarakat no. 529
tetapi, apabila kita ingin memperbaiki keadaan,
maka gambaran ideal tentang keadaan itu harus A. Subandi, 1994, Ilmu Dakwah, Penerbit Yayasan
kita paparkan agar menjadi jelas ke mana kita harus Syahida Bandung.
pergi. Begitu pula bila kita bicara antara hubungan Depag RI, 1998/1999, Islam untuk Disiplin Ilmu
dakwah dengan politik. Hanya politik kualitas Hukum, Sosial, dan Politik, Direktorat
tinggi saja yang dapat berjalan paralel dan Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
harmonis dengan tujuan besar dakwah. Politik Islam.
kualitas tinggi inilah yang dikehendaki ajaran-
ajaran Islam. Bila dihadapkan dengan kenyataan Fatwa, A.M. 2003, PAN Mengangkat Harkat dan
yang berlangsung di mana low politics merajalela Martabat Bangsa, Penerbit Institute for Trans-
di tengah masyarakat, kita lantas menghadapi formation Studies) Jakarta.
berbagai masalah yang dilematis. Memainkan Mahfud, M.,D. 1995, Serba Serbi tentang Hukum
politik kualitas tinggi di tengah samudra politik dan Politik, Pascasarjana Program Magister
kualitas rendahan, memang tidak gampang. Lebih Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia.
sulit lagi merelevansikan politik dengan tujuan
Najib, M. 2000, Ijtihad Politik, Serambi Ilmu
dakwah agar hubungan fungsional, bahkan
Semesta, Jakarta.
hubungan organik di antara keduanya dapat
berjalan mulus. Namun di sinilah justru terletak Nimmo, Dan. 2000, Komunikasi Politik, Rosda
tantangan kita bersama. Bandung.

Syamsul Bachri Day, Hubungan Politik dan Dakwah 15


16 M EDIATOR, Vol. 6 No.1 Juni 2005

Anda mungkin juga menyukai