Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFINISI

Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan penurunan faal ginjal yang menahun

yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. ( Burner, 2002 ).

Gagal ginjal kronik ( GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal

lanjut secara bertahap ( Doenges, 1999 : 626 )

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir ( ESRD ) merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan

uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ). ( Brunner & Suddarth,

2002: 1448 )

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. ( Price, 1992 : 812 )

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang

bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini

ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh

dalam keadaan asupan diet normal (Rindiastuti, 2006). Penderita yang berada pada

stadium akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan terapi penganti

yaitu hemodialisis (HD), peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan Continuos

Ambulatory Peritoneal dialysis (CAPD) atau transplantasi ginjal ( Wilson &

Price;1994 dalam Rindiastuti;2006).

Penyakit gagal ginjal biasanya ditandai dengan uji serum kreatinin. Penderita dengan

test klirens kreatinin lt;15 ml/menit dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti, salah

satunya adalah dengan dialisis. Tindakan dialisis merupakan salah satu cara untuk

1
mempertahankan kelangsungan hidup pasien bertujuan menurunkan kadar ureum,

kreatinin dan zat toksik lainnya dalam darah.

B. ETIOLOGI

Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (

nefrosklerosis ), proses obstruksi ( kalkuli ), penyakit kolagen ( luris sutemik ), agen

nefrotik ( amino glikosida ), penyakit endokrin ( diabetes ). ( Doenges, 1999 : 626 )

Penyebab GGK menurut Price, 1992 : 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain :

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik

2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis

3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis

maligna, stenosis arteria renalis

4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis

nodosa,sklerosis sistemik progresif

5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal

6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis

7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale

8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis

netroperitoneal.

C. PATOFISIOLOGI

Gagal ginjal kronis diakibatkan oleh hilangnya nefron fungsionil karena rusaknya

glomerular dan atau tugular. Kondisi ini merupakan penyakit multisistim yang

mempengaruhi SSP, jantung, traktus GI, otot, tulang dan darah.

2
Berbagai manisfestasi terjadi pada tingkat fungsi ginjal yang berbeda bagi setiap

pasien tapi cenderung semakin nyata apabila kecepatan filtrasi glomelurus turun sampai

< 15-20 mL/menit ( BUN >100-120 mg/dL). Banyak manifestasi insufisiensi ginjal

diakibatkan oleh BUN dan mungkin juga karena terakumulasinya produk-produk akhir

metabolik yang tak terukur lainnya.

Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal

ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan

mencakup :

a. Penurunan cadangan ginjal;

Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak

ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang

sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan

nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi

penurunan fungsi

b. Insufisiensi ginjal;

Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa

sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.

Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak

mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan

oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat,

tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis

c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.

3
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;

Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron

fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi

tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin

dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan

pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Hematologik

Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.

2. Gastrointestinal

Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.

3. Syaraf dan otot

Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.

4. Kulit

Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan

karena gatal.

5. Kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.

6. Endokrin

Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual,

libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme

vitamin D.

4
E. KOMPLIKASI

1 Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan

masukan diit berlebih.

2 Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan

dialisis yang tidak adekuat.

3 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensin-

aldosteron.

4 Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.

5 Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum rendah,

metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.

6 Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal

7 Sepsis, Neuropati perifer, Hiperuremia

F. PENATALAKSANAAN

1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.

2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.

3. Diet tinggi kalori rendah protein.

4. Kendalikan hipertensi.

5. Jaga keseimbangan eletrolit.

6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.

7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.

8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.

9. Persiapkan program hemodialisis.

10. Transplantasi ginjal

5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Suyono ( 2001 ), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan laboratorium

Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu

menetapkan etiologi.

2. Pemeriksaan USG

Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui

beberapa pembesaran ginjal.

3. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,

aritmia dan gangguan elektrolit

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Potter dan Perry (1997), pengkajian adalah proses sistematis berupa pengumpulan,

verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase dari pengkajian meliputi pengumpulan

data dan analisa data.

a. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, status marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, nomor

medrek, diagnosa medis dan alamat. Identitas penanggung jawab terdiri dari nama,

umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan

klien.

6
b. Riwayat kesehatan

Keluhan utama berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan

pengkajian. Klien dengan Gagal ginjal kronik biasanya datang dengan keluhan nyeri

pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut

kembung, sesak.

Riwayat penyakit sekarang merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai

dirawat dirumah sakit. Berkaitan dengan keluhan utama yang dijabarkan dengan

PQRST yang meliputi hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Kualitas dan

kuantitas dari keluhan, penyebaran serta tingkat kegawatan atau skala dan waktu.

c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat yang perlu dikaji adalah riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal

sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi,

riwayat tidak dapat kencing, dan riwayat penyakit DM

d. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit pada keluarga yang perlu ditanyakan pada klien atau keluarganya,

apakah ada keluarga klien yang mempunyai penyakit keturunan dan penyakit dengan

riwayat yang sama. Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat

mempengaruhi timbulnya penyakit GGK seperti hipertensi, diabetes mellitus,

sistemik lupus eritematosa, dan arthritis.

7
e. Pemeriksaan Fisik (Dongoes, Moorhouse, & Geissler, 1999: 629-628)

 Sistem Pernafasan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala napas

pendek, dyspnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum kental.

Dengan tanda-tanda tachipnoe, dyspnea, pernafasan kusmaul, batuk produktif

dengan sputum merah muda encer, edema paru.

 Sistem Kardiovaskuler, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala

riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada (angina), gagal jantung kongestif,

edema pulmoner, perikarditis. Dengan tanda-tanda hipertensi, nadi kuat, edema

jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak, tangan. Tanda lainnya pucat, kulit

coklat kehijauan, kuning, dan kecenderungan perdarahan.

 Sistem Pencernaan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya anoreksia,

nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi,

perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.

 Sistem Eliminasi, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala penurunan

frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, konstipasi. Tandanya

perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat).

 Sistem Muskuloskeletal, pada klien dengan GGK ditemukan kelemahan otot,

kejang otot, nyeri pada tulang, fraktur tulang, dan keterbatasan gerak sendi.

 Sistem Integumen, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala kulit gatal

(pruritis), petekie, Penurunan turgor kulit, echimosis, dan pucat.

 Sistem Persyarafan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala sakit

kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, kesemutan dan kelemahan

khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer). Dengan tanda-tanda gangguan

8
status mental (penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,

kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma), rambut

tipis, kuku rapuh dan tipis.

f. Data Psikososial, klien dengan GGK ditemukan adanya kesulitan menentukan kondisi

seperti tidak mampu bekerja, tidak mampu mempertahankan fungsi peran biasanya

dalam keluarga yaitu sebagai ibu.

g. Data Spiritual, pada klien dengan GGK ditemukan adanya perasaan tak berdaya, tidak

ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

dan perubahan kepribadian.

h. Aktivitas/Istirahat, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala kelelahan,

kelemahan, gangguan tidur (insomnia/gelisah), kelemahan otot, kehilangan tonus,

penurunan rentang gerak.

i. Data Penunjang (Doenges, Moorhouse, Geissler, 1999: 629-628)

Laboratorium

1) Urine, volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada

(anuria), warna secara abnormal urine keruh, sedimen kotor atau kecoklatan, berat

jenis kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat),

osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio

urine/serum sering 1:1, klirens kreatinin menurun, natrium lebih besar dari 40

mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natriun, protein derajat tinggi

proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus.

2) Darah, BUN/kreatinin meningkat, hitung darah lengkap, Ht menurun pada adanya

anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl. Natrium serum menurun, kalium

9
meningkat, kalsium menurun, magnesium/posfat meningkat, protein (khususnya

albumin menurun), pH menurun.

3) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

4) KUB foto menunjukan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi

(batu).

5) Arteriogram ginjal mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi adanya massa.

6) Sistouretrogram berkemih menunjukan kandung kemih, refluks kedalam ureter.

7) Ultrasono ginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, kista, obstruksi pada

saluran perkemihan bagian atas.

8) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk

diagnosis histologis.

9) Endoskopi ginjal, nefroskopi dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.

10) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam

basa.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet

berlebih dan retensi cairan dan natrium.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.

3. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan tatus metabolik, sirkulasi,

sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktifitas, akumulasi ureum dalam kulit.

4. Intoleransi aktifitas berhubnungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah

dan prosedur.

10
5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh,

tindakan dialisis, koping maladaptif.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Kelebihan volume cairan berhubhngan dengan penurunan keluaran urine,

diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

Kriteria hasil: Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),

produksi urine >600 mL/hari.

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji status cairan:

2. Batasi masukan cairan

3. Identifikasi sumber potensial cairan:

4. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan dalam pembatasan cairan.

5. Kolaborasi pemberian dieuretik

6. Lakukan dialisis

Diagonsa 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil: Mempertahankan atau meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan

oleh situasi individu, bebas edema.

Intervensi Keperawatan:

11
1. Kaji status nutirisi :

2. Kaji pola diet nutrisi pasien :

3. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi :

4. Sediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batsa diet

5. Tingkatan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi seperti : telur,

produk susu dan daging

6. Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein , rendah natrium, diantara waktu makan

7. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan

8. Timbang berat badan harian

9. Kaij bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat

Diagnosa 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,

sirkulasi, sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivtas, akumulasi ureum dalam

kulit.

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit .

Kreteria hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang.

Intervensi Keperawatan

1. Kaji terhadap kekeringan kulit, pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.

2. Kaji terhadap adanya petekie dan purpura.

3. Monitor lipatan kulit dan area yang edema.

4. Gunting kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih.

5. Kaloborasi : Berikan pengobatan antipruritis ssesuai pesanan .

12
Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

produk sampah dan prosedur dialis .

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat di toleransi.

Kreteria hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, yang dapat berpartisipasi dalam aktivitas

perawatan mandiri yang dipilih.

Intervensi Keperawatan

1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan :

2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat di toleransi bantu

jika keletihan terjadi .

3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.

4. Anjurkan istirahat setalah dialisis

Diagnosa 5 : Gangguan konsep diri (gambaran diri) berhubungan dengan penurunan

fungsi tubuh, tindakan dialysis coping maladaptif.

Tujuan : Pasien mampu mengembangkan coping yang positif.

Kreteria hasil : Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan mampu :

a. Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi

dan perubahan yang seedang terjadi

b. Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi.

c. Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang

akurat tanpa harga diri yang negatif.

Intervensi Keperawatan

1. Kaji perubahan dalam dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidak

mampuaan .

13
2. Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi

3. Anjurkan klien untuk mengekspresiakan perasaan .

4. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik memperbaiki kebiasaan .

5. Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan pasien melakukan sebanyak-

banyakannya hal-hal untuk dirinya.

6. Dukung prilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas

dalam rehabilitasi .

Diagnosa 6 : Kurangnya pengatahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan, berhubungan dengan informasi.

Tujuan : Meningkatkan pengatahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Kreteria hasil : Meningkatkan pengatahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya .

Intervensi Keperawatan

1. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya dan

penangannnya :

2. Jelaskan fungsi renal dan kuenskuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman

dan kesiapan pasien untuk belajar.

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan

akibat penyakit dan penangan yang memopengaruhi hidupnya.

4. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner& Sudarth, 2002, Edisi VIII, Vol. 2. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih

bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Corwin, J, E, 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa Brahm Pendit. Jakarta: EGC

Carpenito, L,J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan, Alih

bahasa Ester, M. Jakarta: EGC

Doengoes E. Mrylynn, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Nursalam, 2001. Proses& Dokumentasi Keperawata Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba

Medika

Suyono, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FK

15

Anda mungkin juga menyukai