Evrog Zilia Dinkes
Evrog Zilia Dinkes
Pendahuluan
Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian paling sering
terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih. Tetanus ditandai dengan
kaku otot yang nyeri karena disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani pada luka anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi
usia hari ke 3 sampai hari ke 28 setelah lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah tetanus
pada kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan. Penyakit tetanus ini tidak dapat
diberantas melainkan hanya dapat ditekan/dieliminasi. Upaya eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal (TMN) bertujuan mengurangi jumlah kasus TMN, dapat dilakukan dengan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan penanganan tali pusat yang higienis.1,2
Eliminasi tetanus neonatorum (ETN) dikatakan tercapai apabila jumlah kasus tetanus yang
kurang dari satu per 1000 kelahiran hidup di setiap kabupaten/kota. Secara operasional,
status ETN ini dapat diukur dengan unit terkecilnya pada kabupaten/kota dengan indikator
penilaian cakupan imunisasi Tetanus Toksoid 2+ (TT2+) pada wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil didalamnya.3
Berdasarkan WHO tahun 2013 sekitar 49.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN.
Tahun 2015 WHO menyatakan bahwa masih terdapat 21 negara yang belum tereliminasi
tetanus neonatorum dan tetanus maternal, salah satunya adalah Indonesia.4 Data SDKI
(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia), Angka Kematian Neonatal (AKN) pada
tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup dan TN merupakan salah satu penyebab
utamanya, sehingga tetanus merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia.1 Pada tahun 2016 menurut Profil Kesehatan Indonesia, dilaporkan terdapat
14 kasus TN dari 6 provinsi dengan jumlah meninggal 6 kasus atau CFR 42,9%.
Dibandingkan tahun 2015, terjadi penurunan baik jumlah kasus maupun CFR-nya, yaitu
53 kasus dari 13 provinsi dengan CFR sebesar 50,9%.5
1
imunisasi TT lengkap pada ibu hamil berarti akan mengurangi keberhasilan program
imunisasi dalam melindungi ibu hamil dan bayi dari penyakit tetanus.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya, yaitu:
1. Menurut WHO pada tahun 2013, angka kematian bayi baru lahir akibat tetanus secara
global adalah sebesar 49.000 bayi.
2. Menurut data SDKI 2012, angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 19 per 1000
kelahiran hidup dan TN merupakan salah satu penyebab utamanya.
4. Sebesar 58% kasus tetanus neonatorum di Indonesia terjadi pada ibu yang tidak
divaksinasi.
5. Penyakit tetanus ini tidak dapat diberantas melainkan hanya dapat ditekan/dieliminasi.
6. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI 2015, cakupan imunisasi TT2+
pada ibu hamil di Indonesia sebesar 65,20% dan Jawa Barat sebesar 93,5%.
7. Berdasarkan laporan imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang 2017, cakupan
imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Kabupaten Karawang sebesar 65%.
8. Belum diketahuinya penyebab masalah dari program pelayanan imnisasi TT2+ pada
ibu hamil di Puskesmas Rengasdengklok, Karawang pada periode Januari 2017
sampai dengan Desember 2017.
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menjalankan program puskesmas
khususnya program imunisasi TT2+ ibu hamil sekaligus merangsang cara berpikir
kritis dan ilmiah.
1.5 Sasaran
4
Bab II
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan
bulanan puskesmas mengenai program imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Puskesmas
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai dengan Desember
2017, yang berisi kegiatan sebagai berikut:
2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan cakupan program imunisasi TT
2+ pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat periode Januari 2017 sampai Desember 2017 terhadap tolok ukur yang ditetapkan
dengan mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, analisis data,
dan interpretasi data dengan menggunakan pendeketan sistem sehingga dapat ditemukan
masalah yang ada dari pelaksanaan program imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Puskesmas
Rengasdengklok kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.
5
Bab III
Kerangka Teori
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran. Digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pelayanan imunisasi TT2+ pada
ibu hamil.
7
Bab IV
Penyajian Data
3. Data PWS program imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil Puskesmas
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang periode Juni 2017 sampai dengan Mei 2018.
4. Data laporan bulanan penapisan sederhana imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil
Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang periode Juni 2017 sampai dengan
Mei 2018.
5. Data laporan indeks pemakaian vaksin Tetanus Toxoid pada ibu hamil Puskesmas
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang periode Juni 2017 sampai dengan Mei 2018.
4.1.Data Uumum
4.2.1 Data Geografis
Lokasi Puskesmas
Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok adalah Puskesmas dengan DTP PONED yang
merupakan puskesmas induk dan tidak memiliki Puskesmas pembantu (Pustu).
Puskesmas ini terletak di Jalan Tugu Proklamasi RT 022/ RW 012, Rengasdengklok,
Karawang.
Batas Wilayah Kerja
Batas wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok:
Sebelah Utara : Wilayah Puskesmas Jayakerta dan Medangasem
Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Kalangsari
Sebelah Barat : Dibatasi Sungai Citarum Kabupaten Bekasi
9
Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Kutamukti dan Kutawaluya
Luas Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok ± 1.575 Ha yang terdiri dari tanah
darat 215 ha (20%), sawah 1260 ha (80%), kepadatan penduduk ± 479 jiwa/ km 2,
terdiri atas 6 desa (Dewisari, Kertasari, Rengasdengklok Utara, Rengasdengklok
Selatan, Amansari, dan Dukuhkarya), dengan 32 dusun dan 157 RT.
4.3.1.2 Dana(Money):
APBD : Ada
BOK : Ada
Medis
o Peralatan suntik
Auto Disable Syringe (0,05ml; 0,5ml; 5ml) : Ada
Alkohol 70 % : Ada
Cold Chain:
Lemari es : 1 buah
Vaccine refrigerator : 1 buah
Vaccine Carrier (Cold box) : Setiap tim lapangan ada 1 buah
Termos + 4 buah cold pack : Sesuai jumlah tim lapangan
Vaksin
Tetanus Toxoid : Ada
o Non Medis
Leaflet : Tidak ada
Poster : Tidak ada
Proyektor : Ada
11
Layar : Ada
o Gedung Puskesmas
Ruang Pendaftaran : 1 ruang
Ruang Tunggu : 3 ruang
Ruang Periksa : 5 ruang
Kamar Obat : 1 ruang
Aula : 1 ruang
o Posyandu (46 pos) : Sistem lima meja
o Buku KIA : Ada
o Buku pencatatan hasil imunisasi : Ada
o Buku pencatatan stok vaksin : Ada
o Kartu pencatatan suhu lemari es : Ada
o Kartu pencatatan suhu freezer : 1 lembar/bulan
o Kapas dan tempatnya : Ada
o Tempat sampah : 3 buah
o Safety box : Sesuai tim
lapangan
o Kartu TT seumur hidup : Tidak ada
o Panduan pertanyaan untuk penapisan/screening : Tidak ada
4.3.1.4 Metode
Penentuan sasaran ibu hamil dengan menghitung jumlah semua ibu hamil di
wilayah dalam kurun waktu 1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk
melindungi ibu dan bayi dari tetanus. Besar sasaran ibu hamil didapat dari:
Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe (ADS), dan safety
box. Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin perlu diperhatikan jumlah sasaran,
target cakupan, dan indeks pemakaian (IP) vaksin. IP vaksin dihitung setiap bulan dari
12
jumlah suntikan yang diberikan tahun lalu dibagi dengan jumlah vaksin terpakai tahun
lalu.
Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS). Ukuran ADS yang digunakan untuk vaksin TT adalah 0,5 ml.
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2.5 liter mampu menampung 50 alat suntik
bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas. Limbah imunisasi
selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
13
e. Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan kondisi
VVM A atau B dan tidak pernah beku.
f. Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka disimpan di antara
busa (spons) pada vaccine carrier.
g. Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai.
h. Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk disuntik.
14
6. Pelayanan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil.
7. Penyuluhan/Kampanye Imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT. Penyuluhan perorangan dilakukan setiap hari
ketika ibu hamil datang ke puskesmas. Sedangkan penyuluhan kelompok dilakukan
setiap bulan di posyandu.
15
4.3.2 Proses (Process)
4.3.2.1 Perencanaan
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu 1
tahun.
= 1868 x 90%
= 1681 alat suntik
Kebutuhan Cold Chain:
o Lemari Es : 1 buah
o Vaccine refrigerator : 1 buah
o Vaccine Carrier (Cold box) : Setiap tim lapangan ada 1 buah
o Termos + 4 buah cold pack : Sesuai jumlah tim lapangan
16
4.3.2.2 Pengorganisasian
Kepala Puskesmas
Dr. Hj. Siti Yulyana
17
Melakukan pengawasan terhadap koordinator pelaksaan program imunisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya
c. Koordinator Program Imunisasi
Sebagai koordinator program.
Melakukan pencatatan hasil cakupan program dan melaporkan hasil pencatatan
kepada kepala puskesmas dalam waktu tiap bulan.
Mengkoordinasi bidan desa untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik.
c. Bidan desa, Bidan Swasta
Sebagai pelaksana kegiatan imunisasi Tetanus Toxoid
Sebagai pelaksana kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok mengenai
imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil
Melakukan pencatatan dan melaporkan hasil pencatatan.
4.3.2.3 Pelaksanaan
18
4. Penyimpanan Vaksin
a. Vaksin disimpan pada suhu antara 2-80 C.
b. Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan
dingin dan kestabilan suhu
c. Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.
d. Jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan agar terjadi sirkulasi
udara yang baik.
e. Ada1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari es.
f. Pencatatan suhu dilakukan sehari 2x yaitu pada pagi hari dan menjelang pulang
siang/sore.
5. Rantai Dingin Vaksin TT di Lapangan
a.a. Pembawaan vaksin ke tempat posyandu menggunakan termos dan 4 kotak dingin
cair (cool pack).
a.b. Terdapat busa atau spons untuk menyimpan vaksin yang telah dibuka.
6. Penapisan Sederhana Status TT Ibu Hamil
a. Penapisan berdasarkan ingatan.
b. Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/screening.
c. Tidak tersedianya Kartu TT seumur hidup.
7. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil
a. Posyandu : 1 kali dalam sebulan.
9. Pemantauan Imunisasi TT
Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk
mengetahui cakupan dari wilayah yang belum tercapai.
10. Pencatatan dan pelaporan program imunisasi Tetanus Toxoid terhadap ibu hamil
dilaksanakan setiap bulan sebelum tanggal 5.
19
4.3.2.4 Pengawasan
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap bulan sebelum tanggal 5 oleh
pemegang program imunisasi.
2. Lokakarya mini puskesmas dilakukan setiap 3 bulan di Kecamatan.
3. Meeting bidan desa setiap hari Senin.
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan Penapisan Sederhana Status TT Ibu Hamil
Tabel 4.1 Data Cakupan Penapisan Sederhana Status Ibu Hamil di Puskesmas
Rengasdengklok Periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2017.
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil saat
saat ANC ANC, namun screening belum memakai panduan
pertanyaan terutama jika berdasarkan ingatan
sehingga tidak valid
20
4.3.3.2 Cakupan Pelayanan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil
Oktober 43 38 22 15 23 98 141
Tabel Data Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil di Puskesmas Rengasdengklok Periode Januari 2017 sampai
dengan Desember 2017
21
Keterangan:
TT1 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah menerima 1x suntikan
TT selama hidupnya.
TT2 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita, atau ia pernah mendapat 2x suntikan TT selama hidupnya.
TT3 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita dan 1x suntikan DT, atau ia pernah mendapat 3x suntikan TT
selama hidupnya.
TT4 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita, 1x suntikan DT dan 1x suntikan TT, atau ia pernah mendapat
4x suntikan TT selama hidupnya.
TT5 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita, 1x suntikan DT dan 2x suntikan TT, atau ia pernah mendapat
5x suntikan TT selama hidupnya.
TT2+ : Status imunisasi tetanus toxoid seorang ibu hamil, dimana ia telah mendapatkan
status TT5 sebelumnya, atau ia pernah mendapatkan suntikan TT selama masa
kandungannya sesuai dengan interval penyuntikan.5
Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat Imunisasi TT2, TT3, TT4, TT5 di
Wilayah Kerja Puskesmas dalam Kurun Waktu Satu Tahun
Jumlah Sasaran Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
dalam Kurun Waktu Satu Tahun
1496 x 100%
1868
= 80,08%
22
Besar Masalah =
90-80,08 x 100%
90
= 11,02%
23
4.3.3.3 Cakupan Penyuluhan Perorangan dan Kelompok Tentang Imunisasi
TT2+ pada Ibu Hamil
Tabel 4.3 Data Cakupan Penyuluhan Perorangan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid
pada Ibu Hamil di Puskesmas Rengasdengklok Periode Januari 2017 sampai dengan
Desember 2017.
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil saat Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil
Tabel 4.4 Data Cakupan Penyuluhan Kelompok Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Rengasdengklok Periode Januari 2017 sampai dengan Desember
2017.
Sasran Hasil
Dilakukan setiap bulan (12 kali/tahun) Sebulan sekali saat kelas ibu hamil
24
4.3.3.4 Cakupan Pencatatan dan Pelaporan Program Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil
Tabel 4.5 Data Cakupan Pencatatan dan Pelaporan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Rengasdengklok Periode Januari 2017 sampai dengan Desember
2017.
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap bulan Dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 5
sebelum Tanggal 5
Lingkungan Fisik
a. Lokasi : Tidak terdapat lokasi yang sulit dicapai
b. Transportasi : Tersedia sarana transportasi
c. Fasilitas kesehatan lain : Ada fasilitas kesehatan lain
Lingkungan Non-Fisik
a. Pendidikan : Kebanyakan ibu-ibu berpendidikan menengah – kurang
b. Budaya : Ibu hamil tidak selalu tepat waktu untuk ANC, ibu hamil sering lupa
tentang status TTnya dan tidak membawa kartu TT, terkadang ibu tidak mengetahui
imunisasi TT dan masih takut dengan imunisasi.
c. Sosial ekonomi : Kebanyakan ibu hamil merupakan ibu rumah tangga sehingga
mempunyai waktu untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
4.3.4 Umpan Balik
1. Pencatatan dan pelaporan: dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 5 secara lengkap
mengenai program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil.
2. Lokakarya mini di kecamatan: 3 bulan sekali.
3. Rapat kerja dalam bentuk meeting bidan KIA: 1 minggu sekali setiap hari Senin.
4.3.5 Dampak
25
BAB V
Pembahasan
26
5.1.3 Masalah Menurut Proses
1. Jadwal pelayanan imunisasi TT 2 kali dalam seminggu di Tidak ada jadwal (+)
ibu hamil di Puskesmas Puskesmas yang tetap
No
Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
.
27
BAB VI
Perumusan Masalah
a. Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya mencapai 80,08 dari target 90% dengan
besar masalah adalah 11,02%.
b. Cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil hanya mencapai 83,48% dari target
100% dengan besar masalah 16,52%.
6.2.1 Masukan
a. Tidak tersedianya leaflet, poster, dan lembar balik untuk sosialisasi imunisasi TT ibu
hamil kepada masyarakat.
b. Tidak ada panduan pertanyaan untuk penapisan/screening.
c. Tidak ada ketersediaan kartu TT seumur hidup
6.2.2 Proses
a. Tidak adanya jadwal yang tetap mengenai pelayanan imunisasi TT ibu hamil di
puskesmas.
b. Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/screening.
6.2.3 Lingkungan
28
BAB VII
Penyelesaian Masalah
Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya 80,08 dari target 90% dengan
besaran masalah adalah 11,02%.
Penyebab :
a. Input:
- Tidak tersedianya panduan pertanyaan untuk screening sederhana status TT ibu
hamil.
b. Proses
- Tidak tersedianya leaflet, poster, dan lembar balik untuk sosialisasi imunisasi
TT ibu hamil kepada masyarakat.
- Tidak adanya jadwal imunisasi TT yang tetap di puskesmas sehingga semuanya
harus dilaksanakan pada saat jadwal posyandu.
- Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/screening.
c. Lingkungan
29
Penyelesaian Masalah:
1. Mengajukan pengadaan leaflet, poster, dan lembar balik tentang imunisasi TT, jika tersedia
anggaran yang cukup diharapkan dalam waktu 3 bulan dapat distribusi dan digunakan oleh
seluruh bidan desa/kader.
30
7.2 Masalah Kedua
Cakupan penapisan sederhana imunisasi TT pada ibu hamil hanya mencapai 47%
dari target 100% dengan besar masalah 31,4%.
Penyebab :
c.a. Input:
- Tidak tersedianya panduan pertanyaan untuk screening sederhana status TT ibu
hamil.
- Tidak tersedianya kartu TT seumur hidup
c.b. Proses
- Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/screening.
Penyelesaian Masalah:
1. Mengajukan usulan Panduan pertanyaan untuk screening sederhana status TT ibu hamil
kepada Kepala Puskesmas dalam 1 bulan kedepan.
2. Mengajukan usulan kepada kepala puskesmas atau kepala program untuk penyediaan
kartu TT seumur hidup, untuk memudahkan dalam penapisan sederhana imunisasi TT
pada ibu hamil. Diharapkan kartu TT seumur hidup ini sudah tersedia dalam 1 bulan
kedepan.
31
BAB VIII
Kesimpulan
8.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil yang dilakukan
dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang,
periode Januari 2017 sampai dengan Desember belum berjalan dengan baik mengingat
beberapa masalah yang ditemukan pada hasil evaluasi sebagai berikut:
1. Mengajukan pengadaan leaflet, poster, dan lembar balik tentang imunisasi TT, jika
tersedia anggaran yang cukup diharapkan.
32
4. Menyebarluaskan jadwal pelayanan posyandu sebelum dilaksanakan, agar tidak ada
ibu hamil yang melewatkan jadwal posyandu.
33
Daftar Pustaka
1. Pusat Data dan Informasi. Buletin jendela data dan informasi kesehatan: Eliminasi tetanus
maternal dan neonatal. Kemenkes RI 2012 September:1; Jakarta: September; 2012.H. 1-9.
2. World Health Organization. Maternal and neonatal tetanus elimination. [online]. 2015.
Diunduh dari: http://www.who.int/immunization/diseases/MNTE_initiative/en/; 28 Juni
2018.
3. Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. Buku pedoman imunisasi
tetanus pada wanita usia subur. Jakarta: Depkes; 2011.
4. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.
H.109-10.
5. Kementerian Kesehatan RI. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan. Jakarta: Kemenkes RI; 2013. H. 29-30.
34