14, BE & GG, Ela Ratna Yuwita, Hapzi Ali, Ethics and Business: Corporate Governance, Universitas Mercu Buana, 2018
14, BE & GG, Ela Ratna Yuwita, Hapzi Ali, Ethics and Business: Corporate Governance, Universitas Mercu Buana, 2018
Corporate Governance
NIM 55117120151
JAKARTA
2018
Forum BE & GCG Minggu 14:
Implementasi corporate governance dalam pengelolaan risiko pada PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk.
Penerapan good corporate governance telah menjadi isu sentral dalam mendukung
pemulihan serta pertumbuhan perekonomian. Seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi global, perusahaan dituntut untuk dapat mengimbanginya. Maka
diperlukan adanya sistem pengelolaan serta pengendalian manajerial yang tepat pada
perusahaan. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
diharapakan dapat memberikan kontribusi positif baik pihak internal maupun eksternal
perusahaan.
Untuk itu, dengan fokus penelitian pada peran masing-masing stakeholders dalam
pengelolaan risiko di Bank BNI, bagaimana sebenarnya implementasi corporate governance
di Indonesia, serta berbagai kendala yang dihadapi jika peran tersebut diimplementasikan.
Pemilihan pengelolaan risiko sebagai area implementasi di dasari oleh pengalaman perbankan
dalam menghadapi volatilitas pasar pada tahun 1997. Untuk memudahkan pelaksanaan
analisa, maka terlebih dahulu dirumuskan seperti apa peran yang dianggap ideal. Perumusan
ini dilakukan dengan mencontoh pelaksanaan corporate governance pada perbankan di
negara-negara maju dengan melakukan berbagai penyesuaian agar sesuai dengan
infrastruktur yang ada di Indonesia. Pelaksanaan analisa sendiri dilakukan dengan dua tahap.
Tahap pertama adalah membandingkan partisipasi stakeholders di Bank BNI dengan peran
ideal seperti yang telah dirumuskan sebelumnya, sedangkan berikutnya di analisa bagaimana
sebaiknya pengambilan keputusan dilaksanakan agar sesuai dengan prinsip-prinsip corporate
governance.
Di sini ini menunjukan bahwa di samping faktor yang controlable oleh manajemen,
masih terdapat banyak kendala atau permasalahan yang diluar kemampuan perusahaan untuk
mengatasinya, kondisi ini tentunya tidak hanya menghambat pelaksanaan corporate
governance di Bank BNI namun juga seluruh perbankan. Sebagai contoh misalnya adalah
permasalahan perundang-undangan. Guna memperbaiki posisi Indonesia agar tidak lagi
menjadi negara yang buruk dalam implementasi corporate governance maka diharapkan
pemerintah (eksekutif, legeslatif dan yudikatif) dapat mendorong terciptanya infrastruktur
seperti yang dibutuhkan.
Dalam hal ini sebagai contoh bni menerapkan dalam implementasi corporate
governance Komitmen Implementasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Dalam rangka
menegakkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) dan Kode Etik Perusahaan (Code of Conduct) di BNI, seluruh anggota Dewan
Komisaris, Direksi dan pegawai BNI memiliki komitmen penuh untuk tidak menerima
ataupun meminta hadiah atau bingkisan dalam bentuk apa pun dari seluruh stakeholder BNI
seperti nasabah, debitur, rekanan/vendor/mitra kerja dan pihak ketiga lainnya agar
terwujudnya praktek bisnis yang bermartabat dan beretika. BNI sangat menghargai dukungan
dari seluruh stakeholder dengan tidak memberikan hadiah atau bingkisan dalam bentuk apa
pun baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pegawai dan manajemen BNI
termasuk namun tidak terbatas pada Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H. Hal ini adalah
sebagai bentuk contoh bahwa Bank BNI 46 telah menegakkan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) dan Kode Etik Perusahaan (Code of
Conduct).
Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71457.pdf
Quiz BE & GCG Minggu 14:
Corporate Governance
Dapat didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan
perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan nilai/keuntungan pemegang saham
(shareholders) dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan kepentingan semua pihak yang
terkait (stakeholders).
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan
dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan nilai/keuntungan
pemegang saham (shareholders) dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan kepentingan
semua pihak yang terkait (stakeholders). Penerapan good corporate governance ini harus
dimulai pertama-tama dari pembenahan struktur dan sistem pengelolaan, melalui
pemberdayaan organ-organ perusahaan itu sendiri, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), komisaris, dan direktur. Berikutnya adalah melalui upaya agar perusahaan bisa
mengakomodasikan kepentingan-kepentingan stakeholders yang terkait dengan perusahaan.
Pengertian stakeholders ini dapat di bagi dua yaitu stakeholders utama (primary) dan kedua
(secondary). Stakeholders utama yaitu para pemegang saham dan investor, karyawan dan
manajer, pelanggan, pemasok, rekanan bisnis, serta masyarakat setempat. Stakeholders kedua
yaitu pemerintah, masyarakat umum (khususnya yang kepentingannya terkait dengan
perusahaan), institusi-institusi umum, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO), media,
akademisi, kelompok asosiasi bisnis, dan pesaing.
Oleh sebab itu, masalah good corporate governance sebetulnya bukan hanya masalah
bagaimana meningkatkan laba perusahaan, meningkatkan nilai saham di bursa dan
memberikan deviden yang sebesar-besarnya kepada shareholders, melainkan bagaimana
perusahaan tersebut bisa memberikan kontribusi bisa memberikan kontribusi positif dan
membina hubungan baik dengan para stakeholders. Corporate governance memainkan peran
menentukan dalam mengatur bagaimana berbagai sumber daya ekonomis dialokasikan dari
waktu ke waktu dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks Indonesia saat ini, agenda good corporate governance menjadi lebih
relevan dan teramat penting sebab tidak seperti di negara-negara maju, di Indonesia masih
begitu banyak perusahaan besar milik negara yang biasa disebut BUMN atau Badan Usaha
Milik Negara.
Pelajaran yang dapat diambil dari lanjutan krisis ekonomi yang terjadi saat ini adalah
bahwa prinsip-prinsip good corporate governance harus selalu diterapkan secara sungguh-
sungguh. Hanya dengan langkah itu kita bisa mengharapkan perbaikan kinerja internal
perusahaan, juga agar pada gilirannya perekonomian nasional secara keseluruhan bisa keluar
dari kungkungan masalah ekonomi yang sudah menyerupai lingkaran setan yang
mengaburkan pangkal masalah dan ujung solusi. Kehadiran peran swasta sebagai motor
penggerak perekonomian merupakan suatu keniscayaan di tengah peran pemerintah yang
semakin terbatas, terutama karena keterbatasan dana (APBN) untuk mendorong
perekonomian maupun keterbatasan dalam pilihan-pilihan kebijakan dalam pengelolaan
perekonomian nasional.
Corporate Governance yang baik adalah gabungan antara kekuatan keuangan dan
sumber daya manusia (human resources) yang berada dalam satu perusahaan. Keuntungan
maksimum perusahaan bisa dicapai jika menjalankan Best Business Practice. Indonesia yang
menganut sistem good corporate governance, tetapi tidak secara serius dan tidak sungguh-
sungguh berkomitmen untuk melaksanakannya.
Memang, tidak mudah untuk melaksanakan proses untuk menjadi perusahaan yang
taat pada sistem; prosedur; peraturan perusahaan; peraturan pemerintah; tanggung jawab
sosial atas lingkungan di mana perusahaan berdomisili; tanggung jawab kepada pemegang
saham dan orang-orang yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, di dalam
organisasi (stakeholder); dan tanggung jawab kepada karyawan dan negara, sebagaimana
yang terungkap dalam buku Essentials of Corporate Governance karangan Sanjay Anand.
Perusahaan tidak akan mendapat keuntungan jika tidak ada customer yang membeli
barang atau jasa yang dijual/dipasarkannya. Corporate Governance yang baik adalah
gabungan antara kekuatan keuangan dan sumber daya manusia (human resources) yang
berada dalam satu perusahaan. Keuntungan maksimum perusahaan bisa dicapai jika
menjalankan Best Business Practice. Konsep ini harus berjalan bersamaan secara integral dan
tidak boleh dipisahkan satu sama lain.
• Customer (pelanggan)
• Employee (karyawan)
• Supplier (pemasok)
1. Akuntabilitas,
2. Pengawasan,
3. Daya tangkap,
4. Profesionalisme,
6. Transparansi,
7. Tesetaraan,
8. Wawasan ke depan,
9. Partisipasi, dan
AKUNTABILITAS
PENGAWASAN
DAYA TANGGAP
PROFESIONALISME
TRANSPARANSI
KESETARAAN
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
WAWASAN KE DEPAN
Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas & mengikuti-sertakan warga
dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut
bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
PARTISIPASI
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam
proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara
langsung mapun tidak langsung.
PENEGAKAN HUKUM
Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung
tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Sumber:
http://keuanganlsm.com/arti-penting-corporate-governance/
Disarikan dari buku: Catatan Satu Dekade Krisis, Penulis: Faisal Basri, Halaman: 266-267.A
http://keuanganlsm.com/good-corporate-governance/
Disarikan dari buku: Pedoman Audit Internal, Penulis: Alfred A. Kaunang, Hal: 101-102.
http://keuanganlsm.com/10-prinsip-good-governance/