Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KEBUDAYAAN DALAM ISLAM”

DISUSUN OLEH :

NURFADILLAH SUHARDI (36117023)

NURUL MU’MININ (36117024)

IRFANDI (36117025)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2017
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KEBUDAYAAN DALAM ISLAM”. Tak lupa shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikut – pengikutnya sampai akhir zaman.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan dimasa mendatang.

Tak lupa penyusun mengucapkan rasa terima kasih karena dalam


penyelesaian makalah ini penyusun banyak mendapat bimbingan dari dosen dan
dari pihak lain, baik yang diberikan secara lisan maupun tulisan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah
SWT.

Makassar, 12 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB X KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

A. Hakikat Kebudayaan ................................................................................................ 1

B. Prinsip – Prinsip Kebudayaan ................................................................................. 2

C. Nilai- Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia ..................................................... 4

D. Kehidupan Sosial Dalam Pemikiran Islam ....................................................... 6

E. Mesjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam .............................................................. 9

PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................................................... 12

Saran................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB X

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

A. Hakikat Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, saling terkait, karena


kebudayaan merupakan hasil karya, rasa kemudian menjadi adat istiadat
manusia sebagai khalifah dibumi. Tidak ada kebudayaan bila tidak ada
manusia dan sebaliknya, tidak ada manusia bila mereka tidak berbudaya
dalam masyarakat dan lingkungannya.

Jamal Syarif Iberani dan Hidayat (2003 : 89) mengutip pendapat J.


Verkuyl dan Koentjaraningrat tentang pengertian budaya, yaitu :

 J. Verkuyl mengatakan bahwa kebudayaan itu berasal dari bahasa


Sangsekerta yakni budaya, bentuk jamak dari budi yang berarti roh
atau akal. Kata “Kebudayaan” berarti segala sesuatu yang diciptakan
oleh manusia.
 Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan berasal dari bahasa
Sangsekerta yakni budhaya, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal- hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.

Jadi, pengertian yang dikemukakan dua pakar budaya di atas dapat


disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya dan rasa manusia melalui
proses pemikiran yang sungguh- sungguh berdasarkan kerangka teoritis
keilmuwan.

1
Al-Quran memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan
meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Ia tidak mungkin
lepas dari nilai-nilai kemanusiaan, tapi bisa jadi lepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Dalam perkembangan kebudayaan perlu bimbingan wahyu dan
aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap oleh ambisi yang
bersumber dari nafsu hewani dan berdampak merugikan diri sendiri. Dalam
hal ini agama berfungsi sebagai pembimbing manusia dan mengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau
peradaban Islam.

Hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-nilai


ketuhanan disebut dengan kebudayaan Islam, dimana fungsi agama akan
berperan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat
manusia mengalami kebekuan karena keterbatasan kemampuan dalam
memecahkan persoalan hidup. Kondisi semacam ini dipandang perlu untuk
menggunakan bimbingan wahyu.

B. Prinsip – Prinsip Kebudayaan

Faisal ismail (1997 : 24) dalam bukunya “ Paradigma Kebudayaan


Islam : Studi Kitis dan Refleksi Historis” mengatakan kebudayaan adalah
manifestasi dan perwujudan segala aktivias manusia upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Ia merupakan perwujudan dari ide, pemikiran, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma dalaam bentuk tindakan dari karya. Oleh karena itu
kebudayaan adalah suatu yang spesifik manusia.

Kebudayaan Islam merupakan salah satu perwujudan dari fungsi


manusia di bumi, yaitu sebagai hamba dan khalifah Allah. Adapun prinsip
kebudayaan Islam adalah :

 Menghormati akal
 Memotivasi untuk menuntut dan meningkatkan ilmu

2
 Menghindari taklid buta
 Tidak membuat kerusakan

Dalam Al-Quran prinsip-prinsip kebudayaan tersebut dapat dibaca


secara berurut dalam surat, Ali Imran ayat 190 ; surat al- mujadalah ayat : 11;
surat al-Isra ayat 36 dan surat al-Qashash ayat 77 dan karakteristik
kebudayaan islam menurut Yusuf Qardhawy (2001 : 31-44) adalah sebagai
berikut :

a. Rabbaniyah
Kebudayaan islam bernuansa ketuhanan. Ia bercampur dengan keimanan
secara umum dan ketauhidan secara khusus.
b. Akhlaqiyah
Kebudayaan islam tidak ada pemisahan antara akhlak dengan ilmu, antara
akhlak dengan perbuatan, antara akhlak dengan ekonomi, antara akhlak
dengan politik, dan antara akhlak dengan peperangan serta antara akhlak
dengan semua segi kehidupan lainnya.
c. Insaniyah
Kebudayaan Islam menghormati manusia, memelihara fitrah, kemuliaan
dan hak-haknya. Kebudayaan Islam tegak atas asumsi bahwa manusia
adalah makhluk yang dimuliakan oleh tuhannya.
d. Alamiyah
Selama kebudayaan Islam berlaku bagi setiap manusia, maka dengan
sendirinya ia pun bersifat alamiah. Ia bersifat terbuka untuk semua
kelompok manusia dan tidak menutup diri
e. Tasamuh
Islam tidak mewajibkan non muslim yang hidup dalam naungan
kebudayaanya untuk menjalankan syariat islam dan tdiak memaksakan
orang lain untuk masuk kedalam kebudayaan islam.
f. Tanawwu

3
Kebudayaan Islam bersifat tanawwu (beraneka warna). Ia tidak hanya
memuat masalah – masalah ketuhanan, tetapi terdapat juga masalah ilmu
pengetahuan, kemanusiaan, kealaman yang beraneka ragam.
g. Washatiyah
Kebudayaan Islam mencerminkan sistem washatiyah (pertengahan).
Pertengahan antara berlebihan dan kekurangan, antara jasmani dan rohani,
antara hak dan kewajiban, antara kepentingan pribadi dan kepentingan
bersama, dan antara dunia dan akhirat.
h. Takamul
Takamul atau terpadu, saling mendukung antara kebudayaan Islam yang
satu dengan kebudyaan Islam yang lain.

Bangga terhadap diri sendiri, yaitu bangga terhadap sumber


kebudayaan yang berketuhanan, berkemanusiaan dan bernuansa akhlak. Sifat
bangga ini menjadikan kebudayaan Islam enggan untuk di warnai atau di
pengaruhi dengan yang lain yang menyebabkan hilangnya keistimewaan dan
keasliannya.

C. Nilai- Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam


berasal dari jazirah Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arabnya. Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di
Indonesia secara damai telah menarik simpati sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi politik yang tengah terjadi saat
itu.

Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik Islam


yang pertama dan utama adalah besifat psikologis, Islam yang secara radikal
bersifat egaliter dan mempunyai semangat keilmuan merupakan konsep
revolusioner yang sangat memikat dalam membebaskan orang-orang lemah
(mustadh’afin) dari belenggu hidupnya.

4
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i
mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan
oleh Wali Songo di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah SWT itu
dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat sehingga
masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi
tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Bangsa Indonesia mempunyai 2 budaya secara umum :

 Budaya nasional
 Budaya daerah yang tersebar di seluruh wilayah di indonesia yang terdiri
atas berbagai suku,ras dan etnik bangsa

Sistem budaya nasional adalah suat yang relatif baru dan sedang
berada dalam proses pembentukan. Nilai-nilai yang terbentuk dalam sistem
budaya nasional ini bersifat menyonson masa depan. Diantara nilai-nilai
budaya nasional itu berkaitan antara lain dengan faktor-faktor :

a. Kepercayaan dan nilai-nilai agama


b. Ilmu pengetahuan
c. Penghargaan kepada kedaulatan rakyat
d. Toleransi dan empati terhadap budaya suku bangsa yang bukan suku
bangsa sendiri.

Wardiman Joyonegoro (1996) mengatakan Bangsa indonesia terdiri


atas berbagai suku bangsa dengan sistem budaya yang beragam dari masing-
masing etnik lokal kemudiaan berkembang menjadi tradisi atau adat istiadat
yang berakar kuat dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam rangka
perekmbangan budaya nasional, kebudayaan seperti ini seringkali berfungsi
sebagai sumber dalam penciptaan-penciptaan dibidang seni, tata masyarakat
dan teknologi serta bahasa yang kemudian ditampilkan dalam kehidupan lintas
budaya.

5
Di daerah-daerah, budaya islam juga tampak mewarnai kehidupan
berbangsa baik budaya seni, tradisi, maupun peninggalan fisik, misalnya
perayaan maulid, peringatan isra’ miraj, halal bihalal, pembacaan sejarah
hidup nabi (Barzanjini) di berbagai acara sosial

D. Kehidupan Sosial Dalam Pemikiran Islam

Ahmad syalabi dalam bukunya “Kehidupan Sosial pemikiran Islam,


Penerbit Amzah, mengelompokkan kehidupan sosial masyarakat dalam
berbagi kelompok yang disertai dengan dalil dan usulan yang jelas dan
transparan sehingga mudah dipahami. Pengelompokkan kegiatan sosial yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut.

 Masalah Sosial dalam Lingkungan Keluarga


1) Perkawinan : dorongan, tujuan dan hukum islam
2) Pemilihan dalam perkawinan
3) Perkawinan dengan perempuan kitabi
4) Perkawinan dengan perempuan asing
5) Laki-laki yang masuk islam, kawin dengan perempuan yang beragama
islam
6) Pertunagan
7) Maskawin dan akad nikah
8) Anak-anak : pemberian dan pelayanan saksama di antara anak-anak
9) Ibu tiri
10) Mertua
11) Khitan
12) Keluarga berencana
13) Pencegahan hamil permanen
14) Penangguhan hamil untuk kemaslahatan untuk anak yang disusui
15) Penangguhan hamil bagi kesehatan orang tua dan anak
16) Penangguhan hamil menurut persetujuan suami istri
17) Kelebihan penduduk
6
18) Abortus
19) Anak yang bukan dari benih sendiri, anak angkat, dan penanaman
benih buatan
20) Pertanggung jawaban di antara anggota keluarga
21) Hak suami istri
22) Pertanggung jawaban antara, ibu dan anak-anak
23) Kaum kerabat dan pertanggung jawabannya
24) Pembantu rumah tangga
25) Perempuan pekerja
26) Pewarisan menurut syara’ dan pematuhannya
 Masalah Sosial dalam Lingkungan Masyarakat :
1) Hari Raya
2) Nisfhu Sya’ban
3) Malam lailatul qadar
4) Asyura
5) Hikmah Hari raya dan upacra penyambutan
6) Hiburan, Musik dan Nyanyian
7) Hari-hari penyambutan khusus
8) Musik dan Nyanyian
9) Memperingati Orang Meninggal
10) Wali, sambutan Maulid, Nazar, dan Mesjid Zikir
11) Hari-hari Maulid
12) Menunaikan Nazar
13) Majelis Zikir
14) Pengeras suara
15) Olahraga dan Hiburan
16) Sepak bola dab supporternya
17) Adu kambing, sabung ayam, dan matador
18) Sepatah kata dalam masyarakat
19) Kaum wanita dalam masyarakat
20) Pakaian wanita
7
21) Hijab
22) Wanita dan perempuajn
23) Laki-laki menyerupai wanita dan sebaliknya
24) Khamar
25) Hukum bagi peminu khamar
26) Berobat dengan khamar
27) Mabuk
28) Rokok
29) Perhatian terhadap hakikat sejarah
30) Pengemis
31) Persamaan dan hukum bersuku-suku
32) Qada dan Qadar
33) Pandangan sekilas tentang masyarakat
34) Ilmu dan praktek
35) Manusia dan suka dukanya
36) Hubungan sesama manusia
37) Kikir dengan kata lain
38) Kebaikan tidak dinilai dengan angka
39) Meniru perbuatan jahat dan baik
40) Berbahagiahkan anda sebab sukses dan menderita
41) Cara menghapus dengki
42) Masyarakat islam yang sebenarnya
43) Hak tetangga
 Masalah Sosial Di Sekitar Keuangan
1) Dasar-dasar pembahasan
2) Riba
3) Macam-macam riba
4) Memberi dan mengambil riba
5) Bank
6) Bank-bank sampah
7) Simpanan dengan bunga di pos bank
8
8) Ke arah pendirian bank islam
9) Perkonsian mudharabah
10) Pinjaman
11) Pesanan
12) Penjualan dengan kredit
13) Pembelian kembali
14) Bank islam pendahuluan
15) Bank islam lokal
16) Simpanan “ Current Account”
17) Simpanan “Penanaman Modal”
18) Bank islam pusat
19) Perseroan dan saham
20) Bursa dan makelar
21) Asuransi
22) Pandangan hukum islam tentang asuransi dengan asuransi tetap itu

E. Mesjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam

Kata “Mesjid” berasal dari kata “Sajada” artinya sujud, makna mesjid
berarti tempat sujud, tempat menyembah Allah, tempat beribadah khusus
kepada Allah. Arti lain dari kata sujud ialah ketundukan, ketaatan manusia
secara total (hasanah, dkk, 2007). Pada masa Nabi Muhammad saw.
Menyiarkan dakwahnya mesjid sebagai markas atau pusat berdakwa,
informasi islam di sampaikan melalui mesjid, karena salah satu tempat
berkumpulnya manusia adalah mesjid. Selain sebagai pusat berdakwa dan
ibadah, mesjid juga digunakan sebagai tempat untuk mensucikan jiwa kaum
muslimin, mengajar Al – Qur’an dan Al – Hikmah, bermusyawarah tentang
berbagai permasalahan umat hingga masalah upaya – upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan umat. Hal ini bertahan hingga 700 tahun sejak
nabi mendirikan mesjid yang pertama, fungsi mesjid di jadikan sebagai
simbol persatuan umat dan pusat peradaban serta peribadatan. Oleh karena itu
9
pada zaman sekarang ini kita seharusnya mengembalikan fungsi mesjid
seperti pada zaman Rasulullah. Adapun beberapa potensi dari mesjid yang
bisa di kembangkan adalah sebagai berikut :

 Pusat Pendidikan dan Perekonomian Umat


Proses menuju ke arah pemberdayaan umat di mulai dengan pendidikan
dan pemberian pelatihan – pelatihan. Mesjid seharusnya dapat di
manfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut,
bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian,
pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan – pelatihan
keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya. Sehngga umat
Islam bisa lebih maju dan bersatu seperti zaman Rasulullah saw. Selain itu
mesjid bisa mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa
dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi di
gabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat – pusat pembelanjaan
yang diminati karena keterjangkaunya harga barang, dan dikelola secara
profesional oleh dewan pengurus maka mesjid akan dapat memakmurkan
jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan
mesjidnya. Contoh sukses mesjid sebagai pusat pendidikan dan
perekonomian adalah mesjid Al – Azhar di Mesir. Mesjid ini merupakan
pendiri Universitas Al – Azhar. Mesjid ini mampu memberikan beasiswa
bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan
merupakan salah satu program nyata mesjid.
 Pusat Penjaringan Potensi Umat
Mesjid dengan jamaah yang selalu hadir hanya sekedar untuk
menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan,
ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia,
beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun itelektual,
bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.
Dan apabila kita bisa menyatukan mereka semua maka umat Islam pasti

10
bisa lebih maju dan berkemabang dari pada sekarang karena
permasalahaan umat Islam sekarang adalah kurangnya persatuan umat.
 Pusat Kepustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad adalah “membaca”, dan
sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pergantian
konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi
suatu keharusan bila mesjid memiliki perpusatakaan sendiri yang berisikan
buku – buku tentang agama Islam maupun ilmu pengetahuan.

11
PENUTUP

Kesimpulan

Kebudayaan Islam adalah hasil karya dan rasa manusia melalui proses
pemikiran yang sungguh-sungguh berdasarkan kerangka teoritis keilmuwan yang
tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Manusia dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan, saling terkait, karena kebudayaan merupakan hasil karya, rasa
kemudian menjadi adat istiadat manusia sebagai khalifah dibumi. Tidak ada
kebudayaan bila tidak ada manusia dan sebaliknya, tidak ada manusia bila mereka
tidak berbudaya dalam masyarakat dan lingkungannya.

Saran

Saran untuk masyarakat Indonesia agar menerapkan Islam dalam


keseharian kita dan lebih mengembangkan Kebudayaan Islam di Indonesia serta
dapat mengerti dan paham tentang konsep Kebudayaan Islam di Indonesia. Jangan
mudah terpengaruh oleh budaya asing yang masuk di wilayah Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://muhammaddony.blogspot.co.id/2011/11/masjid-sebagai-pusat-kebudayaan-
islam.html?m=1

https://mindaudahedu.wordpress.com/2012/05/26/kebudayaan-dalam-islam-2/

https://fatikhahfauziahh92.wordpress.com/2012/05/23/makalah-tentang-
kebudayaan-islam/

13

Anda mungkin juga menyukai