Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari
konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival
istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini
hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang
memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan
kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan
dengan kestabilan masyarakat.

Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena
sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal
yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf)
dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal
menjadi “khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan
tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).

Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan


pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat
ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk
Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS.
Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui
Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik sebagaimana yang
tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam rangka membangun “masyarakat madani
modern”, meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau
peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain,
seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok

1
lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat
luhur lainnya.

Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia
untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap
seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang
melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka
kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan


maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan mengembangkan
dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi peneiptaan tatanan
demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud masyarakat madani?
2. Bagaimana sejarah terciptanya masyarakat madani?
3. Bagaimana masyarakat madani dalam perspektif islam
4. Apa saja persyaratan menuju masyarakat madani
5. Apa saja peluang dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat madani?

3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian masyarakat madani
2. Mengetahui sejarah masyarakat madani
3. Mengetahui masyarakat madani dari perspektif islam
4. Mengetahui syarat menuju masyarakat madani
5. Mengetahui peluang dan tantangan dalam mewujudkan masyarakat madani

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Masyarakat Madani


Dalam bahasa Arab konsep masyarakat Madani dikenal dengan istilah al-mujtama’
al-madani, dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah civil society. Selain kedua
istilah tersebut, ada dua istilah yang merupakan istilah lain dari masyarakat madani
yaitu masyarakat sipil dan masyarakat kewargaan.

Civil society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat. Cicero yang memulai
menggunakan istilah Societas Civilis dalam filsafat politiknya, yang berarti
komunitas polotik yang beradap, dan didalamnya termasuk masyarakat kota yang
memiliki kode hukum tersendiri. Masyarakat Mandani merupakan konsep yang
merujuk pada masyarakat yang pernah berkembang di Madinah pada zaman Nabi
Muhammad saw., yaitu masyarakat yang mengacau pada nilai-nilai kebijakan
umum, yang disebut al-khair.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai


kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya


dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.

Karakterisitik Masyarakat Madani

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara


dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

3
3. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan
terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

4. Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim


totaliter.

5. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-


individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri
sendiri.

6. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial


dengan berbagai ragam perspektif.

7. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,


yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan sosial.

8. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun


secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

9. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.

10. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh
aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.

11. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan


terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.

12. Berakhlak mulia.

2. Sejarah dan Pemaknaan Masyarakat Madani

Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil society sudah ada sejak zaman
sebelum Masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society ialah

4
cicero (106-43 SM), sebagai orator yunani kuno. Civil society menurut cicero ialah
suatu komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat
kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan
urbany (budaya kota), maka kota dipahami bukan hanya sekedar konsentrasi
penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.

Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang


berperadaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun dan konsep Al Madinah al
fadhilah (Madinah sebagai negara utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi
pada abad pertengahan (Rahardjo seperti yang dikutip Nurhadi, 1999).

Pendapat Hamidullah (First Written Constitution in the World, Lahore,1958),


Piagam madinah ini ialah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia.
Konstitusi ini secara mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang
ributkan tentang hak-hak sipil (civil right) atau lebih dikenal dengan hak asasi
manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American
Declaration of Independence, 1776), Revolusi prancis (1789), dan Deklarasi
Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

Sementara itu konsep masyarakat madani, atau dalam khazanah Barat dikenal
sebagai Civil Society (masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan
(Renaissance) di Eropa melalui pemikiran John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel
Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah komsep, civil society berasal dari proses sejarah
panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang
state (negara). Dalam tradisi eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini
dianggap sama dengan negara (the state), yakni suatu kelompok atau kekuatan yang
mendominasi kelompok lain.

Di indonesia, perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan


kebangsaan dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan
Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir
ternyata harus menghadapi kekuatan represif baik dari rezim orde lama maupun
rezim orde baru, tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada
era reformasi ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi.

5
3. Masyaraat Madani Dalam Perspektif Islam

Konsep masyarakat madani menurut prespektif Islam sudah diatur dalam Al-
Quran yang dibagi menjadi 3 jenis yaitu masyarakat terbaik (khairah ummah),
masyarakat seimbang (ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah
muqtashidah). Berikut adalah kutipan ayat yang mengatur ketiga jenis istiilah tersebut :

1. Khairah Ummah dalam QS Ali Imran 3:110, yaitu :

‫وف‬ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬ َ ‫اس تَأ ْ ُم ُر‬


ِ َّ‫ُك ْنت ُ ْم َخ ْي َر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َجتْ ِللن‬
‫اَّلل َولَ ْو َءا َم َن أ َ ْه ُل‬ َ ُ‫َوت َ ْن َه ْو َن ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر َوت ُ ْؤ ِمن‬
ِ َّ ‫ون ِب‬
‫ون َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُم‬
َ ُ‫َان َخ ْي ًرا لَ ُه ْم ِم ْن ُه ُم ا ْل ُم ْؤ ِمن‬ ِ ‫ا ْل ِكتَا‬
َ ‫ب لَك‬
‫ون‬َ ُ ‫سق‬ ِ ‫ا ْلفَا‬
Artinya : “Kamu adalah umat terbaik untuk seluruh umat manusia. Kamu menyuruh
kepada yang ma’ruf, mencegah yang munkar untuk beriman kepada Allah. Apabila Ahli
kitab beriman, maka itu lebih baik bagi mereka, ada yang beriman diantara mereka, dan
kebanyakan mereka adalah fasik.”

2. Ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143, yaitu :

‫علَى‬ َ ‫ش َهدَا َء‬ُ ‫طا ِلتَكُونُوا‬ ً ‫س‬ َ ‫َو َكذَ ِل َك َجعَ ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
‫علَ ْي ُك ْم ش َِهيدًا َو َما َجعَ ْلنَا‬ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫ُون‬َ ‫اس َويَك‬ ِ َّ‫الن‬
‫سو َل‬ ُ ‫الر‬ َ َ‫ا ْل ِق ْبلَةَ الَّ ِتي ُك ْنت‬
َّ ‫علَ ْي َها ِإ ََّّل ِلنَ ْعلَ َم َم ْن يَت َّ ِب ُع‬

6
‫علَى‬ َ ‫ع ِقبَ ْي ِه َو ِإ ْن كَانَتْ لَ َك ِب‬
َ ‫يرةً ِإ ََّّل‬ َ ‫علَى‬ ُ ‫ِم َّم ْن يَ ْنقَ ِل‬
َ ‫ب‬
َّ ‫َّللاُ ِليُ ِضي َع ِإي َمانَ ُك ْم ِإ َّن‬
َ‫َّللا‬ َ ‫َّللاُ َو َما ك‬
َّ ‫َان‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َّ ‫ين َهدَى‬
‫وف َر ِحي ٌم‬ ٌ ‫اس لَ َر ُء‬ ِ َّ‫ِبالن‬
Artinya : “Dan demikian Kami menjadikan umat Islam sebagai umat yang adil sebagai
saksi perbuatan manusia dan Rasul adalah saksi perbuatan kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat sebagai kiblat mu kecuali agar Kami mengetahui siapa yang
mengikuti Rasul dan yang ingkar. Dan sungguh memindahkan kiblat ke barat adalah
orang yang mendapat petunjuk dan Allah tidak akan menyiakan imanmu. Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.”

3. Ummah Muqtasidah dalam QS Al-Maidah 5:66, yaitu :

ِ ْ ‫َولَ ْو أَنَّ ُه ْم أَقَا ُموا الت َّ ْو َراةَ َو‬


‫ال ْن ِجي َل َو َما أ ُ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه ْم‬
‫ت أ َ ْر ُج ِل ِه ْم‬ ِ ‫ِم ْن َر ِب ِه ْم ََل َ َكلُوا ِم ْن فَ ْو ِق ِه ْم َو ِم ْن ت َ ْح‬
َ ُ‫سا َء َما َي ْع َمل‬
‫ون‬ ٌ ‫ِم ْن ُه ْم أ ُ َّمةٌ ُم ْقت َ ِص َدةٌ َو َك ِث‬
َ ‫ير ِم ْن ُه ْم‬
Artinya : “Dan mereka menjalankan Taurat, Injil dan Al-Quran yang diturunkan
Tuhannya, mereka mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah. Diantara
mereka ada golongan pertengaham. Dan alangkah buruk yang dikerjakan mereka.”

Penjelasan dari masing-masing ayat di atas adalah :

o Konsep khairan ummah dalam QS Ali-Imran 3:110 adalah konsep masyarakat yang
ideal. Mereka ditugasi untuk mengembangkan beberapa fungsi diantaranya menyerukan
kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Selain itu, mereka juga tidak boleh
bercerai berai dan saling berselisih paham. Al Quran telah memberikan Cara

7
Meningkatkan Iman dan Taqwa serta cara berdamai untuk memecahkan masalah
internal yaitu metode syurah atau musyawarah, isilah atau rekonsiliasi dan berdakwah
dengan cara al-hikmah wa al-mujadalah bi allatu hiya ahsan yang berarti kebijaksanaan
dan perundingan dengan cara baik.
o Konsep ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143 menjelaskan bahwa
masyarakat seimbang adalah masyarakat yang berada di posisi tengah-tengah yaitu
menggabungkan yang baik dari yang bertentangan.
o Konsep ummah muqtashidah dalam QS Al-Maidah 5:66 adalah masyarakat moderat
yakni entitas di kalangan ahli kitab dan posisi ummah yang minoritas. Artinya bahwa
kelompok tersebut meskipun kecil, tetap dapat melakukan kebaikan dan perbaikan dan
meminimalisir kerusakan. Hampir sama dengan ummatan wasathan bahwa keduanya
memelihara penerapan nilai-nilai utama di tengah komunitas sekitar yang menyimpang.
Yang membuat beda ummah muqtashid adalah komunitas agama Yahudi atau Nahsrani,
dan ummah wasathan adalah komunitas agama sendiri yakni Islam.

Konsep-konsep yang sudah dijelaskan tersebut sungguh telah diterapkan di Madinah


yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Diterapkan setelah Nabi berhijrah dengan
para sahabat dan dikeluarkannya Sahifah ay Watsiqah Madinah atau Piagam Madinah
atau Madinah Charter yang berisi hal-hal berikut ini :

1. Asas kebebasan beragama yakni negara mengakui dan melindungi kelompok yang
beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing
2. Asas persamaan yakni semua orang yang mempunyai kedudukan sama sebagai
anggota masyarakat untuk saling membantu dan tidak boleh memperlakukan orang
lain dengan buruk
3. Asas kebersamaan yaitu anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban sama
kepada Negara
4. Asas keadilan yaitu setiap warga negara memiliki kedudukan sama di hadapan
hukum dimana hukum harus ditegakkan
5. Asas perdamaian yakni warga negara hidup berdaampingan tanpa perbedaan suku,
agama dan ras
6. Asas musyawarah yaitu semua permasalah yang terjadi di negara tersebut
diselesaikan melalui dewan syura

8
4. Persyaratan Menuju Masyarakat Madani

Dalam menuju masyarakat madani ada beberapa prasyarat yang harus terpenuhi, yaitu:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam


masyarakat.

b. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain
terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

c. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain dari
kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial budaya
dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan global.

5. Peluang dan Tantangan


 Tantangan

Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di


Indonesia diantaranya :

1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti


prototipe pemerintahan yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi
kemudian malah terjebak ke dalam faham lokalisme yang mengagungkan mitos-
mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip nasionalisme, meritokrasi dan
keadilan sosial.

2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan


antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas
terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan
kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk
mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara

9
integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata
Kleden (2000:5), “…penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan,
pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.”

Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu


kelompok ras tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi
oleh suatu klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior
dari ras yang dominan. Diskriminasi ras memiliki tiga tingkatan: individual,
organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu, diskriminasi ras berwujud
sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras terlihat
manakala kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan
kelompok tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala
satu lembaga sosial memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan
terhadap lembaga lainnya.

3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan


terhadap strata atau kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise.
Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian
dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang lain dalam menjangkau
sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada dalam masyarakat.

 Peluang

Pada era reformasi, masyarakat menuntut kembali kedaulatan rakyat yang telah
hilang, karena "era reformasi menuntut perubahan total dalam kehidupan bangsa
dan masyarakat untuk mewujudkan cita-cita "masyarakat madani Indonesia".
Reformasi menuntut perubahan dalam semua aspek kehidupan khususnya bidang
politik, pemerintahan, ekonomi dan budaya. Perubahan dalam bidang politik
terutama diarahkan kepada hidupnya kembali kehidupan demokrasi yang sehat
sesuai dengan tuntutan konstitusi 1945. Visi perubahan lebih ditekankan pada
pendekatan kemanusiaan untuk menuju masyarakat madani atau civil society yang
berkeadilan, berkeadaban dan mandiri di segala bidang dalam tatanan kehidupan
yang harmonis.

10
Kenyataan kehidupan bangsa dan negara Indonesia sekarang, tanpaknya memang
tidak mudah untuk mewujudkan masyarakat madani itu, jika corak budaya bangsa
Indonesia masih berlangsung dengan warna seperti yang dilukiskan pada
tantangan di atas. Karena untuk mewujudkan "masyarakat madani" di Indonesia
tidaklah semudah membalik telapak tangan, memerlukan proses panjang dan
waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa untuk mereformasi
diri secara total menuju terwujudnya masyarakat madani. "Diperlukan kerja keras
dan niat lurus untuk merubah budaya masyarakat agar menjadi lebih demokratis,
terbuka luas, dan bebas dari tekanan, agar jalan menuju masyarakat madani lebih
terbuka luas". Selain itu, keharusan masyarakat untuk ikut mengambil peran
dalam mewujudkan masyarakat berperadaban, masyarakat madani di Indonesia,
karena terbentuknya masyarakat madani adalah bagian mutlak dari wujud cita-cita
kenegaraan, yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat madani, baik


yang bersifat berjangka pendek maupun yang "berjangka panjang:

Pertama, peluang perubahan jangka pendek, menyangkut dengan perubahan pada


pemerintahan, politik, ekonomi, hukum dan jurnalistik.

[1] Sesuai dengan tuntutan masyarakat pada era reformasi, agar terciptanya
"pemerintahan bersih yang menjadi prasarat untuk tumbuh dan berkembangnya
masyarakat madani yang sehat. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani,
jelas akan menuntut ”performance”pemerintahan yang bersih, sebagai sebuah
pemerintahan yang efesien dan efektif, bersih dan profesional", berwibawa, bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Tercipta pemrintahan yang dapat dipercaya
[credible], dapat diterima [acceptable], dapat memimpin [capable], dan
pemerintahan yang bersih [clean government].

[2] Bidang politik, adanya "upaya sadar pemerintah dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesepakatan maksimal dalam memberi makna sistem demokrasi,
sehingga tercitanya tingkat keseimbangan relatif dan saling cek dalam hubungan
kekuasaan eksekutif, legeslatif dan yudikatif", sehingga terwujudnya keberdayaan
lembaga legislatif dalam melakukan fungsi-fungsi legislatif, pengawasan yang

11
mencerminkan aspirasi rakyat yang diwakilinya. "Dimensi demokrasi dari
masyarakat adalah tercipta kesepakatan nilai untuk kesetaraan di depan hukum
dan pemerintah, kesetaraan dalam kompetisi dan politik, kemandirian, dan
kemampuan menyelesaikan berbagai konflik dengan cara-cara damai", yang
mencerminkan ciri-ciri masyarakat madani.

[3] Bidang ekonomi, menuntut pemerataan kehidupan ekonomi yang lebih merata
dan bukan hanya untuk kepentingan sekelompok kecil anggota masyarakat.
Ekonomi yang sulit, kelaparan, hanya terdapat pada sistem politik penindasan atau
yang nondemokratis.

[4] Bidang hukum, reformasi menuntut ketaatan kepada hukum untuk semua
orang dan bukan hanya untuk kepentingan penguasa. Setiap orang sama di depan
hukum dan dituntut kedisiplinan yang sama terhadap nilai-nilai hukum yang
disepakati”. Diharpkan terbentuknya lembaga penegak hukum yang
mencerminkan berlakunya supermasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara menuju suatu tatanan masyarakat madani atau civil
societyIndonesia.

[5] Bidang jurnalistik, terciptanya kebebasan pers, yaitu berkembangnya media


massa baik cetak maupun elektronik yang sanggup berfungsi mendidik dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta melakukan fungsi kontrol secara
bertanggungjawab dan menerapkan etika jurnalistik secara konsekuen.

Kedua, peluang perubahan jangka panjang pada bidang kebudayaan dan pendidi-
kan. Reformasi budaya, yang menyangkut orientasi pemikiran, pola-pola perilaku,
dan tradisi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat luas yang perlu
dikembangkan dalam rangka mendukung proses pelembagaan dan mekanisme
kehidupan kenegaraan yang diidealkan. Reformasi budaya menuntut
perkembangan kebhinnekaan budaya Indonesia. Kebudayaan daerah merupakan
dasar bagi perkembangan identitas bangsa Indonesia, oleh sebab itu harus dibina
dan dikembangkan. Pengembangan budaya daerah akan memberikan sumbangan
bagi perkembangan rasa kesatuan bangsa Indonesia yang menunjang ke arah
identitas bangsa Indonesia yang kuat dan benar", yang mencerminkan masyarakat

12
plural sebagai ciri masyarakat madani. Pengembangan sistem pendidikan, tekanan
pada aspek kearifan budaya dan nilai-nilai lokal sebagai pijakan berbangsa, jangan
sampai tercerabut, karena identitas kebangsaan hanya bertahan jika sosialisasi
nilai-nilai kebangsaan yang mengacu pada nilai-nilai kultural bangsa dilakukan
melalui lembaga pendidikan.

13
BAB III

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat maka


kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan.
Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di
masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan
berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi
yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan
oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus
mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu dan bagaimana cara
menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang
terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.

Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam
diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena
semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam
maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang
memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak
akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan
potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

Adapun di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat memiliki dua fungsi baik
untuk yang menunaikan zakat maupun yang menerimanya. Dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat higga mencapai derajat yang disebut masyarakat
madani. Selain zakat, ada pula yang namanya wakaf. Wakaf selain untuk beribadah
kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang muslim
dengan muslim lainnya. Jadi wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi ibadah dan
fungsi sosial.

14
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni
melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi,
serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan
syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini
secara perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan
pada kesempatan kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-katanya
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan datang.

2. Saran
Cara mewujudkan masyarakat madani adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri
untuk senantiasa melakukan hal baik

15
DAFTAR PUSTAKA

 https://dokumen.tips/documents/masyarakat-madani-dalam-perspektif-
islam.html
 https://Pengertian Dan Sejarah Masyarakat Madani Menurut Para Ahli.htm
 http://dokumenzainalabidin.blogspot.com/2015/10/peran-pendidikan-islam-
dalam-upaya.htm
 http://tohathea.blogspot.com/2010/11/civil-soceity-dan-masyarakat-madani.html
 http://sulfadlieconomic.blogspot.com/2013/11/makalah-masyarakat-madani.html
 http://frog-belajar.blogspot.com/2010/12/hakikat-masyarakat-madani-
pengertian.html?m=1
 http://materi4belajar.blogspot.com/2017/01/masyarakat-madani-
pengertian.html?m=1
 https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/konsep-masyarakat-madani-
menurut-prespektif-islam
 http://frog-belajar.blogspot.com/2010/12/hakikat-masyarakat-madani.html

16

Anda mungkin juga menyukai