Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering ditemui banyak ibu hamil yang tidak teratur

melakukan antenatale care (ANC) hal ini bertolak belakang dengan program

pemerintah untuk mengurangi angka kesakitan pada ibu hamil dan bersalin

tinggi, rendahnya cakupan Kunjungan pertama (K1) dan Kunjungan keempat

(K4) menyebabkan angka kematian ibu dan bayi masih relatif tinggi (Januardi,

2014). Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu meskipun

persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi

proses persalinan terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis (Saifudin,

2014). Kecemasan pada saat persalinan hingga saat ini merupakan fenomena

yang cukup banyak terjadi pada ibu hamil trimester III menjelang persalinan.

Menurut Bali Post tahun 2015 di Amerika Serikat, pada tahun 2014

jumlah persalinan normal sebanyak 12.045 orang dan persalinan Sectio

Caesarea (SC) sebanyak 9.672 orang. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara

di Indonesia pada tahun 2014 hampir 66,2% ibu cemas terhadap proses

persalinan yang akan dihadapinya. Studi yang dilakukan Creasy (2013) di RS

Cipto Mangunkusumo Jakarta dari 5429 ibu yang bersalin didapatkan 3800

(70%) ibu khawatir dengan proses persalinan (Rendra, 2014). Angka

kematian ibu di Indonesia pada tahun 2014 yaitu 359 per 100.000 kelahiran

hidup dan masih tinggi dibandingkan dengan target MDG’S. Data Kabupaten

Jombang tahun 2015 jumlah persalinan yang ditolong oleh Nakes sebesar

197978 (94,84%) dan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 2.505

1
2

(57,27%) dari target 4374 orang (Dinkes Jombang, 2015). Berdasarkan data

yang diperoleh di Bidan Praktek Mandiri (BPM) tahun 2016 ibu hamil

sebanyak 306 0rang dengan cakupan K1 sebanyak 254 orang dan cakupan K4

sebanyak 191 orang, persalinan sebanyak 220 orang. Berdasarkan data pada

bulan februari jumlah kunjungan ibu hamil sebanyak 102 orang, baik

primigravida maupun multigravida dan ibu hamil trimester III sebanyak 44

orang (Buku Register Kohort Ibu Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa

Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang, 2016).

Menurut Robbins dan Judge (2010) mengemukakan bahwa sikap ibu

melakukan ANC dipengaruhi oleh karakteristik pribadi (kepribadian, motif,

minat, kebutuhan, pengalaman masa lalu dan harapan seseorang) dan situasi

(waktu, keadaan kerja dan keadaan sosial), sedangkan faktor lain yaitu tenaga

bidan kurang respon terhadap keluhan pasien terutama pada saat pasien tidak

bisa lagi ke sarana pelayanan, keterbatasan fasilitas yang dimiliki polindes.

Kondisi tersebut yang mempengaruhi persepsi ibu negatif sehingga ibu tidak

yakin untuk melakukan ANC. Selain itu, anggapan ibu tentang kondisi

kehamilan yang baik-baik saja sehingga ibu tidak perlu melakukan

pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan yang dapat berdampak pada

meningkatnya angka kematian ibu hamil karena kurangnya deteksi dini resiko

tinggi (Winaryati, 2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan ibu

dalam melakukan kunjungan ANC yaitu umur, pendidikan, paritas dan

pekerjaan (Lumongga, 2013).

Dampak dari ibu hamil yang tidak mengikuti ANC adalah

meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu, tidak terdeteksinya


3

kelainan-kelainan kehamilan dan kelainan fisik yang terjadi pada saat

persalinan tidak dapat di deteksi secara dini (Depkes RI, 2008). Selain itu ibu

hamil kurang mendapatkan informasi tentang persiapan persalinan sehingga

pada saat akan menghadapi persalinan kecemasannya meningkat maka akan

berdampak pada meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin

adalah konstriksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun.

Penurunan aliran darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan

berakibat memanjangnya proses persalinan (Aryasetiani, 2014). Tingkat

kecemasan pada ibu hamil juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi

yang diperoleh selama kehamilan. Ketika seorang calon ibu melakukan

kunjungan ANC secara teratur maka calon ibu akan mendapatkan informasi

mengenai janin, medeteksi kompliksai dan berperilaku sehat. Kepatuhan

dalam melakukan ANC akan meningkatkan pemahaman ibu tentang

kehamilan, nifas dan persalinan sehingga ibu hamil akan mampu mengurangi

kecemasan yang dialami dalam menjalani proses persalinan. Apabila seorang

ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan

maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap,

berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko

kehamilan tersebut sehingga ibu memiliki kesadaran untuk melakukan

kunjungan ANC atau memeriksakan kehamilannya dengan teratur.

Salah satu upaya telah dilakukan tenaga kesehatan untuk menurunkan

angka kecemasan pada ibu hamil yaitu pendidikan kesehatan pada saat ANC.

Ibu hamil dapat terhindar dari resiko-resiko buruk akibat kehamilan dengan

cara melakukan pengawasan dengan baik terhadap kehamilan yaitu ibu


4

melakukan kunjungan antenatal secara teratur dan rutin (Komariyah, 2014).

Dalam upaya untuk lebih meningkatkan motivasi ibu hamil akan pentingnya

pemeriksaan ANC secara teratur, maka sangat diperlukan peran dari bidan

sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan ANC dalam segi penampilan,

sikap juga profesionalisme karena sebagian ibu hamil akan kembali

memeriksakan diri dan kehamilannya ke tempat yang sama jika dirinya

merasa dihargai dan diberikan pelayanan yang baik (Zulfiqar, 2012).

Pelaksanan antenatal dikatakan baik atau tidak bila ibu hamil melakukan

kunjungan antenatal sesuai dengan jumlah kunjungan antenatal yaitu pada

trimester I minimal melakukan 1 kali kunjungan, pada trimester II minimal

melakukan 1 kali kunjungan dan pada trimester III minimal melakukan 2 kali

kunjungan (Siringo-ringo, 2012). Mempunyai atau memperoleh informasi

adalah suatu hal bertindak atas dasar informasi yang diperoleh sehingga dapat

mengubah perilaku ibu dalam menghadapi kecemasan persalinan. Dengan kata

lain, semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin tinggi pula

pengetahuan ibu hamil trimester III sehingga rasa cemas ibu dalam

menghadapi persalinan dapat berkurang. Maka dari itu, dukungan informasi

melalui asuhan antenatal selama masa kehamilan ditujukan untuk

meminimalkan stres dan rasa takut (Department of Health, 1993).

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan kepatuhan antenatale care

(ANC) dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi

persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber

Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang”.


5

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang sering ditemui banyak ibu hamil yang tidak teratur

melakukan ANC hal ini menyebabkan ibu mengalami kecemasan dalam

menghadapi proses persalinan hal ini bertolak belakang dengan program

pemerintah untuk mengurangi angka kesakitan pada ibu hamil dan bersalin

tinggi, rendahnya cakupan KI dan K4 menyebabkan angka kematian ibu dan

bayi masih relatif tinggi (Januardi, 2014). Kecemasan menjelang persalinan

umum dialami oleh ibu meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis,

namun didalam menghadapi proses persalinan terjadi serangkaian perubahan

fisik dan psikologis (Saifudin, 2014).

1.3 Batasan penelitian

Pada pelitian ini peneliti menbatasi pada kunjungan ibu primigravida

trimester III dalam melakukan ANC.

1.4 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan ibu hamil trimester III dalam melakukan

antenatale care (ANC) di BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo

Kec. Jogoroto Kab. Jombang.


6

b. Mengidentifikasi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di

BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab.

Jombang.

c. Menganalisis hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di

BPM Yuni Widaryati Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab.

Jombang.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan konsep

pengembangan keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Maternitas pada

ibu yang melakukan ANC.

1.6.2 Praktis

a. Tenaga Kesehatan (perawat dan bidan)

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber untuk

melaksanakan Asuhan Keperawatan Maternitas pada pasien dengan

ANC.

b. Ibu Hamil

a) Lebih termotivasi melakukan kunjungan atau pemeriksaan

kehamilan untuk mendeteksi secara dini penyulit kehamilan.


b) Menyadari dan mampu mengatasi kecemasan saat persalinan

sehingga dapat membantu proses kelancaran persalinan.


c) Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi profesi

dalam mengembangkan perencanaan dan pemberian asuhan

lebih lanjut dalam upaya meningkatkan pelayanan pada pasien.


7

c. Tempat penelitian (Bidan Praktek Mandiri)

Dapat dijadikan masukan bagi pihak Bidan Praktek Mandiri dalam

meningkatkan pelayanan dan kunjungan ANC.

d. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan pengalaman nyata peneliti dalam melakukan

penelitian tentang hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan

sehingga menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang

metodelogi dan dapat dikembangkan dengan variabel - variabel yang

lebih baik lagi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kepatuhan

2.1.1. Pengertian

Menurut Sackett (1999) kepatuhan pasien adalah sejauhmana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan (Niven, 2013).

Kepatuhan (ketaatan) adalah sebagai tingkat penderita

melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh dokter

atau orang lain (Slamet B, 2007).

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Niven ( 2002) seperti dikutip oleh Suparyanto (2011),

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

1. Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti pengunaan

buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.

2. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien

yang dapat mempengaruhi kepatuhan.

8
9

3. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien

yang dapat mempengaruhi kepatuhan.


4. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-

teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

kepatuhan terhadap program pengobatan seperti pengurangan berat badan,

berhenti merokok dan menurunkan konsumsi alkohol.


5. Perubahan model terapi
Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin

dan pasien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan tersebut.


6. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien
Adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien

setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan

penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang

dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.


7. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin

tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan

pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten

dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau

diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin

tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula kepatuhan keluarga dalam

pemberian diet. (Azwar, 2007).


8. Usia
10

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada

orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai

akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa

seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan patuh dalam pemberian

diet (Notoatmodjo, 2007).


9. Dukungan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau

lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu

rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu

kebudayaan (Effendy, 2006). Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan


Menurut Smet (1994) seperti dikutip oleh (Syakira, 2009), berbagai

strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :


a. Dukungan profesional kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal

dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi.

Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik

diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter/ perawat dapat

menanamkan ketaatan bagi pasien.


b. Dukungan sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional

kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang

peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.


c. Perilaku sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan

hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk


11

menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita

hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau

minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.


d. Pemberian informasi
Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai

penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

2.1.3. Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran dan kepatuhan berdasarkan presentase atau dengan

standar baku sesuai dengan prosedur pelayanan yang ada dalam hal ini

berhubungan dengan standar pelayan antenatale care sesuai buku KIA

yaitu:

1. 1 Kali Trimester I
2. 1 Kali Trimester II
3. 2 Kali Trimester III (WHO, 2014).

2.2. Konsep Antenatale care (ANC)

2.2.1. Pengertian

Perawatan kehamilan (antenatale) adalah pertemuan antara bidan

dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan

bidan untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya

(Salmah,2013)

Pengawasan antenatale dan post natal sangat penting dalam

upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.

Semenjak Ballantyne pada tahun 1901 mengumumkan tempat pleace for


12

promaternity, di Paris yang merupakan model antenatal pertama di

dunia, maka pengawasan hamil makin berkembang.

Pengawasan ibu hamil memberikan manfaat dengan

ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini,

sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam

menanggulangi permasalahan yang ditemukan.

2.2.2. Tujuan Perawatan Kehamilan

Secara umum tujuan perawatan kehamilan meliputi tujuan umum dan

tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun

bayinya denngan cara membina hubungan saling percaya dengan

ibu.

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal

dan sosial ibu dan bayi.

3) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

4) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu

dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses

kelahiran bayi.
13

5) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik,

bedah,atau obsteri selama kehamilan.

6) Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan

menghadap komplikasi

7) Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses,

menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik,

psikologis dan sosial.

2. Tujuan Khusus

1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit-penyulit yang

terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.

2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,

persalinan, nifas

3) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik,

psikologi dan sosiologi kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Bidan

dapat melakukan hal ini dengan:

1) Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu.


2) Melakukan pendekatan yang holistik dalam memberikan asuhan

kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya.


3) Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi

ibu dan keluarganya.


4) Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka

mampu menentukan pilihan berdasarkan informasi tentang kehamilan

dan kelahiran.
14

5) Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan

mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang sesuai dengan

kebutuhannya sendiri dan keluarganya.


6) Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam

tim multidisiplin.
7) Memfasilitasi ibu dan keluargan dalam mempersiapkan kelahiran dan

membuat rencana persalinan.


8) Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi

tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran

yang tepat dan sensitif untuk mendukung keputusannya.


9) Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam satu

program terencana atau secara perorangan.

10) Bekerja sama dengan organisasi lain (Marmi, 2013)

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan ANC

a. Faktor internal meliputi :

a) Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang

ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali

dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.


b) Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di

percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya,

jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir

seseorang akan lebih dewasa.


b. Faktor eksternal meliputi
1) Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan

kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan

kehamilannya pada petugas kesehatan.


2) Sikap
15

Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap lebih

baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap

kesehatan dirinya dan janin.


3) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga

dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk

menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul

pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan

kekurangan energi dan protein (KEK).


4) Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan

mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku

keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah

untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang

menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan

kehamilannya. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi

kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat

setempat terhadap perilaku yang dianggap menyimpang. Tatanan

budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan

kehamilan pada tenaga kesehatan


5)Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan,

ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya,

hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat

terpencil.

6) Informasi
16

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran

masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap

perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005).


7) Dukungan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan

bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti

bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan

kunjungan ulang. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh

sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri,

suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan

kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti

istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri

dalam proses persalinan (Depkes RI,2012).


2.2.4. Asuhan antenatale (asuhan kehamilan)

Asuhan Asuhan antenatale (asuhan kehamilan) yang biasa

dilakukan tenaga kesehatan diantaranya:

1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta

menganalisa tiap kunjungan pemeriksa ibu hamil.

2. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistemis dan lengkap.

3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri

(TFU) posisi atau presentasi dan penurunan janin.

4. Melakukan penilaian pelvic, ukuran dan penurunan janin.


17

5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung

janin dengan fotoskope atau pinar dan gerakan janin dengan

palpasi.

6. Menghitung usia kehamilan dari perkiraan lahir (HPL).

7. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.

8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungan dengan

komplikasi.

9. Memberikan penyuluhan tanda - tanda bahaya dan bagaimana

menghubungi bidan.

10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,

hiperemesis gravidarum tingkat 1, abortus iminens dan

preeklamasia ringan.

11. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara megurangi ketidak

nyamanan kehamilan.

12. Memberikan imunisasi.

13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan

penanganannya termasuk rujukan tepat pada kurang gizi,

pertumbuhan janin tidak adekuat PEB dan hipertensi, perdarahan

pervaginam, kehamilan ganda aterm, kematian janin, odema yang

signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan, epigastriu

karena hipertensi, KPSW persangkaan poli hidramion, DM kelainan

konginital, hasil labiratorium abnormal, kelainan letak jani,

frekuensi ibu hamil seperti infeksi menular seksual, vaginitis,

infeksi saluran kencing.


18

14. Memberikan bimbingan dan persiapan prsalinan, kelahiran dan

menjadi orang tua.

15. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama

hamil seperti nutrisi, latihan keamanan, dan merokok.

16. Penggunaan secara aman jamu dan obat – obatan tradisional yang

tersedia (Marmi, 2013).

2.2.5. Standar Asuhan Kehamilan

1. Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi

dengan masyarakat secara berkala untuk

penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini

dan teratur

2. Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatale

Sedikitnya 4 kali pelayanan kehamilan

pemeriksaan meliputi : anamnesis dan pemantauan

ibu dan janin, mengenalkehamilan resiko tinggi

nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat

setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.

3. Standar 5 : Palpasi abdominal.

4. Standar 6 : Pengolaan anemia pada kehamilan.

5. Standar 7 : Pengolaan dini hipertensi pda kehamilan.

6. Standar 8 : Persiapan persalinan.

Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk

memastikan persiapan persalinan besih dan aman, persiapan


19

transportasi , biaya. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah

untuk hal ini (Marmi, 2013).

2.2.6. Kebijakan program anjuran WHO

Kebijakan program anjuran WHO tahun 2014 diantaranya:

1. Trimester 1 : satu kali kunjungan

2. Trimester 2 : satu kali kunjungan

3. Trimester 3 : dua kali kunjungan

2.2.7. Standar minimal asuhan antenatal ”7T”

Menurut Marmi (2013) standar minimal asuhan antenatal :”7T”

meliputi:

1. Timbang berat badan

2. Tinggi fundus uteri

3. Tekanan darah

4. Tetanus toxoid

5. Tablet fe

6. Tes PMS

7. Temu wicara

2.2.8. Standar minimal asuhan antenatal 14 T

Menurut intan (2014) standar minimal asuhan antenatal :”4T” meliputi:

1. Tegur sapa dengan ramah

2. Tanyakan anamnesa

a) Anamnesa tentang identitas : nama diri sendiri, nama suami,

umur, alamat dan pekerjaan.


20

b) Anamnesa obstetri : kehamilan ke berapa, apakah persalinan

spontan bidan, aterm, hidup atau dengan tindakan, umur anak

terkecil, lama kawin dan umur, tanggal haid terakhir.

c) Anamnesa tentang keluhan utama : keluhan yang datang ke rumah

sakit atau pelayanan kesehatan lain.

3. Temukan kelainan fisik.

4. Tinggi badan, berat badan, nadi dan tekanan darah.

5. Tinggi fundus uteri.

6. Tentukan letak janin kemudian pemeriksaan DJJ.

7. Tentukan kelainan payudara.

8. Tentukan kelainan (palpasi), pembesaran limfe, liver dan ginjal.

9. Tes Hb.

10. Tes glukosa, protein, RVDL (sesuai indikasi).

11. Terapi anemia dan penyakit lain yang ditemukan.

12. Terapi profilaksis untuk gondok dan malaria.

13. Tingkatkan kesegaran jasmani dengan melakukan senam hamil

14. Tindakan penyuluhan.

2.2.9. Frekuensi Kunjungan Perawatan Kehamilan

Selama kehamilan ibu dan janin harus selalu dipantau, agar bila terjadi

penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan dapat

diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena ibu hamil diharuskan

memeriksa dini secara berkala selama kehamilannya.

Tabel 2.1 Frekwensi Kunjungan Kehamilan

No Kunjungan Waktu Informasi penting


21

1. Trimester Sebelum minggu 1. membangun hubungan


pertama ke 14 saling percaya antara
petugas kesehatan dan ibu
hamil
2. mendeteksi masalah dan
menanganinya
3. melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus,
anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik
tradisional yang merugikan
4. memulai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
5. mendorong prilaku yang
sehat(gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat dan
sebagainya)
2. Trimester Sebelum minggu 6. Membangun hubungan
kedua ke 28 saling percaya antara
petugas kesehatan dan ibu
hamil

7. Mendeteksi masalah dan


menanganinya
8. Melakukan tindakan
pencegahan seperrti tetanus
neonatorum, anemia
kekurangan zat besi,
penggunaan praktik
tradisional yang merugikan
9. Memulai persiapan
kelahiran bayi dan kesiapan
untuk menghadapi
komplikasi
10. Mendorong prilaku yang
sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat dan
sebagainya)
11. Kewaspadaan khusus
mengenai pre-eklamasi
(tanya ibu tentan gejala-
gejala pre-eklamasi, pantau
tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk
22

mengetahui proteinuria)

3. Trimester Antara minggu 28- 12. Membangun hubungan


ketiga 36 saling percaya antara
petugas kesehatan dan ibu
hamil
13. Mendeteksi masalah dan
menanganinya
14. Melakukan tindakan
pencegahanseperti tetanus
neonatorum, anemia
kekurangan zat besi,
penggunakan praktik
tradisional yang merugikan
15. Memulai persiapan
kelahiran bayi dan kesiapan
untuk menghadapi
komplikasi
16. Mendorong perilaku yang
sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat dan
sebagainya)
17. Kewaspadaan khusus
mengenai pre-eklamasi
(tanya ibu tentang gejala –
gejala pre-eklamasi, pantau
tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
4. Trimester Setelah 36 minggu 18. Membangun hubungan
ketiga saling percaya antara
petugas kesehatan dan ibu
hamil
19. Mendeteksi masalah dan
menanganinya
20. Melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia
kekurangan zat
besi,penggunaan praktik
tradisional
21. Memulai persiapan
kelahiran bayi dan kesiapan
untuk menghadapi
komplikasi
22. Mendorong prilaku yang
sehat (gizi, latihan dan
23

kebersihan, istirahat dan


sebagainya)
23. Kewaspadaan khusus
mengenai pre-eklamasi
(tanya ibu tentang gejala-
gejala pre- eklamasi pantau
tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
24. Palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada
kehamilan ganda
25. Palpasi abdominal untuk
mendeteksi letak bayi yang
tidak normal, atau kondisi
lain yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit
Sumber: Marmi 2013

Berdasarkan WHO keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa,

ibu hamil secara ideal melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13

sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester 1, 1 kali

pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat

kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan

menurut kebutuhan masing- masing.

a. Kunjungan Pertama Kehamilan (K1)

Kunjungan pertama kehamilan merupakan kunjungan

pertama ibu hamil, bertatap muka dengan petugas kesehatan.

Kunjungan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data

dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan. Pemeriksaan

kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin setelah seseorang

wanita merasakan dirinya hamil. Yang dilakukan pada kunjungan


24

pertama kehamilan adalah : Anamnesa, pemeriksaan fisik umum dan

khusus obstetrik, pemeriksaan penunjang menetapkan

diagnosa/kesimpulan dan sikap rencana tindakan

b. Kunjungan ulang kehamilan

Kunjungan ulang pada prinsipnya sama dengan kunjungan

pertama kehamilan. Tetapi ada hal-hal penting yang harus di

tanyakan pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya, adalah sebagai

berikut

1) Ada perdarahan

2) Saki kepala

3) Masalah penglihatan

4) Pembengkakan pada wajah atau tangan

5) Rasa sakit pada perut (lambung)

6) Bayi tidak banyak bergerak seperti biasanya.

Tanda-tanda bahaya tersebut harus ditanyakan pada ibu. Ibu

harus segera mendatangi bidan atau dokter apabila mempunyai

tanda-tanda yang membahayakan dan harus mengetahui cara untuk

mencapai rumah sakit yang diperlukan.

c. K4

K4 menunjukkan kunjungan ibu hamil dengan petugas

kesehatan pada trimester III dan sebelumnya pernah bertatap muka

dengan petugas kesehatan.

2.2.10. Pelaksanaan Perawatan Kehamilan

Sebagai pelaksana, pelayanan perawatan kehamilan adalah :


25

1. Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis Obstetri

Ginekologi.

2. Tenaga perawatan meliputi bidan (bidan puskesmas, bidan di desa

dan bidan praktek swasta), pembantu bidan, dan perawat wanita

yang sudah di latih dalam pemeriksaan kehamilan (Intan, 2014).

2.2.11. Lokasi Pelayanan Perawatan Kehamilan

Tempat pemberian pelayanan perawatan kehamilan dapat

bersifat statis dan dinamis, yang meliputi :

1. Pelayanan di Rumah Sakit : RS Bersalin

2. Pelayanan di luar rumah sakit / institusi kesehatan yang ada :

Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas tempat

praktek swasta (Bidan atau Dokter)

a. Timbang berat badan

b. Ukur tinggi badan

c. Ukur tinggi fundus uteri

d. Pemberian imunisasi TT lengkap

e. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan (Intan,

2014).

2.2.12. Perawatan Kehamilan Meliputi

Perawatan Kehamilan menurut Indracahya (2013) perawatan

Kehamilan Meliputi :

1. Pemeriksaan Psikologis
26

Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi dini tentang kejiiwaan

dalam menghadapi kehamilan.

2. Diagnosa Kesimpulan

Setelah pemeriksaan selesai kita tentukan diagnosa yang meliputi:

hamil atau tidak, primi atau muligravida, tuanya kehamilan, anak

hidup atau mati, anak tunggal atau kembar, letak anak, anak

intrauterin atau extrauterin, keadaan jalan lahir dan keadaan umum

penderita.

3. Penatalaksanaan lebih lanjut, meliputi : pengobatan penyakit yang

menyertai kehamilan, misalnya : penyakit jantung, hipertensi, paru-

paru, penyakit endokrin dan lain-lain, pengobatan penyulit

kehamilan, misalnya : kehamilan ektopik, preeklampsia, eklampsia,

perdarahan antepartum, ketuban pecah prematur dan lain-lain,

menjadwalkan pemeriksaan vaksinasi : memberikan preparat

penunjang kesehatan misalnya : vitamin dan tambahan preparat Fe,

menjadwalkan pemeriksaan ulang.

4. Memberikan nasehat atau penyuluhan yang bertujuan untuk

memberikan pengetahuan kepada ibu hamil tersebut agar lebih

memperhatikan keadaan kesehatannya, meliputi : perawatan

payudara, perawatan gigi, senam hamil, nutrisi selama hamil,

aktivitas, hubungan seksual, personal hygiene, istirahat dan tidur,

pemberian obat-obatan, imunisasi, tanda-tanda persalinan dan

perlengkapan yang harus dibawa

2.3. Konsep Kecemasan


2.3.1. Pengertian
27

Kecemasan adalah salah satu gejala yang dialami oleh semua orang

dalam hidup. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai

bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari (Kartono,

2012).

Menurut Bryne (1966) dalam Kartono (2012), bahwa kecemasan

adalah suatu perasaan yang dialami individu, seperti apabila ia mengalami

ketakutan. Pada kecemasan perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau

tidak jelas obyeknya sedangkan pada ketakutan obyeknya jelas.

Menurut Hurlock (1990) dalam Kartono (2012), kecemasan adalah

bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang

menyenangkan. Biasanya perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang

percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu

menghadapi suatu masalah.

Pendapat ahli lain Havary (1997) dalam Carpenito (2012), berpendapat

bahwa kecemasan merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu

yang tertekan. Apabila orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa

berjalan dengan baik pada situasi tertentu akan berakhir tidak enak maka

mereka akan cemas.

Kecemasan adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa

ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya

sesuatu yang bersifat mengancam (Carpenito, 2012).

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap stres, seperti putusnya

suatu hubungan yang penting atau bencana yang mengancam jiwa.

kecemasan juga bisa merupakan suatu reaksi terhadap dorongan seksual atau
28

dorongan agresif yang tertekan, yang bisa mengancam pertahanan psikis

yang secara normal mengendalikan dorongan tersebut. Pada keadaan ini,

kecemasan menunjukkan adanya pertentangan psikis. kecemasan bisa

timbul secara mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam

atau hari. Kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai

beberapa jam. Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir

tidak tampak sampai letupan kepanikan (Terry, 2013).

Kecemasan (anxiety) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-

Zain, 2001) diartikan sebagai kekuatiran, kegelisahan, ketakutan akan

sesuatu yang akan terjadi. Itu juga berarti suatu perasaan takut, kuatir bahwa

akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Dalam Kamus Konseling (Drs. Sudarsono, SH, 2012), kecemasan

(anxiety) didefinisikan sebagai keadaan emosi yang kronis dan kompleks

dengan keterperangkapan dan rasa takut yang menonjol.

2.3.2. Faktor penyebab kecemasan

Menurut Kartono (2012), kecemasan disebabkan oleh dorongan-

dorongan seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat,

sehingga mengakibatkan banyak konflik batin.

Menurut Hartoyo (2013), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.
29

2) Ancaman terhadap system diri, dapat membahayakan identitas, harga

diri, dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat

mengancam harga diri. Faktor eksternal meliputi kehilangan nilai diri

akibat kematian, cerai, atau perubahan jabatan. Faktor internal meliputi

kesulitan interpersonal di rumah atau tempat kerja.

Menurut Carpenito (2012), ada beberapa faktor yang berhubungan

dengan munculnya kecemasan yaitu :

1) Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan

dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.

2) Situasional (orang dan lingkungan) Berhubungan dengan ancaman

konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan

benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain.

3) Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian,

perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan

sementara atau permanen.

4) Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit,

terkena penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis

terhadap sakit.

5) Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya :

pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.

6) Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya :

pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.

7) Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.

2.3.3. Gejala-gejala kecemasan


30

Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut

waswas akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan

cemas. Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (2012)

yaitu :

1) Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai,

kelopak mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam,

mudah kaget, berkeringat, jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak

tangan lembab, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan,

rasa mual, rasa aliran panas dingin, sering kencing, diare, rasa tak enak di

ulu hati, kerongkongan tersumbat, muka merah dan pucat, denyut nadi

dan nafas yang cepat waktu istirahat.

2) Gejala psikologis : rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang

akan datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang,

membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun

orang lain, kewaspadaan yang berlebih, diantaranya adalah mengamati

lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah

teralih, sulit konsentrasi, merasa nyeri, dan sukar tidur.

3) Selain hal diatas Weekes (1992), menambahkan tentang gejala-gejala

kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak

berdaya, tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan,

komunikasi verbal menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar

biasa, pikiran terpusat pada gangguan fisiknya dan kesadaran diri

menurun, merasa mual, banyak berkeringat, gemetar dan seringkali diare.

2.3.4. Tingkat Kecemasan


31

1) Kecemasan ringan
Adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami peningkatan

kesadaran yang terangsang untuk melakukan tindakan secara positif,

sedangkan dalam pemeriksaan tertentu mengalami peningkatan suhu.


Tanda-tanda :
Ketegangan ringan, kewaspadaan tinggi, penginderaan lebih tajam,

persepsi meluas dan mampu menyelesaikan masalah.


2) Kecemasan sedang
Adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa lebih tegang,

mengalami penurunan konsentrasi dan persepsi, merasa sadar tetapi

fokus pikirannya sempit dan mengalami gangguan peningkatan tanda-

tanda vital, sakit kepala, mual, sering buang air besar, palpitasi dan

letih.
Tanda-tanda :
Kewaspadaan berlebihan, lebih tegang, pikiran lebih luas, lebih sadar

padahal detail yang berkaitan dengan stresor.


3) Kecemasan berat
Adalah suatu keadaan dimana seseorang atau individu mengalami

gangguan persepsi dan perasaan selalu terancam, ketakutan yang

meningkat dan adanya diskomunikasi serta mengalami peningkatan

suhu tubuh yang lebih dramatis, serta timbul gangguan seperti diare,

diafrosis, palpitasi, nyeri dada dan muntah.


Tanda-tanda :
Lapang persepsi sangat sempit, sulit untuk ditembus, berkurang pada

detail tidak mampu membuat kaitan dengan kesulitan menyelesaikan

masalah (Carpenito, 2012).

2.3.5. Respon atau Gejala Terhadap Cemas Menurut HARS dalam Nursalam

(2013).

1) Perasaan cemas

Cemas, firasat buruk, takut akan fikiran sendiri, mudah terganggu


32

2) Ketegangan

Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah

menangis, gemetar, gelisah.

3) Ketakutan

Pada gelap, pada orang lain.

4) Gangguan tidur

Sukar tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu,

mimpi buruk kecerdasan, dan mimpi menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan

Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk.

6) Perasaan depresi

Hilang minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih bangun dini

hari, perasaan. berubah-ubah sepanjang hari.

7) Gejala somatik (otot)

Sakit dan nyeri otot kaku, kedutan otot, gigi gemurutuk, suara tidak

stabil.

8) Gejala somatik (sensorik)

Tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas,

perasaan ditusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskuler

Takikardia, berdebar-debar, nyeri dada denyut nadi mengeras, rasa

lesu/lemas seperti pingsan, detak jantung menghilang, (berhenti

sekejap).
33

10) Gejala respirasi

Rasa tertekan atau sempit dada, perasaan tercekik, sering menarik

nafas, nafas pendek atau sesak.

11) Gejala GIT (Gastrointestinal tractus)

Sulit menelan, perut melilt, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan

sesudah makan, perasaan terbakar diperut , rasa penuh atau kembung,

enek, BAB lembek, muntah, kehilangan BB, konstipasi.

12) Gejala orogenital

Sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, nyeri saat

kencing, buang air kecil tidak lancar.

13) Gejala autonom

Mulut kering, muka kering, mudah berkeringat, pusing sakit kepala

bulu-bulu berdiri.

14) Gejala tingkah laku

Gelilsah, tidak tenang, jari gemetar kerut kening, muka tegang, tonus

otot meningkat, nafas pendek, dan mudah merah.

2.3.6. Penilaian Tingkat Kecemasan Menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale) dalam Nursalam (2013).

1) Penilaian

Skor 0 : Tidak ada gejala

Skor 1, ringan : Ada 1 dari gejala yang ada

Skor 2, sedang : Ada separuh dari kgejala yang ada

Skor 3, berat : Lebih dari separuh dari gejala yang ada


34

Skor 4, sangat berat : Semua gejala ada

2) Penilaian Derajat Kecemasan

Skor < 6 : Tidak ada kecemasan

Skor 6-14 : Kecemasan ringan

15-27 : Kecemasan sedang

> 27 : Kecemasan berat

2.3.7. Akibat Adanya Kecemasan

1) Perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dari

hubungan inerpersonal, menghalangi, melarikan diri dari

masalah.

2) Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah

dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir,

kreativitas menurun, bingung, kehilangan kontrol, takut

kehilangan atau kematian.

3) Afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakutan, dan gelisah. (Hartoyo, 2013).

2.4. Hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu

hamil trimester III dalam menghadapi persalinan

Menurut Robbins dan Judge (2010) mengemukakan bahwa sikap ibu

melakukan antenatal care dipengaruhi oleh karakteristik pribadi (kepribadian,

motif, minat, kebutuhan, pengalaman masa lalu dan harapan seseorang) dan

situasi (waktu, keadaan kerja dan keadaan sosial), sedangkan faktor lain yaitu

tenaga bidan kurang respon terhadap keluhan pasien terutama pada saat pasien
35

tidak bisa lagi ke sarana pelayanan, keterbatasan fasilitas yang dimiliki

polindes. Kondisi tersebut yang mempengaruhi persepsi ibu negatif sehingga

ibu tidak yakin untuk melakukan antenatal care. Selain itu, anggapan ibu

tentang kondisi kehamilan yang baik-baik saja sehingga ibu tidak perlu

melakukan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan yang dapat

berdampak pada meningkatnya angka kematian ibu hamil karena kurangnya

deteksi dini resiko tinggi (Winaryati, 2009). Beberapa faktor yang

mempengaruhi keaktifan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care yaitu

umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan (Lumongga, 2013). Tingkat

kecemasan pada ibu hamil juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi

yang diperoleh selama kehamilan. Kurangnya pengetahuan akan perilaku-

perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi serta minimnya

informasi yang diperoleh selama masa kehamilan akan menimbulkan

kecemasan tersendiri (Aisyah, 2009).

Salah satu upaya telah dilakukan tenaga kesehatan untuk menurunkan

angka kecemasan pada ibu hamil yaitu pendidikan kesehatan pada saat

antenatal care. Ibu hamil dapat terhindar dari resiko-resiko buruk akibat

kehamilan dengan cara melakukan pengawasan dengan baik terhadap

kehamilan yaitu ibu melakukan kunjungan antenatal secara teratur dan rutin

(Komariyah, 2014). Dalam upaya untuk lebih meningkatkan motivasi ibu

hamil akan pentingnya pemeriksaan ANC secara teratur, maka sangat

diperlukan peran dari bidan sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan

ANC dalam segi penampilan, sikap juga profesionalisme karena sebagian ibu

hamil akan kembali memeriksakan diri dan kehamilannya ke tempat yang


36

sama jika dirinya merasa dihargai dan diberikan pelayanan yang baik

(Zulfiqar, 2012).

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian mengenai kepatuhan ibu dalam melaksanakan ANC

menunjukan bahwa pelaksanaan ANC ibu hamil yang paling banyak yaitu,

patuh sebanyak 55 responden (90,2%). Perawatan dan penyuluhan antental

direncanakan untuk membantu seorang wanita hamil guna mempersiapkan

dirinya secara jasmani dan rohani dalam menjalani kejadian yang ini sampai

persalinan (Farrer, 2011). Asumsi peneliti, tercapainya kepatuhan ibu hamil

dalam melaksanakan ANC disebabkan karena ada kesadaran masyarakat

khususnya ibu hamil dalam memelihara kesehatan khususnya dalam masa

kehamilan. Masyarakat dengan kesadaran kesehatan yang tinggi tentu mampu

memotivasi dirinya untuk memelihara kesehatan tubuhnya. Hasil penelitian ini

juga menunjukan bahwa kepatuhan ibu hamil dalam melaksanakan ANC

dengan tidak patuh sebanyak 6 responden (9,8%). Kita semua di dalam hati

menganggap persalinan sebagai suatu tugas yang sangat berat. Proses

persalinan juga tidak bebas dari resiko baik bagi ibu maupun bayinya.

Perawatan antenatal dan obstetri telah dapat mengurangi resiko kelahiran

anak (Farrer, 2001).

Asumsi peneliti, masih ada masyarakat khususnya ibu hamil yang

tidak memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatan. Meskipun demikian

kepatuhan melaksanakan ANC tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran

masyarakat. Hasil penelitian mengenai kecemasan menunjukan bahwa


37

responden dengan cemas berat yaitu 41 responden (67,2%), cemas sedang

yaitu 13 responden (21,3%), cemas ringan yaitu 6 responden (9,8%), dan tidak

cemas yaitu 1 responden (1,6%). Dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki cemas berat, yaitu sebanyak 41 responden (67,2%).

Kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan melahirkan, umumnya

disebabkan karena mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan fisik

dan psikologis bayiyang banyak menyita waktu, emosi dan energi (Lalita,

2013). Salah satu upaya telah dilakukan tenaga kesehatan untuk menurunkan

angka kecemasan pada ibu hamil yaitu pendidikan di Puskesmas Bahu Kota

Manado pada bulan Desember 2015.

2.6 Teori Keperawatan menurut Ramona T Mercer

2.6.1 Latar Belakang Teori

Maternal Role Attainment-Becoming A Mother adalah model

konseptual keperawatan yang dikemukakan oleh Ramona T. Mercer. Model ini

tercipta setelah Mercer melakukan berbagai riset yang berkenaan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi parental attachment pada ibu post partum

dan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu tersebut

adalah emosional bayi baru lahir. Mercer mengidentifikasi bahwa komponen

emosional bayi yang mempengaruhi peran ibu tersebut adalah temperamen


38

bayi, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum,

responsiveness dan kesehatan umum.

Asumsi Mercer berkaitan dengan pengembangan model maternal role

attainment, di antaranya adalah bayi baru lahir diyakini sebagai partner yang

aktif dalam proses pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

peran ibu serta peran pasangan dan bayinya akan merefleksikan kompetensi

ibu dalam menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan bekembang.

Perkembangan identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi

psikologis dan perilaku ibu dan bayi. Pada bayi, respon perkembangan yang

berpengaruh terhadap interaksi dengan perkembangan identitas peran ibu

antara lain adanya kontak mata sebagai isyarat komunikasi, refleks

menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah laku yang tenang sebagai

respon terhadap perawatan ibu, konsistensi tingkah laku interaksi dengan ibu

serta respon ibu terhadap bayinya dapat meningkatkan pergerakan bayi.

Dengan demikian kondisi bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap

pencapaian dan pengembangan peran ibu sehingga perawat bayi baru lahir

adalah komponen penting dalam penerapan model konseptual yang

dikemukakan oleh Mercer.

2.6.2 Definisi dan Konsep Utama (Mayor)

Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan

model konseptualnya. Konsep-konsep tersebut adalah:

1. Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses

pengembangan dan interaksional dimana setiap saat ketika ibu

menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan


39

merawat termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan

dan kesenangan menikmati perannya tersebut.


2. Maternal identity menunjukkan internalisasi diri dari ibu.

Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam

menunjukkan persepsi pengalamannya selama melahirkan bayinya.


3. Self esteem digambarkan sebagai persepsi individu dalam

menggambarkan dirinya sendiri.


4. Konsep diri adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri,

penerimaan diri, harga diri dan kesesuaian antara diri dan ideal

dirinya.
5. Fleksibilitas dikemukakan untuk menunjukkan bahwa peran tidaklah

kaku. Fleksibilitas perilaku pengasuhan anak meningkat seiring

dengan meningkatnya perkembangan. Ibu yang lebih tua berpotensi

untuk mengalami kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan

pada setiap situasi. Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau

kepercayaan mengenai pengasuhan anak.


6. Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap

prioritas kesehatannya, pandangan terhadap kesehatan, kesehatan

saat ini, resistensi atau kemungkinan untuk sakit, hal yang

dikhawatirkan dalam kesehatan, orientasi sakit dan memutuskan

peran sakit.
7. Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi

yang penuh stress seperti adanya bahaya atau ancaman.


8. Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan yang

ditunjukkan dari perilaku ibu, Role strain-role conflict (konflik

peran) didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan

oleh wanita dalam penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.


40

9. Gratification-satisfaction digambarkan sebagai kepuasan,

kenikmatan, umpan balik dan kebanggaan yang diekspresikan oleh

wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam memenuhi

tugas rutinnya sebagai seorang ibu.


10. Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang

digambarkan sebagai proses dalam mempertahankan komitmen

sikap dan emosi yang telah terbentuk. Infant temperament dikaitkan

dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk membaca isyarat,

arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan dari ibu.


11. Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang

disebabkan oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses

kasih sayang (attachment).


12. Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi,

penampilan dan status kesehatan.


13. Isyarat-isyarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang

menunjukkan respon terhadap ibunya.


14. Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang

terdiri atas subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-

ayah, ibu-janin/bayi, ayah-janin/bayi) yang bersama dalam satu

sistem.
15. Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu

terhadap aktivitas dan hubungan antara keluarga dan sub sistem serta

unit sosial yang tinggal dalam rumah. Ayah atau pasangan intim

(father or intimate partner) berkontribusi pada proses pencapaian

peran ibu yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang

lain. Interaksi ayah membantu mengurangi tekanan dan


41

memfasilitasi pencapaian peran ibu. Stress terbentuk dari persepsi

positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.


16. Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang

diterima, puas dengan bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya

selalu siap untuk membantu. Terdapat empat area dukungan sosial

yang mencakup dukungan emosional, informasi, fisik dan penilaian.


17. Hubungan ibu-ayah (mother-father relationship) adalah persepsi

tentang hubungan pasangan yang mencakup nilai, tujuan antara

keduanya dan perjanjian. Kasih sayang ibu terhadap bayinya

berkembang seiring dengan lapangan emosional dari hubungan

orangtuanya (Tomey & Alligood, 2006).


2.6.3 Penjelasan skema / model konsep Ramona T.Mercer
1. Pencapaian Peran Ibu : Mercer’s Original Model
Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Mercer

merupakan sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan

makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan

pengertian yang dikemukakan Bronfenbrenner’s, yaitu :


42

Gambar 2.1 Mercer’s Original Model

Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


Model maternal role attainment yang didalamnya terdapat 3

lingkaran yaitu Mikrosistem, mesosistem dan mikrosistem,

Lingkaran mikro sistem ini memiliki 4 bagian yang terdiri dari:

Ibu, Anak, Maternal role identity dan dampak pada anak. Secara

lebih rinci, mikrosistem ini dapat kita uraikan sebagai berikut: Ibu

akan belajar menyiapkan perannya dari lingkungan terdekat atau

belajar dari pengalaman masa lalu yaitu ibu, nenek atau informasi

tenaga kesehatan terkait dengan perannya sebagai ibu. hal ini

diharapkan akan mempengaruhi bayi, pola dan prilaku sehari-hari

ketika dia nanti memiliki peran baru (ibu). Peran yang diharapkan

itu adalah empathy yaitu perasaan terkait dengan kesdaran diri


43

untuk menjadi seorang ibu, self esteem yaitu penerimaan terhadap

perubahan-peruibahan yang terjadi baik secara fisik/psikologis

ketika hamil, bersalin dan fase setelahnya.


Faktor lain adalah parenting received as a child yaitu

penerimaan terhadap anak, kematangan dari segi organ dan fungsi

reproduksi, psikologis, sosial, budaya dan ekonomi terkait dengan

perannya sebagai ibu. Sikap ibu apakah menunjukkan penerimaan

maupun penolakan terhadap anaknya. Pengalaman hamil dan

pengalaman melahirkan, kalau ibu sering melahirkan maka ia akan

semakin banyak tahu dan mengerti tentang peran dan perubahan

yang akan terjadi setelah melahirkan.


Kesehatan dan depresi sangat mempengaruhi peran ibu,

karena masalah kesehataan pada ibu akan menurunkan harga diri

dan menyebabkan kelelahan atau kelemahan yang mempengaruhi

perannya sebagai ibu sedangkan penyakit akan memperlambat

proses transisi menjadi ibu. Konflik peran atau ketegangan peran

akan mempengaruhi integritas ibu dalam menjalankan perannya

sebagai ibu. Kesemua faktor-faktor yang ada pada ibu akan

mempengaruhi anak dalam berespon terhadap lingkungan yang

ditunjukan dengan bayi menangis, tersenyum, menolak, tidak mau

menyusui dll. Faktor lain pada anak yang dapat mempengaruhi

peran ibu adalah status kesehatan dan karakteristik anak. Selain itu

faktor-faktor pada anak itu juga akan mempeengaruhi ibu, begitu

juga sebaliknya. Kedua faktor-faktor yang ada baik pada ibu dan

anak akan mempengaruhi identitas peran pada ibu sehingga


44

diharapkan ibu akan kompeten atau percaya diri dalam melakukan

perannya, ibu juga akan menjadi puas dan semakin dekat dan

membentuk suatu ikatan dengan anaknya. Ketiga hal ini baik faktor

yang ada pada anak, ibu dan maternal role identity akan berdampak

pada anak baik dari segi perkembnagan kognitif, mental, prilaku,

status kesehatan dan kemampuan sosial.


Dalam lingkaran mikrosistem keempat bagian ini akan

dipengaruhi juga oleh hubungan ibu dan ayah, dukungan sosial,

fungsi keluarga dan stress. Selanjutnya lingkaran kedua yaitu

mesosystem, pada bagian ini hal-hal yang terkait adalah pola

hidup, pengaturan jadwal kerja orangtua dan sekolah. Secara

umum lingkaran mesosistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut

yaitu tingkat pendidikan orangtua akan mempegaruhi penerimaan

terhadap peran ibu, begitu juga pengaturan jadwal kerja orangtua

akan mempengaruhi peran ibu sehingga ibu akan dapat

mempertahankan kedekatannya dengan anak, dan juga pola hidup

dapat mempengaruhi peran ibu dalam pengasuhan anak. Lingkaran

terakhir adalah makrosistem yang terdiri dari budaya, sosial, politik

yang akan mempengaruhi semua sistem


a. Mikrosistem adalah lingkungan segera dimana peran

pencapaian ibu terjadi. Komponen mikrosistem ini antara lain

fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status

ekonomi, kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru lahir

yang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem

keluarga. Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga


45

dipandang sebagai sistem semi tertutup yang memelihara

batasan dan pengawasan yang lebih antar perubahan sengan

sistem keluarga dan sistem lainnya.


b. Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan

individu di mikrosistem. Mesosistem mencakup perawatan

sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan

lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.


c. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu.
Makrosistem terdiri atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan

kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan yang berdampak

pada pencapaian peran ibu.


Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4

(empat) tahap penguasaan peran, yaitu :


a) Antisipasi (Komitmen dan persiapan kehamilan)
Tahap antisipasi dimulai selama kehamilan termaksud juga

penyesuaian awal psikologis dan social selama kehamilan. Ibu

mempelajari harapan terhadap perannya, berfantasi tentang

peran, berhubungan dengan fetus dalam uterus dan mulai

bermain peran.
b) Formal (Pengetahuan, latihan dan Pemulihan) 2 minggu

pertama
Tahap formal dimulai dari kelahiran bayi, belajar dan menerima

peran menjadi ibu. Perilaku peran digambarkan melalui tahap

formal dan harapan-harapan lain yang ada dalam system social

ibu.
c) Informal (Pendekatan normalisasi) 2 minggu-4 bulan
Dimulai saat ibu mengembangkan cara yang unik dalam

menjalankan peran dan peran tersebut tidak ada dalam system

social. Ibu membuat peran baru yang tepat sesuai gaya


46

hidupnya berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan yang

akan datang.

d) Personal (Integrasi dan identitas maternal) 4 bulan sampai akhir


Tahap identitas peran personal terjadi ketika ibu

menginternalisasi peran. Ibu mengalami perasaan keselarasan,

kepercayaan diri, dan kompeten dalam peran maternal yang

telah dicapai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi maternal role identity

yaitu :
a.Usia maternal
Usia remaja meningkatkan resiko lahir prematur dan BBLR,

ibu yang lebih tua (diatas 30 tahun) meningktakan resiko

kematian janin atau bayi dan masalah kesehatan ibu.


b. Pengalaman melahirkan
Semakin sering melahirkan maka semakin berpengalaman
c.Pemisahan dini dari infant
Pemisahan dini dari ibu menurunkan kesempatan untuk

bonding attachment.
d. Stress sosial/sosial support
Kejadian stres dapat meningkatkan resiko masalah kesehatan

pada ibu
e.Bakat personal
Temperamen bawaan atau bakat akan mempengaruhi peran ibu.

f. Konsep diri
Konsep diri yang positif mempengaruhi kemampuan individu

untuk berhubungan dengan oranglain sehingga mampu

memfasilitasi peran ibu


g. Sikap kekanak-kanakan
Sikap kekanak-kanakan ibu mmeberikan efek langsung pada

prilaku ibu dalam mengarahkan ank-anaknya dalam

bersosialisai.
47

h. Status kesehatan
Masalah kesehatan wanita menurunkan harga diri,

menyebabkan kelemahan yang akan mempengaruhi peran

sebagai ibu.
i. Temperaman bayi
Bayi yang sulit atau tidak merasa nyaman akan membuat peran

ibu dimasa transisi menjadi sulit


j. Status kesehatan bayi
Yang dimaksud adalah kemempuan bayi dalam berespon

terhadap ibunya, perpisahan pada ibu dan bayi akan

menurunkan kesehatan pada bayi dan proses kedekatan antara

keduanya. Akibat terburuk dari masalah ini adalah adanya

ketakutan ibu bahwa suatu saat anaknya akan meninggal.


Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan

dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir Respon

perkembangan bayi sebagai respon terhadap perkembangan peran

ibu adalah:
a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks

menggenggam
b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu
c. Perilaku interaksi tang konsisten dengan ibu
d. Becoming a Mother Menimbulkan respon dari ibu;

meningkatkan aktifitas.
2. Model Revisi pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal

role attachment menjadi a becoming mother.


Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan

ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan

(dapat dilihat dalam gambar di bawah)


48

Gambar 2.2 Revisi Model Mercer A Becoming Mother

Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga

dan teman meliputi dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya,

fungsi keluarga dan stressor. Lingkungan komunitas meliputi

perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas

rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar

dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan

anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan

reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan

nasional.

2.6.4 Paradigma Keperawatan Bedasarkan Model Konseptual Ramona T. Mercer

Keperawatan Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan

adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi

kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan

bagi yang memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta

penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi pelayanan

keperawatan. Pengkajian selanjutnya pada klien dan lingkungan, perawat


49

mengidentifikasi tujuan klien, menyediakan layanan pada klien yang

meliputi dukungan, pendidikan dan pelayanan keperawatan pada klien

yang tidak mampu merawat dirinya sendiri.


Manusia, Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai

konsep manusia namun mengarah pada diri dan inti diri. Mercer

memandang diri sebagai bagian dari peran yang dimainkan. Wanita

sebagai individu dapat berperan menjadi orang tua jika telah melalui

mother-infant dyad. Inti dari manusia tersusun dari konteks budaya dan

dapat mendefinisikan dan membentuk situasi. Konsep kepercayaan diri

dan harga diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya dan

ayah dari bayinya atau orangg lain yang berarti yang saling

mempengaruhi.
Kesehatan, Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua

sebagai persepsi kesehatan yang mereka lalu, kesehatan saat ini, harapan

tentang kesehatan, resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan perhatian

tentang kesehatan, orientasi pada penyakit dan penyembuhannya, status

kesehatan bayi baru lahir dengan tingkat kehadiran penyakit dan status

kesehatan bayi oleh orang tua pada kesehatan secara menyeluruh.

Kesehatan dipandang sebagai keinginan yang ditunjukkan untuk bayi.

Mercer mengemukakan bahwa stress suatu proses yang memerlukan

perhatian penting selama perawat persalinan dan proses kelahiran.

Lingkungan, definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer

diadaptasi dari definisi Bronfenbrenner’s tentang ekologi lingkungan dan

berdasarkan teori awalnya. Mercer menjelaskan tentang perkembangan

tidak dapat menjadi bagian dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual


50

antara perkembangan individu dan perubahan sifat dengan segera. Stress

dan dukungan sosial dalam lingkungan dipengaruhi untuk mencapai peran

maternal dan paternal serta perkembangan anak.

2.7 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2012).
Faktor- faktor yang
mempengaruhi
kepatuhan ANC :
1. Internal
Patuh: 1x TM 1
a. Usia
1 x TM 2
b. Paritas
Kepatuhan ANC : 2 x TM 3
c. Pendidikan
Tidak patuh: Tidak
2. Eksternal sesuai standar WHO
a. Pengetahuan (Marmi, 2013)
b. sikap
c. Ekonomi
d. Sosial budaya
e. Informasi
f. Dukungan
keluarga

Faktor yang mempengaruhi Tidak ada


kecemasan : kecemasan:
1. Usia <6
2. Pendidikan
3. Graviditas
4. Paritas
5. Perubahan status
ekonomi
51

Kecemasan ibu Ringan: 6-14


dalam menghadapi
persalinan
Sedang: 15-27

Berat: > 27

Keterangan :
Diteliti
000
Tidak diteliti
000
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual hubungan kepatuhan antenatal care
(ANC) dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam
menghadapi persalinan di BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber
Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang.

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian atau

rumusan masalah (Nursalam, 2013).

H1 : Ada hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu

hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di BPM Yuni

Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang.

H0 : Tidak ada hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan kecemasan

ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di BPM Yuni

Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang.


52
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validiti suatu hasil (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini

jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi. Penelitian korelasi

adalah penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau

kelompok subjek.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau

pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara kedua variabel

(Nursalam, 2013). Studi cross sectional dalam penelitian ini dimaksud untuk

mempelajari korelasi kepatuhan antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu

hamil dalam menghadapi persalinan di BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber

Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang.

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagan kerja rancangan kegiatan penelitian

yang akan dilakukan. Kerangka kerja meliputi populasi, sampel, dan teknik

sampling penelitian, teknis pengumpulan data, dan analisis data (Hidayat,

2008).

Desain Penelitian
Analitik cross sectional

Populasi
55
Semua ibu primigravida trimester III Bulan Mei - Juni di BPM Yuni
Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang sebanyak
30 orang
56

Sampel
Ibu primigravida trimester III Bulan Mei - Juni di BPM Yuni Widaryanti
Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang sebanyak 30 orang

Sampling
Total Sampling

Pengumpulan Data
Kuesioner dan Buku KIA

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Bivariat dengan uji rank spearman

Hasil Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Kerja hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan
kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di
BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab.
Jombang.

3.3 Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi
57

Populasi adalah Seluruh objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini populasinya semua ibu

hamil primigravida trimester III Bulan Mei – Juni di Wilayah Kerja BPM

Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang

sebanyak 30 orang.
3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Pada

penelitian ini sampelnya adalah semua ibu bersalin primigravida trimester

III Bulan Mei – Juni di Wilayah Kerja BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber

Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang sebanyak 30 orang.

3.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel (Sampling)

Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian (Hidayat, 2012). Sampling merupakan suatu

proses menyeleksi dari populasi untuk dapat mewakili. Pengambilan

sampling dalam penelitian ini adalah Non Probability sampling dengan jenis

total sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel pada seluruh anggota

populasi (Sugiyono, 2010).

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi


Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel

kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti.

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan

eksklusi (Nursalam, 2008 dalam Nursalam, 2016).


1. Kriteria Inklusi
58

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

popolusi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah

harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam,

2016).Kriteria inklusi pada penelitian ini :


1. Ibu hamil primigravida trimester III yang melakukan ANC
2. Ibu yang bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam,2016). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :


1. Ibu hamil yang mengalami komplikasi.
2. Ibu hamil yang tidak ada di tempat ketika pelaksanaan penelitian.
3.5 Variabel Penelitian, Cara Pengukuran dan Defenisi Operasional

3.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012)

1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel independen merupakan

variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Hidayat, 2012). Variabel independen dalam

penelitian ini kepatuhan ANC.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2012). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kecemasan ibu hamil trimester III dalam

menghadapi persalinan.

3.5.2 Defenisi Operasional


59

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan

parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara

pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan

karakteristiknya (Hidayat, 2008).

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan kepatuhan ANC dengan kecemasan


ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di BPM
Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab.
Jombang.
Variabel Defenisi Parameter Alat Skal Skor

ukur a
Variabel Suatu kunjungan Kunjungan K1 - Buku N Patuh : 1
Independe yang dilakukan K4 register O Jika
n oleh ibu hamil Melakukan ANC : KIA M melakukan
Kepatuhan ke tempat 1x TM I I ANC :
ANC pelayanan 1x TM 2 N 1x TM I
kesehatan sejak 2x TM 3 A 1x TM II
adanya tanda – L 2x TM III
tanda kehamilan Tidak
sampai pada patuh:0
trimester III. Jika tidak
Dapat di lihat di melalukan
buku KIA atau kunjungan
register di sesuai
Puskesmas standar
WHO

Variabel Perasaan Gejala kecemasan Kuesioner O Tidak ada


dependen khawatir, takut yaitu : HARS R kecemasan :
Kecemasan terhadap proses 1. Perasaan D <6
ibu hamil kelahiran bayi cemas I Ringan :6-14
trimester 2. Ketegangan N Sedang :15-
60

III dalam 3. Ketakutan A 27


menghadap 4. Gangguan L Berat : >27
i persalinan tidur
5. Gangguan
kecerdasan
6. Perasaan
depresi
7. Gejala
somatic
8. Gejala
sensorik
9. Gejala
kardiovaskuler
10. Gejala
pernafasan
11. Gejala GIT
12. Gejala
urogenital
13. Gangguan
perilaku

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


3.6.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni

Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang.


3.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2017.

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk melakukan

pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian (Notoatmodjo,

2012). Adapun proses pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Mengurus Surat Izin penelitian ke Akademik STIKES Pemkab

Jombang dan Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti

Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang.


61

2. Mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan kepada

calon responden dan responden dipersilahkan untuk mengisi surat

persetujuan.
3. Responden diberikan penjelasan tentang tujuan dari peneliti.
4. Memberikan penjelasan pada responden cara menjawab

kuesioner.
5. Peneliti menunggu di BPM dan melakukan penelitian kepada ibu

hamil trimester III.


6. Membagikan kuesioner kepada responden dan dipersilahkan

untuk mengisinya.
7. Setelah kuesioner sudah dijawab semua, kemudian dilakukan

pengolahan data.
3.7.2 Instrumen Pengumpulan
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan

data (Hidayat, 2014). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan

alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan

(Hidayat, 2008).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran

observasi untuk mengukur variable kepatuhan ANC, sedangkan untuk

mengukur variable kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi

persalinan menggunakan skala HARS yang dibuat sendiri oleh peneliti.


Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas

dalam penggunaan kuesionernya.

1) Uji validitas

Pengujian yang pertama adalah pengujian validitas kuisioner, uji

validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti dan diuji

menggunakan program SPSS (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan


62

pada 10 responden Bidan Praktek Mandiri Yuni Widaryanti Desa Sumber

Mulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Uji signifikansi

dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Pada uji

reliabilitas dan validitas dalam penelitian ini jumlah sampel (n) = 10

maka r tabel = 0,632 (r tabel pada n = 10 dengan uji dua sisi). Jika r

hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir pertanyaan atau

indikator tersebut dinyatakan valid

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan

dua kali atau lebih. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi

suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengetahui

reliabelitas kuesioner, penelitian ini menggunakan pendekatan reliabilitas

konsistensi internal dengan menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha

berkisar antara 0-1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach alpha > 0,06. Dalam penelitian ini uji

reliabelitas menggunakan program SPSS (Arikunto, 2006). Setelah

dilakukan Reliability Statistics hasil Cronbach alpha 0,914 jadi

dinyatakan reliabel.

3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui

tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating


1. Editing
Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah

isian pada lembar kuesioner atau pada pengumpulan data sudah cukup
63

baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih

lanjut (Nazir, 2010).

2. Coding
Adalah Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria

tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu

yang biasanya berupa angka (Nazir, 2010). Pada saat penelitian,

peneliti memberikan kode berupa angka yaitu :


a. Nama responden menggunakan no urut R1, R2, dst
b. Pendidikan terakhir
Tidak tamat sekolah
SD
1
SMP 2
SLTA
3
Akademi/PT
4
c. Umur 5
< 20 tahun
20 – 35 tahun 1
> 35 tahun
2
d. Pekerjaan 3

Petani 1
Swasta
PNS 2
IRT 3
3. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian
4 terhadap item-item

yang perlu diberikan penilaian atau skor (Saryono, 2010). Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran observasi

untuk mengukur variable kepatuhan ANC. Dalam penelitian ini

peneliti memberikan skor untuk patuh 1 jika melakukan ANC 1x TM

I, 1x TM 2, 2x TM 3, sedangkan tidak patuh 0 jika melakukan ANC

tidak sesuai standar WHO. sedangkan untuk mengukur variable

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan


64

menggunakan skala HARS. Dalam penelitian ini peneliti

memberikan skor untuk kecemasan 0 jika tidak ada gejala sama

sekali, skor 1 ada 1 atau kurang dari separuh gejala ada, skor 2

separuh gejala ada, skor 3 lebih dari separuh gejala ada, skor 4

semua gejala ada (Nursalam, 2013).


Setelah data terkumpul di prosentasikan frekuensinya dengan

cara jumlah frekuensi di bagi jumlah responden dan dikalikan 100%.

Hasilnya berupa presentase rumus (Arikunto, 2010 dalam Karyawati,

2011).

= ͯ 100%
Keterangan :
N : Nilai yang didapat
SP : Skor yang didapat
SM : Skor maksimum
4. Tabulating
Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan

tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).


Menurut Arikunto(2012) adapun hasil pengolahan data tersebut

diinterprestasikan menggunakan skala kumulatif :

Hal ini diinterpretasikan dengan skala :

a. 0% : Tidak ada
b. 1-25% : Sebagian kecil
c. 26-49% : Hampir setengahnya
d. 50% : Setengahnya
e. 51-75% : Sebagian besar
f. 76-99% : Hampir seluruhnya

3.8.2 Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa bivariat. Analisa

bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

kedua variabel independent dan variabel dependent. Untuk mengetahui


65

pengaruh antara variabel, dilakukan uji rank spearman dengan tingkat

signifikan 0,05 menggunakan SPSS 16 for windows untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung yang berskala ordinal (Sugiyono, 2010). Jika  < 0,05 maka Ho

(hipotesa nol) ditolak, artinya ada hubungan kepatuhan ANC dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di Wilayah

Kerja BPM Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab.

Jombang.

Untuk memberikan interpretasi terhadap kuat lemahnya hubungan

antara variabel-variabel yang dituju, digunakan pedoman yang menurut

Arikunto (2010) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tabel Interpretasi Nilai r

Besarnya Nilai x Interpretasi


Antara 0,800-1,000 Sangat Kuat
Antara 0,600-0,799 Kuat
Antara 0,400-0,599 Sedang
Antara 0,200-0,399 Rendah
Antara 0,000-0,199 Sangat Rendah

3.9 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

kepada Institusi Prodi S1 Keperawatan Stikes Pemkab Jombang untuk

mendapatkan persetujuan. Setelah itu baru melakukan penelitian pada

responden dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)


66

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek

penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika

subjek bersedia responden menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan

data. Cukup menulis nomor responden atau inisial saja untuk menjamin

kerahasiaan identitas.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya

ditampilkan pada forum Akademis.

3.10 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan merupakan kelemahan yang dihadapi peniliti selama

proses penilitian (Hidayat, 2014). Adapun kelemahan dalam penelitian ini

adalah:

1. Pengalaman peneliti sangatlah kurang karena belum pernah melakukan

penelitian sebelumnya.
2. Pengetahuan dan ketrampilan sebagai peneliti pemula masih jauh dari

kesempurnaan.
3. Keterbatasan waktu dalam pengisian kuesioner.
4. Pada saat penelitian responden tidak dapat berkumpul di tempat

dikarenakan kesibukan responden.


67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Bidan

Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec.

Jogoroto Kab. Jombang sebanyak 30 responden. Hasil penelitian disajikan

dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Dalam data umum

dimuat karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan

ibu, jumlah anak. Sedangkan data khusus yang dimuat meliputi kepatuhan

ANC, kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan , dan

hubungan kepatuhan ANC dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam

menghadapi persalinan. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

a. Data Geografi

Batas Wilayah

a) Sebelah utara : Desa Kepuh Kembeng, Peterongan

b) Sebelah timur : Desa Mayangan, Jogoroto

c) Sebelah selatan : Desa Ngudirejo, Diwek

d) Sebelah barat : Desa Jelakombo, Jombang

69
70

b. Kondisi Demografi Desa

Jumlah penduduk di Desa Sumber Mulyo adalah 13.022 orang.

Jumlah RT adalah 47 dan jumlah RW adalah 16. Desa Sumber Mulyo

mempunyai 6 dusun yaitu dusun Sumbermulyo, Semanding, Sidowaras,

Bapang, Kebon Melati, Subentoro. Sedangkan Bidan Praktek Mandiri

(BPM) Yuni Widaryanti sendiri terletak di dusun Semanding RT/RW :08/07

Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang. Semua dusun yang ada

di Desa Sumbermulyo, mempunyai karakteristik yang berbeda ada beberapa

ibu hamil disana malas untuk datang ke BPM tetapi ada sebagian dusun

yang ibu hamilnya rajin ke BPM, tetapi rata-rata ibu hamil di sana sudah

mendapat informasi dari tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan secara rutin.

4.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Bidan Praktek
Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec.
Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017

No Umur Jumlah Persentase (%)


1. < 20 tahun 5 16,7
2. 20 - 35 tahun 25 83,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya

responden berusia 20-35 tahun sebanyak 25 orang (83,3%).


71

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo
Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. SD 4 13,3
2. SMP 15 50,0
3. SMA 11 36,7
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa setengahnya responden

responden berpendidikan SMP sebanyak 15 orang (50,0%)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu


Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo
Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. Petani 10 33,3
2. Swasta 7 23,3
3. IRT 13 43,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hampir setengahnya

responden adalah tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 13 orang

(43,3%).

4.1.3 Data Khusus


1. Karakteristik Kepatuhan Antenatale Care (ANC)
Tabel 4.4 Karakteristik Kepatuhan Antenatale Care (ANC) di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo
Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017
No Kepatuhan Jumlah Persentase (%)
1. Tidak Patuh 16 46,7
2. Patuh 14 53,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
72

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hampir setengahnya

kepatuhan ibu hamil trimester III dalam melakukan antenatale care (ANC)

adalah tidak patuh sebanyak 16 orang (46,7%) dan patuh sebanyak 14 orang

(53,3%).
2. Karakteristik Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi
Persalinan
Tabel 4.5 Karakteristik Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam
Menghadapi Persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM)
Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab.
Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017
No Kecemasan Ibu Dalam Jumlah Persentase (%)
Menghadapi Persalinan
1. Tidak cemas 1 3,3
2. Cemas ringan 11 36,7
3 Cemas sedang 15 50,0
4 Cemas berat 3 10,0
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat menunjukkan bahwa setengah responden

memiliki kecemasan sedang dalam menghadapi persalinan sebanyak 15

responden (50,0%)

3. Tabulasi Silang antara umur dengan kepatuhan


Tabel 4.6 Tabulasi silang antara umur dengan kepatuhan di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber
Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10
Juni 2017.
Umur Kepatuhan Jumlah Presentasi
Patuh Tidak patuh
f % F % f %
< 20 1 3,3 4 13,3 5 16,7
20-35 13 52,0 12 40,0 25 83,3
Total 14 46,7 16 53,3 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

(83,3%) responden berusia 20-35 tahun tidak patuh sebanyak 12 orang dan

responden yang patuh sebanyak 13 orang.

4. Tabulasi Silang antara pendidikan dengan kepatuhan


73

Tabel 4.7 Tabulasi silang antara pendidikan dengan kepatuhan di


Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa
Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29
Mei – 10 Juni 2017.
Kepatuhan
Pendidikan Patuh Tidak patuh Jumlah Presentasi
F % F % f %
SD 0 0,0 4 13,3 4 13,3
SMP 5 16,7 10 33,3 15 50,0
SMA 9 30,0 2 6,7 11 36,7
Total 14 46,7 16 53,3 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan table 4.7 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

(50,0%) responden yang berpendidikan SMP tidak patuh sebanyak 10 orang.

5. Tabulasi Silang antara pekerjaan dengan kepatuhan


Tabel 4.8 Tabulasi silang antara pekerjaan dengan kepatuhan di
Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa
Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29
Mei – 10 Juni 2017.
Kepatuhan
Pekerjaan Patuh Tidak patuh Jumlah Presentasi

F % f % f %
Petani 1 3,3 9 30,0 10 33,3
Swasta 6 20,0 1 3,3 7 23,3
IRT 7 23,3 6 20,0 13 43,3
Total 14 46,7 16 53,3 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan table 4.8 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

(33,3%) responden yang bekerja petani tidak patuh sebanyak 9 orang.

6. Tabulasi Silang antara umur dengan kecemasan


Tabel 4.9 Tabulasi silang antara umur dengan kecemasan di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber
Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10
Juni 2017.
Kecemasan
Tidak cemas Ringan Sedang Berat
Umur Jumlah Presentase
< 20 0 0,0 0 0,0 2 6,7 3 10,0 5 16,7
25-35 1 3,3 11 36,7 13 43,3 0 0,0 25 83,3
Total 1 3,3 11 36,7 15 50,0 3 10,0 30 100,0
74

Sumber : Data Primer, 2017


Berdasarkan table 4.9 menunjukkan bahwa bahwa setengahnya

(50,0%) responden mengalami kecemasan sedang sebanyak 15 orang,

ringan 11 orang, dan berat 3 orang.


7. Tabulasi Silang antara pendidikan dengan kecemasan
Tabel 4.10 Tabulasi silang antara pendidikan dengan kecemasan di
Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa
Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29
Mei – 10 Juni 2017.
Kecemasan
Tidak cemas Ringan Sedang Berat
Pendidikan Jumlah Presentase
SD 0 0,0 1 3,3 3 10,0 0 0,0 4 13,3
SMP 0 0,0 3 10,0 9 30,0 3 10,0 15 50,0
SMA 1 3,3 7 23,3 3 10,0 0 0,0 11 36,7
Total 1 3,3 11 36,7 15 50,0 3 10,0 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa setengahnya (50,0%)

responden yang berpendidikan SMP memiliki kecemasan sedang sebanyak

9 orang.

8. Tabulasi Silang antara pekerjaan dengan kecemasan


Tabel 4.11 Tabulasi silang antara pekerjaan dengan kecemasan di
Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa
Sumber Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29
Mei – 10 Juni 2017.
Kecemasan
Tidak cemas Ringan Sedang Berat
Pekerjaan Jumlah Presentase
Petani 0 0,0 2 6,7 7 23,3 1 3,3 10 33,3
Swasta 0 0,0 6 20,0 1 3,3 0 0,0 7 23,3
IRT 1 3,3 3 10,0 7 23,3 2 6,7 13 43,3
Total 1 3,3 11 36,7 15 50,0 3 10,0 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

(33,3%) responden yang bekerja sebagai petani memiliki kecemasan sedang

sebanyak 7 orang.
75

9. Tabulasi silang hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan


kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec.
Jogoroto Kab. Jombang.
Tabel 4.12 Tabulasi silang hubungan kepatuhan ANC Kecemasan Ibu Hamil
Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan di Bidan Praktek
Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec.
Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017

Kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan


Kepatuhan Tidak Ringan Sedang Berat Jumlah Presentase
ANC cemas
F % F % f % f % f %
Patuh 1 7,1 8 57,1 4 28,6 1 7,1 14 46,7
Tidak Patuh 0 0,0 3 18,8 11 68,8 2 12,5 16 53,3
Total 1 3,3 11 36,7 15 50,0 3 10,0 30 100,0
Sumber Data: Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 14 kepatuhan ANC

yang patuh, 8 orang (57,1%) ibu mempunyai kecemasan ringan. Sedangkan

dari 16 kepatuhan ANC yang tidak patuh sebagian besar ibu mengalami

kecemasan sedang sebanyak 11 orang (68,8%).

4.1.4 Analisis Hasil Penelitian


Tabel 4.13 Hasil Uji Spearman Rank kepatuhan ANC dengan kecemasan ibu
hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di Bidan
Praktek Mandir (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo
Kec. Jogoroto Kab. Jombang tanggal 29 Mei – 10 Juni 2017
Correlation Coefficient
1,000 ,433*
Kepatuhan
Sig. (2-tailed) . ,017
N 30 30
Spearman's rho
Correlation Coefficient
, 433* 1,000
Kecemasan
Sig. (2-tailed) ,017 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil uji statistik Spearman rank diperoleh hasil  -

value sebesar 0,017 jauh lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05 atau (0,017<

0,05). Karena (  < α), maka H1 diterima, artinya ada hubungan kepatuhan
76

antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam

menghadapi persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa

Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Hasil uji tersebut

juga diketahui tingkat hubungan antara angka 0.400-0,599 kategori Sedang.

4.2 Pembahasan

Setelah hasil pengumpulan data melalui kuisioner dan observasi buku

KIA diolah kemudian di interpretasikan dan dianalisa sesuai dengan variabel

yang diteliti, maka berikut ini pembahasan mengenai variabel.

4.2.1 Kepatuhan Antenatal care (ANC)

Berdasarkan hasil penelitian peneliti pada tabel 4.4 dapat diketahui

bahwa hampir stengahnya ibu tidak patuh melakukan ANC sebanyak 16

orang (46,7%). Menurut Niven (2013) kepatuhan adalah sejauhmana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan. Begitu juga menurut Slamet, B. (2007) sebelumnya mengatakan

kepatuhan (ketaatan) adalah sebagai tingkat penderita melaksanakan cara

pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan teori (Depkes

RI,2012) faktor yang mempengaruhi kepatuhan antenatal care meliputi

faktor internal meliputi usia, paritas dan pendidikan. Sedangkan faktor

eksternal meliputi: pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis,

informasi, dan dukungan.

Berdasarkan data diatas ketidakpatuhan yang cukup besar itu sangat

mungkin dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan pekerjaan dari responden

tersebut bisa dilihat pada tabel 4.6. Kepatuhan ANC dipengaruhi oleh umur,
77

semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya

daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya. Hasil penelitian ini

menunjukkan kesesuaian dengan teori Purwanto (2010) yang menyatakan

bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Kepatuhan ANC juga

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seperti pada tabel 4.7. Hasil penelitian

ini menunjukkan kesesuaian dengan teori Sunaryo (2012) yang menyatakan

bahwa rendahnya pendidikan akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam

mencerna dan menyerap informasi baru sehingga akan mempengaruhi

terbentuknya sikap seseorang. Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan

ANC adalah pekerjaan seperti pada tabel tabel 4.8 hampir setengahnya

responden bekerja sebagai petani, dimana diketahui responden yang bekerja

sebagai petani banyak aktivitas di lahan jadi tidak ada waktu untuk

memeriksakan kehamilan ke sarana kesehatan dan juga setelah kerja

responden lebih mengutamakan beristirahat dari pada melakukan aktivitas

lain. Hal ini menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu berpengaruh pada

keteraturan ibu untuk melakukan ANC.

4.2.2 Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi persalinan di


Bidan Praktek Mandir (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumber Mulyo Kec.
Jogoroto Kab. Jombang.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti pada tabel 4.5 dapat diketahui

bahwa bahwa setengahnya (50,0%) responden mengalami kecemasan

sedang sebanyak 15 orang.

Kecemasan merupakan suatu perasaan waswas seakan sesuatu yang

buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman. Seorang
78

ibu mungkin merasakan takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan

timbul pada waktu persalinan (Wiyono, & Susanti, 2011). Kecemasan yang

terjadi pada wanita yang akan melahirkan, umumnya disebabkan karena

mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan psikologis

bayiyang banyak menyita waktu, emosi dan energi (Lalita, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti pada tabel 4.9 menunjukkan

bahwa hamper seluruhnya (83,3) responden berusia 20- 35 tahun memiliki

kecemasan sedang sebanyak 13 orang, dan responden berusia < 20 tahun

memiliki kecemasan sedang sebanyak 2 orang. Ibu yang baru akan memiliki

anak tidak mempunyai pengalaman tentang kehamilan, persalinan dan nifas

sehingga ibu akan mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan.

Umur dan pendididkan ibu juga sangat mempengaruhi kecemasan ibu,

seperti pada usia ibu yang produktif yaitu usia 20-35 tahun menyebabkan

ibu mengerti tentang kondisi kesehatan dan pentingnya untuk melakukan

ANC. Ibu mampu berpikir secara rasional tentang pentingnya ANC dan

sangat mudah sekali menyerap dan menyaring informasi seputar

kehamilannya sehingga mengurangi kecemasan. Hasil ini sesuai dengan

teori dari Depkes RI (2012) yang menyatakan bahwa semakin cukup umur,

tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang

belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup

tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa.

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

yang berpendidikan SMP memiliki kecemasan sedang sebanyak 9 orang

(60,0%). Ibu yang berpendidikan rendah tidak tahu apakah ibu masuk
79

kedalam golongan resiko tinggi atau tidak. Hal ini sesuai dengan teori dari

Depkes RI (2012) yang menyatakan bahwa ketidakmengertian ibu dan

keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu

hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

Perasaan cemas yang seringkali menyertai kehamilan akan mencapai

puncaknya pada saat persalinan. Persalinan merupakan suatu pengalaman

yang membutuhkan kerja keras dan perjuangan yang melelahkan bagi ibu

(Dairi, 2011). Bayangan risiko akan kematian ketika melahirkan semakin

mempengaruhi kestabilan emosi ibu. Jika kondisi emosi yang tidak stabil ini

dibawa terus sampai pada proses persalinan, dapat menyebabkan persalinan

tidak lancar. Selain itu, banyak ibu yang merasakan sakit saat bersalin lebih

parah dari seharusnya karena banyak dipengaruhi oleh rasa panik dan stress

(Abidin, 2010).

Menrut peneliti, hal ini dikarenakan ibu yang baru akan mempunyai

anak tidak memiliki pengalaman tentang proses persalinan sehingga

membuat ibu semakin cemas dalam menghadapi persalinan.

4.2.3 Hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu


hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di Desa Sumber
Mulyo Kec. Jogoroto Kab. Jombang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 16 responden yang

tidak patuh melakukan ANC mempunyai kecemasan sedang sebanyak 11

orang (68,8%). Sedangkan dari 14 responden yang patuh melakukan ANC

mempunyai kecemasan ringan sebanyak 8 orang (57,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik Spearman rank diperoleh hasil 0,433

dengan angka signifikan atau nilai probabilitas sebesar 0,017 jauh lebih
80

kecil dari nilai alpha (α) 0,05 atau (  < α). Karena (0,017 < 0,05), maka

hipotesis H1 diterima, artinya ada hubungan kepatuhan antenatal care

(ANC) dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi

persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Sumbermulyo

Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Hasil uji tersebut juga diketahui

tingkat hubungan sebesar 0,433 berarti antara angka 0,400-0,599 maka

dikatakan kategori Sedang.

Menurut Robbins dan Judge (2010) mengemukakan bahwa sikap ibu

melakukan antenatal care dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

(kepribadian, motif, minat, kebutuhan, pengalaman masa lalu dan harapan

seseorang) dan situasi (waktu, keadaan kerja dan keadaan sosial). Selain itu,

anggapan ibu tentang kondisi kehamilan yang baik-baik saja sehingga ibu

tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan yang

dapat berdampak pada meningkatnya angka kematian ibu hamil karena

kurangnya deteksi dini resiko tinggi (Winaryati, 2009). Beberapa faktor

yang mempengaruhi keaktifan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal

care yaitu umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan (Lumongga, 2013).

Tingkat kecemasan pada ibu hamil juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya

informasi yang diperoleh selama kehamilan. Kurangnya pengetahuan akan

perilaku-perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi serta

minimnya informasi yang diperoleh selama masa kehamilan akan

menimbulkan kecemasan tersendiri (Aisyah, 2009).

Menurut peneliti, kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan

dikarenakan jadwal persalinan yang semakin dekat terutama pada persalinan

pertama, wajar timbul perasaan cemas ataupun takut meskipun ingin segera
81

melepaskan beban dari perutnya yang membesar, dilain pihak timbul

kekhawatiran pada kelancaran pada persalinan. Ibu hamil dapat mengalami

kecemasan saat akan menghadapi persalinan merupakan hal yang wajar

karena segala sesuatunya merupakan pengalaman baru bagi ibu. Tetapi

sebagian ibu beranggapan bahwa kondisi kehamilannya yang baik-baik saja

sehingga ibu tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan ke petugas

kesehatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibahas kesimpulan yang menjawab tujuan penelitain dan

saran sesuai dengan kesimpulan.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di bab 4, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepatuhan antenatale care (ANC) di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni

Widaryanti Desa Sumbermulyo Kec. Jogoroto Kab.Jombang setengah

(53,3%) responden adalah tidak patuh sebanyak 16 orang.


2. Kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di Bidan

Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti Desa Sumbermulyo Kec.

Jogoroto Kab.Jombang setengah (50,0%) responden adalah cemas sedang

sebanyak 15 orang.
3. Adanya hubungan dengan tingkat kolerasi sedang antara kepatuhan

antenatal care (ANC) dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam

menghadapi persalinan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Yuni Widaryanti

Desa Sumbermulyo Kec. Jogoroto Kab.Jombang dengan nilai signifikan

0,017 dan kolerasi 0,433 yang dibuktikan dari uji Rank Spearman  < α

yaitu 0,017 < 0,05 maka H1 diterima.

5.2 Saran

1. Bagi Institusi Kesehatan / Teoritis

Peneliti mengharapkan agar institusi untuk lebih banyak menambah dan

memperkaya konsep-konsep teori yang dapat menyongsong perkembangan

82
83

ilmu kesehatan khususnya ilmu kebidanan guna untuk menambah

pengetahuan ibu hamil.

2. Bagi Tenaga Kesehatan/ praktis


Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan keterampilan yang

dimiliki, memberikan informasi selengkap mungkin untuk memotivasi

kunjugan kehamilan sehingga meningkatkan pemahaman yang baik

tentang antenatale care (ANC) pada ibu hamil dan memberikan asuhan

keperawatan sesuai standar dengan memperhatikan kebutuhan ibu hamil.


3. Bagi Responden
Lebih termotivasi lagi dalam melakukan pemeriksaan kehamilan agar ibu

dapat menjaga kondisi kesehatan dan janin yang di kandung serta mampu

mengatasi kecemasan ibu pada saat menghadapi persalinan sehingga dapat

membantu proses kelancaran persalinan.


4. Bagi Tempat Penelitian (BPM)
Diharapkan BPM mampu meningkatkan pelayanan pada saat antenatal

care terpadu pada BPM itu sendiri dalam rangka mendeteksi penyakit

penyerta lainnya pada ibu untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi

serta kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

5. Bagi Peneliti
Diharapkan mahasiswa lebih dapat berkomunikasi dengan baik pada ibu

dan masyarakat dalam memberikan health education mengenai antenatale

care (ANC) dengan empati dan tanggung jawab yang baik.


6. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dari penelitian ini dapat member masukan dan sebagai

referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain

yang mempengaruhi hubungan kepatuhan antenatale care (ANC) dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan.


84

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin. 2012. Skala Pengukuran Psikologis. Jakarta: ALFABETA


Abidin, 2010. Jurnal Penelitian Hubungan Dukungan Suami dengan Kecemasan
Ibu Menjelang Persalinan. www.unsu.ac.id diakses tanggal 10 April 2016

Aryastiani.2014. Perubahan Posikologis pada Masa kehamilan Dan Persalinan.


Jakarta: EGC

Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.


Rineka Medika

Depdiknas. 2012. Prevalensi Angka Kematian Ibu. www.depkes.ri.ac.id diakses


tanggal 20 Maret 2015

Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta


85

Dinkes Jatim. 2015. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Propini


Jatim. www.dinkes-jatim.go.id diakses tanggal 10 Januari 2016

Hidayat, A. Azis Alimul. 2012. Buku Metode Penelitian Kesehatan Paradigma


Kuantitatif. Jakarta: Salemba Medika, pp. 38

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawawatan dan Teknik Penulisan


Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Hartoyo. 2013. Kecemasan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Intan. 2014. Kepatuhan Ibu dalam Melakukan ANC. www.uns.ac.id diakses


tanggal 10 Januari 2016

Januaridi. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ANC. Jurnal Kebidanan Unsu


(the Unsu Joernal of Midwifery), Volume 3, No 2. Sumatera: Universitas
Sumatera Utara (UNSU)

Kemenkes RI. 2015. Survei Cakupan Kunjungan K1 dan K4. www.kemenkes-


ri.co.id diakses tanggal 10 Januari 2016

Marmi. 2013. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nazir. 2010. Metode penelitian .Bogor : Ghalia Pustaka Utama

Niven. 2013. Psikologi Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta, pp. 32

_________.2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Iimu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nasution. 2013. Kriteria Kecemasan dan pengukuranya. www.uns.ac.id. Akses 3


Januari 2016

Nasution. 2013. Kriteria Kecemasan dan pengukuranya. www.uns.ac.id. Akses 3


Januari 2016

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Yogyakarta

Purwanto. 2012. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rendra. 2014. Kecemasan Pada Masa Persalinan. www.unsu.ac.id. akses 3


Januari 2016

Salmah. 2013. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sarwono, Sarlito. 2009. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: YBPSP


86

Solihah. 2009. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. 2010. Statistik Penelitian untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta

Sunaryo. 2012. Psikologi Kesehatan Keperawatan. Jakarta: EGC

Susanti. 2013. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Melakukan ANC. Jurnal
Kebidanan Unsu (the Unsu Joernal of Midwifery), Volume 2, No 3.
Sumatera: Universitas Sumatera Utara (UNSU)

Syaifudin. 2012. Sikap dan Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Winaryati. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Wiyono, & Susanti, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu
bersalin kala I fase Laten. www.unjem.ac.id diakses tanggal 12 April 2016

Zulfiqar. 2012. Pemeriksaan Kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai