Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BOKASHI SERTA EFEKTIFITAS


PENGGUNAANNYA

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Inovasi Produksi Pertanian
oleh:
Kelompok 7:
U’thiya Nurul Mubarokah (151510501166)

Cici Fitryani Andam Sari (151510501216)

Ikhtiyar Rizqi Ritanti (151510501221)

Puci Anita Sari (151510501259)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

Menurut Simanjuntak dkk. (2013), pemakaian pupuk kimia anorganik


secara terus menerus tanpa diimbangi oleh penggunaan pupuk organik dapat
mengakibatkan terjadinya degradasi lahan pertanian, salah satu dampak
negatifnya yaitu penurunan jumlah produksi pertanian. Solusi yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengkombinasikan pemberian bahan organik. Pupuk
organik merupakan pupuk yang terbentuk dari berbagai materi mahluk hidup,
dapat berupa penguraian dari pelapukan sisa tanaman, kotoran hewan, manusia,
sampah dan lain sebagainya. Penggunaan pupuk organik pada umumnya dapat
mempengaruhi kualitas tanaman dan memberikan dampak yang positif, baik
terhadap tanaman, lingkungan, maupun mahluk hidup yang lain. Pupuk organik
menjadi pupuk yang direkomendasikan untuk menunjang kemajuan dan
keberhasilan pertanian, salah satunya yaitu pupuk bokashi.
Djunaedy (2009) mengatakan bahwa bokashi merupakan pupuk organik
yang siap untuk dipakai dan dalam waktu cukup singkat dapat digunakan untuk
menyuburkan tanah serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
karena didalamnya mengandung unsur N, P dan K. Bokashi berasal dari hasil
fermentasi atau perombakan bahan-bahan organik seperti jerami, kotoran ternak,
sampah rumah tangga dan sebagainya. Sedangkan menurut Kusuma (2013),
bokashi adalah kompos yang dihasilkan melalui fermentasi dengan pemberian
Effective Microorganism-4 (EM-4) yang merupakan salah satu aktivator untuk
mempercepat proses pembuatan kompos.
Pemberian bokashi pada tanaman sangat perlu untuk dilakukan pada
tanaman dengan kondisi lingkungan yang telah mengalami degradasi akibat
adanya penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu yang panjang. Hasil
penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bokashi memiliki kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan teknik pengomposan secara sederhana.
Pemberian bokashi yang difermentasikan dengan EM-4 merupakan salah satu cara
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta dapat menekan hama
dan penyakit serta meningkatkan mutu dan jumlah produksi tanaman.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Macam Bahan dasar Bokashi
Bokasi merupakan jenis pupuk organik dari bahan sampah organik dimana
jenis bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan bokashi diantaranya ialah
jerami, pupuk kandang, pupuk kandang arang, kotoran hewan, rumput, pelepah
batang pisang, sekam dan pupuk kandang tanah. Bahan organik yang masih hijau
akan menghasilkan bokashi yang lebih kaya senyawa organik karena bahan
tersebut banyak mengandung asam amino dan asam organik (Indriani, 2010).
Bahan utama bokashi seperti jerami diperoleh dari sisa penen budidaya tanamna
padi. Jerami yang digunakan dapat berupa basah maupun kering. Jerami harus
dicacah sebelum dicampur dengan bahan media instan bokashi lainnya.
Pemotongan jerami yang semakin kecil dapat mempercepat proses pematangan.
Jerami yang digunakan hanya bagian batangnya tidak ada bulir padi atau gabah.
Bahan bokashi berupa pelepah pisang, pelepah yang digunakan ialah
pelepah yang masih muda dan bagian terluar dibuang, batang tua yang diikutkan
dalam pembuatan bokashi dapat menghambat pematangan media. Pelepah dicacah
sampai membentuk potongan kecil dan potongan tidak boleh di jemur, hal ini
akan memperhambat proses pematangan. Bahan bokasi pupuk kandang, bahan
yang terbaik diambil dari kotoran sapi dan kambing. Diutamakan menggunakan
pupuk kandang yang telah matang, kemudian bahan dihancurkan agar
kematangannya sempurna. Bahan lain yang biasa digunakan sebagai media
bokashi ialah bekatul atau hasil penggilingan gabah (Roy dan Harianto, 2010)
2.2 Macam Promotor pembuatan Bokashi
Pembuatan bokashi memerlukan suatu promotor beruapa bakteri maupun
molase yang dapat mempercepat proses pematangan atau fermentasi bakashi.
Molase atau tetes tebu meruapakan promotor fermentasi, molase ini dapat un gula
merah diperoleh dari tetes tebu. Molase banyak mengandung glukosa yang
digunakan sebagai sumber energi bagi bakteri. Fungsi molase ini dapat digantikan
dengan menggunkana gula putih maupun gula merah. Namun, berdasarka ketiga
bahan tersebut (gua putih, gula merah dan molase), molase mnagandung asam
amino yang lebih baik dibandingkan gula putih (Indriani, 2010).
Promotor bokashi beruapa EM4 atau efective mikroorganisme, bentuk dari
EM4 ini ialah cair dan campuran berbagai moikroorganisme yang bermanfaat bagi
kesuburan tanah. Mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 ialah bakteri
fotosintesis, Lactobacilus, Actinomycetes, dan Streptomycetes sp. adanya bakteri
EM4 ini dapat memfermentasi bahan organik daam tanah menjadi gula, alkohol,
asam amino, asam laktat, vitamin dan unsur hara yang menyuburkan tanah,
namun memiliki bau spesifik yang tidak disukai oleh serangga. Manfaat
pemberian EM4 bagi pembuatan bokasi ialah: 1) mempercepat penguaraian bahan
organik, 2) Memperbanyak kandungan bahan organik dalam tanah, 4) Menambah
mikroorganisme seperti Rhizobium, Mychoriza dan bakteri pelarut fosfat dalam
media sehingga mempercepat proses pematangan (Pracaya, 2016).
Keunggulan dari penggunaan EM4 untuk proses pembuatan bokashi ialah,
waktu yang digunakan untuk fermentasi relativ singkat, yaitu setelah proses 4-7
hari. Bokashi hasil pengomposan tidak panas, tidak berbau busuk, tidak
mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan bagi pertumbuhan
dan produksi tanaman. Dosis yang dapat diberikan dalam 1 ton bokasi, yaitu 80%
bahan organik, 10% pupuk kandang, 10% dedak, 1 liter EM4, 1 liter molase (1/2
kg gula pasir atau ½ kg gula merah, serta air secukupnya (Indriani, 2010).
2.3 Cara Pembuatan Bokashi
Tahap pembuatan bokashi dengan berbagai macam media berbeda, namun
pada dasarnya yaitu:
1. Larutan EM4 + gula + air dicampur merata
2. a) Bokashi jerami: jerami yang telah dipotong-potong + dedak+ sekam
dicampur secara merata, b) Bokashi pupuk kandang: pupuk kandang+ sekam+
dedak dicampur merata, c) Bokasi pupuk kandang-arang: pupuk
kandang+dedak+ arang sekam atau arang serbuk gergaji dicampur merata
3. Bahan disiram larutan, a) pencampuran dilakukan perlahan-lahan dan merata
hingga kendungan air ±30-40%, kandungan air diuji dengan menggenggam
bahan. Apabila air ketika digengam tidak menetes maka kadar air telah cukup.
4. Bahan yang telah tercmpur tersebut diletakkan diatas tempat yang kering atau
dapat juga dimasukkan dalam ember maupun karung. Bahan ditutup karung
dengan karung goni dan terpal.
5. Suhu yang dipertahankan antara 40-500C. untuk mengontrol tiap 5 jam sekali
(minimal sehari sekali) suhunya diukur. Apabila suhunya tinggi maka bahan
dibalik, didiamkan sebentar agar suhunya turun, kemudian ditututup kembali,
dan seterusnya.
6. Fermentasi berlangsung selama 4-7 hari, kecuali untuk bokashi ekpres,
fermentasi berlangsung 24 jam (1 hari). Apabila bahannya mengandung
minyak seperti kayu putih, nilam, cengkih, ampas kelapa, atau ampas tahu)
proses fermentasi akan berlangsung lebih lama, sekitar 1429 hari karena
dibutuhkan waktu untuk menetralisir minyak tersebut.
7. Apabila bahan telah menjadi bokashi maka karung goni dibuka. Bokashi yang
telah matang dicirikan dengan warna hitam, gembur, tidak panas dan tidak
berbau. Apabila kondisi bokashi telah seperti itu maka telah dapat digunakan
sebagai pupuk.
2.4 Pengunaan Bokashi berdasarkan Bahan Dasar Bokashi
Bokasi merupakan jenis pupuk organik dari bahan sampah organik dimana
jenis bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan bokashi diantaranya ialah
jerami, pupuk kandang, pupuk kandang arang, kotoran hewan, rumput, pelepah
batang pisang, sekam dan pupuk kandang tanah. Berikut merupakan beberapa
penggunaan bokashi berdasarkan bahan-bahan dasar bokashi.
1. Bokashi yang berbahan dasar jerami
Bokashi dengan bahan dasar jerami dapat disebut juga dengan bokashi
ekspres yang sudah matang hasil fermentasi dapat diaplikasikan di tempat bahan
baku atau jerami itu diambil, dapat diaplikasikan pada lahan penanaman padi.
Bokashi jerami juga baik digunakan untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah
(mulsa) dari bahan organik dan digunakan dilahan sawah karena ketersediaan
bahannya cukup.
2. Bokashi berbahan dasar tandan kosong kelapa sawit
Bokashi dari TKKS dapat digunakan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit.
Cara pengaplikasiannya relatif sama dengan pupuk kandang dan kompos padat
lainnya, yaitu dengan ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah. Dosis yang biasa
digunakan adalah sebanyak 50kg/pohon. Dengan dosis tersebut maka dapat
mengurangi kebutuhan pupuk kimia sampai 50% pada tahun ketiga.
3. Bokashi berbahan dasar blotong
Bokashi dari blotong dapat memperbaiki fisik tanah di areal perkebunan
tebu. Cara pengaplikasiannya dapat dilakukan dengan mencampurkan pupuk ke
tanah di areal pertanaman tebu. Menurut Suwahyono (2014), pemberian pupuk
berbahan dasar blotong pada areal pertanaman tebu sebanyak 100 ton per hektar
terbukti dapat meningkatkan bobot dan rendemen secara signifikan.
4. Bokashi pupuk kandang
Bokashi pupuk kandang baik digunakan untuk media pembibitan dan
media tanaman yang masih kecil.
2.5 Efektifitas Penggunaan Bokashi Bagi Tanaman
Berikut merupakan grafik penggunaan bokashi terhadap pertumbuhan
tanaman cabai.
Berdasarkan hasil penelitian Gustia (2009), dari grafik tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian bokashi dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman cabai, dimana penambahan bokashi dalam dosis 250 gr dapat
mendukung pertumbuhan lebih optimal, dengan tinggi tanaman 71,15 cm dan
bobot buah 2,81-3,50 gr (3,71 gr), dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman
cabai dengan perlakuan tanpa bokashi dengan tinggi tanaman 55,25 cm dan bobot
buah 2,30-2,98 gr (2,70 gr).
2.6 Keuntungan dan Kekurangan Pengunaan Bokashi
Pupuk bokashi memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya.
Berikut merupakan kelebihan dari penggunaan pupuk bokashi:
1. Dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan fisik, kimia dan
biologi tanah
2. Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap
3. Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos.
4. Bokashi dapat langsung mensuplai berbagai unsur untuk tanaman, sedangkan
pupuk yang lain mensuplai hara didalam tanah
Kekurangan penggunaan pupuk bokashi:
1. Kandungan unsur hara belum dapat dihitung
2. Membutuhkan keterampilan dan ketekunan dalam pembuatannya
3. Kandungan unsur hara relatif lebih kecil, sehingga jika diperlukan dalam
jumlah yang banyak, menjadi kurang praktis.

BAB 3. KESIMPULAN
Upaya yang dapat dilakukan dengan adanya degradasi lahan akibat
penggunaan pupuk anorganik tanpa diimbangi dengan pupuk organik yaitu
dengan cara mengimbangi dan mengkombinasikan penggunaan pupuk organik
dan anorganik. Pupuk organik yang dapat digunakan salah satunya adalah
bokashi. Bahan dasar bokhasi terdiri dari bahan yang mudah dijumpai seperti
jerami, pelepah pisang dan kotoran sapi serta kambing, pada saat pembuatan
bokashi terdapat bahan promotor yang meliputi molase dan EM4 yang digunakan
untuk proses mempercepat fermentasi. Cara pembuatan bokashi juga sangat
mudah tidak memerlukan alat yang khusus. Kegunaan pupuk bokhasi ini nantinya
akan meningkatkan pertumbuhan tanaman tanpa menyebabkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan efektif bagi pertumbuhan tanaman dari pada dengan
tanaman yang tidak menggunakan pupuk bokashi.

DAFTAR PUSTAKA
Djunaedy, A. 2009. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Bokashi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Agrovigor,
2(1): 42-46.

Gustia, H. 2009. Pengaruh Pemberian Bokashi terhadap Pertumbuhan dan dan


Produksi Tanaman Cabai var. Inko-99. Akta Agrosia, 12(2): 113-123.

Indriani, Y. H. 2010. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Panebar Swadaya.

Kusuma, M.E. 2013. Pengaruh Pemberian Bokashi terhadap Pertumbuhan


Vegetatif dan Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Ilmu
Hewani Tropika, 2(2): 40-45.

Pracaya. 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik. Jakarta: Panebar Swadaya.

Roy, R dan B. Harianto. 2010. Kiat-Kiat Sukses Berternak Belut. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Simanjuntak, A., R. R. Lahay dan E. Purba. 2013. Respon Pertumbuhan dan


Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Agroekoteknologi,
1(3): 362-373.

Suwahyono, U. dan Tim Penulis PS. 2014. Cara Cepat Buat Kompos dari
Limbah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai