Anda di halaman 1dari 22

BAB III

PANDUAN PRAKTIS

III.A Penerapan Kewaspadaan Standar

1. Kebersihan Tangan
1A.Definisi Kebersihan Tangan
Praktek membersihkan tangan dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang
ditularkan melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta
menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme ini tidak
hanya mencakup sebagian besar organisme yang diperoleh dari kontak dengan pasien
dan lingkungan tetapi juga sejumlah mikroorganisme permanen yang tinggal di lapisan
terdalam kulit.

1B. Jenis Kebersihan Tangan


Praktek kebersihan tangan dapat dibagi menjadi dua : Handwash dan Handrub.
Handwash adalah Praktik Kebersihan tangan dengan menggunakan Sabun dan Air
mengalir di Wastafel. Sedangkan Handrub adalah Praktik Kebersihan Tangan
dengan menggunakan cairan berbasis alkohol.

1C.Langkah-langkah
Enam Langkah Kebersihan Tangan di Lingkungan RSUD SSMA:

1
1D.Lima Waktu Kebersihan tangan

1E. Poin-Poin Penting

 Sebelum kebersihan tangan, lepaskan semua aksesoris dari tangan s/d area siku.
 Durasi Handwash 40-60 detik
 Durasi hand Rub 20-30 detik
 Momen ketiga kebersihan tangan mencakup setelah melakukan tindakan
aseptik
 Bila tangan tampak nyata kotor atau terasa kotor, lakukan handwash
 Setelah 5x handrub lakukan handwash
 Tangan Petugas dan Keluarga pasien bisa menjadi kendaraan bagi kuman
patogen. Putus rantai penularan dengan kebersihan tangan
 WAJIB bagi petugas untuk EDUKASI kebersihan tangan kepada keluarga
pasien dan pengunjung.
 Menggunakan sarung tangan tidak menggugurkan kewajiban melakukan
kebersihan tangan
 Melakukan handrub pada tangan bersarung tangan tidak terbukti efektif

2
2. Alat Pelindung Diri
2A. Sarung Tangan

Contoh Sarung tangan Steril

Contoh Sarung tangan Bersih

Contoh sarung tangan rumah tangga

3
Bagaimana cara menentukan Jenis Sarung Tangan yang Harus digunakan?

Apakah kontak
Tanpa Sarung
dengan darah atau Tidak
Tangan
cairan tubuh?

Ya

Apakah kontak Sarung tangan rumah


dengan pasien? Tidak tangga

Ya

Apakah kontak
dengan jaringan di Tidak Sarung tangan bersih
bawah kulit?

Ya

Sarung tangan steril

Alur 1. pemilihan jenis sarung tangan

Poin Penting Seputar Sarung Tangan

 Penggunaan sarung tangan tidak menggugurkan kewajiban kebersihan tangan


 Selalu gunakan Alur pemilihan sarung tangan dalam menentukan penggunaan
sarung tangan
 Hanya sarung tangan rumah tangga yang bisa di gunakan ulang
 Sebelum menggunakan Sarung tangan, lakukan Handwash atau Handrub
 Setelah melepas sarung tangan, segera lakukan Handwash
 Melakukan handrub pada tangan bersarung tangan tidak terbukti efektif

4
2B. Masker
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau
cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker harus
cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada
wajah ( jenggot ). Jenis masker yang terdapat di lingkungan RSUD SSMA Pontianak
adalah masker bedah dan masker N-95.

Masker Bedah

Contoh Masker Bedah

Contoh Masker N-95

2C.APD lainnya
1. Pelindung mata
Digunakan pada tindakan yang berpotensi menghasilkan cipratan cairan tubuh,
misal : Suction, bedah minor, pemasangan NGT dan lainnya. Jenis pelindung mata :
Google, face shield atau Visor
2. Topi
Digunakan untuk menutupi rambut dan kulit kepala sehingga serpihan rambut dan
kulit tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Juga mencegah percikan ke
daerah kepala

5
Gambar Pelindung Wajah (Face Visor)

Gambar Google

Gambar Topi Pelindung

3. Gaun Pelindung
Pemakain gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju baju dan kulit
petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai penderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan
gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada
kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi

6
4. Apron
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan. Apron akan mencegah
cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas keamanan.
5. Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang
tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia dikamar bedah.

Pelindung Kaki

2D. Cara Melepas APD


Adapun urutan melepaskan APD adalah :
- lepaskan sarung tangan
- lakukan kebersihan tangan
- Lepaskan Apron
- Lepaskan Perisai wajah (Google)
- Lepaskan Gaun bagian luar
- Lepaskan penutup kepala
-Lepaskan masker
- Lepaskan Pelindung Kaki
- Lakukan Kebersihan Tangan

7
Melepas Sarung Tangan

Melepas google/face visor

Melepas Gaun Peindung

Melepas Masker

8
2E. Tabel Penggunaan APD

No Kegiatan Cuci Sarung tangan Jubah/ Masker/


tangan Steril biasa Celemek Google
Perawatan umum
1. Tanpa luka
 Memandikan √ √
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan √ √ K/P K/P
 Reposisi √ √ K/P K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka decubitus √ √ K/P K/P
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter intravena √ √ K/P K/P
Tindakan Khusus.
7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P
8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Klisma √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
Perawatan saluran nafas
15. Tubbing ventilator √ √ K/P
16. Suction √ √ K/P √
17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √
18. Perawatan TT √ K/P √√
19. PF dengan stethoscope √ K/P
20. Resusitasi √ √ √ √
21. Airway management √ √ √ √
Perawatan Vasculer
22. Pemasangan infuse √ LB √ K/P K/P
23. Pengambilan darah vena √ LB √ K/P K/P
24. Punksi arteri √ LB √ K/P K/P
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan penggantian √ √
selang infuse
28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √
29. Membuang sampah medis √ √ √
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

9
2F. Poin Penting
 infeksi Masker N-95 wajib digunakan pada saat kontak dengan pasien dicurigai
penyakit infeksi transmisi airborne ataupun droplet
 Pastikan Masker Rapat saat digunkan untuk hindari kebocoran.
 Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memkai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh permukaan lingkungan
 Lepas APD sesuai urutan agar menghindari kontaminasi silang
 Lakukan kebersihan tangan setelah melepas APD

3. Dekotaminasi Peralatan Pasien


Peralatan yang digunakan dalam melakukan asuhan maupun tindakan perawatan
kepada pasien dapat dibagi menjadi tiga kategori :
- Kritikal  kontak langsung dengan sistem darah atau jaringan steril. (misal : alat-
alat operasi di kamar operasi)
- Semikritikal  kontak langsung dengan mukosa atau kulit yang tidak utuh (misal
: peralatan endoskopi, dll)
- Nonkritikal  kontak dengan kulit utuh. (misal : Termometer, tensimeter,
stetoskop, dll)
Pada RS yang memiliki CSSD, perawat ruangan bertanggung jawab untuk melakukan
proses “Pre-Cleaning” pada semua peralatan perawatan pasien. Adapaun alur
dekontaminasi peralatan perawatan pasien dapat dilihat pada gambar di halaman
selanjutnya.
Proses Pre-Cleaning atau pembersihan awal adalah Proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk dotangani petugas sebelum dibersihkan. Proses Pre Cleaning
dilakukan dengan merendam peralatan bekas pakai dalam air deterjen enzimatik, lalu
dibersihkan dengan air mengalir dan di keringkan sebelum dilanjutkan pada proses
slanjutnya.

Poin Penting
 Segera rendam peralatan habis bakai dalam air berdeterjen enzimatik untuk
inaktivasi virus HBV dan HIV
 Bila telah tersedia unit CSSD, pemrosesan peralatan (Disinfeksi tingkat tinggi
mapun Sterilisasi) hanya boleh dilakukan di unit ini.
 Jangan menggunakan kembali alat disposable, kecuali telah ditetapkan oleh
Rumah Sakit dan diproses sesuai stamdar.

10
Alur Dekontaminasi alat perawatan pasien

4. Pengendalian Kebersihan Lingkungan


Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya
perbaikan kualitas udara, kualitas air dan permukaan lingkungan serta disain dan
konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung.

Poin Penting
 Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar Ultraviolet untuk kebersihan
udara; kecuali (1) dry mist dengan H2O2; (2) penggunaan UV untuk terminal
dekontaminasi ruangan pasien isolasi

11
Poin Penting
 Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar Ultraviolet untuk kebersihan
udara; kecuali (1) dry mist dengan H2O2; (2) penggunaan UV untuk terminal
dekontaminasi ruangan pasien isolasi
 Seluruh permukaan lingkungan rawat harus bebas debu, bebas sampah, bebas
serangga (semut, kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing,
anjing dan tikus)
 Ruangan harus rutin dibersihkan dan dibersihkan secara terus menerus.
 Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang perawatan dan menempatkan
bunga segar, tanaman pot, bunga plastik di ruang perawatan.
 Pembersihan permukaan dapat dipakai (1) Bila tanpa cairan tubuh, gunakan
klorin 0,05% atau H2O2 0,5%-1,4% (2) Bila ada cairan tubuh, gunakan Klorin
0,5%.
 Untuk cegah aerosolisasi kuman hindari penggunaan sapu ijuk dan yang
sejenis, tapi gunakan cara basah (kain basah) dan mop dari microfiber (untuk
pembersihan kering).
 Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari,
termasuk setiap pasien pulang/keluar dari RS (Terminal dekontaminasi)
 Perlu dilakukan pembersihan untuk barang yang sering disentuh tangan
misalnya : nakas disamping tempat tidur, tepi tempat tidur dengan bed rails,
tiang infus, tombol telepon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci,
dll.

Mop Microfiber

Sapu Ijuk tidak disarankan untuk digunakan

12
5. Manajemen Limbah
Tujuan Pengelolaan Limbah
1. Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.
2. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius,
limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.

Warna kantong penempatan limbah

Penanganan Benda Tajam


- Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
- Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
- Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk dan tahan
air dan tidak bisa dibuka lagi.
- Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
- Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping).
- Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
- Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah tangga.
- Wadah Penampung Limbah Benda Tajam
- Tahan bocor dan tahan tusukan

13
- Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
- Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
- Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
- Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah
- Ditangani bersama limbah medis

Safety Box

Safety Container

Poin Penting
 Setiap petugas yang menghasilkan limbah tajam WAJIB membuang libah tajam
tersebut ke Safety Box
 Setiap melaksanakan tindakan menggunakan benda tajam, harus membawa
safety box
 Bila sudah ¾ penuh, Safety box WAJIB ditutup.
 Safety Box yang telah ditutup dikumpulkan ke Ruang Insenerator oleh Petugas
kebersihan

14
6. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen terkontaminasi
adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya, termasuk juga benda tajam.
Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati.
Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan
membersihkan tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan standar.

Poin Penting
 Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah
tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup)
 Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau
petugas
 Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan
petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera dibungkus atau
dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya dan tidak boleh
disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai
 Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran
 Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek atau
toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius
 Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor atau terkontaminasi
dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas
ikatan selama transportasi.Kantong tidak perlu ganda
 Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry TERPISAH
dengan linen yang sudah bersih
 Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi langsung masuk
mesin cuci yang segera diberi disinfektan

troli pengangkutan Linen

15
7. Perlindungan Kesehatan Petugas
Poin Penting
 Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas, baik tenaga
kesehatan maupun tenaga non kesehatan
 Pelajari dan pahami alur penatalaksanaan tertusuk jarum/terpapar cairan tubuh
pasien.
 Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang dipakai
setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
 Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah dipakai,
memanipulasi dengan tangan, menekuk, mematahkan atau melepas jarum dari
spuit
 Buang jarum, spuit, pisau,scalpel, dan peralatan tajam habis pakai lainnya
kedalam wadah khusus yang tahan tusukan/tidak tembus sebelum dimasukkan ke
insenerator. Bila wadah khusus terisi ¾ harus diganti dengan yang baru untuk
menghindari tercecer.

Apa yang harus dilakukan bila tertusuk jarum/terpapar cairan tubuh pasien?

Alur penanganan tertusuk jarum/terpapar cairan tubuh.

16
Apa yang harus dilakukan bila tertusuk jarum/terpapar cairan tubuh pasien?
! Langkah 1 Cuci
 Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan sabun/cairan
antiseptik sampai bersih
 Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan,
cuci dengan sabun dan air mengalir
 Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur
dengan air beberapa kali.
 Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi), dengan
posisi kepala miring kearah mata yang terpercik
 Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan
air
 Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut.
 Segera laporkan ke Kepala ruangan tempat terjadinya paparan, isi formulir A
laporan pajanan.
 Kepala Ruangan segera melaporkan kepada tim PPI (IPCN atau Ketua Tim PPI)

! Langkah 2 Telaah Pajanan


 Langkah ini dilakukan oleh Tim PPI atas dasar laporan dari Kepala Ruangan
tempat terjadinya insiden terpapar.
 Apakah Pajanan memiliki resiko penularan infeksi?
o Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi adalah : perlukaan kulit,
pajanan pada selaput mukosa datau pajanan melalui kulit yang luka
 Apakah Bahan Pajanan memberi risiko penularan infeksi?
o Bahan pajanan yang beresiko menularkan infeksi adalah darah, cairan
bercampur darah yang kasat mata, cairan potensial terinfeksi (semen, cairan
vagina, cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan pleura, caiean peritoneal,
cairan pericardial, cairan amnion.
 Bagaimana Status Infeksi Sumber Pajanan?
o Lakukan pemeriksaan HbsAg, HCV dan HIV pada sumber pajanan (bila
belum diketahui). Bila tidak dapat dilakukan (pasien meninggal atau rawat
jalan), bisa dilakukan analisa faktor resiko tinggi.
 Bagaimana Kerentanan Infeksi Petugas yang Terpajan?
o Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B?
o Status serologi terhadap HBV, bila pernah mendapat vaksin
o Pemeriksaan Anti HCV
o Anti HIV

! Langkah 3 Penatalaksanaan Pasca Pajanan


Bila Petugas yang terpajan termasuk rentan dan sumber pajanan beresiko tinggi
menularkan, maka perlu dilakukan Penatalaksanaan Pasca pajanan. Bila tidak,
perlu dilakukan edukasi mendalam pada petugas terpajan dan evaluasi menyeluruh
untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali. Penentuan perlu atau
tidaknya penatalaksanaan pasca pajanan dapat dilakukukan oleh Ketua Tim PPI
dengan berkonsultasi kepada Bagian Penyakit Dalam. Oleh karena itu sangat
penting agar laporan insiden paparan segera disampaikan kepada Ketua Tim PPI.

17
Penatalaksanaan Pasca Pajanan Hepatitis B

18
Penatalaksanaan Pasca Pajanan HIV

Poin Penting
 PPP HIV harus diberikan secepat mungkin setelah pajanan dalam 4 jam
pertama dan tidak boleh lebih dari 72 jam setelah terpajan.
 Pengobatan pasca pajanan diberikan selama 28 hari. Dapat pula diberikan obat-
obatan untuk mengurangi efek samping dari ARV. (mis. antimual)
 Selama periode pengobatan penting untuk melakukan kontrol adherence
pengobatan.
 Lakukan pengecekan ulang serum HIV 4-6 minggu pasca pajanan dan 3 -6 bulan
pasca pajanan.

19
8. Penempatan Pasien
Poin Penting
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit
pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
 Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain
yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak
antara tempat tidur minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat
disatukan dalam satu ruangan, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
Komite atau Tim PPI.
 Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan
berdasarkan jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne)
 Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya
seyogyanya dipisahkan tersendiri.
 Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara
(airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang
lain.
 Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam
satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien
TB.

9. Etika Batuk

Poin Penting
 Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis
transmisiairborne dan droplet. Fasilitas pelayanan kesehatan harus
menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu,
sabun cair, tempat sampah infeksius dan masker bedah.Petugas, pasien dan
pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus melaksanakan dan
mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
o Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan
atas.
o Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci
tangan.
 Edukasi/Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan fasilitas
pelayanan kesehatan lain dapat dilakukan melalui audio visual, leaflet,
poster, banner, video melalui TV di ruang tungguataulisan oleh petugas.

20
10. Praktik Menyuntik yang Aman
Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan,berlaku juga
pada penggunaan vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat
obat dipakai pada pasien lain. Jangan lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas
pakai ke tempatnya dengan benar. Hati-hati dengan pemakaian obat untuk perina dan
anestesi karena berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

21
Poin Penting Rekomendasi Menyuntik yang Aman
 Menerapkan aseptic technique untuk mecegah kontaminasi alat-alat injeksi
(kategori IA).
 Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari satu pasien
walaupun jarum suntiknya diganti (kategori IA)
 Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien dan
satu prosedur (kategori IA)
 Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll) (kategori
IA)
 Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan) (kategori IB)
 Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya (kategori
IA)
 Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril (kategori IA)
 Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang
membuat (kategori IA)
 Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien (kategori IB)

22

Anda mungkin juga menyukai