Anda di halaman 1dari 14

Tugas Bedah Khusus Veteriner

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

LUKSASI COXOFEMORAL

Nama Anggota

Ihsanul Firdaus 1509005032

Yessie Yulianda 1509005035

Fuady Muslih 159005036

I Gusti Ngurah Dwipayana Putera 1509005037

LABORATORIUM BEDAH VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018

i
RINGKASAN
Luksasi coxofemoral adalah suatu keadaan yang paling umum terjadi pada ajing, terhitung
90% dari semua luksasi. Biasanya ini adalah hasil dari trauma atau displasia panggul yang
parah dengan 78% yang berupa craniodorsal luksasi. Stabilisator utama dari sendi panggul
adalah kapsul sendi dan ligamen kepala femur juga dikenal sebagai ligamentum bulat untuk
ligamen teres. Stabilisator sekunder adalah otot periartikular, seperti gluteal dan tekanan
hidrostatik. Pada anjing yang belum dewasa, fraktur physeal modal dapat terjadi akibat trauma
pinggul dan anjing kurang dari 11 bulan bias sampai dua kali kemungkin mengalami fraktur
karena mereka akan melemaskan pinggul mereka.

SUMMARY
Coxofemoral luxation is the most commonly luxated joint in dogs, accounting for 90% of all
luxations. It is usually the result of trauma or severe hip dysplasia with 78% being
craniodorsally luxated. The primary stabilizers of the hip joint are the joint capsule and the
ligament of the head of the femur also known as the round ligament tor the teres ligament. The
secondary stabilizers are the periarticular muscles, such as the gluteals and the hydrostatic
pressure. In immature dogs, capital physeal fracture may result from hip trauma and dogs less
than 11 months are twice as likely to fracture as they are to luxate their hips.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper kelompok Ilmu Bedah Khusus
Veteriner sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Tugas paper ini berjudul “Teknik Operasi
Thoracostomy”.

Paper ini dibuat demi menyelesaikan syarat tugas kelompok dari mata kuliah Ilmu
Bedah Khusus Veteriner. Dengan paper ini diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami
tentang teknik operasi ekstaksi dan scaling gigi serta perlakuan sebelum dan sesudah operasi
dilakukan.

Segala kritik dan saran sangat diharapkan oleh kami demi perbaikan paper menjadi
lebih baik dan benar. Demikian tugas ini kami susun. Kami berharap semoga paper ini
bermanfaat, dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, 28 Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Sampul ...................................................................................................................................i
Ringkasan ...............................................................................................................................ii
Kata Pengantar .......................................................................................................................iii
Daftar isi.................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................4
3.1 Pre Oprasi...................................................................................................................4
3.2 Teknik Oprasi.............................................................................................................5
3.3 Pasca Oprasi ...............................................................................................................8
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................9
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................9
4.2 Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persendian coxofemoral merupakan persendian yang berbentuk bungkul dan
mangkuk yang terbentuk dari caput femur dengan acetabulum. Hewan normal
mempunyai kapsula persendian yang berikatan dengan acetabulum pada tepinya, ketika
bergerak maka kapsula persendian membantu mempertahankan kesesuaian (kongruen).
Luksasi coxofemoral merupakan kejadian yang umum terjadi pada hewan kecil. Kondisi
ini biasanya disebabkan oleh trauma. Trauma tersebut dapat menyebabkan kerobekan
pada kapsula persendian dan juga pada ligamen yang terdapat di caput femur.
Sebagian besar dari luxatio coxofemoral terdapat dalam bentuk displasia
craniodorsal dari caput femur dan sisanya merupakan displasia caudoventral. Kejadian
luxatio coxofemoral biasanya disebabkan oleh trauma. Diagnosa dari luxatio
coxofemoral didasarkan pada gejala klinis yang menunjukkan bahwa hewan biasanya
tidak menumpukan kaki yang terkena. Apabila luxatio tejadi dalam bentuk craniodorsal,
maka kaki yang terkena akan digerakkan secara adduksi atau rotasi. Selain itu diagnosa
dapat diambil dari ukuran panjang kaki belakang yang tidak simetris ketika dilakukan
pemeriksaan kesimetrisan kaki belakang.
Dalam melakukan penanganan pada kasus luksasi coxofemoralis dapat dilakukan
dengan operasi maupun tanpa operasi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
mengenai teknik penanganan luksasi coxofemoralis dengan operasi dan tanpa operasi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa teknik operasi luksasio coxofemoral ?


2. Bagaimana cara dan tekhnik operasi luksasio coxofemoral ?
3. Apa saja prosedur pasca operasi untuk mempercepat kesembuhan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
1. Untuk melengkapi tugas yag diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Bedah Khusus Veteriner
2. Untuk memperoleh gambaran - gambaran tentang operasi luksasio coxofemoral
3. Mengetahui prinsip dasar operasi luksasio coxofemoral sebelum melakukan
tindakan operasi

1
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui metode / cara melakukan operasi luksasio coxofemoral
2. Mengetahui persiapan dan langkah – langkah operasi luksasio coxofemoral

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui sistematika penulisan karya tulis yang benar
2. Memberikan wawasan mengenai operasi luksasio coxofemoral
3. Memperdalam ilmu mengenai anestesi dan bedah
4. Mengetahui prinsip dasar dan metode operasi sebelum dan sesudah melakukan
perasi luksasio coxofemoral dan tekhnik operasinya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Boden (2005), dislokasio atau luxatio merupakan kesalahan letak suatu tulang
dari posisi normalnya, sehingga menghasilkan deformitas dan dapat menyebabkan gejala nyeri
pada daerah yang terkena. Selain itu, luksatio juga dapat menyebabkan pembengkakan jaringan
lunak di sekitar persendian dan kerobekan ligamen yang mengikat tulang tersebut. Gejala klinis
dari kejadian luxatio diantaranya adalah anggota gerak yang terkena menjadi tidak bisa
digunakan. Menurut Harari (2004), luxatio yang sering terjadi pada anjing adalah luxatio pada
persendian coxofemoral. Menurt Birchard dan Sherding (2006), persendian coxofemoral
merupakan persendian yang berbentuk bungkul dan mangkuk yang terbentuk dari caput femur
dengan acetabulum. Hewan normal mempunyai kapsula persendian yang berikatan dengan
acetabulum pada tepinya, ketika bergerak maka kapsula persendian membantu mempertahankan
kesesuaian (kongruen). Menurut Anderson et al. (2001), luxatio coxofemoral merupakan
kejadian yang umum terjadi pada hewan kecil. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma.
Trauma tersebut dapat menyebabkan kerobekan pada kapsula persendian dan juga pada ligamen
yang terdapat di caput femur. Selain itu menurut Harari (2004), luxatio coxofemoral juga dapat
disebabkan oleh hip dysplasia. Kondisi luxatio juga dapat berkembang secara spontan oleh tidak
stabilnya persendian coxofemoral selama berlari dan bermain

Persendian coxofemoral merupakan persendian bebas yang terdapat di proksimal alat


gerak belakang. Sebagian besar dari luxatio coxofemoral terdapat dalam bentuk displasia
craniodorsal dari caput femur dan sisanya merupakan displasia caudoventral. Kejadian luxatio
coxofemoral biasanya disebabkan oleh trauma. Diagnosa dari luxatio coxofemoral didasarkan
pada gejala klinis yang menunjukkan bahwa hewan biasanya tidak menumpukan kaki yang
terkena. Apabila luxatio tejadi dalam bentuk craniodorsal, maka kaki yang terkena akan
digerakkan secara adduksi atau rotasi. Selain itu diagnosa dapat diambil dari ukuran panjang kaki
belakang yang tidak simetris ketika dilakukan pemeriksaan kesimetrisan kaki belakang. Menurut
Denny dan Butterworth (2006), luxatio coxofemoral merupakan kejadian yang umum terjadi
pada hewan kecil. Semua breed hewan kecil dapat terkena, tetapi kejadian terbanyak terjadi pada
hewan yang berumur di atas satu tahun.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pre Oprasi

Dalam melakukan suatu operasi agar berjalan sukses tanpa adanya hal-hal yang
menganggu jalannya operassi dan menghambat kessembuhan operasi, diprlukan
persiapan yang matang. Persiapan yang perlu dilakukan yaitu :

a) Persiapan Alat dan Instrumen Bedah


Alat-alat atau instrumen bedah yang diperlukan dalam operasi harus dilakukan
terilisasi. Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan
menggunakan uap autoklav)., dengan menggunakan bahan kimia ( ethylene
oxide), plasma (hydrogrn peroksida), dan radiasi ion.
b) Persiapan Bahan Dan Obat
Bahan- bahan yang harus dipersiapkan dalam melakukan suatu operasi yaitu :
kapas, kain kasa, tampon, plester, desinfektan, antiseptik dan sarung tangan (
glove).
Obat-obatan yang diperlukan dalam melakukan pembedahan antara lain:
 Premedikasi
Premedikasi dilakukan 1- 2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, durasi, dan pemulihan anestesi. Dengan pemberian
premedikasi maka dapat mengurangi jumlah zat aktif anestetikum, mengurangi
efek buruk dari farmakologis maupunekonomis dan mencapai stadium anestesi
yang lebih stabil.
 Anestesi
Tujuan penggunaan anestesi yaitu agar hewan tidak merasakan sakit dan tidak
sanggup bergerak.pemilihan dan teknik dari anestesi merupakan hal terpenting
sebagai tahap awal untuk ketepatan prosedur pembedahan. Kecerobohan dalam
pemilihan anestesi dapat membunuh pasien dan dapat menyulitkn dalam prosedur
pembedahan dan proses penyembuhan. Dalam melakukan operasi ini dilakukan

4
anestesi umum yang biasanya diberikan secara injeksi IM atau IV untuk anestesi
umum dan secara inhalasi.
 Antibiotik
 Hemostatika
 Anti radang
 Analgetika
 Cairan Infus ( Laktat Ringer / LR)
 Dekstrose.
c) Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi harus dibersihkan sebelum operasi dilaksanakan. Lantai dan meja
operasiharus dibersihkan dengan desinfektan yang umumnya ada dipasaran.
Didalam ruang operasi juga disiapkan alas kaki yang khusus untuk dipergunakan
hanya dalam ruang operasi. Ruang operasi harus mendapatkan penerangan yang
cukup agar daerah operasi dapat dilihat dengan jelas, untuk itu diperlukan adanya
lampu operasi.
d) Persiapan Hewan melakukan operasi.
Sebelum melakukan operasi, hewan harus dipersiapkan dengann baik untuk
menghindari adanya kesalahan saat melakukan operasi. A. Untuk itu perlu
dilakukan anamesa yang cermat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan seluruh
sistema ( jantung, paru-paru, hati dan ginjal).
e) Persiapan Operator
Sebelum memasuki ruang operasi, seorang operator harus melakukan pembersihan
diri,. Operator harus dalam kondisi yang sehat, mencuci tangan dengan sabun dan
antiseptik, memakai baju operasi, sarung tangan, topi dan masker. Selain itu,
operator harus memiliki kesiapan fisik dan mental yang memadai serta memiliki
keterampilan agar pasien sembuh dengan cepat.
3.2 Teknik Oprasi
a) Standar pendekatan yang digunakan untuk memperbaiki dengan pembedahan dari
dislokasio adalah pendekatan cranial lateral pinggul dan pendekatan
rochantericosteotomy. Kadang-kadang pendekatan caudal dari persendian coxofemoral
digunakan.

5
b) Langkah pertama,Insisi kulit longitudinal dibuat pada batas craniolateralfemur dan
dilanjutkan kearah proksimal melewati trochantermajor

.
c) Kemudian sedikit M. Tensorfascia lata diinsisikearahcranial, kadang-kadang tendon
insertia M. gluteusprofundus disayat utuk memudahkan V. circumflexafemoralis
terlihat.

d) M. gluteusprofundusdipreparir, kemudian dikuakkan kearah dorsal dan caudal.


Selanjutnya M. vastuslatelaris dikuakkan kearah distal sehingga jointcapsule terlihat

6
e) Jointcapsulediinsisi berbentuk T, dengan menggunakan scapel no. 15. Insisi T dibuat
pada ujung distal.
f) Menghilangkan bekas-bekas disekitar ligamen dan sendi.
g) Pengeboran dua lubang paralel 1,6 mm dengan kawat Kirschner melalui trochantermajor
(agak proksimal) pada bagian caudal ke arah cranial.
h) Pengeboran lain pada bagian ventral sampai ke illium, cranialacetabulum,
proximolateral ke arah distomedial.
i) Melakukan jahitan dengan benang sling berbentuk angka 8 melalui lubang ilium dan
melalui dua lubang pada trochantermajor, tanpa memutuskan nervusischial. Tergantung
dari ukuran hewan, beberapa jahitan dengan benang sling dapat dilakukan pada lubang
yang sama.

7
j) Jahit jointcapsule dengan pola jahitan cruciate.
k) Mengikat ujung benang sling dengan simpul glinding.sementara kaki sedikit di abduksi
dan di rotasi internal
l) Perbaikan tenotomy dari otot gluteal pentup fasia,jaringansubkutan dan kulit
menggunakan pola jahitan interruptedpattern
3.3 Pasca Oprasi
1. Bekas luka sayatan / insisi harus diperhatikan kebersihannya
2. Membatasi ruang gerak hewan dengan cara dikandangkan
3. Periksa balutan dan lihat kaki setiap hari untuk bau busuk, bengkak, dan tekan
perkembangan luka.
4. Dilakukan pemberian antibiotik untuk mencegah timbulnya infeksi.
5. Pemberian nutrisi yang baik untuk membantu proses pemulihan.
6. Balutan dan jahitan luka dibuka setelah 7 hari tergantung dari presentasi kesembuhan
yang terjadi.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
LuxatioCoxofemoralis merupakan suatu kondisi abnormal dimana aputfemoralis
keluar dari acetabulum.Luxatio menyebabkan kesakitan pada daerah persendian
coxofemoralis, kepincangan bahkan sampai kelumpuhan kaki belakang, tergantung dari
derajat keparahanluxatio yang terjadi.KejadianLuxatiocoxofemoralis secara umum
disebabkan oleh adanya trauma eksternal.Selain itu, kejadian luxatio juga sering terjadi
pada anjing-anjing ras besar. Anjing Germansheperd, Golden retrivier dan kucing Siam
merupakan ras-ras yang rentan terhadap keadaan ini.
Penanganan yang dilakukan dalam luksasiocoxofemoralis perlu disegerakan, hal
ini dikarenakan akan terjadi trauma yang lebih parah. Untuk itu perlu dilakukan penagan
dan perawtan yang intesif bagi hewan yang mengalami luksasi pada daerah ini.Dalam
pananganannya ini berlaku sistem penangan 4R yakni recognisi, reposisi, retensi dan
rehabilitasi.
4.2 Saran
Semoga paper ini dapat menjadi bahan bacaan dan juga sebagai refrensi dalam
matakuliah ilmu bedah kusus veteriner terutama untuk mahasiswa kedokteran hewan
Universitas Udayana.

9
DAFTAR PUSTAKA
Daniel,2012. A carereportof a felinesacroiliacandcoxofemoralluxationfollowing a
roadtrafficaccident. Comfortan, EurovetAnimalHealth Ltd Cambridge, UK

Denny, H. R.; Butterworth, S. J. Cirurgia ortopédica em cães e gatos. 4. ed. São Paulo:
ROCA, 2006. 504 p

R. Hõim,et all,2003. Use Of The ModifiedToggle Pin Technique For


ManagementOfCoxofemoralLuxation In Dogs: A ReviewOfLiteratureAnd A
ReportOf Two Cases

Stephen J. Birchard, Robert G. Sherding (2006) . Saunders Manual of Small Animal Practice

Taguchi. Kiyoshi, etall, 2011. UltrasonographicAppearanceofBovineCoxofemoralLuxation in


DifferentDirections. VeterinaryScience& Technology S3:003. doi:10.4172/2157-
7579.S3-003.US

Anda mungkin juga menyukai