Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI

BEBAN KOGNITIF ( COGNITIVE LOAD THEORY)


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI
MATEMATIKA

Andes Safarandes Asmara1), s.b. Waluya2)


Universitas Buana Perjuangan Karawang1), Universitas Negeri Semarang2)
andes@ubpkarawang.ac.id, s.b.waluya@mail.unnes.ac.id

Abstrak.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa SMK masih ada
pada level 1 sampai 3, berdasarkan cognitive load theory bahwa untuk mengefektifkan
sebuah proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai pemahaman dalam jangka
panjang, maka harus mengkonsentrasikan pada peran dan keterbatasan memori kerja.
Teori ini dalam memori kerja dapat disebabkan oleh tiga sumber, yaitu: intrinsic
cognitive load, extraneous cognitive load, dan germane cognitive load. Berdasarkan
hasil penelitian di dapat karena keterbatasan otak kita dalam memproses materi yang
kompleks, maka menurut cognitive load theory menyarankan bahwa penyajian materi
sebaiknya meminimalkan intrinsic cognitive load, namun menstimulasi Germane
cognitive load sehingga terjadi peningkatan kemampuan literasi siswa.

Kata kunci: cognitive load theory, literasi matematika, matematika SMK

Abstract
Previous research shows that literacy skills of vocational students still exist at levels 1 to
3, based on cognitive load theory that to streamline a learning process so that students
have long-term understanding, it should concentrate on the role and limitations of
working memory. This theory in working memory can be caused by three sources: the
intrinsic cognitive load, extraneous cognitive load and germane cognitive load. Based
on the research results can be due to the limitations of our brain to process complex
material, then by cognitive load theory suggests that the presentation of the material
should minimize intrinsic cognitive load, but stimulates Germane cognitive load so as to
increase the literacy skills of students.

Keywords: cognitive load theory, mathematical literacy, vocational students

PENDAHULUAN Mempelajari matematika


merupakan salah satu sarana untuk

1
berpikir logis, sitematis. Pembelajaran Data di atas sejalan dengan hasil
berperan tidak hanya mencerdaskan penelitian PISA (Programme
peserta didik, namun lebih lanjut untuk International for Student Assesment),
membentuk kepribadian peserta didik rata-rata skor internasional kemampuan
bersikap disiplin, tepat waktu, literasi matematika adalah 500 (level 3),
bertanggung jawab dan mampu berpikir sedangkan rata-rata skor literasi
ilmiah. Sebagaimana yang di ungkapkan matematika siswa Indonesia adalah 375
oleh Ausubel (Dahar, 2006) yang (level 1), level 1 adalah level terendah
menegaskan bahwa proses pembelajaran dari enam level kemampuan literasi
yang miskin dalam hal keterlibatan siswa matematika yang di tetapkan oleh PISA
dan esensi konten yang dipelajari maka dan level tertinggi yang mampu dicapai
menyebabkan siswa tidak mendapatkan siswa Indonesia adalah level 3.
pemahaman yang utuh, menyeluruh, Berdasarkan hal tersebut, kecenderungan
serta komprehensif sehingga siswa siswa hanya mampu mengelola
tersebut cepat melupakannya. informasi yang di terimanya pada saat
Asmara (2017) dalam itu tetapi sukar untuk memproses semua
penelitiannya tentang analisis informasi dan disimpan menjadi
kemampuan literasi matematika siswa pemahaman dalam jangka waktu yang
berdasarkan kemampuan matematika, lama. Hal ini dimungkinkan karena
mengungkapkan bahwa sebagian besar terlalu banyak konsep yang harus di
siswa mampu menjawab permasalahan ingat dan diproses oleh siswa, sehingga
dengan pertanyaan yang jelas, efektivitas pembelajaran kurang optimal.
mengidentifikasi informasi, Cognitive Load Theory (teori
Mengerjakan algoritma dasar, beban kognitif) merupakan teori tang
menggunakan rumus, melaksanakan mengungkapkan teknik-teknik dalam
prosedur atau kesepakatan, memberi mengurangi beban-beban ingatan dalam
alasan secara tepat dari hasil diri siswa. Sweller mengungkapkan
penyelesaiannya, menafsirkan dan bahwa prinsip teori ini adalah kualitas
mengenali situasi dengan konteks yang dari pembelajaran akan meningkat jika
memerlukan kesimpulan langsung perhatian di konsentrasikan pada peran
(literasi matematika level 1, 2, dan 3). dan keterbatasan memori kerja. Teori
beban kognitif dalam memori kerja dapat

2
disebabkan oleh tiga sumber, yaitu: proses pembelajaran matematika siswa
intrinsic cognitive load, extraneous SMK berdasarkan teori beban kognitif
cognitive load, dan germane cognitive untuk meningkatkan kemampuan literasi
load (Chandler dan Sweller 1991; matematika. Karena seperti di
Sweller 1994, 1989 Sweller et al 1990; ungkapkan diatas, bahwa proses belajar
Plass, J.L., et al, 2010). tidak hanya cukup menghapal rumus
Intrinsic cognitive load di tetapi juga di aplikasikan dalam
gambarkan oleh Ayres (2006b), sebagai kehidupan sehari-hari untuk
sesuatu yang tetap dan bawaan untuk tugas. menyelesaikan permasalahan.
Sehingga tidak dipengaruhi faktor dari luar,
bergantung pada tingkat kesulitan dari TINJAUAN PUSTAKA
suatu materi, tetapi dengan teknik Ausubel menyatakan bahwa
penyajian baik dan tidak menyulitkan belajar adalah suatu proses di kaitkannya
pemahaman peserta didik maka akan informasi baru pada konsep-konsep
terkelola beban kognitif intrinsik. relevan yang terdapat dalam struktur
Extraneous cognitive load bergantung kognitif seseorang (Dahar, 2006). Jadi
pada penyajian materi. Sedangkan proses pembelajaran tidak hanya sekedar
germane cognitive load adalah beban menghapal sebuah konsep namun
yang relevan atau menguntungkan yang berusaha mengaitkan antara konsep-
dikenakan oleh metode pengajaran yang konsep tersebut untuk menghasilkan
mengarah pada hasil belajar yang lebih pemahaman yang komprehensif,
baik. Dalam pembelajaran, kelebihan sehingga konsep yang dipelajari
beban kognitif tergantung pada tingkat dipahami dengan baik dan tidak mudah
kesulitan materi yang dipelajari sesuai di lupakan. Dengan demikian diharapkan
intrinsic cognitive load. Jika materi yang tercapai peningkatan efektivitas belajar.
dipelajari intrinsic cognitive load tinggi, Van Merrienboer & Sweller
maka desain pembelajaran harus (2005) menyebutkan bahwa menurut
diorganisasi sedemikian rupa agar teori beban kognitif (Cognitive Load
extraneous cognitive load dapat ditekan Theory) untuk mendukung peningkatan
seminimum mungkin. efektivitas belajar perlu pegurangan
Dari uraian diatas, maka peneliti beban kognitif yang tidak perlu dalam
ingin mencoba menggali bagaimana memori kerja (working memory).

3
Memori kerja sebelumnya di kenal mengajarkan suatu materi yaitu
dengan memori jangka pendek (short memahami timbulnya elemen
term memory) yang secara fungsi interaktivitas, yakni sejumlah elemen
bertugas mengorganisasikan informasi, yang secara bersama-sama harus
memberi makna informasi dan diproses dalam memori kerja di bawah
membentuk pengetahuan untuk di intruksi. Unsur interaktivitas bersifat
simpan di memori jangka panjang (long tetap karena secara intrinsik di miliki
term memory). oleh semua materi yang harus di pelajari
Miller (Nursit, 2015) dan tidak dapat di diubah.
menyebutkan memori kerja hanya dapat Extraneous cognitive load
menyimpan sekitar tujuh item atau ditentukan oleh teknik penyajian materi
potongan informasi pada suatu waktu. dan hal yang berhubungan dengan faktor
Pada saat memproses informasi yang harus diminimalkan dalam
(pengorganisasian, menunjukkan pembelajaran, seperti penggunaan bahan
perbedaan, dan membandingkan), ajar yang membingungkan, suara gaduh,
manusia hanya bisa mengelola dua atau dan tampilan media komputer yang
tiga item informasi secara simultan, terlalu banayak animasinya. Sedangkan
tergantung pada jenis pengolahan yang germane cognitive load disebabkan oleh
dibutuhkan (Kirschner, Sweller, & banyaknya usaha mental yang diberikan
Clark, 2006). Sehingga informasi baru dalam proses kognitif yang relevan
yang disimpan di memori kerja jika tidak dengan pemahaman materi yang sedang
terlatih hilang dalam waktu sekitar 15 dipelajari dan proses kontruksi
sampai 30 detik (Driscoll, 2005). pengetahuan. germane cognitive load
Teori beban kognitif dalam memiliki hubungan positif dengan
memori kerja menurut Sweller dapat pembelajaran karena berhubungan
disebabkan oleh tiga sumber, yaitu: dengan pembentukan skema dan otomasi
intrinsic cognitive load, extraneous pengolahan informasi.
cognitive load, dan germane cognitive Teori beban kognitif yang
load (Plass, J.L., et al, 2010). Intrinsic digunakan dalam penelitian sebagai
cognitive load, ditentukan oleh tingkat stimulus untuk bisa mengefektifkan
kompleksitas informasi atau materi yang proses pembelajaran dan meningkatkan
sedang dipelajari. Faktor penting dalam kemampuan literasi matematika siswa.

4
Berikut adalah 6 level kemampuan PISA yang di uraikan dalam tabel di
dalam literasi matematika siswa menurut bawah ini.
Table 1: Level according to PISA mathematical literacy

Level What Students Can Do


At Level 6, students can conceptualise, generalise and utilise information based on
their investigations and modelling of complex problem situations and can use their
knowledge in relatively non-standard contexts. They can link different information
sources and representations and flexibly translate among them. Students at this
level are capable of advanced mathematical thinking and reasoning. These
6 students can apply this insight and understanding, along with a mastery of
symbolic and formal mathematical operations and relationships, to develop new
approaches and strategies for attacking novel situations. Students at this level can
reflect on their actions and can formulate and precisely communicate their actions
and reflections regarding their findings, interpretations, arguments, and the
appropriateness of these to the original situation.
At Level 5, students can develop and work with models for complex situations,
identifying constraints and specifying assumptions. They can select, compare, and
evaluate appropriate problem-solving strategies for dealing with complex
problems related to these models. Students at this level can work strategically
5
using broad, well-developed thinking and reasoning skills, appropriate linked
representations, symbolic and formal characterisations, and insight pertaining to
these situations. They begin to reflect on their work and can formulate and
communicate their interpretations and reasoning.
At Level 4, students can work effectively with explicit models for complex
concrete situations that may involve constraints or call for making assumptions.
They can select and integrate different representations, including symbolic, linking
4 them directly to aspects of real-world situations. Students at this level can utilise
their limited range of skills and can reason with some insight, in straightforward
contexts. They can construct and communicate explanations and arguments based
on their interpretations, arguments, and actions.
At Level 3, students can execute clearly described procedures, including those that
require sequential decisions. Their interpretations are sufficiently sound to be a
base for building a simple model or for selecting and applying simple problem-
solving strategies. Students at this level can interpret and use representations based
3 on different information sources and reason directly from them. They typically
show some ability to handle percentages, fractions and decimal numbers, and to
work with proportional relationships. Their solutions reflect that they have
engaged in basic interpretation and reasoning.
At Level 2, students can interpret and recognise situations in contexts that require
no more than direct inference. They can extract relevant information from a single
source and make use of a single representational mode. Students at this level can
2
employ basic algorithms, formulae, procedures, or conventions to solve problems
involving whole numbers. They are capable of making literal interpretations of the
results.
At Level 1, students can answer questions involving familiar contexts where all
relevant information is present and the questions are clearly defined. They are able
1 to identify information and to carry out routine procedures according to direct
instructions in explicit situations. They can perform actions that are almost always
obvious and follow immediately from the given stimuli.

5
Level What Students Can Do

(OECD, 2014)
METODOLOGI PENELITIAN karakteristik siswa (kemampuan awal,
Pendekatan yang digunakan minat, motivasi), menentukan materi
dalam penelitian ini adalah pendekatan pelajaran, menentukan topik pelajaran,
kualitatif. Pendekatan ini bisa di katakan mengembangkan bahan-bahan belajar
sebuah cara penelitian yang berupa contoh-contoh dan sebagainya,
berlandasakan pada filsafat mengatur topik pelajaran mulai dari yang
postpositivisme, digunakan untuk mudah menuju sukar, dari sederhana
meneliti pada kondisi obyek yang menuju kompleks, dari yang konkret
alamiah dan digunakan untuk data yang menuju abstrak, serta melakukan
mendalam (Sugiyono, 2013). Subyek penilaian dari hasil belajar dan refleksi
penelitian adalah siswa kelas X jurusan untuk bisa melihat sejauh mana
kimia. efektifitas pembelajaran dan untuk
Analisis yang digunakan pada mengetahui hal-hal yang perlu di tindak
penelitian ini adalah analisis lanjuti.
ketercapaian indikator siswa terhadap
setiap level literasi matematika setelah HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran berdasarkan teori beban Secara keseluruhan dalam proses
kognitif, yang dibuktikan melalui tes. perencanaan hingga evaluasi
Selain tes ada juga lembar observasi, mendapatkan hasil yang ingin di ketahui
angket dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan proses
oleh peneliti. Penelitian dilakukan tersebut di dapat data bahwa pada tahap
melalui tiga tahapan, yaitu: Perencanaan, persiapan terjadi extraneous cognitive
pelaksanaan, dan evaluasi atau refleksi. load salah satunya dari kurangnya
berikut adalah langkah-langkah yang di persiapan sebagian siswa sehingga pada
lakukan dalam penelitian berdasarakan saat awal proses pembelajaran
teori beban kognitif, yaitu: penentuan menyebabkan kegaduhan, namun untuk
tujuan pembelajaran, identifikasi intrinsic cognitive load sudah dapat di

6
kelola dengan baik. Beban ini tidak bisa dapat siswa apabila siswa tidak bisa
dikurangi karena beban ini tergantung menghubungkan informasi baru yang
seberapa kompleks materi yang sedang diterima dengan apa yang sudah di
di pelajari. Sehingga menurut cognitive milikinya. Hal ini bergantung dengan
load theory, beban ini hanya bisa di bagaimana cara guru mendesain proses
kelola seperti menyampaikan materi pembelajaran agar hal itu dapat
secara runtut, terstruktur, dari sederhana terwujud.
menuju kompleks. Sedangkan germane Hasil di atas menunjukkan
cognitive load tidak akan meningkat terdapat beban kognitif yang dimiliki
jika guru tidak menyampaikan prasyarat. siswa, hal ini bisa terlihat dari proses
Pembentukan konsep baru tidak akan di pembelajaran, seperti di bawah ini:

Tabel 2: Deskripsi dan Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan
No Cognitive Load Theory Level Kemampuan Literasi
Pembelajaran
1 Mengamati dan  Tahap ini rawan untuk  Menjawab pertanyaan
Menanya extraneous cognitive dengan konteks yang dikenal
 Penyajian load karena jika guru serta semua informasi yang
konteks kurang memperhatikan relevan tersedia dengan
 Pertanyaan kondisi kesiapan pertanyaan yang jelas.
produktif (kebingungan) siswa  Mengidentifikasi infomasi,
 Membaca maka kemungkinan dan melakukan cara-cara
literatur, rentan siswa yang umum berdasarkan
berfungsi untuk kehilangan minat dan instruksi yang jelas.
fokus motivasi untuk belajar  Menunjukkan suatu tindakan
menyelesaikan  bila tidak di dukung sesuai dengan simulasi yang
masalah oleh kemampuan diberikan.
prasyarat, germane
cognitive load tidak
akan meningkat dan
kemungkinan materi
yang di dapat hanya
bersifat short term
memory.
 intrinsic cognitive load
masih relatif rendah,
dan bisa di ukur
melalui angket.
2 Mengumpulkan  germane cognitive  Mengidentifikasi informasi,
Informasi load sangat mungkin dan melakukan cara-cara
 Identifikasi untuk ditingkatkan yang umum berdasarkan

7
Kegiatan
No Cognitive Load Theory Level Kemampuan Literasi
Pembelajaran
masalah dengan keterkaitan instruksi yang jelas.
 Mengumpulkan materi yang sudah di  Menunjukkan suatu tindakan
jabawan- punyai dengan sesuai dengan simulasi yang
jawaban dari informasi baru diberikan.
permasalahan  intrinsic cognitive load  Memilah informasi yang
melalui mulai meningkat, pada relevan
literatur, tahap ini guru harus
observasi, dll bisa mengelola konsep
 Menemukan dengan baik dan
asumsi dan membatasi ruang
hipotesis lingkupnya
 dengan meningkatnya
beban intrinsik maka
extraneous cognitive
load cenderung
meningkat, karena
apabila siswa merasa
beban intrinsiknya
terlalu tinggi (terutama
siswa kategori sedang
dan rendah) mereka
cenderung tidak bisa
melakukan apa-apa
3 Mengasosiasi dan  Tahap asos iasi intrinsic  Menafsirkan dan mengenali
Mengkomunikasi cognitive load berada situasi degan konteks yang
kan pada puncaknya, karena memerlukan kesimpulan
 Mengolah data seluruh materi telah di langsung.
 Menemukan berikan untuk buktikan  Memberi alasan secara tepat
jawaban  Germane cognitive load dari hasil penyelesaian.
hipotesis pun berada pada  Menafsirkan dan
 Mengkomunika puncaknya karena siswa menggunakan representasi
sikan hasil di minta untuk berdasarkan sumber
memberikan jawaban informasi yang berbeda dan
atas hipotesis yang mengemukakan alasannya
sudah di buat secara langsung.
 Extraneous cognitive  Bekerja secara efektif
load usahakan di tekan, dengan model dalam situasi
keran siswa sudah yang konkret tetapi
memiliki 2 beban kompleks yang mungkin
 Cenderung pada tahap melibatkan pembatasan
mengkomunikasikan untuk membuat asumsi.
makan beban kognitif  Mengkomunikasikan hasil
menurun. interpertasi dan alasan
mereka.
 Memberikan penjelasan dan
mengkomunikasikannya

8
Kegiatan
No Cognitive Load Theory Level Kemampuan Literasi
Pembelajaran
disertai argumentasi
berdasar pada interpretasi
dan tindakan mereka.

Berdasarkan hasil yang di dapat, bisa mengatur waktu, disiplin dalam


dapat di jelaskan bahwa ketika guru melaksanakan tugas dan kecenderungan
mampu mengelola kelas dengan baik, sebagian besar siswa laki-laki lebih bisa
persiapan baik, perencanaan baik dan melakukan proses belajar dengan logika
evaluasi juga baik. Maka beban kognitif dan konteks untuk memperoleh
siswa dapat di tekan atau di tingkatkan. informasi baru (berhubungan dengan
Hal ini akan membantu siswa untuk Germane cognitive load). Hal ini sejalan
mengelola kegiatannya. Sehingga di dengan penelitian J.L. Higbee and P.V.
harapkan siswa dapat disiplin, mengatur Thomas (1999) mengungkapkan faktor-
waktu, bertanggung jawab dan mampu faktor yang mempengaruhi prestasi
memahami setiap materi yang dalam matematika, diantaranya jenis
disampaikan oleh guru dalam ingatan kelamin, keyakinan, sikap dan emosi
jangka panjang (long term memory). seperti rasa percaya diri, kecemasan,
Namun karena keterbatasan otak kita minat dan keinginan untuk melakukan
dalam memproses materi yang atau memahami hal-hal, relevansi
kompleks, maka menurut cognitive load dengan kehidupan siswa, pengalaman
theory menyarankan bahwa penyajian matematika sebelumnya, serta gaya dan
materi sebaiknya meminimalkan strategi belajar.
intrinsic cognitive load, namun Berdasarkan uraian tentang
menstimulasi Germane cognitive load pembelajaran matematika bernuansa
(Sweller & Chandler, 1994). CLT, dapat di ketahui bahwa untuk
Pengelolaan intrinsic cognitive memaksimalkan CLT di perlukan
load yang dilakukan, di dapat hasil yang strategi yang cukup variatif dan beragam
berbeda untuk siswa laki-laki dan siswa dalam proses pembelajaran. Usahakan
perempuan. Siswa perempuan guru dalam setiap proses belajar
kecenderungan mempunyai nilai yang mengajar materi menggunakan konteks
lebih baik daripada perempuan, dan untuk memulai aktifitas untuk membantu
sebagian besar siswa perempuan lebih siswa dalam memecahkan masalah

9
(Hillman, 2014) yang berhubungan efektifitas untuk meningkatkan literasi
dengan pembiasaan literasi matematika. matematika.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang telah
Asmara, A.S. dkk (2017). Analisis
dilakukan, maka dapat disimpulkan Kemampuan Literasi Matematika
bahwa: Siswa Kelas X Berdasarkan
Kemampuan Matematika. Scholaria,
1. Terjadinya intrinsic cognitive load Vol 7 No 2, Mei 2017: 135– 142
pada siswa karena, kompleksitas Baddeley Alan, (2012). Working
Memory: Theories, Models, and
materi prasyarat, banyaknya elemen
Controversies. Department of
interaktifitas pada materi dan sosial. Psychology, University of York,
York YO10 5DD, United Kingdom
2. Terjadinya Germane cognitive load
Chandler, P., & Sweller, J. (1991).
pada siswa karena, metode dan desain
Cognitive load theory and the
pembelajaran yang relevan dengan format of instruction. Cognition and
Instruction, 8, 293–332.
tujuan kemampuan pada level literasi
Dahar, Ratna wilis. (2006). Teori-Teori
yang diharapkan. Belajar. Jakarta: Erlangga.
3. Terjadinya Extraneous cognitive load Driscoll, M.P. (2005). Psychology of
pada siswa karena, cara guru dalam Learning for Instruction. (pp. 384-
407; Ch. 11 – Constructivism).
menyampaikan materi, keadaan Toronto, ON: Pearson.
psikologis peserta didik (gugup, Hillman, Ann Marie. (2014). A
tegang, tidak percaya diri, motivasi), Literature Review on Disciplinary
Literacy, “How Do Secondary
dan gangguan dari luar seperti Teachers Apprentice Students Into
kegaduhan di dalam kelas. Mathematical Literacy?” Journal of
Adolescent & Adult Literacy 57(5)
February 2014 doi
SARAN :10.1002/JAAL.256 © 2013
International Reading Association
Beberapa saran yang bisa (pp. 397–406)
diajukan dalam penelitian lanjutan JL, Higbee., & P,V, Thomas. (1999).
adalah: mengupayakan atau lebih Affective an Cognitive Factors
Related to Mathematics
meminimalkan intrinsic cognitive load Achievement. J. Dev. Education, 23,
dan memaksimalkan Germane cognitive pp 8-16.

load dalam proses pembelajaran, juga Kirschner, P.A., Sweller, J., & Clark,
R.E. (2006). Why minimal guidance
mengupayakan materi lain untuk melihat during instruction does not work:
An analysis of the failure of

10
constructivist discovery, problem- in Science and Technology, 40:2,
based, experiential, and inquiry- 229-246, DOI:
based teaching. Educational 10.1080/00207390802566915.
Psychologist 41(2), 75-86. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Moos, Daniel., Pitton, Debra. (2014).
Bandung: Alfabeta.
Student Teacher Chalengees: Using
Sweller, J., & Chandler, P. (1991).
the Cognitive Load Theory as an
Evidence of cognitive theory.
Explanatory Lens. Teaching
Cognition & Instruction, 8,351–362.
Education, 25:2, 127-141, DOI:
10.1080/10476210.2012.754869 Sweller, J., & Chandler, P. (1994). Why
Some Material is Difficult to Learn?
Nursit, Isbadar. (2015). Pembelajaran
Cognition and Instruction, 12(3),
matematika menggunakan Metode
185-233.
Discovery Berdasarkan Teori Beban
Sweller, J. (1994). Cognitive load
Kognitif. Jurnal Pendidikan
theory, learning difficulty and
Matematika, vol.1 (42-52).
instructional design. Learning and
OECD. (2014). “PISA 2012” Results:
Instruction, 4, 295–312.
What Students Know and Can Do”.
OECD Publications, vol.1. (Februari Sweller, J., Paas, Fred. (2012). An
2014:5-61). Evolutionary Upgrade of Cognitive
Paas, F., & van Merriënboer, J. G. Load Theory: Using the Human
(1994). Instructional control of Motor System and Collaboration to
cognitive load in the training of Support the Learning of Complex
complex cognitive tasks. Cognitive Tasks. Educ Psychol Rev
Educational Psychology Review, 4, (2012) 24:27–45. DOI
51–71. 10.1007/s10648-011-9179-2
Plass, J. L., Moreno, R., & Brunken, R. Van Merrienboer, J. J., & Sweller, J.
2010. Cognitive Load Theory. (2005). Cognitive load theory and
Cambridge: Cambridge University complex learning: Recent
Press. developments and future
Sinead, Breen., Joan, Cleary., & Ann, directions. Educational psychology
O'Shea. (2009). An investigation of review, 17(2), 147-17.
the mathematical literacy of first Verhoeven, L., Schnotz, W., & Paas, F.
year third-level students in the (2009). Cognitive load in interactive
Republic of Ireland. International knowledge construction. Learning
Journal of Mathematical Education and Instruction, 19, 369–375.

11

Anda mungkin juga menyukai