Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS

DIAGNOSTIK HOLISTIK PADA PENDERITA SKIZOFRENIA

Kelompok A-11:
Ketua : Eka Heriyanti (1102015065)
Sekertaris : Faradila Niaoctaviani (1102015071)
Anggota Kelompok:

Adinda fauziah Ramadhani (1102016007)


Ahmad Rafi Faiq (1102015012)
Fahira Adipramesti Lubis (1102015068)
Hashifah Shabhati (1102015089)
Indah Mutiara Agustila (1102014129)
Laras Oktaviani (1102015118)
Destia Ananda (1102015056)
Chelsea Kristiniawati Putri (1102015047)

Pembimbing:
dr. Citra Fitri Agustina, Sp. KJ

KUNJUNGAN LAPANGAN BLOK KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
Berkas Pasien
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. HK

Usia : 40 th

Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Tegalan I No. 25 RT.8/RW.5, Palmeriam

Matraman Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta,


13140

Suku : WNI keturunan

Pekerjaan : driver Ojek online

Jenis Pembayaran : BPJS

Tanggal Pemeriksaan : 17 Desember 2018

B. Anamnesi
1. Keluhan Utama/ Alasan Kedatangan
Pasien tidak ada keluhan, saat ini dengan skizofrenia.
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang laki laki usia 40 tahun datang ke RS. Pasien datang untuk
control berkala penyakit skizofrenia nya agar tidak kambuh lagi. Saat ini pasien
mengonsumsi……………………………. Obat diminum rutin.

4. Riwayat Penyakit Terdahulu

Tahun 2010 pasien mengalami gagal menikah setelah ia bertunangan. Pasien


beralasan kurang nyaman dengan calon tunangannya. Setelah membatalkan
pernikahan, ia merasa bersalah. Setelah kejadian diatas pasien mulai mendengar
suara-suara di telinganya, ia mendengar ajaran agama setiap malam atau
mengalami halusinasi audiotori. Selain itu pasien juga meyakini bahwa ia adalah
utusan Tuhan-nya dan akan menjadi Paus pertama dari Indonesia yang nantinya
akan memimpin dunia. Pasien kemudian dibawa oleh keluarga berobat ke dokter
dan diberikan obat. Setelah mengkonsumsi obat tersebut pasien mengalami gejala
negatif seperti kehilangan minat dan kegiatan sehari – hari dan hanya makan dan
tidur dan melakukan aktivitas minimal selama 2 tahun. Setelah perbaikan kondisi,
pasien kembali bekerja. Ketika ia merasa sudah membaik kondisinya, pasien
berhenti meminum obat, karena pada saat itu dokter tidak memberitahukan bahwa
pasien tidak boleh putus obat.
Kemudian tahun 2012 terjadi kekambuhan, yaitu pasien mengalami halusinasi
audiotori kembali berupa bisikan-bisikan seperti yang terjadi pada tahun 2008 dan
disertai depresi, Pasien kembali dibawa ke dokter oleh keluarga. Setelah
menjalani terapi pasien bergabung dengan KPSI dan bertemu dengan pasien
ODGJ lainnya dan ini menjadi salah satu titik balik dari pasien sehingga pasien
menglami perbaikan kondisi, namun hal tersebut tidak berlangsung lama setelah
itu timbul efek datar pada pasien, seperti sering melamun dll. Karena keterbatasan
biaya pasien memutuskan berganti tempat berobat, setelahnya pasien merasa lebih
baik. Pasien kembali mencari pekerjaan dan sempat bekerja. Karena gejala sering
kambuh kembali, pasien dipecat dari tempat kerjanya. Walaupun hanya kerja 1
minggu, pasien merasa bahwa ia telah kerja berbulan – bulan bahkan menjadi
owner nya, hal ini menjadi tanda bahwa terjadi kekambuhan lagi sebagai gejala
waham.
Tahun 2015 menjadi puncak keluhan pasien. Saat itu pasien baru habis
berpisah dari pacarnya dan juga baru saja di pecat dari tempat kerjanya, pasien
juga kembali mengalami halusinasi dan waham, Pasien tidak bisa tidur dan sering
teriak-teriak dan pasien juga masih merasa bekerja di kafe, pasien sering
mengetuk – ketuk pintu gudang dan mengajak orang berbicara tanpa henti.
Kemudian, pasien dibawa ke UGD RS dan dirawat 20 hari. Pasien sempat
difiksasi, hingga keadaannya terus membaik. Selama dirawat pasien sering
berbicara tanpa mengetahui apa yang dibicarakan, sering tertawa sendiri, tidak
bisa tidur setiap malam dan berhalusinasi ada orang memanggil – manggil dia.
Lalu pasien diberi obat baru yang ternyata berefek kaku seperti zombie. Akhirnya
dokter mengganti obatnya yang tidak memiliki efek samping kekakuan. Setelah
kejadian tersebut obat pasien kembali diganti dengan obat gerenasi terbaru dan
keluar dari rumah sakit. Hingga saat ini pasien sering kontrol untuk mencegah
kekambuhan.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah pasien mempunyai riwayat psikogenik

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Keadaan ekonomi pasien sekarang termasuk menengah kebawah. Penghasilannya
sebagai supir ojek online.

7. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan sehari harinya sekarang yaitu pasien merokok sebanyak 1 bungkus
setiap 2 hari dan juga pasien selalu meminum kopi setiap pagi.

BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Nama Kepala keluarga : Bpk.Y
b. Nama Pasangan : Ibu
c. Struktur Komposisi Keluarga :

Tabel 1. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah


Kedudukan Pekerjaan
No. Nama L/P Umur Pendidikan
Dalam Keluarga
1 Y Kepala rumah L 65 tahun SLTA Pensiunan
tangga (Suami)
2 H Istri P 65 tahun SLTA Ibu Rumah
Tangga

3 HK Anak L 40 tahun S1 Driver ojek


online

4 D Anak L 35 tahun S1 Pegawai


Swasta

5 I Anak L 30 tahun S1 Pegawai


Swasta

6 G Cucu P 10 tahun SD Pelajar

2. Bentuk Keluarga:
Termasuk ke dalam keluarga extended family , karena ada tiga generasi dalam
satu rumah.

3. Tahapan Siklus Keluarga:


Keluarga bapak Y berada pada tahap ke enam, yaitu anaknya telah dewasa dan
meninggalkan orangtuanya.

4. Dinamika keluarga:
Bapak Y tinggal bersama ibu H merawat anaknya HK. Bapak Y dan ibu H
sudah mengerti kondisi HK dan merawat HK dengan baik. Bapak Y dan ibu H
selalu memberi dukungan yang positif demi kesembuhan HK.

5. Fungsi Keluarga:
a. Biologi:
Bapak Y dan ibu H memiliki 3 orang anak, 1 menantu dan 1 cucu .
b. Psikologi:
` Keluarga Bapak H mengaku mengaku merawat HK dengan ikhlas dan
sangat supportif dalam membantu kesembuhan HK.
c. Ekonomi:
Bapak H sudah pensiun, setiap anaknya telah memiliki pekerjaan. Kondisi
ekonominya cenderung menengah ke bawah. HK telah memiliki
pekerjaan sebagai driver ojek online walaupun ia mengidap skizofrenia.
d. Sosial:
Hubungan keluarga Bapak H dengan lingkungan sosial disekitarnya
berjalan dengan baik. HK bahkan mengikuti komunitas peduli skizofrenia.
e. Agama:
Keluarga Bapak H sangat memerhatikan masalah ibadah. Sejak dulu
beliau selalu menanamkan unsur agama dalam membina rumah tangga,
begitupun di dalam berkegiatan sehari-hari hingga saat ini.bapak H dan
keluarga rajin ke gereja

6. Family Map (Genogram)

Keterangan :

Pria

Pria dengan Skizofren


Pria
Pria

Pria dengan Diabetes Melitus

Wanit

C. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


1. Lingkungan tempat tinggal:
Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Status kepemilikan rumah: Milik sendiri

2. Kepadatan perumahan : Padat

3. Lingkungan perumahan : Kurang Bersih

4. Kondisi Rumah : Kesimpulan

a. Luas rumah : 150 m2 Keluarga Bapak


b. Jumlah penghuni dalam satu rumah : 6 orang Y memiliki
c. Luas halaman rumah : 2 m2 rumah yang
d. Langit langit bersih, tidak rawan kecelakaan belum memenuhi
e. dinding permanen, kedap air syarat rumah
sehat.
f. Lantai rumah dari : Keramik

g. Ada jendela kamar tidur jarang dibuka namun


jendela ruang keluarga sering dibuka
h. Ventilasi kurang namun kotor
i. Pencahayaan cukup
j. Sarana air bersih milik sendiri dan memenuhi
syarat KSSK

k. Ada jamban, leher angsa dan septic tank


l. Pembuangan air limbah dialirkan ke selokan
tertutup

m. Tempat sampah kedap air dan tertutup

n. Kebersihan rumah : cukup namun banyak


barang tak terpakai menumpuk

2. Kepemilikan barang barang berharga : (kendaraan, elektronik,


peralatan RT)
- Satu buah mobil
- Dua buah televisi
- Satu buah kulkas
- Tiga buah AC
- Satu set kompor gas
- Satu unit komputer

C. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga:


1. Bila Sakit Ringan: (Sendiri/Tenaga Kesehatan/Alternatif)
2. Bila Sakit Berat: (Sendiri/Tenaga Kesehatan/Alternatif)
3. Kepemilikan KMS: (Balita)
4. Kepemilikan Asuransi/Jaminan kesehatan : BPJS

D. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas/Klinik Pratama)


Tabel 3. Pelayanan Kesehatan
No. Faktor Keterangan Kesimpulan

1. Cara mencapai pusat pelayanan Jalan kaki Pasien memiliki


kesehatan Angkot akses ke tempat
Kendaraan pribadi pelayanan
2. Tarif pelayanan kesehatan Sangat mahal kesehatan dengan
Mahal baik dan
Terjangkau mendapatkan
Murah peleyanan
Gratis kesehatan dengan
3. Kualitas pelayanan kesehatan Sangat memuaskan mudah.
Memuaskan
Cukup memuaskan
Tidak memuaskan

E. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


Pola Makan: (Food Record)

Tabel 4. Pola Makan, 15 Desember 2018

Waktu Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak


Pagi Nasi Putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Ayam balado 245 kkal 2,99gr 31,7gr 11,06 gr
Selada 15 kkal 2,9 gr 1,2 gr 0,2 gr
Siang Nasi Putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Ikan Cuek 191 kkal 0 gr 13 gr 15,6 gr
Malam Nasi Putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Ikan Cuek 191 kkal 0 gr 13 gr 15,6 gr
Sayur Bayam 23 kkal 3,63 gr 2,86 gr 0,39 gr
Jumlah 1277kkal 141,76gr 73,82 gr 44,17 gr

Tabel 5. Pola Makan, 16 Desember 2018

Waktu Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak


Pagi Nasi putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Sayur sop 72 kkal 72 gr 12 gr 2 gr
Tahu dan Tempe 35 kkal 1,5 gr 2,2 gr 2,6gr
Siang Nasi putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Sayur sop 72 kkal 72 gr 12 gr 2 gr
Tahu dan Tempe 35 kkal 1,5 gr 2,2 gr 2,6gr
Malam Nasi putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Labu Siam 17 kkal 3,9 gr 0,82 gr 0,13 gr
Sayur lodeh 162 kkal 14,73 gr 6,67 gr 9,47 gr
Jumlah 1005 kkal 297.87 gr 47,95 gr 15,08 gr
Tabel 5. Pola Makan, 17 Desember 2018

Waktu Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak


Pagi Nasi putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Ayam Goreng 260 kkal 10,76 gr 21,93 gr 14,55gr
Capcay 250 kkal 11 gr 10 gr 15 gr
Siang Nasi putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Ayam goreng 260 kkal 10,76 gr 21,93 gr 14,55gr
Capcay 250 kkal 11 gr 10 gr 15 gr
Malam Nasi putih 204 kkal 44,08 gr 4,02 gr 0,44 gr
Ayam goreng 260 kkal 10,76 gr 21,93 gr 14,55gr
Sayur wortel 42 kkal 9,3 gr 1,2 gr 0,3 gr
Jumlah 1934kkal 195,82 gr 99,05 gr 75,27 gr

Jenis Kelamin: Laki-laki


Usia: 40

BB: 72 kg

TB: 173 cm
Lingkar Perut: 98 cm
IMT: 24,1kg/m2
BB Normal: TB-100 = 73 kg
BB Ideal: TB-100 – (10% x (TB-100)) = 73 – (10% x 73) = 73 – 7,3 =
65,7 kg
Broca:
Pria= (30 x BB Ideal) + 30% (30 x BB Normal)
= (30 x 65,7) + 30% ( 30 x73)
= 1971+ 657
= 2628 kalori
Kebutuhan Kalori Basal/ KKB (Rumus Harris Benedict)
Pria= 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x Usia)
= 66 + (13,7 x 72) + (5 x 173) – (6,8 x 40)
= 66 + 986,4 + 830 - 557,6
= 1645 kalori
Kebutuhan Kalori Total/ KKT:
KKT= KKB + Aktivitas Fisik (Ringan) – Faktor Koreksi (5 % untuk usia
> 40tahun)
= 1645 + (20% x 1645) – ( 5% x 1645)
= 1645 + 329 -82,25
= 1891 kalori
Kebutuhan gizi dalam bahan makanan
Karbohidrat = 60% x KKT
= 60% x 1891
= 1134,6 kalori
Kebutuhan karbohidrat dalam satuan gram = 1134,6 : 4 gram = 283,65
gram
Protein = 15% x KKT
= 15% x 1891
= 283,65 kalori

Kebutuhan protein dalam satuan gram = 283,65 : 4 gram = 70,91gram


Lemak = 25% x KKT
= 25% x 1891
=472,75 kalori
Kebutuhan lemak dalam satuan gram = 472,75: 9 gram = 52,52 gram.
Pembagian frekuensi makan selama satu hari:
Pagi = 35% dari Kebutuhan Kalori Total
= 35% x 1891
= 661,85 kalori
Siang = 35% dari Kebutuhan Kalori Total
= 35% x 1891
= 661,85 kalori
Malam = 30% dari Kebutuhan Kalori Total
= 30% x 1891
= 567,3 kalori

F. Nilai/Kepercayaan yang Dianut Keluarga terkait Kesehatan:


Keluarga Tn. K cukup memperhatikan kesehatan. Bila ada sedikit keluhan,
keluarga Tn. K langsung pergi ke fasilitas kesehatan terdekat.

G. Pola Dukungan Keluarga


1. Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan dalam keluarga:
Seluruh anggota keluarga Tn. K turut mendukung dan membantu
mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya. Selain keluarga inti,
keluarga besar maupun teman sekolah Tn. K juga ikut membantu secara
finansial.
2. Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan dalam
keluarga:
Faktor penghambat dialami pada awal Tn. K terdiagnosis skizofrenia
karena adanya perbedaan pendapat antar anggota keluarga dan masalah
finansial akibat belum adanya BPJS. Namun untuk sekarang, dukungan
dan pengertian keluarga sangat baik, sehingga hambatan dalam
menyelesaikan masalah kesehatan dari keluarga hampir tidak dirasakan
pasien.

DIAGNOSIS HOLISTIK
A. Aspek Personal: (Alasan Kedatangan, Harapan, Kekhawatiran,
Persepsi)
Tn. K terdiagnosis sebagai pasien skizoafektif pada tahun 2008. Orang tua
Tn. K yang berinisiatif membawanya ke psikiater. Namun sekang Tn. K
sudah pergi ke psikiater dengan kemauan sendiri. Alasan kedatangan Tn. K
ke psikiater adalah untuk menjaga kondisinya tetap stabil dan tidak
mengalami episode lainnya. Pada awal terdiagnosis, Tn. K tidak mempunyai
harapan untuk sembuh maupun kekhawatiran tentang penyakitnya. Tn. K
sangat bersyukur karena kondisinya sekarang sangat stabil. Persepsi Tn. K
atas penyakitnya adalah skizofrenia kejam, sulit untuk menghadapinya
namun Tn. K percaya bahwa dengan meminum obat secara rutin, penyakit
ini dapat dia atasi. Dulu skizofrenia yang mengontrol dirinya, tapi sekarang
Tn. K yang mengontrol penyakitnya.

B. Aspek Klinik: (Diagnosis dan Diagnosis Banding, Penyakit akibat kerja


atau bukan)
Diagnosisnya adalah skizoafektif dan diagnosis bandingnya adalah
skizofrenia. Penyakit ini bukan merupakan penyakit kerja larena
pencetusnya adalah depresi berat akibat gagal menikah.
C. Aspek Risiko Internal:
Tn. K menurpakan laki-laki 41 tahun yang memiliki riwayat keluarga
dengan gangguan psikologis. Tn K pernah mengalami depresi berat yang
mencentuskan episode pertama dalam hidupnya karena Tn.K cenderung
mudah merasa tertekan dan stress.

D. Aspek Risiko Eksternal: (Psikososial Keluarga)


Keluarga dari Tn. K sendiri sangat peduli dengan dirinya serta penyakitnya.
Awalnya sering terjadi perbedaan pendapat anatar keluarga yang
menimbulkan pertikaian dalam keluarga tapi sekarang semua masalah
teratasi dan keluarga, terutama orang tua, sangat peduli dan berusaha untuk
mempertahankan kondisi stabil Tn. K.

E. Aspek Fungsional: (Skor 1-5 berdasarkan ICPC 2)


Untuk saat ini Skornya 5 karena tidak terdapat keterbatasan apapun dalam
beraktivitas sehari-hari, namun pada saat puncak episodenya pada tahun
2015 skornya 2 dimana Tn. K tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri harus di bantu oleh orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai