Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia dalam hidupnya mengalami berbagai fase perubahan yang disebut

perkembangan, dimana perkembangan ini merupakan bertambahnya kemampuan

manusia secara fisik maupun psikis dan bersifat kualitatif. Seorang individu bisa

dikatakan berhasil ketika ia bisa melewati setiap fase dalam perkembangan itu

dengan menyelesaikan tugas perkembangannya. Dalam melewati setiap fase itu,

individu mungkin akan menghadapi hambatan baik itu dari aspek fisik, kognitif,

emosi, sosial maupun spritual.

Proses kehamilan merupakan rantai yang berkesinambungan yang mencakup

proses ovulasi (pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, implantasi (nidasi pada uterus), pembentukan plasenta, serta

tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Dengan adanya kehamilan, akan

terjadi berbagai perubahan fisik dan psikologis. Kehamilan merupakan periode

episode dramatis pada kondisi biologis wanita yang menimbulkan berbagai

perubahan psikologis serta membutuhkan upaya adaptasi dari wanita yang

mengalaminya.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,

abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.

Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial

manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang

1
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya

meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang

bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi

sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Aspek sosial budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan

persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam

menanggapi hal ini. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut dalam

makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana masa kehamilan melalui pendekatan aspek psikologis dalam asuhan

kebidanan?

2. Bagaimana hasil pembahasan jurnal mengenai masa kehamilan?

3. Bagaimana masalah dalam kasus mengenai masa kehamilan?

4. Bagaimana kaitan kasus tersebut terhadap aspek psikologi dan sosio budaya?

2
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui masa kehamilan melalui pendekatan aspek psikologis

dalam asuhan kebidanan

2. Untuk mengetahui hasil pembahasan jurnal mengenai masa kehamilan

3. Untuk mengetahui masalah dalam kasus mengenai masa kehamilan

4. Untuk mengetahui kaitan kasus tersebut terhadap aspek psikologi dan sosio

budaya

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa kehamilan melalui pendekatan aspek psikologis dalam asuhan

kebidanan

1. Definisi Masa Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat

maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terbagi dalam 3 triwulan yaitu

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari

bulan keempat sampai enam bulan dan trimester ketiga bulan ketujuh sampai 9

bulan. (Elda Yosefni, 2017)

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan yang terjadi pada

wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis.

Oleh karenanya asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan

interfensi bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan

menghindari tindakan yang bersifat medis tidak terbukti manfaat nya. (Elda

Yosefni, 2017)

4
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam

prosesnya, perjlanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul – betul

penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya

sedikit yang suvive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang

sudah sedikit itu, Cuma 1 sperma saja yang bias membuahi sel telur (Mirza,

2008).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),

dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke-40. (Saifuddin, 2009).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi masa kehamilan

a. Faktor Fisik

1) Status kesehatan

a) Kehamilan pada usia tua

Segi negatif kehamilan diusia tua

(1)Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat

menentukan proses kelahirannya. Hal ini akan mempengaruhi

kondisi janin.

5
(2)Pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia sudah

menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan

usia reproduksi sehat (25-35 tahun). Jika proses ini mengalami

gangguan maka akan berdampak terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janin seperti IUGR yang berakibat BBLR

(3)Kondisi uterus juga sangan dipengaruhi oleh kondis fisik ibu. Jika

ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua maka

keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.

Segi positif hamil diusia tua

(1)Kepuasan peran sebagai ibu

(2)Merasa lebih siap

(3)Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik

(4)Mampu mengambil keputusan

(5)Perkembangan intelektual anak lebih tinggi

(6)Periode menyusui lebih lama

(7)Toleransi pada kelahiran lebih besar

b) Kehamilan multiple

Pada kasus kehamilan multiple biasanya kondisi ibu lemah. Ini

disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus di tanggung, baik dari

pemenuhan nutrisi, oksigen, dan lain-lain. Biasanya kehamilan

multiple menginikasikan adanya beberapa penyulit pada proses

persalinannya, sehingga persalinan operatif (section secarea) lebih

6
dipertimbangkan. Dengan demikian jika dilihat dari segi biaya, proses

persalinan dari kehamilan multiple akan lebih tinggi jika di

bandingkan dengan kehamilan tunggal.

c) Kehamilan dengan HIV

Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan

menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses

kehamilannya. Para penderita HIV dalam proses perjalanan

penyakitnya akan mengalami penurunan kondisi tubuh jika tidak

mendapatkan penanganan dan pemantauan yang adekuat dari tenaga

kesehatan. Selain adanya pengaruh fisik terhadap ibu dan bayi, hal lain

yang tak kalah pentingnya dan harus di pertimbangkan oleh tenaga

kesehatan ketika memberikan asuhan adalah kondisi psikologis ibu.

Pada ibu hamil dengan HIV akan mengalami kehilangan, cemas dan

depresi, dilemma serta khawatir dengan kesehatan bayinya.

2) Status gizi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlak dibutuhkan

oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutris bagi pertmbuhan

dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisk ibu untuk

menghadapi persalinan dengan aman. Selama proses kehamilan, bayi

sangat membutuhkan zat-zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu.

Pemenihan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan kondisi

7
kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapai masa nifas sebagai

modal awal untuk menyusui.

3) Gaya hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup ,asyarakat

sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan

kesehatan wanita hamil. Misalnya kebiasaan begadang, berpergian jauh

dengan berkendara motor, dan lain-lain. Gaya hidup ini akan

mengganggu kesejahteraan bayi yang di kandung karena kebutuhan

istrahat mutlak harus di penuhi.

4) Perokok/Alkohol

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dengan

bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang diisap melalui

rokok dapat ditransfer lewat plasenta ke dalam tubuh bayi. Pada ibu hamil

dengan merokok berat kita harus waspada akan risiko keguguran,

kelahiran premature, BBLR, bahkan kematian janin.

5) Hamil di luar nikah/kehamilan yang tidak diharapkan

Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan

sangat membenci kehamilannya, sehinga tidak ada keinginan dari ibu

untuk melakukan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan

bayinya. Pada kasus ini kita waspadai adanya keguguran premature, dan

kematian janin.

b. Faktor Psikologis

8
1) Stressor Internal

Ini meliputi factor-faktor pemicu stress ibu hamil yang berasal dari diri

ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang di tanggung oleh iu dapat

menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat

ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seorang dengan kepribadian

yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang dialami oleh ibunya,

seperti anak yang menjadi seorang dengan kepribadian temperamental

dan orang yang terlalu rendah diri (minder).

2) Stressor Eksternal

Pemicu stress yang berasal dari luar, bentuknya sangat bervariasi.

Misalnya, masalah ekonimi, konflik keluarga, pertengkaran dengan

suami, tekanan dari lingkungan.

3) Dukungan Keluarga

Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang

bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada

setiap perubahan yang terjadi, dimana sumber stres terbesar terjadi karena

dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu.

4) Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Pasangan (Parthner Abuse)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap

perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan

yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga

kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu

9
dan bayinya. Efek psikologis yang muncul adalah gangguan rasa aman

dan nyaman pada pasien. Sewaktu-waktu pasien akan mengalami

perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janinnya.

c. Faktor Lingkungan, Sosial, dan Budaya

1) Kebiasaan, Adat Istirahat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu

hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana,

jangan sampai menyinggung “kearifan local” yang sudah berlaku di

daerah tersebut.

Penyampaian mengenai pengaruh adat dapai melalui berbagai teknik,

misalnya melalui media massa, pendekatan tokoh masyarakat dan

penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan

juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya

menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang

sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada

salahnya jika memberikan respons yang positif dalam rangka menjalin

hubungan yang sinergis dengan masyarakat.

2) Fasilitas Kesehatan

Adanya fasilitas yang memadai akan sangat menentukan kualitas

pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya

penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat

10
diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh

terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).

3) Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terbiukti sangat berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat

sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik

dan psikologsi yang baik pula. Status gizipun akan meningkat karena

nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani

secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari setelah bayinya lahir.

Ibu akan lebih focus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya

sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi

yang lemah maka ia akan mendapatkan banyak kesulitan, terutama

masalah pemenuhan kebutuhan primer.

4) Kebiasaan Dalam Kehamilan

Terjadinya kekerasan dalam kehamilan akan sangat mempengaruhi

kesehatan ibu dan bayi. Tekanan psikologis yang dialami oleh ibu akan

membawa dampak yang sangat tidak baik baginya. Jika ibu mengalami

depresi, maka kemungkinan besar motivasi ibu untuk merawat bayi juga

akan menurun, sehingga bidan perlu waspada terhadap adanya penyulit

dan komplikasi tersebut.

5) Tingkat Pendidikan

11
Tingkat ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas perawatan

bayinya informasi yang berbungan dengan keperawatan kehamilan sangat

dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya.

Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan

seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu.

Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang redah kadang ketika tidak

mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya, maka ia tidak

tahu mengenai bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan yang

baik.

6) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan

yang lebih banyak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang

lain, sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan

informasi seputar keadaannya.

Tenaga kesehatan perlu mengkaji ini untuk mendapatkan data

mengenai kedua hal tersebut. Dengan mengetahui data ini, maka tenaga

kesehatan dapat memberikan informasi dan penyuluhan yang tepat sesuai

dengan kondisi pasien.

3. Perubahan dan adaptasi psikologis masa kehamilan

12
Seperti pada perubahan fisiologis, perubahan psikologis pada ibu hamil juga

mengalami perubahan jika dibandingkan dengan keadaan sebelum hamil.

Perubahan psikologis dapat memengaruhi kondisi psikologis, ada yang berupa

keluhan positif dan negatif. Perubahan psikologis pada ibu hamil dapat dibagi

dengan melihat waktu kehamilan yaitu trimester 1, trimester II, dan trimester

III. Masing-masing priode menunjukkan perubahannya masing-masing.

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami

perubahan psikologis dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk

beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Antisipasi

Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan

merubah peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas

khusus kehamilan) dan informal melalui model peran (role model).

Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda lainnya

akan mempercepat proses adaptasi untuk mencapai penerimaan peran

barunya sebagai seorang ibu.

b. Tahap honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)

Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara

mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah

posisinya sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi dari ibunya

menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya. Untuk memenuhi

kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut dari pasangannya. Ia

13
akan mencoba menggambarkan figure ibunya untuk kemudian ia adaptasi

dan terapkan pada bayinya nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap

ini adalah seiring dengan sudah mapannya beberapa persiapan yang

berhubungan dengan kelahiran bayi, termasuk dukungan semnagat dari

orang-orang terdekatnya.

c. Tahap stabil (bagaiman mereka dapat melihat penampilan dalam peran)

Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu

titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktivitas-

aktivitas yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti

mencari tahu tentang informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik

dan merawat anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan

keluarga.

d. Tahap akhir (perjanjian)

Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia

tetap mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat

mungkin “menepati janji” mengenai kesepakatan-kesepakatan internal yang

telah ia buat berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini

sampai bayinya lahir kelak.

Masing-masing periode menunjukkan perubahannya :

a. Trimester 1

Periode kehamilan trimester 1 adalah priode penyesuaian terhadap

kehamilan. 80% wanita pada periode ini belum menerima bahwa dirinya

14
hamil, kecewa, cemas, sedih bahkan hingga depresi. Perasaan ini terkadang

membingungkan atau ambivalen terhadap apa yang di ucapkan berbeda

dengan perasaan negatif yang dirasakannya. Perlu bantuan pemahaman

tentang keadaan dirinya saat ini dan beberapa keluhan yang akan terjadi

secara anatomi dan fisiologi tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap

kehamilan.

Oleh karena ketidaksiapan ibu memahami perubahan fisiologis, ibu tidak

akan berusaha melawan keluhan tubuhnya dengan tindakan positif.

Kecendrungan ini menjadi timbul rasa beersalah yang berkepanjangan

sampai akhir kehamilan dan terus menyalahkan diri dan teru menganggap

dirinya yang membuat janinnya tidak sehat. Keadaan fisikologis ini semakin

memicu rasa mual yang berlebihan, tidak nafsu makan, kelelahan, semakin

sensitif emosionalnya.

Ambivalen terhadap kemampuannya menjadi seseorang ibu, efek

kehamilannya terhadap kehidupannya seperti karier, tanggung jawab baru

yang harus ia lakukan kondisi keuangan yang harus di sesuaikan yang

hadirnya anaknya kelak. Perasaan ambivalen ini dengan sendirinya akan

hilang seriing dengan berkembangnya kehamilan. Namun, pendampingan

untuk memberikan informasi positif akan membantu ibu menghilangkan

semua perasaan tersebut dan buasanya pada akhir trimester I akan hilang

bersamaan dengan ibu mengungkapkan perasaan yang menimbulkan konflik

pada dirinya.

15
Periode trimester I ini, ibu sangatfokus terhadap diri sendiri, setiap

perubahan fisiologis yang terjadi pada setiap organ tubuh nya menjadi

perhatiannya. Perasaan suka cita sekaligus rasa tidak percaya bahwa dirinya

dapat hamil dialami oleh ibu yang sudah lama merencanakan kehamilan dan

telah berusaha keras untuk hamil. Tidak sabar menunggu trimester III karena

mereka meyakini jika telah sampai periode tersebut, adalah periode ama dari

kemungkinan keguguran dan kemungkinan besar harapan mereka memiliki

bayi lebih akan tercapai.

Pada wanita yang sangat mengharapkan kehamilan, terus mencari

perubahan fisik tubuh untuk meyakinkan bahwa dirinya memang hamil,

seperti perubahan payudara, perubahan perut, perubahan berat badan, ibu

akan merasa bahwa badannya bertambah besar karena pengaruh besar nya

janin pada perutnya dan terus berusaha membesarkan janin didalam

kandungannya. Keadaan ini sangat berbeda sekali pada wanita yang tidak

mengharapkan kehamilan, seperti hamil diluar nikah, mereka akan menahan

makan dan mengempiskan perut agar tidak terlihat oleh orang lain bahwa

dirinya hamil.

Perubahan aktifitas seksual pada periode trimester I secara umum terjadi

penurunan libido. Hal ini karena perasaan mual, mudah lelah,payudara yang

nyeri, kecemasan, khawatir dan depresi yang terjadi pada periode tersebut.

Asuhan kebidanan yang mampu mengurangi keluhan ibu di trimester I ini

diantara menganjurkan untk memeriksakan kehamilan secara teratur,

16
menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk berkomunikasi secara baik,

menempatkan nilai-nilai penting sebagai upaya mempersiapkan diri menjadi

orang tua sejak awal kehamilan, melakukan latihan fisik rinen, menjaga

penampilan fisik dan melakukan upaya relaksasi.

Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian)

1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya

2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan.

Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini

dilakukan sekadar untuk meyakinkan dirinya.

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama

5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang

ibu yang mungkin akan dibertahukannya kepada orang lain atau malah

mungkin dirahasiakannya

6) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita,

tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan

b. Trimester II

Trimester kedua ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan

trimester I karena nafsu makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami

mual muntah sehingga ibu lebih bersemangat. Ibu sudah mulai merasa sehat

dan dapat menerima kehamilannya. Pada trimester II biasanya ibu lebih

17
dapat menyesuaikan diri dengan kehamilan dan selama trimester ini dan ibu

mulai merasakan gerakan janinnya pertama kali (quickening).

Dengan adanya quickening muncul perasaan yang jelas terhadap

kehamilannya. Ibu akan mulai bersosialisasi dengan wanita hamil lainnya

dalam mendiskusikan dan membandingkan perubahan yang dialami wanita

hamil lain. Mulai bergabung dengan kelompok kelas ibu hamil sehingga

memberikan pengalaman untuk mengerti keluhan yang muncul selama

kehamilan dan upaya mengatasinya.

Aktivitas seksual ibu hamil pada trimester ini sudah membaik

dibandingkan trimester pertama, karena keluhan mulai berkurang bahkan

trimester pertama hilang sama sekali. Sekitar 80% ibu mengalami kemajuan

dalam hubungan seks, bahkan hamper sebagiannya merasakan lebih erotis.

Pada ibu hamil yang merasakan adanya perubahan bentuh tubuh yang

semakin membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan merasa

suami tidak memperhatikan lagi. Hal ini sering dialami oleh ibu yang

berhasil melewati adaptasi psikologis pada trimester I. kondisi ini dikenal

dengan istilah krisis body image.dukungan keluarga yang kurang saat

melewati perubahan di trimester pertama diduga sebagai pemicu keadaan ini.

Asuhan yang dapat diberikan bidan untuk mengurangi psikologis ini

adalah menganjurkan ibu untuk bergabung dalam kelompok ibu hamil

sehingga dialog antara sesame ibu hamil dan pemberian informasitentang

kehamilan akan sering diperoleh ibu. Selain itu dianjurkan untuk

18
mendampingi ibu oleh suami dan keluarga tetap diberikan. Dengan

memberikan kelompok ibu hamil seperti bimbingaan kelas ibu hamil ini

bidan menyediakan jaringan dukungan social untuk ibu, hal ini merupakan

kegiatan bidan mengelola kecemasan dan stress kehamilan di masyarakat

(Barber and starkey, 2015).

Perubahan Psikologis Trimester II (Perode Kesehatan Yang Baik)

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang

tinggi

2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

3) Merasakan gerakan anak

4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

5) Libido meningkat

6) Menuntut perhatian dan cinta

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang

yang baru menjadi ibu

9) Keterikatan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan

persiapan untuk peran baru.

c. Trimester III

Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab

pada periode ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya dan

terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayi nya akan lahir sewaktu-waktu.

19
Hal ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya

tanda dan gejala persalinan. Munculnya perasaan bayinya akan lahir tidak

normal, perasaan ini semakin ingin menyelesaikan kehamilannya.

Sering bermimpi dan berhayal tentang bayinya, ada pula yang sedih krena

akan berpisah dengan bayinya didalam kandungan sehingga khawatir akan

kehilangan perhatian khusus yang diterimanya selama hamil. Pada trimester

III ini hasrat seksual ibu menurun lagi, hal ini karena abdomennya yang

semakin membesar dan perasaan tidak nyaman lainnya seperti mudah lelah,

kram, pada punggung dan keluhan muskuloskeletal lainnya.

Perubahan Psikologis Trimester III (Periode Penantian dengan

Kewaspadaan)

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak

menarik

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalan keadaan tidak normal, bermimpi

yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

6) Merasa kehilangan perhatian

7) Perasaan mudah terluka (sensitif)

8) Libido menurun

20
d. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, II dan III

1) Support Keluarga

Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang dari

orang-orang terdekatnya. Terutama suami. Kadang ibu dihadapkan pada

suatu situasi yang ia sendiri mengalami ketakutan dan kesendirian,

terutama pada trimester akhir. Kekahawatiran tidak disayang setelah bayi

lahir kadang juga muncul, sehingga diharapkan bagi keluarga terdekat

agar selalu memberikan dukungan dan kasih sayang. Bidan sangat

berperan dalam memberikan pengertian ini pada suami dan keluarga

2) Support dari Tenaga Kesehatn

Bagi seorang ibu, tenaga kesehatan khususnya bidan mempunyai

tempat tersendiri dalam dirinya. Harapan pasien adalah bidan dapat

dijadikan sebagai teman terdekat dimana ia dapat mencurahkan isi hati

dan kesulitannya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Posisi ini

akan sangat efektif sekali jika dapat mengembangkan kemampuannya

dalam menjalin hubungan yang baik dengan pasien. adanya hubungan

saling percaya akan memudahkan bidan dalam memberikan penyuluhan

kesehatan.

3) Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan

Selama kehamilan ibu banyak mengalami ketidaknyamanan fisik dan

psikologis. Bidan bekerjasama dengan keluarga diharapkan berusaha dan

secara antusias memberikan perhatian serta mengupayakan untuk

21
mengatasi ketidaknyamanan dan ketidakamanan yang dialami ibu.

Kondisi psikologis yang dialami oleh ibu akan sangat berpengaruh

terhadap perkembangan bayi. Tingkat kepercayaan ibu terhadap bidan

dan keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran proses persalinan.

4) Persiapan Menjadi Orang Tua

Ini sangat penting dipersiapkan karena setelah bayi lahir akan banyak

perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah, dan keluarga. Bagi

pasangan yang baru pertama punya anak, persiapan dapat dilakukan

dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi

pengalamannya dan memberikan nasehat mengenai persiapan menjadi

orang tua. Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih lebih dari satu

anak, dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Selain

persiapan mental, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi,

karena bertambah anggota, bertambah pula kebutuhannya.

5) Persiapan sibling

Sibling rivalry rasa persaingan antara saudara kandung akibat

kelahiran anaknya berikutnya. Biasanya terjadi pada anak usia 2-3 tahun.

Sibling rivalry ini biasanya ditunjukkan dengan penolakan terhadap

kelahiran adiknya, menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh

dari ibunya, atau melakukan kekerasan kepada adiknya (memukul,

menindih, mencubit, dll). Untuk mencegah sibling rivalry ada beberapa

langkah yang dapat dilakukan, diantaranya sebagai berikut :

22
a) Jelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada adiknya, ia tetap

disayangi oleh kedua ayah dan ibu)

b) Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya

c) Ajak anak untuk berkomunikasi dengan bayi sejak masih dalam

kandungan

d) Ajak anak untuk melihat benda-benda yang berhubungan dengan

kelahiran bayi

4. Citra diri pada ibu hamil

Perubahan tubuh ibu hamil yang berlangsung cepat, akan menimbulkan

perubahan citra tubuh. Tingkat perubahan berhubungan dengan faktor-faktor

kepribadian,respons social dan sikap menghadapi kehamilan. Perubahan citra

tubuh adalah normal tetapi dapat menimbulkan stress. Diperlukan penjelasan

dan diskusi kepada pasangan yang dapat membantu menghilangkan stres dalam

kehamilan.

Perubahan tubuh ibu hamil yang berlangsung cepat, akan menimbulkan

perubahan citra tubuh. Tingkat perubahan berhubungan dengan faktor-faktor

kepribadian, repsons sosial dan sikap menghadapi kehamilan. Perubahan citra

tubuh adalah normal tetapi dapat menimbulkan stres. Diperlukan penjelasan

dan diskusi kepada pasangan yang dapat mebantu menghilangkan stres dalam

kehamilan.

Salah satu faktor yang berpengaruh pada munculnya gangguan suasana hati

yaitu citra tubuh yang dimiliki seorang wanita. Perubahan-perubahan yang

23
terjadi pada berat dan bentuk tubuh saat hamil akan mengaktifkan bekerjanya

penilaian seorang wanita terhadap bentuk tubuh dan penilaian ini akan

mempengaruhi citra tubuh yang terbentuk (Boscaglia, et al, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Danielle Symon Downs (2008) menunjukan

bahwa wanita yang dapat beradaptasi dengan perubahan bentuk tubuhnya

dengan baik dan melakukan olahraga rutin selama hamil akan menurunkan

kemungkinan depresi yang dialami ibu selama hamil maupun setelah

melahirkan.

5. Kesiapan menjadi orang tua

Segala persiapan menjadi orang tua harus direncanakan sedini mungkin

diantaranya: Bersama-sama dengan pasangan selama kehamilan dan saat

melahirkan untuk saling berbagi pengalaman yang unik setiap kejadian yang

dialami oleh masing-masing. Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang

akan dilakukan untuk menghadapi status berbagai orang tua, seperti:

a. Akomodasi bagi calon bayi

b. Menyiapkan tambahan penghasilan

c. Bagaimana apabila nanti tibanya saat ibu harus kembali bekerja

d. Apa saja yang diperlukan untuk merawat bayi

a. Peran orang tua sebagai proses peralihan yang berkelanjutan:

1) Peralihan menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu

keadaan statis.

24
2) Berawal dari kehamilan dan merupakan kewajiban menjadi orang tua

dimulai.

b. Peran orang tua sebagai krisis dibandingkan sebagai masa peralihan:

1) Perubahan ini dianggap suatu krisis apabila sangat hebat, sangat

menganggu dan merupakan perubahan negatif

2) Perubahan kebiasaan yang menganggu seperti :

a) Perubahan kehidupan seksual

b) Pola tidur dan lain-lain

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir

adalah:

1) Temperamen

2) Cara pasangan mengartikan stres dan bantuan

3) Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka

d. Peralihan menjadi orang tua

1) Fase penantian :

a) Berkaitan dampaknya pada kehamilan

b) Calon orang tua perlu menyelesaikan tugasnya unttuk menjadi orang

tua, misalnya : pembagian tugas dalam keluarga

c) Pasangan dalam fase ini akan mengalami persaan yang hebat,

tantangan, dan tanggung jawab

2) Fase bulan madu

25
a) Sangat berdampak pada masa puerpurium, perlu mendapat perhatian

pada askebnya

b) Bersifat psiksi dan bukan merupakan saat damai dan gembira

c) Hubugan antar pasangan memiliki peran penting dalam membina

hubungan baru dengan bayi

d) Merupakan fase yang beradaptasi dengan anggota baru.

B. Mengidentifikasi Hasil Jurnal

Jurnal yang diambil yaitu tentang “Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal

dalam Tradisi Molonthalo di Provinisi Gorontalo ”. Dalam jurnal ini dijelaskan

Molonthalo yaitu ritual adat yang diberlakukan bagi seorang perempuan hamil

dalam usia kandungannya yang beranjak 7-8 bulan. Sebagaimana yang diketahui

Molonthalo adalah suatu bentuk syukuran yang mengandung doa yang ditujukan

kepada bayi tanpa ada unsur kemusyirikan. Secara umum, istilah Molonthalo

mempunyai makna keselamatan yang diadakan oleh orang yang pertama yang

memperoleh keturunan dimana usia kandungnya sekitar 7-8 bulan (tetapi ada juga

yang mnelaksanakannya pada usia kandungan 9 bulan). Artinya diperhitungkan

sebelum kelahiran sang bayi, dengan maksud untuk mengetahui bagaimana

keadaan, letak, dan posisi sang bayi apakah dalam keadaan yang benar atau tidak

dalam kandungan sang ibu.dalam pelaksanaan upacara Molonthalo di tanamkan

nilai-nilai tauhid ditanamkan kepada sang bayi sedini mungkin agar nantinya bayi

ini menjadi manusia yang bertauhid. Dalam pelaksanaan tradisi Molonthalo

melibatkan kerabat pihak suami, hulango, imam atau hatibi, 2 orang anak

26
perempuan usia 7-9 tahun yang masih lengkap kedua orangtuanya. Atribut atau

benda budaya yang dipakai pada tradisi ini yaitu hulante yang berbentuk

seperangkat bahan diatas baki terdiri dari 2 cupak atau 3 liter, diatasnya terletak 7

buah pala, 7 buah cengkeh, 7 buah telur, 7 buah limututu (lemon sowanggi), 7

buah mata uang yang bernilai Rp 100. Beras 3 liter pelambang rejeki, pala dan

cengkeh melambangkan ketegaran hidup, telur melambangkan asal kejadian, jeruk

purut atau limututu melambangkan keharuman, kepingan mata uang

melambangkan keuletan dan keterampilan dalam mencukupi kebutuhan hidup.

Dalam proses pelaksanaanya dimulai dengan Molone’o yang artinya mengetahui

keadan perut ibu yang hamil tentang usia bayinya yang dihitung dari berhentinya

haid (Tiloyonga). Kedua Modu’oto yang memiliki arti mengetahui umur bayi yang

dihitung dari saat Molone’o yaitu dari berusia 3 bulan dengan cara mengurut perut

ibu dengan tapak tangan pada sisi-sisi perut. Kemudian dilanjutkan dengan proses

terakhir yaitu Molonthalo dimana hualngo menyiapkan bahan-bahan atau atribut

sebagaimana yang telah diuraikan pada persiapan. Kemudian memberikan tanda

(bontho) dengan alawahu tilihi pada dahi, leher, bagian bawah tenggorokan, bahu,

lekukan tangan dan bagian atas telapak kaki, bawah lutut, yang bermakna

pernyataan sang ibu akan meninggalkan sifat-sifat tercela dalam mendidik dan

membesarkan anak-anaknya nanti.

C. Masalah dalam kasus mengenai masa kehamilan

Setelah dilakukan identifikasi pada tradisi Molonthalo ini tidak didapati

masalah ataupun kesenjangan yang berkaitan dengan kehamilan ataupun dampak

27
yang bisa mempengaruhi kehamilan sang ibu. Justru sebaliknya, tradisi tersebut

dilaksanakan dengan tujuan dan harapan agar sang ibu tidak memiliki saat

mengalami proses persalinan, dan tradisi tersebut merupakan bentuk rasa syukur

atas kehamilan sang ibu.

D. Kaitan kasus tersebut terhadap aspek psikologi dan sosial budaya

Dalam tradisi Molonthalo tidak terdapat kaitan masalah dengan aspek psikologi

maupun sosial budaya karena proses pelaksanaan tradisi Molonthalo bukan suatu

hal yang menyimpang. Dan tradisi Molonthalo ini sama skali tidak mempengaruhi

psikologi sang ibu.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan

masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan

status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah

kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat

khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru

lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi

yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.

Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang

meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan

kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan

hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

B. Saran

Sebagai bidan kita bisa mealukan pendekatan melalui kegiatan-kegiatan

kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan

promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan

di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.

29

Anda mungkin juga menyukai