net/publication/42320123
CITATION READS
1 1,139
1 author:
Rahmawaty Rahmawaty
University of Sumatera Utara
21 PUBLICATIONS 26 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Rahmawaty Rahmawaty on 09 November 2016.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Suatu sistem produksi pertanian yang dirancang dan dikelola sebagai suatu
ekosistem, sejauh mungkin berusaha untuk menghindari hilangnya energi dan bahan
mentah dan cenderung untuk menyelesaikan siklus-siklusnya mengingat dua tjuan
utama yaitu menjamin dikembalikannya residuresidu untuk dipakai lagi dalam sistem
produksi dan memperbaiki produktivitas (Bergeret, 1987).
Di lain pihak menurut Jansen (1987) dua konsep yang sangat berbeda terlibat
dalam stabilitas yang sering diwarnai ekosistem tropis, yaitu:
a. Disebabkan oleh kekurangan yang nyata pada variasi cuaca tiap tahun dan
sedikit variasi dalam iklim dari tahun ke tahun
b. Sistem biologis yang kompleks dari dataran rendah tropis sangat mudah
terganggu dan sulit disusun kembali dengan tanaman tepi jalan, hutan-hutan
dan hewan.
c. Tanah di daratan rendah tropis sering merupakan tempat penyimpanan hara
dengan kapasitas sangat rendah.
Di Indonesia, tanah-tanah yang termasuk subur sebagian besar sudah
diusahkan penduduk. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya usaha
intensifikasi misalnya dengan cara pemupukan, pemeliharaan tanah dan tanaman
yang sebaik-baiknya. Tanah-tanah yang belum diusahakan umumnya tinggal tanah
kurang baik yang disebut tanah marginal (Hardjowigeno, 1995). Walaupun demikian
tanah-tanah ini merupakan sasaran untuk melakukan usaha perluasan areal
pertanian (ekstensifikasi) di masa yang akan datang.
Secara garis besar tanah-tanah untuk perluasan areal ini dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu:
a. tanah-tanah lahan kering yang pada umumnya terdiri atas tanah Ultisol
(Podzolik Merah Kuning) dan mungkin pula Oksikol
V. KENDALA PENGEMBANGAN
Dari segi luas, lahan kering PMK di Indonesia mencapai 47,6 juta ha, namun
demikian berdasarkan kemiringan lerengnya lahan yang potensial untuk produksi
pertanian adalah kurang dari 15% atau bergelombang.
Berbagai cara untuk menangani lahan kritis seperti lahan kering PMK adalah
melalui program reboisasi dan penghijauan. Tanaman pagar berfungsi sebagai
penahan erosi dan penghasil bahan organik yang dapat meningkatkan produktivitas
lahan (IPB, 1987 dalam Hakim et al, 1997).
Usaha terpadu tanaman-ternak yang tersiri dari tanaman pangan, ternak dan
karet dapat meningkatkan pendapatan petani (Anwarhan dan Supriadi, 1997).
Masalah kemasaman tanah dapat diperbaiki terlebih dahulu misalnya menggunakan
kapur atau bahan organik sebelum dilakukan pemupukan (Arief dan Irman, 1997).
Sedangkan untuk mengurangi erosi, menyuburkan tanah, sumber pakan ternak
diperlukan penerapan sistem usaha tani konservasi seperti pertanaman lorong
dengan menggunakan tanaman pepohonan sebagai tanaman pagar hidup (Basri,
1997) dan pengurangan masukan sarana produksi dan tata tanam yang tepat
(Noorginayuwati et al, 1997).
Tanaman penutup tanah dapat pula ditanam khusus untuk melindungi tanah
dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau untuk memperbaiki sifat kimia dan fisik
tanah (Arsyad, 1989). Disamping itu, pergiliran tanaman dapat dilakukan dengan
cara penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada
sebidang tanah. Akhirnya pertanian-hutan (agroforestry dapat pula dijadikan
alternatif pemanfaatan lahan kering PMK beriklim basah dengan topografi
bergelombang.
3. Usahatani Campuran
Usahatani campuran dalam hal ini adalah sistem pertanaman yang mencakup
tanaman pangan, tanaman tahunan, tanaman penahan erosi, dan tanaman pakan
ternak, sedangkan serasering dibuat untuk membantu mengurangi bahaya erosi dan
memperbaiki tata air (Samingan, 1998). Tanaman tahunan yang ditanam berupa
durian dengan jarak tanam 10 x 10 m. Untuk meningkatkan penggunaan cahaya
matahari dapat pula ditanam sirsak, manggis atau srikaya, sedangkan jika ditanam
pisang atau pepaya jangan terlalu dekat karena sifat allelopatinya.
Di bawah tanaman tahunan ini dapat ditanam kacang panjang atau tanaman
kacang-kacangan lainnya. Kemudian untuk menyediakan pakan bagi burung, pada
bagian pinggir dapat ditanam pohon salam, sedangkan pada pinggir teras dapat
ditanam tanaman kelapa yang dapat menghasilkan secara ekonomi. Pada pinggiran
teras dapat juga ditanam tanaman penutup tanah untuk mengurangi laju erosi atau
dapat juga ditanam talas. Tanaman sengon misalnya harus dihindari karena secara
terus-menerus dapat menurunkan pH tanah sehingga meningkatkan kadar
aluminium dalam tanah yang dapat meracuni tanaman. Pemupukan Posphor yang
diperlukan pada lahan PMK dapat dilakukan dengan jalan menggunakan kompos
yang dapat meningkatkan mikroorganisme dalam tanah dan hal ini akan
meningkatkan ketersediaan N meningkatkan P dalam bentuk tersedia bagi tanaman.
Tanaman tahunan lainnya dapat ditanam misalnya nangka, cempedak sehingga
dapat menambah pendapatan. Tanaman bambu dapat pula jika akan ditanam
dengan tanaman semusim perlu memperhatikan pangkas atau disadap maka jangan
lupa harus melakukan pemupukan. Pada bagian lain yang curam dapat ditanam
pohon jengkol yang sifatnya toleran terhadap miskin unsur hara.
VIII. KESIMPULAN
Lahan tidur yang berupa lahan kering Podzolik Merah Kuning beriklim basah
dengan topografi bergelombang dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui
pendekatan ekosistem, baik melalui pola usaha tanaman ternak, rotasi tanaman
dalam budidaya lorong ataupun usahatani campuran antara tanaman tahunan dan
tanaman pangan berwawasan konservasi, ekonomi dan tanpa merusak lingkungan.
Arief, A. Dan Irman. 1997. Ameliorasi Lahan Kering Masam untuk Tanaman
Pangan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbang
Tanaman Pangan. Balitbangtan Deptan. Hal. 1665-1675.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Cetakan I. Bogor. 290
hal.
Basri, I.H. 1997. Budidaya Lorong di Lahan Kering Masam. Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbangtan. Balitbangtan. Deptan. Hal.
1687-1697.
Hakim, N., G. Ismail., Mardinus dan H. Muchtar. 1997. Perbaikan Lahan Kritis
dengan Rotasi Tanaman dalam Budidaya Lorong. Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbangtan. Deptan. Hal. 1656-1664.
Jansen, D.H. 1987. Ekosistem Pertanian Tropis, dalam Ekofarming Bertani Selaras
Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal. 1-28.
Partohardjono, S., I.G. Ismail., Subandi., M.O. Adnyana dan D.A. Darmawan.
1994. Peranan Sistem Usahatani Terpadu dalam Upaya Pengentasan
Kemiskinan di Berbagai Agroekosistem. Prosiding Simposium Panelitian
Tanaman Pangan III. Puslitbangtan Deptan. Hal 143-182.
Samingan, T. 1998. Bahan Kuliah Mata Ajaran Ekologi Umum. Program Studi Ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program Pascasarjana IPB.
Bogor.