Anda di halaman 1dari 13

ISSN-P 2407-2184

Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY )


Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76

ANALISIS PENGAKUAN AKUNTANSI KREDIT USAHA RAKYAT BERMASALAH


PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG SEKAYU

Endang, S.E.,M.M
Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu
Email: endangsriyani.nurdin@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pengakuan akuntansi kredit usaha rakyat (KUR)
bermasalah PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan yang
diberikan oleh perbankan kepada UMKM-K yang feasible tapi belum bankable. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menganalisis data sekunder yaitu data kredit usaha rakyat bermasalah tahun 2012
s.d. 2013. Hasil ini menunjukkan bahwa dasar pengakuan akuntansi kredit usaha rakyat (KUR)
bermasalah(nonperforming loan)pada PT. BRI (Persero) Cabang Sekayudiakui pada saat tunggakan angsuran
masuk golongan III dan seterusnya atau lebih dari 90 hari. Berdasarkan analisa data diperoleh terjadinya
peningkatan jumlah nasabah kredit macet dari 47 nasabah kredit macet pada tahun 2012 dan tahun 2013
meningkat menjadi 108, hal ini menunjukkan PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu masih kurang maksimal dalam
melaksanakan perannya sebagai lembaga intermediasi. Dampak dari NPL ini adalah terjadinya kerugian yang
sangat potensial bagi bank, oleh karena itu diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan.

Kata kunci: Perlakuan Akuntansi Kredit, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah

1.1 Latar Belakang kredit yang disalurkan, namun dalam


Industri perbankan memegang peranan pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun
penting dan strategis dalam sistem dari masyarakat dapat disalurkan sesuai dengan
perekonomian.Berdasarkan amanat Undang- yang diharapkan. Hampir semua bank yang
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan beroperasi di Indonesia mengalami kredit
menyebutkan bahwa fungsi utama perbankan bermasalah. Kredit bermasalah atau kredit macet
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur memberidampak yang kurang baik bagi perbankan
dana masyarakat yang bertujuan menunjang Indonesia. Resiko yang ditimbulkan atas kredit
pelaksanaan pembangunan nasional ke arah macet yakni tidak terbayarnya kembali kredit yang
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Bank diberikan baik sebagian maupun seluruhnya.
berfungsi untuk menjembatani kedua kelompok Pemerintah Republik Indonesia
masyarakat yang saling membutuhkan. Masyarakat mengeluarkan Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007
yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan
uang mereka dalam bentuk tabungan, deposito atau Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM yang
giro pada bank, sedangkan masyarakat yang diikuti dengan nota kesepahaman bersama antara
membutuhkan dana untuk modal usaha atau untuk Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan
memenuhi kebutuhan lainnya dapat memperoleh Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada
pinjaman dalam bentuk kredit yang disalurkan oleh UMKM. Selanjutnya pada tanggal 5 November
bank. 2007, Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono
Pendapatan terbesar bank berasal dari meresmikan kredit bagi UMKM dengan pola
bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha atas penjaminan dengan nama Kredit Usaha Rakyat dan

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 64


di dukung oleh Inpres Nomor 5 Tahun 2008 cara memberi pinjaman untuk usaha yang
tentang Fokus Program Ekonomi untuk menjamin didirikannya.
implementasi atau percepatan pelaksanaan kredit Salah satu bank yang mengeluarkan kredit
usaha rakyat ini. usaha rakyat adalah bank BRI cabang Sekayu yang
Tahap awal program Kredit Usaha Rakyat melayani sebagaian besar kebutuhan kredit
(KUR) ini disediakan hanya terbatas oleh bank- masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin. BRI
bank yang ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu merupakan bank nasional yang pertama kali berdiri
: Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara di kota Sekayu, sehingga sangat besar
Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah kontribusinya bagi pembangunan perekonomian di
Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank kota itu. Kontribusi tersebut dapat dilihat besarnya
Bukopin. Penyaluran pola penjaminan aliran modal usaha dalam bentuk kredit yang telah
difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu dikucurkan oleh pihak bank kepada sektor usaha
pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, produktif masyarakat kota Sekayu.Berikut
kehutanan, serta perindustrian dan perdagangan. Pertumbuhan kredit usaha rakyat dari tahun 2012-
Kredit Usaha Rakyat ini ditujukkan untuk 2013 dalam Tabel 1 berikut ini :
membantu ekonomi usaha rakyat kecil dengan

Tabel 1
Nilai Kredit Macet (Non Performing Loan) KUR BRI Cabang Sekayu
Tahun 2012
NO Nama Debitur Jumlah Piutang Bunga (%) Tertagih Macet
1 Zulkarnedi 20.000.000 1,04 1.300.000 26.188.000
2 M.yusuf 20.000.000 1,04 1.037.000 26.451.000
3 Rudi Nopriansyah 20.000.000 1,04 1.314.200 26.173.800
4 Akbar Darmawan 15.000.000 1,02 778.000 17.894.000
5 Arie Sulistya 20.000.000 1,03 1.567.000 20.893.000
6 Arief Adnan 5.000.000 1,015 433.200 7.451.467
7 Budi Mulyawan 13.000.000 1,02 745.000 15.437.400
8 Budi Setiawan 10.000.000 1,015 765.800 11.061.200
9 Armia Putriana 10.000.000 1,02 5.430.000 7.018.000
10 Andy Kurniawan 20.000.000 1,04 1.359.000 26.129.000
11 Febri Adi Saputra 8.000.000 1,015 6.043.000 3.418.600
12 Dewi Kartika Sari 14.000.000 1,02 7.790.000 8.658.000
13 Eko Suistiono 12.000.000 1,015 6.600.000 7.592.400
14 Alwin Wicaksono 6.500.000 1,02 3.200.000 3.300.000
15 Nan Nurhayati 20.000.000 1,04 1.678.300 25.809.700
16 Iwan Purnawan 20.000.000 1,02 7.650.000 17.246.000
17 Mariati 15.000.000 1,04 667.800 19.948.200
18 Anwar Budi 17.000.000 1,02 13.421.000 7.740.600
19 Selamet Riadi 6.000.000 1,03 579.000 6.159.000
20 Kurnia 13.000.000 1,015 10.000.000 5.375.100
21 Romfaizi 20.000.000 1,04 4.320.000 23.168.000
22 Yulianingsih 8.000.000 1,03 4.798.000 4.186.000
23 Joko Supriyanto 15.000.000 1,03 12.450.000 79.395.000
24 Warni 20.000.000 1,015 1.567.000 22.087.000
25 Edi Supriyadi 20.000.000 1,02 4.670.000 20.226.000
26 Sri Harjani 10.000.000 1,04 6.650.000 3.350.000
27 Joko pamungkas 20.000.000 1,04 7.543.000 19.945.000
28 David Ismunandar 15.000.000 1,02 12.378.000 6.294.000

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 65


29 Usman Muksin 9.000.000 1,03 5.000.000 5.107.000
30 Masdaranti 20.000.000 1,04 6.549.000 20.939.000
31 Tarto Wiyono 20.000.000 1,015 5.780.000 17.874.000
32 Doddy setiawan 20.000.000 1,03 13.450.000 9.010.000
33 Ahmad Dahlan 20.000.000 1,02 5.678.000 19.218.000
34 Supratman 6.000.000 1,015 3.300.000 3.796.200
35 Parno 20.000.000 1,04 16.900.000 10.588.000
36 Yenny Meldayanti 7.000.000 1,02 3.790.000 4.923.600
37 Puspita Sari 15.000.000 1,015 4.679.000 13.061.500
38 Anis Tyarini 20.000.000 1,04 5.000.000 22.488.000
39 Zundan Faidarti 20.000.000 1,04 7.690.000 19.798.000
40 Shinta Anggraini 20.000.000 1,015 4.321.000 19.333.000
41 Ahmad Dwi Kurnia 5.000.000 1,03 1.100.000 4.515.000
42 Rizkan Hadi 8.000.000 1,02 3.754.000 6.204.400
43 Sigit Nugroho 10.000.000 1,03 4.670.000 6.560.000
44 Yastra Andika 15.000.000 1,04 3.000.000 17.616.000
45 Aryadi Amin 20.000.000 1,02 14.688.000 10.208.000
46 Heriansyah 10.000.000 1,03 7.500.000 3.730.000
47 Sarjoni Dasayanda 20.000.000 1,015 14.989.000 8.665.000
Jumlah 697.500.000 258.572.300 692.230.167
Sumber : PT BRI Cabang Sekayu

Tabel 2
Nilai Kredit Macet (Non Performing Loan) KUR BRI Cabang Sekayu
Tahun 2013
NO Nama Debitur Jumlah Piutang Bunga (%) Tertagih Macet
1 Dede Damhudi 5.000.000 1,03 1.200.000 4.415.000
2 Heriyanto 6.000.000 1,015 3.500.000 3.596.200
3 Subandian 20.000.000 1,03 10.000.000 12.460.000
4 Redi 19.000.000 1,03 10.000.000 11.337.000
5 Heri Santoso 5.500.000 1,015 2.500.000 4.004.850
6 Kristinawati 13.000.000 1,04 10.000.000 7.867.200
7 Yogi Komar 17.000.000 1,02 11.000.000 10.161.600
8 M. Syafrudin 12.000.000 1,015 4.000.000 10.192.400
9 Hari Santoso 11.000.000 1,03 7.000.000 5.339.800
10 M. Seto Rianto 10.000.000 1,02 3.500.000 8.948.000
11 Eli Darsiana 20.000.000 1,03 15.000.000 7.460.000
12 Evi Dianti 15.000.000 1,04 7.000.000 13.616.000
13 Nuzula 20.000.000 1,02 15.000.000 9.872.000
14 Sarah Hilda 16.000.000 1,03 10.000.000 7.968.000
15 Jumiatun 10.000.000 1,02 6.000.000 6.448.000
16 Octa Rizka 15.000.000 1,03 8.000.000 8.845.000
17 Ahmad Yasir 18.000.000 1,015 15.000.000 6.288.600
18 Harjono 15.000.000 1,02 6.000.000 12.672.000
19 Jonizar 20.000.000 1,04 15.000.000 12.488.000
20 Sunoko 6.000.000 1,03 2.000.000 4.738.000
21 Acep Mandala 5.000.000 1,03 3.000.000 2.615.000
22 Ratna Sari 12.000.000 1,02 9.000.000 5.937.600
23 Robby Perdana 20.000.000 1,02 17.000.000 7.896.000
24 Yuliana 15.000.000 1,015 10.000.000 7.740.500
25 Nurhayati 13.000.000 1,02 5.000.000 11.182.400
26 Mariska 20.000.000 1,015 6.500.000 17.154.000
27 Regi Renggano 10.000.000 1,02 6.000.000 6.448.000
28 Hari Mukti 6.000.000 1,03 4.000.000 2.738.000
29 Ana Mariana 8.000.000 1,02 3.200.000 6.758.400
30 Wawan Kusuma 4.000.000 1,03 2.000.000 2.492.000

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 66


31 Jefry Aryansyah 9.000.000 1,03 5.000.000 5.107.000
32 Ilham Candra 18.000.000 1,02 10.000.000 12.406.400
33 Dwi Lestari 12.000.000 1,03 2.300.000 11.176.000
34 Sunarmi 20.000.000 1,02 15.000.000 9.896.000
35 Okta Rian 10.000.000 1,015 7.000.000 4.827.000
36 Mayangsari 20.000.000 1,02 19.000.000 5.896.000
37 Cici Purnama 10.000.000 1,03 2.500.000 8.730.000
38 Rohman 8.000.000 1,03 3.400.000 5.584.000
39 Dedek septiawan 20.000.000 1,02 16.000.000 8.896.000
40 Yoni Zalwi 7.000.000 1,03 5.000.000 2.861.000
41 Lukman Apriatna 5.000.000 1,03 2.500.000 3.115.000
42 Yozi Zaihendra 20.000.000 1,04 10.000.000 17.488.000
43 Andrian Yanuar 15.000.000 1,015 5.000.000 16.412.500
44 Jamilah Yunus 10.000.000 1,015 5.000.000 6.827.000
45 Solihin Mochtar 5.000.000 1,03 1.500.000 4.115.000
46 Irma Hartanty 8.000.000 1,03 3.000.000 5.984.000
47 Ana Agustina 14.000.000 1,02 9.500.000 7.927.200
48 Ade Ansorulah 20.000.000 1,02 4.500.000 20.396.000
49 Endang Mulyawan 5.000.000 1,015 1.000.000 4.913.500
50 Deri Setiawan 10.000.000 1,02 4.000.000 8.448.000
51 Isep Alisandy 20.000.000 1,03 12.000.000 10.460.000
52 Yeyet Supriati 15.000.000 1,04 5.000.000 15.616.000
53 Fitriawan Nugraha 10.000.000 1,04 5.000.000 8.744.000
54 Eris Sugriwa 6.000.000 1,03 2.000.000 4.738.000
55 Yogie Indraprastha 20.000.000 1,04 4.300.000 23.188.000
56 Ardiansyah Sanjaya 5.000.000 1,03 2.000.000 3.609.000
57 Dewi Sartika 8.000.000 1,03 3.500.000 5.484.000
58 Hidayattulah 10.000.000 1,02 8.000.000 4.448.000
59 Febriansyah 5.000.000 1,03 2.500.000 3.115.000
60 Andika Pratama 8.000.000 1,03 3.000.000 5.984.000
61 Risandi 10.000.000 1,015 1.400.000 10.427.000
62 Indra Pohan 5.000.000 1,02 1.300.000 4.924.000
63 Akhmadyani 20.000.000 1,015 7.000.000 16.654.000
64 Heru Septibrata 5.600.000 1,03 3.000.000 3.288.800
65 Arif Dwi Santoso 7.000.000 1,02 5.000.000 3.713.600
66 Riko Sanjaya 15.000.000 1,015 4.000.000 13.740.500
67 Doni Adi Pratama 17.000.000 1,04 8.000.000 15.364.800
68 Bagus Setiawan 14.000.000 1,015 1.000.000 15.557.800
69 Juwita Kartika 10.000.000 1,02 5.500.000 6.948.000
70 Thamrin 6.000.000 1,03 1.500.000 5.238.000
71 Santoso 12.000.000 1,015 3.500.000 10.692.400
72 Ricky Saputra 7.000.000 1,015 4.000.000 4.278.900
73 Hauriah Husnah 15.000.000 1,02 5.000.000 13.672.000
74 Rio Akbar Wijaya 18.000.000 1,015 8.000.000 13.288.600
75 Kartini 10.000.000 1,03 4.000.000 7.230.000
76 Fery Setiawan 2.000.000 1,03 500.000 1.746.000
77 Zuraidah 14.000.000 1,04 2.000.000 17.241.600
78 Iskandar 6.000.000 1,03 3.000.000 3.738.000
79 Jhon Kanedi 13.000.000 1,03 1.000.000 13.599.000
80 Irawan 9.000.000 1,015 3.000.000 7.644.300
81 Sapri 10.000.000 1,02 6.000.000 6.448.000
82 Suparman 15.000.000 1,04 5.000.000 15.616.000
83 Imam Saputra 16.000.000 1,03 3.000.000 14.968.000
84 Andi Nugraha 7.000.000 1,03 3.200.000 4.661.000
85 Angga Puja Kesuma 15.000.000 1,02 6.000.000 12.672.000
86 Nurdin 10.000.000 1,04 7.000.000 6.744.000

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 67


87 Alamsyah 20.000.000 1,03 15.000.000 7.460.000
88 Hariyadi 14.000.000 1,03 2.000.000 13.722.000
89 Sahidin 15.000.000 1,04 6.000.000 14.616.000
90 Sucipto 17.000.000 1,015 4.000.000 16.105.900
91 Antoni 6.000.000 1,03 1.000.000 5.738.000
92 Suherman 5.000.000 1,03 2.000.000 6.422.500
93 Melpan Setiawan 9.000.000 1,04 5.500.000 6.869.600
94 Januar 18.000.000 1,02 10.000.000 12.406.400
95 Karisma 8.000.000 1,02 4.000.000 5.958.400
96 Agus Sulaiman 16.000.000 1,015 10.000.000 11.990.400
97 Parnandi 5.000.000 1,015 2.000.000 3.913.500
98 Basri 17.000.000 1,03 10.000.000 9.091.000
99 Theo Wahyu 20.000.000 1,015 15.000.000 8.654.000
100 Jasuma 13.000.000 1,03 6.000.000 8.599.000
101 Sita Rahayu 15.000.000 1,03 5.000.000 11.845.000
102 Sudarta 15.000.000 1,03 1.000.000 15.845.000
103 Cahyono 16.000.000 1,04 10.000.000 11.990.400
104 Candra 20.000.000 1,02 5.000.000 19.896.000
105 Hendra 12.000.000 1,015 9.000.000 5.192.400
106 Bian Andika 10.000.000 1,03 3.000.000 8.230.000
107 Wardoyoh 20.000.000 1,03 8.000.000 14.460.000
108 Safril Efendi 15.000.000 1,03 12.000.000 4.845.000
Jumlah 1.334.100.000 653.300.000 970.017.950
Sumber : Bank BRI CabangSekayutahun 2015

Dari Tabel 1dan 2 dapat dilihat sebagian perrmasalahan ini dapat dirumuskan sebagai
besar pinjaman bermasalah kredit usaha rakyat berikut : ”Analisis pengakuan akuntansi kredit
dilakukan oleh nasabah bank BRI mengalami usaha rakyat bermasalah pada PT. Bank
peningkatan selama dua tahun terakhir.Dari jumlah Rakyat Indonesia Cabang Sekayu?”
piutang yang dimiliki oleh 130 nasabah sebanyak
47 nasabah kredit macet pada tahun 2012. 2. LANDASAN TEORI
Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan 2.1 Kredit
kredit macet dari jumlah piutang yang dimiliki oleh 2.1.1 Pengertian dan Peranan Kredit
167 nasabah sebanyak 108 nasabah kredit yang Hasibuan (2006:124) menyatakan bahwa
bermasalah.Semakin besar KURbermasalah yang Kredit berasal dari bahasa yunani ”credere” yang
dihadapi, akan berpegaruh pada profitabilitas dan berarti kepercayaan dan bahasa latin ”creditum”
modal sendiri yang diharapkan. yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Dengan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis kata lain maka kredit mengandung pengertian
memilih judul ”ANALISIS PENGAKUAN adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau
AKUNTANSI KREDIT USAHA RAKYAT badan yang diberikan kepada seseorang atau badan
BERMASALAH PADA PT. BANK RAKYAT lainnya bahwa yang bersangkutan pada masa yang
INDONESIA CABANG SEKAYU ”. akan datang akan memenuhi segala sesuatu
kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.
1.2 Perumusan Masalah
Setiap transaksi kredit selalu berkaitan
Banyaknya kredit yang disalurkan Bank ke
dengan angsuran pokok dan bunga yang harus
masyarakat yang bermasalah, maka penulis dapat
dibayar debitur. Bank Berperan menyalurkan dana

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 68


kepada masyarakat. Peran bank sebagai lembaga Bahwa dengan banyaknya kredit yang
keuangan tidak terlepas dari masalah kredit. disalurkan oleh bank-bank, hal ini. Berarti
Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan dapat meningkatkan pembangunan disegala
pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya. sektor, khususnya disektor ekonomi.
Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan Adapun unsur-unsur kredit yang
menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
mampu menyalurkan kredit sementara dana yang kredit menurut Kasmir (2002:103) adalah
terhimpun dari simpanan banyak maka sebagai berikut:
menyebabkan bank tersebut rugi. a. Kepercayaan
b. Kesepakatan
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kredit c. Jangka waktu
Fungsi dari suatu kredit bagi masyarakat d. Resiko
menurut Kasmir(2002:107) sebagai berikut: e. Balas jasa
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas 2.2 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
uang Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
3) Untuk meningkatkan daya guna barang Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas
4) Meningkatkan peredaran barang Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, KUR adalah
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi kredit atau pembiayaan kepada UMKM-K (Usaha
6) Untuk meningkatkan kegairan berusaha Mikro, Kecil, Menengah-Koperasi) dalam bentuk
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan pemberian modal kerja dan investasi yang
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional didukung fasilitas penjaminan untuk usaha
Menurut Kasmir (2002:105) produktif.
mengemukakan tujuan pemberian suatu kredit, Berdasarkan Dalam Pasal 1 angka 1
yaitu: Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
1) Untuk mencari keuntungan. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjelaskan
Bertujuan untuk memperoleh hasil dari bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif
pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut milik orang perorangan atau badan usaha
terutama dalam bentuk bunga yang diterima perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
oleh bank sebagai balas jasa dan biaya sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
administrasi kredit yang dibebankan kepada Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 20
nasabah. Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
2) Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur. Menengah menerangkan kriteria usaha mikro
Untuk membantu usaha nasabah yang adalah sebagai berikut :
memerlukan dana, baik dana investasi 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak
tersebut, maka pihak debitur akan dapat termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
mengembangkan dan memperluas usahanya. atau
3) Untuk membantu Pemerintah.

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 69


2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling Desember 2009). Peluncuran Kredit Usaha
banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta Rakyat (KUR) merupakan tindak lanjut dari
rupiah). ditandatanganinya nota kesepahaman bersama
Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor (MOU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang
20 Tahun 2008, Usaha kecil adalah usaha Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang UMKM-K antara Pemerintah (Menteri Negara
dilakukan oleh orang perorangan atau badan Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan)
dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun Perusahaan Penjamin (Perum Sarana
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit
besar yang memenuhi kriteria usahakecil Indonesia) dan Perbankan (BRI, Bank Mandiri,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Bank Bukopin, BNI, BTN, dan Bank Syariah
ini”. Kriteria usaha kecil dalam Pasal 6 ayat (2) Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian
Undang-undang tersebut dijelaskan sebagai berikut: Negara BUMN, Kementerian Koordinasi Bidang
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Perekonomian, serta Bank Indonesia.
Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak
2.3 Kredit Bermasalah (Nonperforming
Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
Loan)
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
Pemberian kredit tanpa analisis terlebih
atau
dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dalam hal ini ada kalanya memberikan data-data
dari Rp300.000.000(tiga ratus juta rupiah)
fiktif, sehingga mungkin saja kredit sebenarnya
sampai dengan paling banyak
tidak layak, akan tetapi tetap diberikan. Kemudian
Rp2.500.000.000(dua milyar lima ratus
apabila salah menganalisa, maka kredit yang
rupiah).
disalurkan yang sebenarnya tidak layak menjadi
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit
layak sehingga akan berakibat sulit untuk ditagih
atau pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
atau macet (kredit bermasalah).
kepada UMKM-K yang feasible tapi belum
Kredit bermasalah yaitu kredit yang dalam
bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi
memiliki prospek bisnis yang baik dan
target yang diinginkan oleh pihak bank kemudian
memilikikemampuan untuk mengembalikan. Usaha
memiliki kemungkinan timbulnya risiko kemudian
mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKM-K)
hari bagi bank dalam arti luas, juga mengalami
yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah
kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajiban
yang bergerak di sektor usaha produktif
baik dalam bentukpembayaran kembali pokoknya
antaralain:pertanian, perikanan,dan kelautan,
dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan
perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan
serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban
simpan pinjam. (Kredit Usaha Rakyat tanpa
debitur yang bersangkutan.
Jaminan. http://kredit-usaha-rakyat.co.cc. 20

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 70


Menurut Siamat (2001:174), menjelaskan Dalam hal terdapat pembayaran kredit
kredit bermasalah atau problem loan dapat nonperforming, maka bila kredit termasuk
diartikan sebagai pinjaman yang mengalami golongan kredit kurang lancar, maka prioritas
kesulitanpelunasan akibat adanya faktor pembayarannya adalah pembayaran bunga,
kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar denda, dan lain-lain, kemudian sisanya
kemampuan kendali debitur, sedangkan menurut digunakan untuk pembayaran pinjaman
PSAK Nomor 31 tahun 2009, kredit bermasalah pokok. Golongan kredit diragukan dan kredit
(nonperforming loan) pada umumnya merupakan macet, prioritas pembayaran adalah untuk
kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan pembayaran pokok dan sisanya digunakan
atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah untuk pembayaran bunga, denda, dan biaya
jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya lainnya.
secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit Berdasarkan Pernyataan Standar
nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan Akuntansi Keuangan Nomor 54 Tahun 2009
kurang lancar, diragukan, macet. tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang-Piutang
Jadi dapat disimpulkan, kredit bermasalah Bermasalah terdiri dari:
adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak a. Pelunasan utang melalui pengalihan aset
sanggup membayar sebagian atas seluruh Sehubungan pelunasan utang melalui
kewajibannya kepada bank seperti yang telah pengalihan aset berupa tanah, bangunan, aset
diperjanjikan dan dapat menimbulkan kerugian lain, dan piutang kepada kreditur untuk
potensial kepada bank. menyelesaikan seluruh kewajibannya. Debitur
dapat mengakui keuntungan yang timbul
2.4 Perlakuan Akuntansi Kredit Bermasalah sebagai akibat restrukturisasi kewajiban,
(Nonperforming Loan)
keuntungan tersebut dihitung dari selisih lebih
Menurut Ismail (2010:224), akuntansi kredit
antara nilai tercatat utang yang diselesaikan
bermasalah terdiri dari:
dengan nilai wajar aset yang dialihkan ke
a. Pengakuan pendapatan bunga kredit
kreditur.
nonperforming
b. Modifikasi persyaratan utang
Nonperforming loan terjadi bila debitur tidak
Dalam pengajuan kredit melalui modifikasi
membayar angsuran pinjaman pokok maupun
persyaratan tanpa melakukan pengalihan aset
bunga setelah 90 hari. Pendapatan bunga
tetapi debitur harus mencatat dampak dari
kredit untuk kredit nonperforming diakui atas
pengajuan kredit tersebut secara prosfektif
dasar cash basis, yaitu pengakuan pendapatan
sejak saat pengajuan kredit dilaksakan dan
kredit pada saat adanya pembayaran dari
tidak boleh mengubah nilai tercatat pada saat
debitur. Pendapatan bunga kredit
pengajuan kredit, kecuali jika nilai tercatat
nonperforming diakui sebagai pendapatan
tersebut melebihi jumlah pembayaran kas
bunga dalam penyelesaian yang tidak dicatat
masa depan yang ditetapkan dalam
dalam laporan laba rugi akan tetapi dicatat
persyaratan baru. Jumlah pembayaran kasa
dalam tagihan kontijensi.
masa depan harus mencakup jumlah bunga
b. Pembayaran kewajiban kredit nonperforming.

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 71


dan jumlah pokok utang periode masa depan
tanpa memperhitungkan nilai tunainya.
c. Kombinasi cara restrukturisasi piutang
Restrukturisasi piutang bermasalah dapat
dilakukan dengan penerimaan aset sebagai
penyelesaian piutang dan modifikasi terhadap
sisa piutang. Kreditur mencatat pengajuan
kredit dengan pengakuan aset yang akan
diterima sebesar nilai wajarnya. Kerugian dari
pengurangan jumlah piutang yang tercatat
dapat diakui sebelum restrukturisasi dengan
mengurangi taksiran jumlah penyisihan
piutang, kemudian menaikkan taksiran jumlah
piutang tidak tertagih. Biaya-biaya lain yang
dikeluarkan oleh kreditur dalam
restrukturisasi piutang bermasalah dicatat Gambar 1

sebagai biaya pada saat terjadinya kredit. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet

Menurut Hariyani (2010:41), apabila


penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank 3. METODOLOGI PENELITIAN

ternyata tidak berhasil, maka bank dapat 3.1 Objek Penelitian

melakukan tindakan lanjutan berupa penyelesaian Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank

kredit macet melalui program penghapusan kredit Rakyat Indonesia Cabang Sekayu yang beralamat

macet (write-off). Penghapusan kredit macet di JL.Letnan Munandar No. 397 Kabupaten Musi

terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku atau Banyuasin.

penghapusan secara bersyarat atau


conditionalwrite-off, dan hapus tagih atau 3.2 Data yang digunakan

penghapusan secara mutlak atau absolutewrite-off. Data yang digunakan penulis dalam penelitian

Jika kemudian program hapus buku dan ini adalah primer dan sekunder, yaitu data :

hapus tagih juga belum berhasil mengembalikan 1) Data Primer

dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka Data Primer adalah data yang dikumpulkan

bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya

tersebut melalui jalur litigasi (proses peradilan) peristiwa.

maupun jalur non-litigasi (diluar proses 2) Data Sekunder

peradilan).Penyelesaian kredit bermasalah Data Sekunder berarti data yang telah ada dan

dilakukan, menurut Hariyani (2010: 99) seperti tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh

pada gambar 1 berikut ini. peneliti.Dalam hal ini data sekunder yang
diperoleh penulis berupa jumlah Krediat Usaha
Rakyat KUR)yang macet dari tahun 2012-2013

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 72


pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang 3.4 Teknik Analisis Data
Sekayu. Data yang diperlukan dalam penelitian
diolah dengan menggunakan teknik tertentu.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Subagyo (2006:106), membagi teknik analisis data
Teknik yang digunakan penulis untuk menjadi:
memperoleh dan mengumpulkan data penelitian 1) Teknik Analisis Kualitatif
yang diperlukan menurut Subagyo (2004:37) Suatu analisis yang dilakukan terhadap data
adalah: yang berupa informasi uraian kemudian
1) Studi Lapangan dikaitkan dengan data yang lainnnya untuk
Studi lapangan adalah riset yang dilakukan mendapatkan penjelasan terhadap suatu
dengan jalan mendatangi langsung ke tempat kebenaran atau sebaliknya sehingga
yang berhubungan dengan objek penulisan. memperoleh gambaran baru ataupun
Penulisan menggunakan 2 (dua) teknik menguatkan suatu gambaran yang sudah ada
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: atau sebaliknya.
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan 2) Teknik Analisis Kuantitatif
data dengan melaksanakan tanya jawab Suatu analisis data yang dituangkan dalam
langsung dengan pihak yang berwenang bentuk angka untuk gambaran sehingga
yang berkaitan dengan objek penelitian. menentukan suatu penjelasan dari angka-
Dari teknik ini penulis mendapatkan angka atau memeperbandingkan dari beberapa
informasi tentang perlakuan akuntansi gambaran sehingga memperoleh gambaran
kredit bermasalah disektor KUR pada baru kemudian dijelaskan kembali dalam
PT. Bank Rakyak Indonesia Cabang bentuk kalimat atau uraian.
Sekayu. Berdasarkan uraian diatas, maka teknik analisis
b. Dokumentasi, pengumpulan data dengan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
menggunakan dokumen-dokumen atau adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.Data
bukti tertulis atau catatan-catatan tertulis yang berhasil dikumpulkan diolah dan disusun
perusahaan guna melengkapi penelitian secara sistematik kemudian dianalisis secara
informasi didapat penulis dari teknik ini kuantitatif. Hasil analisis secara kuantitatif akan
adalah informasi tentang sejarah dijelaskan secara kualitatif sehingga menghasilkan
perusahaan. hasil dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
2) Studi kepustakaan
Yaitu penulis melakukan pengumpulan data 4. PEMBAHASAN
dengan membaca buku-buku, laporan-laporan Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012 PT.
serta referensi lainnya yang berhubungan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Mulai
dengan masalah perlakuan akuntansi kredit menerapakan PSAK Nomor 55 (Revisi 2011)
bermasalah disektor KUR pada PT. Bank tentang pengakuan dan pengukuran instrumen
Rakyat Indonesia Cabang Sekayu. keuangan, PSAK Nomor 50 (Revisi 2010)
tentang pengungkapan instrumen keuangan dan
PSAK Nomor 60 tentang penyajian instrument

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 73


keuangan sebagai pengganti dari PSAK Nomor 55 4.1.2 Pengukuran Kredit Bermasalah
(Revisi 2006) dan PSAK Nomor 50 (Revisi 2006). (Nonperforming Loan)
Sebelum 1 Januari 2010 bank rakyat
4.1. Analisis Kredit Bermasalah PT. Bank Indonesia menggunakan dasar pengukuran kredit
Rakyat Indonesia Cabang Sekayu bermasalah dengan konsep historical cost dimana
4.1.1 Pengakuan Kredit Bermasalah asset dicatat sebesar pengeluaran kas yang dibayar
(Nonperforming Loan) atau sebesar nilai wajar yang dibayar atausebesar
Kategorikredit pada PT. Bank Rakyat nilai wajar imbalan yang diberikan untuk
Indonesia berdasarkan tunggakan angsuran dibagi memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.
atas 5 golongan. Golongan I kredit lancar yaitu Sejak januari 2010 kredit bermasalah diukur
kredit yang tidak terdapat tunggakan, setiap jatuh dengan penurunan nilai yaitu kondisi dimana
tempo angsuran debitur dapat membayar pijaman terdapat bukti objektif terjadinya peristiwa yang
pokok dan bunga. Golongan II kredit dalam merugikan akibat satu atau lebih peristiwa yang
perhatian khusus adalah penggolongan kredit yang terjadi setelah pengukuran awal asset tersebut
tertunggak baik angsuran, pinjaman pokok dan .Pengukuran tentang kredit bermasalah pada PT.
pembayaran bunga akan tetapi tunggakannya Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tersebut
sampai dengan 90 hari (tidak melebihi 90 hari telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (Revisi tahun
kalender). Golongan III kredit kurang lancer terjadi 2011) tentang pengakuan dan pengukuran
apabila debitur tidak dapat membayar angsuran instrumen keuangan.
pokok dan bunga antara 90 hari sampai dengan 180
hari. Golongan IV kredit diragukan terjadi dalam 4.1.3 Penyajian Kredit Bermasalah
hal debitur tidak dapat membayar angsuran dan (Nonperforming Loan)
pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan Penyajian kredit bermasalah (NPL) pada
270 hari. Golongan V kredit macet yaitu kredit laporan keuangan disajikan di neraca. Kredit
yang terjadi bila debitur tidak mampu membayar bermasalah disajikan di neraca sebagai komponen
berturut-turut setelah 270 hari. Kredit bermasalah dari aktiva dengan nama rekening “kredit yang
atau NPL diakui pada saat tunggakan angsuran diberikan setelah dikurangi penyisihan kerugian
masuk golongan III dan seterusnya atau lebih dari penurunan nilai”. Penyajian kredit bermasalah atau
90 hari, Sedangkan untuk golongan I dan III instrumen yang tergolong dalam asset keuangan
merupakan performing loan. Dan pada berdasarkan tidak diatur dalam PSAK Nomor50 (revisi tahun
data yang saya dapat bahwa terjadi peningkatan 2010). PSAK Nomor50 (revisi tahun 2010) hanya
jumlah nasabah kredit macet dari 47 nasabah kredit mengatur tentang penyajian kewajiban dan ekuitas.
macet pada tahun 2012 dan tahun 2013 meningkat
menjadi 108 (terjadi peningkatan 59 nasabah kredit 4.1.4 Pengungkapan Kredit Bermasalah
macet dari tahun 2012), adanya peningkatan kredit (Nonperforming Loan)
pada tahun 2013 menunjukkan PT. BRI (Persero) Pengukuran tentang kredit bermasalah,
Cabang Sekayu kurang maksimal dalam beserta metode dan kebijakan akuntansi yang
meningkatkan perannya sebagai lembaga digunakan oleh PT. BRI (Persero) diungkapkan
intermediasi. dalam catatan atas laporan keuangan. Kredit

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 74


bermasalah diungkapkan dengan nilai wajar pada bermasalah, maka PT. Bank Rakyat Indonesia
catatan atas laporan keuangan PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu terancam tidak likuid.
Tbk. PT.BRI (Persero) Tbk. Dalam 2) Dampak terhadap Rentabilitas Bank
mengungkapkan kredit bermasalah telah sesuai Kredit Usaha Rakyat yang bermasalah akan
dengan PSAK Nomor 60 dimana telah berdampak pada penghasilan bunga yang akan
mengungkapkan nilai tercatat kredit bermasalah diperoleh PT. Bank Rakyat Indonesia juga akan
yang merupakan komponen dari kredit yang bermasalah atau tidak akan diterima oleh
diberikan dan kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan.
oleh PT. BRI (Persero) Tbk. Seperti pengakuan dan 3) Dampak terhadap Modal Bank
pengukuran terhadap kredit bermasalah. Besar kecilnya ekspansi usaha bank sangat
ditentukan dengan perkembangan kredit. Jika kredit
4.2 Dampak Pengakuan Kredit Usaha usaha rakyat yang bermasalah tidak tumbuh dengan
Rakyat yang Bermasalah bagi PT. BRI baik, maka bank juga tidak dapat berkembang
(Persero) Cabang Sekayu dengan baik.
Dampak kredit bermasalah (Non Performing
Loan) sangat besar. Jika kredit bermasalah tidak 5. SIMPULAN DAN SARAN
ditangani dengan baik, maka kredit bermasalah 5.1 Simpulan
merupakan sumber kerugian yang sangat potensial 1) Pengakuan kredit bermasalah yang
bagi bank, oleh karena itu diperlukan penanganan dilaksanakan PT BRI (persero) Cabang
yang sistematis dan berkelanjutan. Peranan sektor Sekayu telah sesuai dengan aturan perbankan
perbankan adalah menjembati dua kelompok dan PSAK Nomor 50 (Revisi tahun 2010)
kepentingan masyarakat, yaitu antarapemilik dana tentang Penyajian Instrumen Keuangan,
(surplus spending units) dengan yang PSAK Nomor 55 (Revisi 2011) tentang
membutuhkan dana (deficit spending units). Pengakuan dan Pengukuran Instrumen
Kredit bermasalah menggambarkan suatu Keuangan dan PSAK Nomor 60 tentang
situasi dimana persetujuan pengembalian kredit Pengungkapan Instrumen Keuangan. Ketiga
mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung standar tersebut menggantikan PSAK Nomor
menuju atau mengalami kerugian yang potensial. 55 (Revisi 2006) dan PSAK Nomor 50
Kredit menjadi bermasalah dapat disebabkan oleh (Revisi tahun 2006). Ketiga standar tersebut
berbagai hal yang berasal dari nasabah, kondisi juga telah sesuai dengan International
internal bank dan pemberi kreditserta faktor Financial Reporting System (IFRS) yang
eksternal yang tidak dapat diabaikan. Adapun sebelumya telah diterapkan oleh perbankan
dampak pengakuan kredit usaha rakyat yang internasional.
bermasalah bagi PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu 2) Pengakuan kredit usaha rakyat yang
adalah sebagai berikut: bermasalah bagi PT. BRI (Persero) Cabang
1) Dampak terhadap Likuiditas Bank Sekayuberdampak pada Likuiditas,
Kredit usaha rakyat yang jatuh tempo atau Rentabilitas dan Modal Sendiri.
mulai diwajibkan membayar angsuran, namun tidak
mampu mengangsur, karena kredit tidak lancar atau

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 75


5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
1) Praktik perlakuan akuntansi kredit bermasalah
yang telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 Bastian,Indra dan Suharjono.2006. Akuntansi
(Revisi tahun 2011) dan PSAK Nomor 60 Perbankan. EdisiPertama. Jakarta: Salemba
(Revisi tahun 2010) diharapkan terus Empat
konsisten untuk diterapkan supaya informasi Dunia,Firdaus A. 2005. Ikhtisar Lengkap
yang dihasilkan memiliki daya banding yang Pengantar Akuntansi. Jakarta:Lembaga UI
tinggi. Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi.
2) Dalam penyajian dan pengungkapan Edisi revisi. Jakarta:PT.Raja grafindo
pendapatan bunga yang berasal dari golongan Persada
non performing (kurang lancar, diragukan Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan
dan macet) yang disajikan di neraca sebagai Penghapusan Kredit Macet. Jakarta:PT.
estimasi kerugian komitmen dan Elex Media Komputindo
kontinjensi sebaiknya PT. Bank Rakyat Hasibuan, Malayu. 2006. Dasar-dasar Perbankan.
Indonesia (Persero) Tbk. Agar menyajikan Edisi kelima.Jakarta : PT. Bumi Aksara
dan mengungkapkan secara lebih rinci Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).2001. Pedoman
berapa pendapatan bunga yang diterima dari Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi
kredit yang digolongkan kurang lancar, 2000.Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama
diragukan dan macet, sehingga akan nampak dengan Bank Indonesia
jumlah sebenarnya kredit yang benar-benar Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).2008. Pedoman
tidak dapat ditagih yang berpotensi Akuntansi Perbankan Indonesia. Jakarta:
menyebabkan kerugian bagi Bank. Diterbitkan atas kerjasama dengan Bank
Indonesia
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Jakarta : Kencana
Kasmir.2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT.
Raja GrafindoPersada.
Maria, Evi. 2007. Akuntansi Untuk Perusahaan
Jasa. Ed.1 Yogyakarta:Gaya Media
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Bank Umum.
Jakarta :Intermedia
Subagyo, Joko. 2004. Metodologi Penelitian.
Jakarta: RinekaCipta.

Jurnal ASCY, Volume III, No. 2, Desember 2015, h. 64-76 76

Anda mungkin juga menyukai