PENDAHULUAN
Meningitis adalah suatu penyakit infeksi pada selaput pembungkus otak dan
medula spinalis (meninges). Meninges terdiri dari tiga lapis, yaitu dura mater
yang paling kuat terletak paling luar, arakhnoid, dan piamater yang melekat pada
otak dan medula spinalis (Baehr and Frotscher, 2005).
uramater merupakan lapisan paling kuat dan terdiri dari dua lapisan
!aringan fibrosa. "apisan luar dura mater kranialis adalah periosteum di dalam
tengkorak. "apisan dalam adalah lapisan meningeal yang sesungguhnya. #edua
lapisan ini terpisah satu sama lain di sinus dural. iantara sinus sagitalis superior
dan sinus sagitalis inferior, lipatan ganda lapisan dural membentuk falks cerebri
yang memisahkan kedua hemisfer cerebri. Falks cerebri bersambung dengan
tentorium cerebri, yang memisahkan cerebrum dan cerebellum ( Baehr and
Frotscher, 2005).
$rakhnoid merupakan membran a%askuler yang tipis dan rapuh yang
berhubungan erat dengan dengan permukaan dalam dura mater. iantara
arakhnoid dan piamater terdapat ruang (ruang subarakhnoid) yang berisi cairan
1
ambar 2. Menings yang melapisi otak dan medula spinalis (+aines, 200*)
2. EPIDEMIOLOGI
Meningitis adalah penyakit peradangan pada selaput otak yang dapat
menyerang anakanak dan orang deasa. Meningitis dapat disebabkan oleh
infeksi dan non infeksi. &enyebab tersering adalah Neisseiria meningiditis,
Streptococcus pneumoniae, dan Haemophylus influenza. #etiga bakteri ini adalah
bakteri patogen yang masuk melalui saluran pernapasan sehingga penyebarannya
melalui udara yang terhirup (#umar and et al, 20*0).
iperkirakan setiap tahun ter!adi sekitar *,2 !uta kasus meningitis bakterial
diseluruh dunia. 'ekitar -0 pasien meninggal tanpa pengobatan dan satu dari
lima orang yang bertahan hidup mengalami kecacatan permanen ( Bekairy and et
al, 20*/).
2
Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi
ter hadap pato gen spes ifik ya ng lem ah terkait dengan umu r muda. esiko
terbesar pada bayi (* 1 *2 bulan) 35 ter!adi antara * bulan dan 5 tahun, tetapi
meningitis dapat ter!adi pada setiap umur. esiko tambahan adalah kolonisasi
baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan indi%idu yang
menderita penyakit in%asif, perumahan padat penduduk, kemiskinan, ras kulit
hitam, !enis kelamin lakilak i da n pa da ba yi ya ng ti da k di be ri ka n $' 4
p a d a u m u r 2 1 5 b u l a n . a r a p e n y e b a r a n mungkin dari kontak orang ke
orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan (Bekairy and et al, 20*/).
Banyak faktor risiko yang mempengaruhi ter!adinya meningitis baik secara
langsung maupun tidak langsung. 6enis organisme, faktor %irulensi, dan !umlah
bakteri yang masuk mempengaruhi berat tidaknya meningitis. urasi dan
progresifitas penyakit sebelum pengobatan !uga mempengaruhi komplikasi
neurologis. &asienpasien dengan obatobatan imunosupresan, penyakit hati yang
kronik, alkoholik, diabetes, dan pasien dengan penyakit imunodefisiensi
kongenital, keganasan dan +47 mempunyai risiko tinggi untuk terkena meningitis
dan ter!adinya skuele dibandingkan orang lain (Bekairy and et al, 20*/).
3. DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi atau peradangan pada menings yang
membungkus otak dan medula spinalis. 4nflamasi ini bisa mengenai leptomenings
dan cairan serebrospin al yang mengisi ruang subarakhnoid. Meningitis biasanya
disebabkan oleh infeksi, tapi bisa !uga karena respon terhadap iritan non bakteri.
Meningitis infeksi diklasifikasikan sebagai meningitis piogenik akut yang
disebabkan oleh bakteri, meningitis aseptik yang disebabkan oleh %irus, dan
meningitis kronik yang biasanya disebabkan oleh penyakit tuberkulosis paru,
Spirochetal, at au Cryptococcus. 8ingkat keparahan menigitis dipengaruhi oleh
faktor %irulensi patogen, faktor host, adanya edema otak, dan adanya skuele
sistem saraf yang permanen (Bekairy and et al, 20*/).
4. ETIOLOGI
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, %irus, !amur, dan parasit.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri disebut meningitis bakterial. Meningitis
bakterial akut selalu bersifat purulenta. Bakteri yang sering menyebabkan
3
meningitis adalah Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), Haemophilus
influenza, at au Neisseria meningitidis (meningococcus), kecuali pada neonatus
yang sering adalah Streptococcus grup B (#umar and et al, 20*0).
7irus%irus yang biasanya menyebabkan infeksi di susunan saraf pusat
tergolong pada keluarga entero%irus, yang anggotanya antara lain %irus
4
ambar <. &atogenesis meningitis (#im, 200<)
Bakteri atau %irus penyebab meningitis masuk melalui saluran pernapasan
atau saluran pencernaan. #emudian bakteri atau %irus ini membentuk kolonisasi
pada mukosa saluran pernapasan dan saluran pencernaan. #emudian patogen ini
mengin%asi pembuluh darah menyebabkan bakteremia atau %iremia. i dalam
pembuluh darah, bakteri atau %irus ini berkembang dan menyebar hingga sampai
ke pembuluh darah otak. Bakteremia atau %iremia ini kemudian menembus #lood
#rain #arrier dan mengin%asi menings dan otak. Bakteri dan %irus ini berkembang
di dalam cairan serebrospinal dan menghasilkan endotoksin. 8oksin ini yang
menginisiasi pelepasan mediator inflamasi dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas #lood #rain #arrier. &eningkatan permeabilitas #lood #rain #arrier
ini menyebabkan kuman patogen, neutrofil, dan albumin bisa menembus dinding
kapiler dan masuk ke cairan serebrospinal. $danya kuman patogen dalam ruang
subarakhnoid menyebabkan inflamasi yang ditandai dengan cairan serebrospinal
yang keruh dan purulen. #eadaan ini bisa berkembang men!adi tromboflebitis
dari #ridging $eins dan sinus dural, diikuti dengan kongesti dan infark !aringan
sekitarnya. $khirnya menings menebal dan ter!adi perlengketan. &erlengketan ini
5
mengenai ner%us cranialis dan menyebabkan kelumpuhan ner%us cranialis atau
menyebabkan gangguan peredaran cairan serebrospinal. angguan peredaran
cairan serebrospinal ini akan menyebabkan ter!adinya hidrosefalus ( #im, 200< ,
Book).
6. GEJALA KLINIS
6
&ada pasien meningitis penting untuk ditanyakan mengenai riayat
menderita batuk lama, penurunan berat badan dan nafsu makan, riayat
penggunaan obatobatan, riayat berhubungan bebas (lebih dari satu pasangan),
dan riayat kontak dengan penderita +47. +al ini penting untuk mengetahui
penyebab meningitis. iayat bepergian ke daerah endemik !uga perlu ditanyakan
untuk memastikan diagnosa meningitis.
B. &:M:4#'$$> F4'4#
&emeriksaan fisik yang harus dilakukan pada pasien meningitis adalah
pemeriksaan neurologis secara umum. &ertama kita menilai kesadaran dengan
penilaian kesadaran kualitatif menggunakan 'lasgo Coma Scale, biasanya akan
didapatkan ' kurang dari *5. &emeriksaan tanda rangsang meningeal, yaitu
kaku kuduk, tanda lasegue, tanda kernig, dan brud?inski 447. pada pasien
meningitis akan didapatkan kaku kuduk dan tanda kernig yang positif. pada
pemeriksaan ner%us kranialis akan didapatkan parese ner%us 444, 47, dan 74, yang
mempersarafi otototot penggerak bola mata. &ada pemeriksaan motorik bisa
didapatkan hemiparese, tonus yang menurun atau meningkat, refleks fisiologis
normal, dan akan didapatkan refleks patologis yang positif ("umbantobing, 20*2).
&ada pemeriksaan fisik secara umum akan didapatkan demam dan rash pada
kulit teruta ma infek si Neisseiria . &ada bayi akan didapatkan ubunubun yang
menon!ol, anak tampak mengantuk, apnea, ke!ang, dan rash pada kulit. &ada anak
anak didapatkan tanda rangsang meningeal yang positif (Book).
. &:M:4#'$$> &:>@>6$>
&emeriksaan penun!ang yang penting untuk menegakkan diagnosa
meningitis adalah pemeriksaan cairan serebrospinal. &emeriksaan cairan
serebrospinal dapat membedakan penyebab meningitis. &emeriksaan lain yang
menun!ang adalah 8 scan, M4 dan foto thora9 terutama pada pasien yang
dicurigai meningitis tuberkulosis.
7
"' lumbar 6ernih, tidak +ingga/ "aktat D 2,* lukosa 50
normal berarna selAl, mmolAl, ratio G0 kadar
terutama albuminE glukosa darah
limfosit deasa /0
(C5) tahun DC D/0
tahun D-, anak
D*5 tahun D5.
Meningitis #eruh HHH Beberapa "aktat <,5 $danya bakteri
purulenta ribuAl, mmolAl rasio
(bakterial) terutama albumin 20 9
netrofil *0<
Meningitis 6ernih H +ingga asio albumin
%irus beberapa hingga 20 9 *0
<
ratus sel laktat <,5
mononuklear, mmolAl
termasuk
limfosit B
yang
terakti%asi
Meningitis Berarna HHH +ingga *500A asio albumin 4g dan 4g$
tuberkulosis kuning l, gambaran 20 9 *0< meningkat
selular glukosa D50 terdapat
campuran, glukosa serum mikobakterium
terutama sel pada kultur
mononuklear dan &
Meningitis 6ernih +ingga asio albumin 4munoglobulin
fungal beberapa D50 9 *0< meningkat,
ratus sel terdapat
mononuklearA antibodi
l
8
&emeriksaan penun!ang lain seperti 8 'can dan M4 hanya dilakukan !ika
diagnosa meningitis tidak dapat ditegak kan atau meraguk an dan untuk melihat
adanya komplikasi atau keadaan patologik lain.
ambar 5. Meningitis 8B. 8ampak multiple lesi (tuberkuloma) pada lobus otak
(Burrill and et al, 200-).
9
ambar G. Meningitis bakteri akut. M4 potongan a9ial 82I menun!ukkan
adanya %entrikulomegali (Burrill and et al, 200-).
&emeriksaan penun!ang lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
cairan serebrospinal dengan menggunakan tinta india. &emeriksaan ini
dikhususkan pada Cryptococcus meningitis. 8es ini dinyatakan positif bila
didapatka *0<*0/ F@Aml sampel cairan serebrospinal ( :frida and :kaati,
20*2).
8. DIAGNOSIS BANDING
$. :ncephalitis
:nsefalitis adalah peradangan pada parenkim otak. e!ala ensefalitis adalah
demam dan nyeri kepala yang kadang disertai dengan gangguan kesadaran, pusing
atau perilaku abnormal, ke!ang dan atau defisit neurologi fokal. =ang
membedakan dengan meningitis, pada pemeriksaan fisik pasien ensefalitis tidak
didapatkan tanda rangsang meningeal. ari cairan serebrospinal yang arnanya
!ernih, kadangkadang kemerahan, sel normal atau sedikit meningkat, protein
sedikit meningkat, dan glukosa normal. &ada M4 kepala didapatkan kelainan
pada daerah temporal (Book).
B. &erdarahan subarachnoid
&erdarahan subarachnoid adalah ekstra%asasi darah ke dalam ruang
subarachnoid, biasanya disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau malformasi
aneurisma. e!ala yang timbul biasa berupa nyeri kepala hebat, nyeri daerah
orbital, diplopia sampai gangguan peng lihatan. 8anda yang didapatkan pada
pemeriksaan fisik adalah tanda rangsang meningeal berupa kaku kuduk yang
10
positif. &ada pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan sel darah merah dan
9antocromia (Baehr and Frotscher, 2005).
9. KOMPLIKASI
#omplikasi yang akibat meningitis yang sering timbul adalah kehilangan
pendengaran, ke!ang, hidrosefalus, edema otak dan peningkatan tekanan
menetap lebih dari empat hari. #e!ang ini dihubungkan dengan adanya skuele
neurologis akibat meningitis. #e!ang fokal memberikan prognosis yang buruk
('iddiJui, 20*2, Bueno and et al, 2005).
. +idrosefalus
+idrosefalus merupakan komplikasi dari meningitis akut. #ondisi ini
biasanya dihubungkan dengan meningitis bakteri dan meningitis tuberkulosis
yang tidak terobati atau tidak tuntas pengobatannya. +idrosefalus sering ter!adi
pada anakanak atau bayi terutama pada infeksi Streptococcus grup B.
+idrosefalus berta yang menekan parenkim otak harus ditangani dengan tindakan
operasi ('iddiJui, 20*2).
. :dema otak dan peningkatan tekanan intrakranial
$liran darah otak secara normal dipertahankan pada konstanta relatif
melalui mekanisme autoregulasi. $uto regulasi ini berdasarkan pada kebutuhan
metabolik dan perubahan resistensi %askular serebral. emam dan ke!ang akan
meningkatkan akti%itas metabolisme otak sehingga meningkatkan aliran darah
otak. &a; 2 dan &a; 2 arter !uga mempengaruhi aliran darah otak. &a; 2 D50
mm+g memiliki efek signifikan terhadap aliran darah otak dan menyebabkan
11
%asodilatasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan suplai nutrisi ke otak. &a; 2
yang tinggi !uga menyebabkan %asodilatasi dan meningkatkan aliran darah otak.
7asodilatasi dan peningkatan aliran darah ke otak ini yang menyebabkan edema
otak dan peningkatan tekanan intrakranial ('iddiJui, 20*2).
&eningkatan tekanan intrakranial pada pasien meningitis bakteri dipengaruhi
oleh banyak faktor. 'alah satunya adalah pelepasan mediator sitotoksik dan edem
interstitial dengan peningkatan permeabilitas dari #lood #rain #arrier. isisi lain
inflamasi ini sendiri menyebabkan peningkatan permeabilitas dari blood brain
barrier melalui mekanisme %asogenik dan pembentukan edema ('iddiJui, 20*2).
:. :fusi subdural
:fusi subdural adalah terkumpulnya cairan di dalam ruang subdural. 4ni
biasa ter!adi pada 50 penderita meningitis deasa dan <0 pada meningitis
anak. Biasanya asimtomatis dan dapat hilang sendiri. :mfiema subdural biasanya
unilateral tetapi berpotensi untuk menyebar dengan cepat meleati fal9 serebri
masuk ke dalam tentorium dan dapat menye bar ke dasar otak kemudian ke
kolumna spinalis. :fusi subdural biasanya ter!adi pada meningitis yang
12
bila kemungkinan meningitis 8B belum dapat disingkirkan (4ndonesia,
20*2).
B. Farmakologis
&emberian obatobatan dan lama pengobatan meningitis tergantung pada
penyebabnya. Meningitis yang disebabkan oleh S) %neumonia, H) +nfluenza , dan
8abel <. osis dan inter%al pemberian antibiotik pada meningitis bakteri
(4ndonesia, 20*2)
13
>afsilini, oksasilin 200 mg G
diobati dengan acyclo%ir C00 mg 5 kali per hari, famciclo%ir 500 mg < kali sehari,
atau %alacyclo%ir *000 mg < kali sehari selama -*/ hari ( oos and Brosch,
20*0).
8abel /. 8erapi meningitis %irus
14
s itracona?ol oral 200 mg, 29 sehari selama G bulan * tahun.
4mmitis Flukona?ole *000 mgA hari single dose, atau kombinasi
amphoterisin B 47 dan 4ntratekal (0,250,-5 mgAkgBBAhari <
kali satu minggu). iikuti dengan flukona?ol loer dose (200
/00 mgA hari).
11. PROGNOSIS
15
DAFTAR PUSTAKA
B$:+, M. K F;8'+:, M. 2005. o%erings of the Brain and 'pinal ord
erebrospinal Fluid and 7entricular 'ystem. .uus/ !opical .iagnosis in
Neurology) ermanyE 8hieme.
B:#$4=, $. K :8 $" 20*/. Bacterial MeningitisE $n @pdate re%ie. African
0ournal of %harmacy and %harmacology, C, /G3/-C.
B;;#, . isorder of Brain Function. %orth1 Essentials of %athophysiology)
B@:>;, '. . K :8 $" 200 5. Bacterial Meningitis in hildren. %ediatric
Clinical Neurology, 2005, -35C*0.
B@4"", 6. K :8 $" 200-. 8uberculosisE $ adiologic e%ie.
16