Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI


RUANG CEMPAKA RSUD BANYUMAS

Oleh
RESLING YULION
1811040022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
A. Definisi

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplay darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne 2002)
Stroke merupakan gangguan mendadak pada sirkulasi serebral di satu
pembuluh darah atau lebih yang mensuplai otak. Stroke menginterupsi atau
mengurangi suplai oksigen dan umumnya menyebabkan kerusakan serius atau
nekrosis di jaringan otak. (Williams , 2008).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang
dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembulu misalnya trombus, embolus
atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan arteritis yang menggangu
aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otak menurun yang
menyebabkan terjadinya infark. (Prince , 2006)
Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi
aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau embolis
yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh (Padila , 2012)
Hemiparesis adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif
cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid II 2009).

B. Etiologi

Stroke disebabkan oleh oklusi di arteri disebabkan oleh trombus atau embolus,
perdarahan akibat hipertensi atau aneurisma pecah atau AVM. Faktor resiko tertentu
telah diidentifikasi yang meningkatkan lihood penyakit serebravaskuler. Tiga faktor
resiko utama adalah hipertensi, diabetes dan penyakit jantung. Faktor resiko lain
termasuk merokok (kokain), obesitas, gaya hidup monoton, tingkat stress yang tinggi
dan peningkatan serum kolesterol, lipoprotein dan trigliserida. (Bron stein et al.,
1986).
Menurut lukman (2000) penyebab dari stroke adalah :
1. Trombosis
Trombosit merupakan penyebab umum dari stroke yang biasanya disebabkan oleh
alteroklorosis
2. Embolisme
Embolisme adalah oklusi pada pembuluh serebral karena emboli (gumpalan
bekuan darah, tumor atau lemak atau udara). Embolik serebral meningkat setengah
40 tahun.
Menurut smeltzer dan bare (2000) Stroke Non Haemorogik dapat disebabkan
oleh :
1. Trombosit
Terdapatnya gumpalan darah dalam pembuluh darah di bagian otak.
2. Emboli serebral
Pembekuan darah atau material lain yang terbawa ke otak dari bagian tubuh
lain.
3. Ischemic
Penurunan aliran darah pada otak.

C. Tanda Gejala

Tanda dan gejala dari sroke adalah (Baugman , C Diane dkk 2000)
1. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi : disfungsi bahasa dan komunikasi
3. Gangguan persepsi : meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia
atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual,
spesial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan)
5. Disfungsi kandung kemih meliputi : inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius persisten atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
keruskan otak bilateral ), inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
6. Nyeri kepala bagian oksipital
7. Vertigo , mual, muntah .
D. Patofisiologis

Stroke merupakan penyakit peredarah darah otak yang diakibatkan oleh


tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga
supplay darah ke otak berkurang. Secara umum ganguan pembuluh darah otak atau
stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral. Merupakan gangguan neurologik fokal
yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral.
Stroke bukan merupakan penyakit tunggal tetapi merupakan kumpulan tanda dan
gejala dari beberapa penyakit diantaranya ; hipertensi, penyakit jantung, peningkatan
lemak dalam darah, diabetes mellitus, dan penyakit vaskuler perifer (Smletzer & Bare,
2005).
Penyebab utama stroke berdasarkan urutan adalah aterosklerosis (trombosis),
embolisme, hipertensi yang dapat menimbulkan perdarahan intraserebral dan rupture
aneurisme sakuler (Price & Wilson, 2002). Trombosis serebral (bekuan darah di
dalam pembuluh darah otak atau leher), aterosklerosis serebral dan perlambatan
sirkulasi serebral merupakan penyebab utama terjadinya thrombosis. Embolisme
serebral (bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang
lain), abnormalitas patologik pada jantung kiri seperti endokarditis, jantung reumatik,
serta infeksi pulmonal adalah tempat berasalnya emboli. Hemoragik serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam jaringan
otak atau area sekitar), hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural, dan intraserebral
(Price & Wilson, 2002).
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak
lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler.
Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik,
sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1
mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya
aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa
mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam
ventrikel atau ke ruang intrakranial. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh
karena ruptur arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau
subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan.
Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan
vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh
hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan
larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan
mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair,
sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik
akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang mengalami
proliferasi (Price & Willson, 2002).
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.
Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat lebih
dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan.
Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang menembus otak seperti
cabangcabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang memperdarahi sebagian
dari ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna. Timbulnya penyakit ini
mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan, berlangsung beberapa menit,
beberapa jam, bahkan beberapa hari. Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain;
sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan
kejang. Sembilan puluh prosen menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal
(bila perdarahan besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75%
akan meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya
perdarahan sampai ke system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan
mesensefalon, atau mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat
yang vital (Hieckey, 1997; Smletzer & Bare, 2005). Penimbunan darah yang cukup
banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri masih dapat ditoleransi tanpa
memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata. Sedangkan adanya bekuan darah
dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian. Bila
perdarahan serebri akibat aneurisma yang pecah biasanya pasien masih muda, dan 20
% mempunyai lebih dari satu aneurisma (Black & Hawk, 2005).
E. PATHWAYS

Hipertensi, DM , penyakit
Trombosis Embolisme
jantung obesitas, merokok

adanya penyumbatan aliran Embolus berjalan menuju arteri Penimbunan lemak/kolestrol


darah ke otak oleh trombus serebral melalui arteri karotis yang meningkat dalam darah

Berkembang menjadi aterosklerosis Terjadi bekuan darah pada arteri Pembulu darah menjadi kaku
pada dinding pembulu darah

Pecahnya pembulu darah


Arteri tersumbat

Berkurangnya darah ke area


trombus

Terjadi iskemik dan infark pada


jaringan

Stroke Non Hemoragik


Stroke Non Hemoragik

Penurunan kekuatan otot Adanya lesi serebral Proses metabolisme di Nervus kranial
otak terganggu

N II,III,IV,V N VIII
Kelemahan fisik Terjadinya afasia Penurunan suplai darah
dan O2 ke otak Daya penglihatan
Daya
MK : Devisit pendengaran
MK : Hambatan
perawatan diri
komunikasi verbal
MK : Ketidakefektifan Kesulitan dalam
perfusi jaringan menilai jarak dan MK : gangguan
kehilangan persepsi sensori
penglihatan

MK : gangguan
persepsi N V, VII, IX,XIII
penglihatan

Reflek menelan

gangguan
menelan

MK : nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah
esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan dan MRI
merupakan sarana diagnostik yang berharga untuk menunjukan adanya hematoma,
infark atau perdarahan. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi.
G. Penatalaksanaan
1. Menstabilkan tanda – tanda vital

a. memepertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan yang dalam ,


O2, trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan bila batang otak terkena)
b. kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing – masing individu ;
termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi.
2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal;
cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4 sampai 6 jam.
4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
a. penderita harus dibalik setiap jam dan latihangerakan pasif setiap 2 jam
b. dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh
sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada
daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur (terutama pada bahu, siku dan
mata kaki)
Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.
1. Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
Meningkatkan deformalitas eritrosit
Memperbaiki sirkulasi intraselebral
2. Neuroprotektan
- Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex: neotropil
Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen
- Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel,
ex.nimotup
Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki perfusi
jaringan otak
- Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal bebas dan
biosintesa lesitin
- Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan
Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO),
tetapi belum terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif untuk
pembuluh di tempat lain ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama
sekali pada pembuluh darah serebral, terutama bila diberikan secara oral (asam
nikotinat, tolazolin, papaverin dan sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata
pengobatan berikut ini masih berguna : histamin, aminofilin, asetazolamid, papaverin
intraarteri.
Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi
yang baik dapat dipertahankan.
H. Fokus Pengkajian:
1. Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan dengan gerakan,
menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap stimulasi, berorientasi
terhadap waktu, tempat dan orang
2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot, postur
tubuh, dan posisi kepala.
3. kekakuan atau flaksiditas leher.
4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya dan
posisi okular.
5. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.
6. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh
dan tekanan arteri.
7. kemampuan untuk bicara
8. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24 jam.
I. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan b.d penurunan sirkulasi ke otak


2. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit Perawatan diri b.d kelemahan
J. Rencana Tindakan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitor Neurologi
Perfusi Jaringan tindakan selama 3x24 1. Monitor
serebral b.d aliran jam diharapkan suplai ukuran,
darah ke otak aliran darah keotak kesimetrisan
terhambat lancar dengan kriteria reaksi dan
hasil : bentuk pupil
- Nyeri kepala 2. Monitor tingkat
berkurang kesadaran klien
- Tanda-tanda 3. Monitor tanda-
vital stabi tanda vital
4. Monitor respon
klien terhadap
pengoatan
5. Monitor
keluhan nyeri
kepala , mual,
muntah
6. Hindari
aktivitas jika
TIK meningkat
7. Observasi
kondisi fisik
klien
2 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan 1. libatkan
verbal tindakan keperawatan keluarga untuk
diharapkan klien mampu membantu
untuk berkomunikasi lagi memahami/
dengan kriteria hasil : mmahamkan
-dapat menjawab informasi dari
pertanyaan yang diajukan /ke klien
perawat 2. dengarkan
- dapat mengerti dan setiap ucapan
memahami pesan-esan klien dengan
melalui gambar penuh
-dapat mengekspresikan perhatian
perasaan secara verbal 3. gunakan kata-
maupun non verbal kata sederhana
ddan pendek
dalam
komunikasi
dengan klien
4. dorong klien
untuk
mengulang
kata-kata
5. berikan arahan/
perintah yang
sederhana
setiap interaksi
dengan klien
6. programkan
speech-
language
teraphy
1. 7. lakukan
speech-
language
teraphy setiap
interaksi
dengan klien
3. Defisit perawatan diri Setelah dialkukan Bantuan perawatan diri
tindkaan 3x24 jam 1. Monitor
diharapkan perawatan kemampuan
diri : aktivitas sehari-hari perawat diri
sendiri secara
mandiri
2. Monitor
kebutuhan
pasien terkait
dengan alat-
alat kebersihan,
alat bantu
untuk
berpakaian,
berdandan,
eliminasi dan
makan
3. Bantu pasien
menerima
kebutuhan
(pasien ) terkait
dengan kondisi
ketergantungan
nya
4. Dorong pasien
untuk
melakukan
aktivitas
normal sehari-
hari sampai
batas
kemampuan
pasien habis
5. Dorong
kemandirian
pasien, tapi
bantu ketika
pasien tidak
mampu
melakukannya
6. Berikan
lingkungan
yang nyaman
7. Berikan
bantuan sampai
pasien mampu
melakukan
perawatan diri
secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai