SKRIPSI
Oleh :
Sukma Paramita Citraningtyas
NIM : 058114073
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Sukma Paramita Citraningtyas
NIM : 058114073
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh
karena itu pada saat ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
2. dr. Fenty, M.Kes, SpPK selaku dosen pembimbing skripsi dan penguji
3. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah atas izin yang telah diberikan
BKPM Magelang.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Ibu Rina, Ibu Kunah dan segenap staf BKPM Magelang, khususnya
staf pada bagian pendaftaran dan bagian Apotek yang telah banyak
7. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta atas doa dan dorongan sehingga
8. Semua sahabat, Dhita, Ika, Nia, Dewi dan Yesi, serta teman-teman
dan FKK 2005, terima kasih atas dukungan dan pertemanan yang
10. Seluruh warga Kos Mandoyo, Icha, Titin, Mono, dan Erlin, serta
11. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masih jauh dari sempurna. Untuk memperbaiki penulisan ini penulis selalu
berusaha untuk terbuka dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
INTISARI ............................................................................................... xi
1. Permasalahan ............................................................................... 4
B. Tujuan penelitian............................................................................... 6
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Penyebab .................................................................................... 7
4. Diagnosis .................................................................................... 8
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 45
B. Saran ................................................................................................. 45
LAMPIRAN ........................................................................................... 48
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan ... 43
Tabel XI. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Kurang ................... 44
Tabel XII. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Berlebih ................. 45
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara
TB membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Sekitar 40 persen dari kasus TB di
ketiga dunia, setelah India dan Cina. Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 583
ribu kasus dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari
menularkan ke 10 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8
Indonesia terjadi pada usia produktif, yaitu usia antara 15-50 tahun (Harries,
1997).
berbagai upaya untuk menanggulangi TB, antara lain dengan strategi DOTS
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan
penurunan.
udara buruk dan kurang sinar matahari. Menurut data WHO, pada 2004 tercatat
1,3 juta anak di dunia yang terinfeksi TB. Dari jumlah tersebut, tiap tahunnya
anak di Indonesia pada 2007 tercatat sebanyak 3.990 kasus (Anonim, 2009).
sedangkan pada orang dewasa kebanyakan infeksi yang terjadi adalah infeksi
pasca primer. Infeksi TB pada anak-anak dapat terjadi karena adanya penularan
antara infeksi primer (seringkali tanpa luka yang jelas pada paru-paru) dan PTB
sputum tidak dapat dilakukan pada anak, karena kebanyakan anak-anak tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan dan diberikan setiap hari
(Anonim, 2005). Pemilihan obat yang tepat dan cukup jumlahnya sangat penting
agar TB pada anak dapat disembuhkan dan tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Karena sifat pengobatan yang lama maka dari pihak
keluarga juga harus melakukan pemantauan yang cukup ketat agar tujuan
dosis obat, pemilihan obat dengan efek samping yang minimal, serta ketaatan
pasien minum obat didukung dengan pemberian informasi obat yang benar
(Cipolle, 2004).
evaluasi dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada rekam medis pasien di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang. Dari data pengobatan yang
Republik Indonesia atau WHO. Keberadaan penelitian ini juga diharapkan dapat
1. Permasalahan
b. seperti apakah gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan
obat, jumlah dan dosis obat dan juga penggunaan obat tambahan) yang
obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah, efek samping obat dan
ketaatan pasien) ?
2. Keaslian penelitian
tentang pasien tuberkulosis yang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
penelitian ini berbeda dalam hal tujuan penelitian, subyek penelitian, waktu
Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 yang diteliti oleh
Utomowati (2007).
3. Manfaat penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
B. Tujuan
1. Tujuan umum
pengobatan atau terapi TB yang diberikan pada pasien anak di Balai Kesehatan
2. Tujuan khusus
obat, jumlah dan dosis obat, dan juga penggunaan obat tambahan) yang
dengan obat (DTP) yang terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Penyebab
lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia (Anonim, 2005). Mycobacterium
sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan
terhadap asam pada pewarnaan, sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam
dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
2005)
saat ia batuk atau bersin. Di mana pada saat itu terjadi penyebaran kuman melalui
droplet. Orang lain dapat terinfeksi jika menghirup droplet yang mengandung
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
bakteri tersebut akan terbawa hingga sampai ke cabang bronkial dan akan
3. Gejala tuberkulosis
penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas,
dan tidak mengalami kenaikan dalam satu bulan walaupun telah mendapat
penanganan gizi yang baik. Mengalami demam lama atau berulang tanpa sebab
yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai
dengan keringat malam. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,
paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala dari saluran nafas,
misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk),
tanda cairan di dada dan nyeri dada. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare
4. Diagnosis
spesimen dahak, bilasan lambung, biopsi dan lain-lain. Namun pada anak-anak hal
tersebut sulit didapat karena anak-anak kadang tidak dapat mengeluarkan dahak
mereka, justru kerap kali menelannya. Oleh karena itu sebagian besar diagnosis
anak didapat dari gambaran klinik, foto rontgen dada dan uji tuberkulin (Wirawan,
2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
Diagnosis TB anak sulit dilakukan, tidak seperti pada orang dewasa yang
digunakan sistem skor, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Skor kurang dari 6 tetapi
pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-scan, dan
Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
• Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti asma, sinusitis, dan lain-lain.
• Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis tuberkulosis.
• Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname) kemudian
dilampirkan pada tabel badan badan.
• Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
• Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
• Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14).
• Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.
B. Pengobatan Tuberkulosis
Ada tiga sifat penting yang terdapat dalam obat TB yaitu memiliki
Isoniazid dan rifampisin merupakan bakterisidal paling kuat dan aktif melawan
pertumbuhan basil TB. Rifampisin adalah obat sterilisasi paling poten yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
saat ini. Pirazinamid dan streptomisin juga merupakan bakterisidal yang dapat
obat lain yang lebih kuat untuk mencegah resistensi basil (Anonim, 2000a). Terapi
diberikan dalam waktu 6 bulan (Anonim, 2007b). Pengobatan pada anak tidak
berbeda dengan dewasa, namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu pemberian
obat untuk tahap intensif maupun lanjutan OAT pada anak diberikan setiap hari,
selain itu dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak
(Anonim, 2005).
Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan
OAT tetap dihentikan (Anonim, 2007b). Perbaikan klinis yang terjadi antara lain
adalah kenaikan berat badan dan pengamatan terhadap peningkatan aktivitas anak
Jenis Obat BB BB BB
< 10 kg 10 – 19 kg 20 – 32 kg
Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Keterangan:
• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
• Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
• Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
• Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
• OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat
menggunakan sistem skoring (Tabel I). Bila hasil evaluasi dengan sistem skoring
didapat skor <5, kepada anak tersebut diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-
anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan
Obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada pasien TB anak bisa dalam
merupakan OAT yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal dengan paduan obat
tuberkulosis. Untuk mempermudah pemberian obat pada pasien anak maka dibuat
kesalahan pada saat penyiapan racikan karena jumlah obat yang cukup banyak
(Utomowati, 2007).
mudah. OAT-FDC ini berupa paduan obat tuberkulosis yang diberikan dalam satu
tablet yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tepat. Selain
diharapkan ketaatan pasien minum obat menjadi lebih baik karena penggunaan
dosis untuk pasien yang kontraindikasi dengan obat tersebut (Utomowati, 2007).
salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang bergerak dalam bidang
tindakan preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit yang berkaitan dengan
fungsi paru. BKPM Magelang sampai dengan tahun 2005 lebih dikenal sebagai
BP4 (Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru) Magelang yang berlokasi
di Jl. Jend. Sudirman No. 46 B Kota Magelang. Pada tahun 2005 – 2006 terjadi
Tengah. Pada tahun 2006 – 2007 dibentuklah satuan kerja khusus P4, yang
mengurusi kegiatan-kegiatan pada unit tersebut. Kemudian pada Juli 2008 BP4
gedung lama sudah tidak mampu menampung jumlah pasien dari beberapa
kabupaten di Jawa Tengah yang cukup banyak maka pada tanggal 30 Desember
2008 pelayanan di BKPM pindah ke gedung baru yang lebih memadai yang
misinya adalah :
bagi masyarakat.
kesejahteraan.
sektoral.
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 1 Tahun 2002
Unit Pelaksana Teknis Dinas, maka cakupan wilayah kerja BKPM meliputi : Kota
Masyarakat Individu
kejadian yang tidak dikehendaki yang dialami oleh pasien yang melibatkan, atau
terapi (Cipolle, 2004). Kategori dan kasus DTP yang sering terjadi dapat dilihat
E. Keterangan Empiris
kesimpulan bahwa TB juga dapat diderita oleh anak-anak. Pasien pediatrik atau
pasien anak merupakan pasien yang sangat rentan mengalami medication errors.
Drug Therapy Problems (DTP) merupakan salah satu dari 6 macam kasus yang
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian ini hanya dilakukan pengamatan terhadap sejumlah ciri (variabel) yang
ada pada subyek penelitian tanpa adanya manipulasi atau perlakuan dari
penelitian. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif evaluatif, karena tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
B. Definisi Operasional
didiagnosis baik dengan Uji Tuberkulin maupun dengan sistem skoring dan
oleh pasien anak ke BKPM Magelang untuk memeriksakan diri dan untuk
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
identitas pasien yang meliputi nomor rekam medis, nama, umur, jenis
kelamin, hasil Uji Tuberkulin, hasil sistem skoring, anamnesis, berat badan,
tanggal dan perjalanan penyakit, jenis obat, dosis obat, lama pemberian dan
hasil pengobatan.
5. Lama pengobatan adalah waktu penggunaan OAT yang diperlukan oleh pasien
TB anak dalam melaksanakan terapi TB, meliputi fase intensif selama 2 bulan
6. Dosis obat adalah takaran (kadar) obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit atau mengurangi gejala yang diberikan pada saat pasien menunggu
hasil uji tuberkulin maupun pada saat pasien menerima terapi TB anak di
BKPM Kota Magelang. Dosis obat yang dimaksud meliputi dosis dan aturan
Tuberkulosis (2007b).
7. Obat tambahan adalah obat (generik maupun paten) selain OAT, yang
terapinya yang digunakan pada saat terapi pasien TB anak di BKPM Kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Magelang, terutama yang diberikan pada saat pasien menunggu hasil Uji
Tuberkulin.
9. Efek samping obat adalah efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat
BKPM Magelang.
10. Status pengobatan adalah kondisi pasien TB anak baik selama maupun setelah
dilakukannya terapi. Kondisi ini ada tiga macam yaitu Drop Out (DO) untuk
pasien yang pengobatannya putus, kambuh untuk pasien yang dulu pernah
melakukan terapi namun karena sesuatu hal tidak tuntas dan menjadi kambuh
lagi, dan kondisi yang ketiga adalah sembuh yaitu keadaan pasien yang telah
sembuh.
11. Data yang tidak dapat dievaluasi adalah data rekam medik yang tidak memuat
diagnosis TB, baik hasil Uji Tuberkulin maupun hasil skoring sistem.
C. Subyek Penelitian
(Notoadmodjo, 2002)
data, maka jumlah populasi penelitian yang diambil dibuat berlebih, yaitu menjadi
berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi penelitian yang telah dibuat, yaitu :
a. Kriteria inklusi
(BKPM) Magelang.
April 2007.
4. Sedang atau telah menjalani terapi TB, fase intensif dan fase lanjutan.
b. Kriteria eksklusi
mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu antara lain pasien dengan data
rekam medik yang memiliki kelengkapan data diagnosis TB oleh dokter, melalui
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling tersebut maka total subyek
D. Jalannya Penelitian
1. Tahap orientasi
Tahap orientasi adalah awal dari jalannya penelitian. Pada tahap ini
peneliti mencari informasi tentang seberapa besar jumlah pasien TB anak yang
Magelang. Pada tahap ini juga dilakukan penyesuaian teknis pengambilan data di
pendaftaran tidak terganggu. Tahap ini berlangsung selama tiga hari dan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
tahap ini dapat diketahui bahwa jumlah total pasien TB anak yang berkunjung
pertama kali di BKPM Magelang pada periode Januari-April 2007 ada 198 pasien.
Desember 2008 sampai dengan 13 Januari 2009. Data rekam medik pasien TB
anak yang diambil meliputi nomor RM, usia pasien, jenis kelamin, tempat tinggal,
hasil skoring sistem, hasil Uji Tuberkulin, kelas terapi obat, jumlah dan dosis
obat, efek samping yang mungkin muncul, obat tambahan yang digunakan, dan
Data yang diambil untuk penelitian adalah rekam medik dari pasien anak
yang berkunjung pertama kali pada periode Januari-April 2007 dengan usia 0-14
tahun, berdasarkan penggolongan usia dari BKPM Magelang. Data tersebut juga
memiliki kelengkapan data diagnosis dokter melalui sistem skoring dan Uji
melalui data tersebut pasien dapat dinilai apakah benar-benar positif TB atau
tidak. Data rekam medik juga harus memiliki kelengkapan data pengobatan
terhadap TB yang diberikan. Kondisi pasien baik pada awal berkunjung maupun
selama menerima terapi TB dapat dilihat melalui data rekam medik tersebut.
bentuk tabel yang memuat analisis SOAP (Subjective, Objective, Assessement and
tersebut kemudian dinilai DTP apa saja yang terjadi dalam terapi pasien TB anak.
Selain itu dari data RM juga dapat diketahui karakteristik pasien TB anak.
deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk diagram dan tabel beserta
Republik Indonesia
F. Kesulitan Penelitian
penelitian. Kesulitan itu antara lain adalah teknik pengambilan data rekam medik
(RM). Hal itu dikarenakan situasi BKPM Magelang yang agak kurang
mendukung sebab BKPM baru saja melakukan pindah gedung yang jaraknya
cukup jauh dari gedung yang lama, sehingga rak penyimpanan rekam medik
belum sepenuhnya tertata rapi dan berurutan nomor rekam mediknya. Akibatnya
teknik penelitian yang awalnya dirancang sebagai teknik acak sederhana tidak
dapat terlaksana dan peneliti hanya mampu mengambil data yang disediakan oleh
terutama data diagnosis TB baik dengan sistem skoring maupun hasil dari Uji
Tuberkulin. Hal ini yang menyebabkan banyak data tidak masuk dalam kriteria
inklusi penelitian. Selain itu dokumentasi peresepan obat juga tidak lengkap,
terhambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
obat yang diberikan pada saat terapi dan semua data diagnosis yang tercantum
Magelang. Selama periode Januari-April 2007 diketahui ada 198 pasien TB anak
yang berkunjung di BKPM Magelang. Dari kasus tersebut terdapat 39 pasien yang
sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain memiliki kelengkapan data diagnosis
pencatatan meliputi nomor rekam medik, usia pasien, jenis kelamin, hasil skoring
sistem, hasil Uji Tuberkulin, kelas terapi obat, jumlah dan dosis obat, efek
samping yang mungkin muncul, obat tambahan yang digunakan, dan status
Hasil dari penelitian ini terbagi dalam tiga bagian utama. Bagian pertama
tentang drug therapy problems (DTP) yang terjadi pada saat pengobatan
dilakukan.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Informasi tentang kondisi pasien tersebut diwakili oleh data rekam medik yang
1. Diagnosis TB anak
Pada anak, gejala klinis TB bersifat tidak khas sehingga banyak dijumpai
membantu diagnosis TB anak seperti uji serologis dan PCR memberikan hasil
yang kurang memuaskan. Selain uji tersebut tidak ada uji lain yang lebih spesifik
diagnosis TB pada anak dilakukan sistem pembobotan (scoring system) gejala dan
6-13 poin
44%
< 6 poin
56%
Hasil skoring sistem yang didapat dari data rekam medik pasien TB anak
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu hasil skoring kurang dari 6 dan skoring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
antara 6 sampai 13. Seorang anak akan didiagnosis TB jika hasil sistem skoring
nilainya adalah ≥ 6. Berdasarkan data rekam medik pasien ternyata ada 23 pasien
yang mendapatkan hasil skoring kurang dari 6 dan 16 pasien mendapatkan hasil
Di dalam sistem skoring ada salah satu pengujian yang sangat penting
untuk menilai seorang anak mengidap TB atau tidak, yaitu Uji Tuberkulin atau
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang terjadi.
Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm (
pada gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk (Anonim, 2002a).
TB, bahkan kemungkinan adanya TB aktif pada anak. Berdasarkan hasil tersebut
maka pasien dapat langsung mendapatkan terapi TB baik fase intensif maupun
fase lanjutan. Namun kadang ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat hasil Uji
Tuberkulin negatif walaupun pasien telah terinfeksi TB, misalnya kondisi anergi
hasil Uji Tuberkulin positif dan 17 pasien menunjukkan hasil negatif, sisanya
yaitu 1 pasien tidak melakukan Uji Tuberkulin, sebab menurut sistem skoring
Negatif
44%
Positif
53%
bahwa pasien yang mendapatkan hasil skoring antara 6-13 dan menunjukkan hasil
Uji Tuberkulin positif ada 12 pasien, hasil negatif 3 pasien dan yang tidak
skoring kurang dari 6 namun menunjukkan hasil Uji Tuberkulin positif ada 8
pasien dan hasil negatif 15 pasien. Pada data rekam medik tidak terdapat
informasi lebih lanjut mengapa pasien dengan hasil skoring kurang dari 6 dan
hasil Uji Tuberkulin negatif tetap menerima terapi TB selama 6 bulan. Namun jika
ditelusuri lebih lanjut diketahui bahwa setelah pasien menerima terapi OAT
selama 2 bulan, ternyata pasien menunjukkan perbaikan klinis, yang berarti bahwa
negatif. Hal ini telah sesuai dengan Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak
(Gambar 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Pasien anak yang berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April 2007
Perempuan
67%
Laki-laki
Perempuan
pasien yang ada diketahui bahwa 13 pasien TB anak (33%) adalah anak laki-laki
dan 26 pasien (67%) adalah anak perempuan. Berdasarkan diagram tersebut dapat
terlihat bahwa pasien anak yang didiagnosis TB dan mendapat terapi di BKPM
paling banyak adalah pasien perempuan dibandingkan pasien laki-laki. Tidak ada
terinfeksi TB. Karena sebenarnya semua anak yang berumur kurang dari 15 tahun,
baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama terserang TB paru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
persentase laki-laki dewasa terserang TB paru lebih besar dibanding wanita. Hal
ini dikarenakan laki-laki dewasa memiliki faktor risiko lebih besar akibat
kebiasaannya merokok.
5-12 tahun
46%
1-5 tahun
46%
umur anak yang digunakan di BKPM Magelang yaitu antara umur 0-14 tahun.
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun, 5-12 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
dan 12-14 tahun. Berdasarkan diagram berikut dapat diketahui bahwa pasien TB
anak di BKPM dengan umur kurang dari 1 tahun sebanyak 3 pasien, 1-5 tahun
sebanyak 18 pasien, 5-12 tahun sebanyak 18 pasien dan tidak terdapat pasien
balita (kurang dari 1 tahun dan antara 1-5 tahun) dibandingkan dengan anak-anak
usia sekolah. Anak-anak pada usia balita merupakan anak-anak yang sedang
mengalami masa pertumbuhan, selain itu sistem kekebalan tubuhnya juga sedang
keluarga dimana salah satu anggota keluarganya mengidap TB BTA positif, maka
balita tersebut akan mudah tertular TB. Oleh karena itu akan sangat wajar jika
pada usia balita seorang anak mempunyai risiko tinggi terinfeksi oleh berbagai
macam penyakit dibanding anak usia sekolah, 5-6 tahun maupun 12-14 tahun.
Berdasarkan data rekam medik pasien maka dapat diketahui berat badan
pasien pada awal diagnosis. Melalui data berat badan ini maka akan dapat
diperoleh suatu gambaran kondisi klinik pasien pada saat datang memeriksakan
diri ke BKPM Magelang. Melalui data berat badan tersebut maka dapat dilakukan
sampel penelitian terdapat 9 pasien dengan berat badan 0-10 kg; 22 pasien dengan
berat badan 10-20 kg; 7 pasien memiliki berat badan 20-30 kg dan 1 pasien
0-10 kg
10-20 kg
20-30 kg
10-20 kg
56% 30-40 kg
satu sama lain mengingat usia pasien yang berlainan. Namun dari data berat badan
ini dapat digunakan untuk menilai sistem skoring untuk menetapkan diagnosis TB
pada anak, karena berat badan ini sangat berhubungan erat dengan gejala yang
makan. Penilaian sistem skoring dengan berat badan didasarkan pada KepMenKes
RI No. 920 tahun 2002 yang memuat tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah
Melalui data rekam medik dapat diketahui gejala yang dirasakan oleh
pasien TB anak pada saat pertama kali datang memeriksakan diri. Sebanyak 36
dari 39 pasien mengeluhkan batuk sebagai gejala awal (92%). Meskipun batuk
adalah gejala yang bersifat umum, namun batuk yang dirasakan untuk kasus TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
adalah batuk yang sifatnya kronik (berlangsung lama) dan terjadi berulang. Gejala
batuk ini harus dapat dibedakan dengan batuk kronik berulang akibat asma dan
hal inilah yang agak sulit dibedakan. Gejala batuk pada asma biasanya belangsung
pada malam atau dini hari, terjadi karena ada faktor pencetus dan ada riwayat
demam dan berat badan kurang. Demam, dikeluhkan oleh 29 pasien (74%),
merupakan salah satu gejala paling umum yang dapat dirasakan jika telah terjadi
infeksi dalam tubuh. Demam yang terjadi jika pasien terinfeksi TB sifatnya tidak
terlalu tinggi dan berlangsung lama (Supriyatno, 2002). Berat badan kurang atau
tidak naik, seperti yang dikeluhkan oleh banyak pasien, berhubungan dengan
berkurangnya nafsu makan (anoreksia). Penurunan berat badan yang terjadi pada
29 pasien (74%) ini kerapkali menjadi pertanda seorang anak terinfeksi TB.
Apalagi jika penurunan berat badan terjadi selama 3 bulan berturut-turut tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan walaupun sudah mendapatkan
dikeluhkan pasien terkait dengan tanda-tanda klinik seorang anak terkena TB.
Gejala tersebut sering kali terjadi bersama-sama pada satu pasien. Melalui gejala-
gejala tersebut dapat dilakukan skoring untuk menilai seorang anak positif
mengidap TB atau tidak. Untuk status pengobatan pasien apakah tergolong DO,
kambuh maupun sembuh pada pasien TB anak di BKPM Magelang tidak dapat
dilakukan penilaian. Hal ini dikarenakan pada data rekam medik pasien tidak
terdapat informasi mengenai status pengobatan pasien. Meski begitu dari data
terapi pada pasien tersebut. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam
obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari,
baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan
dengan berat badan anak (Anonim, 2007b). Ketiga OAT yang digunakan adalah
INH, Rifampisin dan Pirazinamid (PZA). Terapi yang diberikan untuk pasien TB
dibagi menjadi 2 fase, yaitu 2 bulan pertama sebagai fase intensif dengan
menggunakan kombinasi dari INH, Rifampisin dan PZA. Fase lanjutan diberikan
maupun FDC harus disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan data
rekam medik, dari 39 pasien yang ada terdapat 35 pasien menerima OAT-
pasien diketahui menerima FDC kemudian untuk terapi bulan berikutnya diganti
Kombipak dan FDC yang diberikan pada 2 bulan fase intensif pada
dasarnya sama, yaitu kombinasi 3 macam OAT. Untuk jumlah obat yang
diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien TB anak, misalnya untuk pasien
INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan PZA 300 mg. Sedangkan jika mendapat
Rifampisin dan PZA dengan jumlah secara berurutan 50 mg, 75 mg dan 150 mg
(Anonim, 2007b). Perbandingan kandungan obat untuk OAT Kombipak dan FDC
fase intensif dan fase lanjutan adalah sama, hanya berbeda pada jenis obat yang
diberikan. Pada OAT Kombipak maupun FDC fase lanjutan tidak terdapat
Pirazinamid seperti pada fase intensif. Dokumentasi pengobatan baik fase intensif
maupun fase lanjutan harus dilakukan dengan lengkap dan cermat agar pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
dapat menerima OAT sesuai masa pengobatannya dan tidak mengalami kelebihan
dokter juga meresepkan beberapa obat tambahan untuk mengobati gejala yang
dikeluhkan pasien. Obat tambahan yang diresepkan ada juga yang berguna untuk
diketahui bahwa semua kasus yang ada mendapatkan obat tambahan berupa obat
untuk tujuan mengobati flu yang disertai batuk dan juga suplemen makanan. Saat
pasien datang pertama kali untuk berobat dan mendapatkan Uji Tuberkulin, maka
sambil menunggu hasil uji tersebut dokter akan meresepkan obat untuk mengatasi
pasien terdapat 5 pasien yang tidak mendapatkan obat sebelum OAT karena pada
kelima pasien dokter langsung meresepkan OAT. Berdasarkan data juga diketahui
terdapat 8 jenis obat yang diberikan pada pasien anak sebelum terapi dengan OAT
menderita TB atau sebelum menerima terapi OAT adalah antibiotik, yaitu jenis
amoksisilin, yaitu sebesar 25% atau 22 obat dari total obat 90 obat yang
diresepkan pada pasien. Dua puluh satu persen atau 19 obat yang diberikan adalah
itu vitamin, penambah nafsu makan maupun penguat sistem imun. Obat asma
Tabel VII. Distribusi Obat yang Diresepkan Sebelum Terapi TB pada Pasien
TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007
Obat yang berguna untuk meredakan flu yang disertai batuk (kebanyakan
difenhidramin) juga banyak diresepkan yaitu sebesar 12% atau 11 obat, dan
2% atau 2 obat dan kortikosteroid 1 obat atau 1%. Obat-obat yang diresepkan
sebelum pasien menerima terapi TB seperti tersebut di atas, terkadang juga masih
medication error yang paling banyak terjadi dan dapat menyebabkan peningkatan
yang dilakukan kepada pasien anak yang berkunjung pertama kali di BKPM
ada tidaknya DTP yang terjadi selama pengobatan TB fase intensif dan fase
lanjutan berlangsung. Evaluasi dilakukan pada sejumlah resep yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
diketahui bahwa pasien TB anak menerima resep dengan jumlah yang berbeda-
masa terapi TB yang terdiri dari 6 lembar resep yang berisi OAT dan 1 lembar
resep yang diberikan pada saat pasien pertama kali datang yang berisi obat-obat
untuk menringan kan gejala yang dirasakan pasien. Total resep dari 39 pasien TB
anak yang menjadi subyek penelitian adalah 269 resep. Menurut evaluasi yang
telah dilakukan, ternyata pada satu resep yang diberikan kadang terjadi lebih dari
1 macam DTP, sehingga seorang pasien dapat mengalami beberapa DTP, baik
Cipolle (2004) maka dilakukan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan pada
pasien TB anak. DTP yang ditemukan antara lain adalah DTP memerlukan terapi
terjadi pada pasien dengan nomor urut 22 dan 23. Hal ini terjadi karena kedua
pasien pada masa pengobatan fase intensif hanya menerima INH dan Rifampisin,
tanpa PZA.
Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan
Rifampisin akan dapat memperpendek masa terapi menjadi 6 bulan saja. Namun
jika dilihat dari data pengobatan pasien memang mendapatkan terapi TB selama 6
bulan saja. Kemungkinan oleh pihak apotek pasien diberi ketiga obat kombinasi,
namun tidak ditambahkan keterangan pada rekam medik bahwa resep tersebut
telah dikoreksi.
penggunaan obat yang tidak efektif, yang terjadi karena bentuk sediaan obat yang
diresepkan tidak sesuai dengan kondisi pasien. Pada penelitian terdapat 1 kasus
obat salah, yaitu pada pasien dengan nomor urut 23. Permasalahan ini terjadi
karena pasien yang masih berusia kurang lebih 10 bulan mendapatkan obat asma
yang bentuk sediaannya tidak sesuai. Menurut literatur obat tersebut dapat
Namun hal ini tidak dapat dikatakan sebagai penggunaan obat yang tidak efektif,
sebab dengan dosis dan dalam jangka waktu penggunaan tertentu kortikosteroid
pada saat pasien datang pertama kali dengan keluhan sesak nafas dan waktu
penggunaannya pun tidak lama, sehingga pada pasien ini tidak dapat dikatakan
Dosis obat kurang juga dapat menjadi salah satu DTP. Permasalahan ini
tidak hanya dipandang dari kadar atau dosis obat yang digunakan, namun juga
terkait dengan frekuensi dan durasi penggunaan obat. DTP dosis kurang yang
dialami pasien TB anak di BKPM Magelang antara lain terjadi akibat durasi obat
yang kurang dan karena kadar obat yang kurang. Durasi obat yang kurang terjadi
karena OAT yang seharusnya diberikan selama 4 bulan fase lanjutan, namun
ternyata pasien hanya menerima 2 atau 3 bulan saja. Permasalahan kadar kurang
terjadi pada obat selain OAT, dimana kadar obat yang diberikan tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dengan berat badan pasien TB anak, dapat dilihat pada pasien dengan nomor urut
Sama seperti kasus DTP dosis kurang, DTP dosis berlebih juga
menyangkut permasalahan kadar obat, frekuensi dan durasi penggunaan. Pada tipe
DTP ini kebanyakan terjadi karena peresepan PZA yang digunakan jumlahnya
berat badan 10-19 kg jumlah PZA yang digunakan untuk terapi TB adalah 300 mg
1x/hari, namun pada resep tertulis PZA 500 mg sebanyak 20 tablet kemudian
dibagi menjadi 30 bungkus puyer. Jika dilakukan perhitungan maka setiap kali
minum pasien menerima 333,33 mg PZA. Jumlah PZA 500 mg yang diresepkan
yang benar adalah 18 tablet saja, sehingga dalam sehari pasien menerima PZA
permasalahan DTP dosis berlebih terkait durasi obat. OAT yang seharusnya
diberikan selama 2 bulan fase intensif justru diberikan 3 bulan. DTP dosis
berlebih yang lain adalah karena aturan penggunaan obat yang tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
berat badan, mengingat usia pasien yang masih balita. Karena untuk pasien
pasien.
Drug therapy problems yang paling sedikit terjadi pada masa terapi TB
pengobatan TB dilakukan dalam waktu yang lama. Kasus DTP ini terjadi pada
pasien dengan nomor urut 31. Hal ini terjadi karena letak rumah pasien yang
berjauhan dari lokasi BKPM. Namun kasus tersebut tidak dapat dikatakan dengan
pasti sebagai DTP ketidaktaatan, sebab banyak data yang tidak tercantum dalam
rekam medik pasien. Selain itu DTP untuk obat berlebih juga tidak ditemukan.
Hal ini karena BKPM hanya memberikan obat yang sesuai dengan status
kesehatan pasien dimana pasien mengidap TB. Oleh karena itu obat yang
kesehatan pasien, antara lain penambah nafsu makan dan obat-obat untuk
meringankan gejala yang dirasakan pasien seperti obat flu atau obat batuk.
Reaction) juga tidak ditemukan karena pada data rekam medik tidak terdapat
keluhan pasien mengenai efek samping yang muncul maupun ADR yang terjadi,
BAB V
A. Kesimpulan
anak adalah balita (usia 0-5 tahun); berdasarkan berat badan sebagian besar
2. Terapi TB yang diberikan untuk anak adalah INH, Rifampisin dan PZA,
dalam bentuk FDC maupun Kombipak, dengan dosis berdasarkan berat badan
dan terapi fase intensif dilaksanakan selama 2 bulan dan fase lanjutan selama
3. DTP yang terjadi selama terapi TB antara lain adalah perlu terapi tambahan
pada 2 pasien, obat salah pada 2 pasien, dosis kurang pada 11 pasien, dosis
B. Saran
1. Perlu ditetapkan tata cara penulisan resep dan peresepan obat yang baik dan
benar dengan dosis yang sesuai dengan berat badan pasien anak, sehingga
pengobatan pasien melalui data rekam medik yang baik, lengkap dan jelas,
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Cipolle, R.J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinicians Guide, 173,
178-179, Mc Graw-Hill, New York.
Harries, A., 1997, TB : A Clinical Manual for SEA, 19, WHO, Jenewa.
Kurniawati, Rr. F., Yassin, N.M., Satibi, 2006, Identifikasi Drug Related
Problems Resep Dokter Anak di Apotek-apotek Kota Jogjakarta Bagian
Timur Tahun 2003, Jurnal Farmasi Indonesia “Pharmacon”, Vol. 7,
No.1, 31-35.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Supriyatno, B., Rahajoe, N.N., Rahajoe, N., Boediman, L., Said, M., Setyanto,
D.B. 2002, Karateristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif, Cermin
Dunia Kedokteran, No. 137, 22-24.
TABEL BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK PEREMPUAN USIA 0-59 BULAN
MENURUT BERAT BADAN DAN UMUR (BB/U)
Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg)
<-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD
0 1.7 1.8 – 2.1 2.2 – 3.9 4.0 30 8.9 9.0 – 10.2 10.3 – 16.3 16.4
1 2.1 2.2 – 2.7 2.8 – 5.0 5.1 31 9.0 9.1 – 10.4 10.5 – 16.6 16.7
2 2.6 2.7 – 3.2 3.3 – 6.0 6.1 32 9.1 9.2 – 10.5 10.6 – 16.9 17.0
3 3.1 3.2 – 3.8 3.9 – 6.9 7.0 33 9.3 9.4 – 10.7 10.8 – 17.1 17.2
4 3.6 3.7 – 4.4 4.5 – 7.6 7.7 34 9.4 9.5 – 10.8 10.9 – 17.4 17.5
5 4.0 4.1 – 4.9 5.0 – 8.3 8.4 35 9.5 9.6 – 10.9 11.0 – 17.7 17.8
6 4.5 4.6 – 5.4 5.5 – 8.9 9.0 36 9.6 9.7 – 11.1 11.2 – 17.9 18.0
7 4.9 5.0 – 5.8 5.9 – 9.5 9.6 37 9.7 9.8 – 11.2 11.3 – 18.2 18.3
8 5.3 5.4 – 6.2 6.3 – 10.0 10.1 38 9.8 9.9 – 11.3 11.4 – 18.4 18.5
9 5.6 5.7 – 6.5 6.6 – 10.4 10.5 39 9.9 10.0 – 11.4 11.5 – 18.6 18.7
10 5.8 5.9 – 6.8 6.9 – 10.8 10.9 40 10.0 10.1 – 11.5 11.6 – 18.9 19.0
11 6.1 6.2 – 7.1 7.2 – 11.2 11.3 41 10.1 10.2 – 11.7 11.8 – 19.1 19.2
12 6.3 6.4 – 7.3 7.4 – 11.5 11.6 42 10.2 10.3 – 11.8 11.9 – 19.3 19.4
13 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 11.8 11.9 43 10.3 10.4 – 11.9 12.0 – 19.5 19.6
14 6.6 6.7 – 7.7 7.8 – 12.1 12.2 44 10.4 10.5 – 12.0 12.1 – 19.7 19.8
15 6.8 6.9 – 7.9 8.0 – 12.3 12.4 45 10.5 10.6 – 12.1 12.2 – 20.0 20.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
16 6.9 7.0 – 8.1 8.2 – 12.5 12.6 46 10.6 10.7 – 12.2 12.3 – 20.2 20.3
17 7.1 7.2 – 8.2 8.3 – 12.8 12.9 47 10.7 10.8 – 12.4 12.5 – 20.4 20.5
18 7.2 7.3 – 8.4 8.5 – 13.0 13.1 48 10.8 10.9 – 12.5 12.6 – 20.6 20.7
19 7.4 7.5 – 8.5 8.6 – 13.2 13.3 49 10.8 10.9 – 12.6 12.7 – 20.8 20.9
20 7.5 7.6 – 8.7 8.8 – 13.4 13.5 50 10.9 11.0 – 12.7 12.8 – 21.0 21.1
21 7.6 7.7 – 8.9 9.0 – 13.7 13.8 51 11.0 11.1 – 12.8 12.9 – 21.2 21.3
22 7.8 7.9 – 9.0 9.1 – 13.9 14.0 52 11.1 11.2 – 12.9 13.0 – 21.4 21.5
23 8.0 8.1 – 9.2 9.3 – 14.1 14.2 53 11.2 11.3 – 13.0 13.1 – 21.6 21.7
24 8.2 8.3 – 9.3 9.4 – 14.5 14.6 54 11.3 11.4 – 13.1 13.2. – 21.8 21.9
25 8.3 8.4 – 9.5 9.6 – 14.8 14.9 55 11.4 11.5 – 13.2 13.3 – 22.1 22.2
26 8.4 8.5 – 9.7 9.8 – 15.1 15.2 56 11.4 11.5 – 13.3 13.4 – 22.3 22.4
27 8.6 8.7 – 9.8 9.9 – 15.5 15.6 57 11.5 11.6 – 13.4 13.5 – 22.5 22.6
28 8.7 8.8 – 10.0 10.1 – 15.8 15.9 58 11.6 11.7 – 13.5 13.6 – 22.7 22.8
29 8.8 8.9 – 10.1 10.2 – 16.0 16.1 59 11.7 11.8 – 13.6 13.7 – 22.9 23.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
TABEL BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK LAKI-LAKI USIA 0-59 BULAN
MENURUT BERAT BADAN DAN UMUR (BB/U)
Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg)
<-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD >+2 SD <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD >+2 SD
0 1.9 2.0 – 2.3 2.4 – 4.2 4.3 30 9.3 9.4 – 10.6 10.7 – 16.9 17.0
1 2.1 2.2 – 2.8 2.9 – 5.5 5.6 31 9.3 9.4 – 10.8 10.9 – 17.1 17.2
2 2.5 2.6 – 3.4 3.5 – 6.7 6.8 32 9.4 9.5 – 10.9 11.0 – 17.3 17.4
3 3.0 3.1 – 4.0 4.1 – 7.6 7.7 33 9.5 9.6 – 11.0 11.1 – 17.5 17.6
4 3.6 3.7 – 4.6 4.7 – 8.4 8.5 34 9.6 9.7 – 11.1 11.2 – 17.7 17.8
5 4.2 4.3 – 5.2 5.3 – 9.1 9.2 35 9.6 9.7 – 11.2 11.3 – 17.9 18.0
6 4.8 4.9 – 5.8 5.9 – 9.7 9.8 36 9.7 9.8 – 11.3 11.4 – 18.2 18.3
7 5.3 5.4 – 6.3 6.4 – 10.2 10.3 37 9.8 9.9 – 11.4 11.5 – 18.4 18.5
8 5.8 5.9 – 6.8 6.9 – 10.7 10.8 38 9.9 10.0 – 11.6 11.7 – 18.6 18.7
9 6.2 6.3 – 7.1 7.2 – 11.2 11.3 39 10.0 10.1 – 11.7 11.8 – 18.8 18.9
10 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 11.6 11.7 40 10.1 10.2 – 11.8 11.9 – 19.0 19.1
11 6.8 6.9 – 7.8 7.9 – 11.9 12.0 41 10.2 10.3 – 11.9 12.0 – 19.2 19.3
12 7.0 7.1 – 8.0 8.1 – 12.3 12.4 42 10.3 10.4 – 12.0 12.1 – 19.4 19.5
13 7.2 7.3 – 8.2 8.3 – 12.6 12.7 43 10.4 10.5 – 12.2 12.3 – 19.6 19.7
14 7.4 7.5 – 8.4 8.5 – 12.9 13.0 44 10.5 10.6 – 12.3 12.4 – 19.8 19.9
15 7.5 7.6 – 8.6 8.7 – 13.1 13.2 45 10.6 10.7 – 12.4 12.5 – 20.0 20.1
16 7.6 7.7 – 8.7 8.8 – 13.4 13.5 46 10.7 10.8 – 12.5 12.6 – 20.3 20.4
17 7.7 7.8 – 8.9 9.0 – 13.6 13.7 47 10.8 10.9 – 12.7 12.8 – 20.5 20.6
18 7.8 7.9 – 9.0 9.1 – 13.8 13.9 48 10.9 11.0 – 12.8 12.9 – 20.7 20.8
19 7.9 8.0 – 9.1 9.2 – 14.0 14.1 49 11.0 11.1 – 12.9 13.0 – 20.9 21.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
20 8.0 8.1 – 9.3 9.4 – 14.3 14.4 50 11.1 11.2 – 13.0 13.1 – 21.1 21.2
21 8.2 8.3 – 9.4 9.5 – 14.5 14.6 51 11.2 11.3 – 13.2 13.3 – 21.3 21.4
22 8.3 8.4 – 9.6 9.7 – 14.7 14.8 52 11.3 11.4 – 13.3 13.4 – 21.6 21.7
23 8.4 8.5 – 9.7 9.8 – 14.9 15.0 53 11.4 11.5 – 13.4 13.5 – 21.8 21.9
24 8.9 9.0 – 10.0 10.1 – 15.6 15.7 54 11.5 11.6 – 13.6 13.7 – 22.0 22.1
25 8.9 9.0 – 10.1 10.2 – 15.8 15.9 55 11.7 11.8 – 13.7 13.8 – 22.2 22.3
26 9.0 9.1 – 10.2 10.3 – 16.0 16.1 56 11.8 11.9 – 13.8 13.9 – 22.5 22.6
27 9.0 9.1 – 10.3 10.4 – 16.2 16.3 57 11.9 12.0 – 14.0 14.1 – 22.7 22.8
28 9.1 9.2 – 10.4 10.5 – 16.5 16.6 58 12.0 12.1- 14.1 14.2 – 22.9 23.0
29 9.2 9.3 – 10.5 10.6 – 16.7 16.8 59 12.1 12.2 – 14.2 14.3 – 23.2 23.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/02/07 1. R/ Pehamoxyl Sac I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sac 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Suplemen makanan
3. R/ Osimax Syp I amonium klorida 100 mg,
2x sehari 1 sdt gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU,
Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit
B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C
60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl
200 mg, curcuma extract 2 mg
2. 07/02/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifam 450 X
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 06/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifam 450 X 2. Penguat sistem imun
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XV 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 02/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV dan
5. 21/05/07 Rifam 450 X VI
7. 23/07/07 m f pulv no XXX 2. Penguat sistem imun
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 21/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan V
Rifampisin 450 XX
Vit B6 X
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Untuk pasien yang masih anak-anak/balita hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosis yang terjadi.
2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif
maupun fase lanjutan.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Halmezin untuk mengurangi
gejala batuk yang timbul dan Salbuven untuk melegakan saluran nafasnya. Ketiganya tidak memiliki
permasalahan DRP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan
berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300
mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg
per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA
yang diberikan adalah 666,67 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama 6 bulan terapi ternyata gejala seperti batuk, pilek dan sesak nafas juga sering muncul. Oleh karena
itu dokter meresepkan beberapa obat tambahan antara lain Lasal pada bulan I, Halmezin dan Penmox pada
bulan IV. Ketiganya diberikan sesuai aturan dosis.
5. Sebagai penambah daya tahan tubuh maka diberikan Nutrikids pada bulan IV dan V.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 1. R/ Robamox 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Melegakan saluran nafas
2. R/ Salbuven Syp I 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 3. Antitusiv dan
3x sehari 1 sdt prometazina-HCl 5 mg, amonium ekspektoran
3. R/ Halmezin Syp I klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3x sehari 1 sdt mg, Na-sitrat 17 mg
2. 24/01/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan I
Rifam 450 XX 2. Melegakan saluran nafas
PZA 500 XL
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lasal Syp I 2. Salbutamol sulfat
3x sehari 1 sdt
3. 21/02/07 R/ INH 300 XX OAT bulan II
Rifam 450 XX
PZA 500 XL
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 23/03/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III dan V
6. 22/05/07 Rifam 450 XX 2. Penguat sistem imun
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 24/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan IV
Rifam 450 XX 2. Antibiotik saluran nafas
m f pulv no XXX 3. Antitusiv dan
1x sehari 1 bungkus ekspektoran
2. R/ Penmox 250 Syp I 2. Amoksisilin trihidrat
1x sehari 1 sdm
3. R/ Halmezin Syp I 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdm prometazina-HCl 5 mg, amonium
klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
mg, Na-sitrat 17 mg
7. 11/06/07 R/ INH 300 XX OAT bulan VI
Rifampisin 450 XX
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
Karena DTP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Plan :
1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif
maupun fase lanjutan.
2. Harus dilakukan penyesuaian dosis untuk Collerin yang diberikan.
3. Maka selain suplemen makanan dokter juga dapat memberikan penambah nafsu makan, agar tiap bulan
berat badan pasien dapat meningkat.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien menerima Penmox sebagai antibiotik. Lasal diberikan untuk melegakan
saluran pernafasan pasien. Kedua obat tersebut tidak mengalami DTP. Obat lainnya yang juga diberikan
pada saat yang sama adalah Risina, untuk mengurangi gejala pilek yang ada. Obat diberikan 2x/hari,
padahal pada aturan penggunaan hanya diberikan 1x/ hari saja. Berarti Risina mengalami DTP dosis
berlebih. Selain itu pasien juga mendapatkan Bevita sebagai suplemen makanan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan, dimana keduanya telah diberikan dalam bentuk FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Pada fase ini, untuk bulan III
dokter meresepkan FDC, namun untuk seterusnya dokter memberikan racikan.
4. Selama proses terapi berlangsung ternyata pasien masih merasakan gejala seperti pada awal diagnosis. Pada
terapi bulan III pasien mendapatkan Salbuven untuk melegakan saluran pernafasan pasien. Salbuven telah
diberikan sesuai dengan aturan. Selain itu pasien juga menerima Halmezin untuk meredakan batuk, yang
diberikan 3x/hari 1 sdm, padahal untuk anak harusnya hanya 1 sdt saja. Berarti pada obat ini telah terjadi
DTP dosis berlebih.
5. Bulan V pasien mendapatkan tablet GG dan CTM untuk meredakan gejala batuk dan pilek yang muncul,
selain itu juga mendapatkan vitamin B1 sebagai suplemen. Sebagai penguat sistem imun dokter
memberikan Nutrikids.
6. Pada bulan IV pasien mendapatkan Nutrikids sebagai suplemen penguat sistem imun yang telah diberikan
sesuai aturan penggunaan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 09/06/07 1. R/ Penmox Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Asma bronkial, bronkhitis
2. R/ Lasal Syp I 2. Salbutamol sulfat kronik, emfisema dan
3x sehari 2 sdt kondisi bronkospatik
3. R/ Risina Syp I 3. Cetirizin diHCl lainnya.
2x sehari 1 sdt 3. Urtikaria idiopatik kronik,
4. R/ Bevita Syp I 4. Kurkumoid, betakaroten, meredakan gejala bersin,
1x sehari 1 ½ sdt dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit gatal dan hidung berair pada
B2, Vit B6, Vit B12 rinitis alergi.
4. Suplemen makanan
2. 11/06/07 R/ FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan I dan II
3. 07/07/07 PZA 600 mg
4. 16/07/07 1. R/ FDC 3 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300mg 1. OAT bulan 3
2. R/ Salbuven Syp I 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdm 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 3. Antitusiv dan ekspektoran
3. R/ Halmezin Syp I prometazina-HCl 5 mg, amonium 4. antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
4. R/ Penmox Syp I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari 1 sdt 4. Amoksisilin trihidrat
5. 07/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan 4
Rifam 450 X 2. Penguat sistem imun
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 07/09/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan 5
Vit B6 X 2. Ekspektoran
Rifam 450 XX 3. Vitamin
m f pulv no XXX 4. Antihistamin
1x sehari 1 bungkus
2. R/ GG XV
3x sehari 1 tablet
3. R/ Vit B1 XV
3x sehari 1 tablet
4. R/ CTM XV
3x sehari 1 tablet
7. 05/10/07 R/ INH 300 X OAT bulan 6
Rifam 450 X
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Plan :
1. Fase intensif telah diberikan dalam bentuk FDC, tapi tidak diketahui mengapa pada fase lanjutan dokter
hanya memberikan FDC pada bulan III dan kembali meresepkan OAT dalam bentuk racikan, meskipun
dengan resep tersebut juga tidak terjadi DTP.
2. Pada aturan penggunaan Halmezin perlu dilakukan koreksi sehingga dokter tidak memberikan obat dengan
dosis yang berlebih.
Tanggal terapi :
Subyektif :
Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2,8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Berdasarkan data RM, ternyata pasien pernah mendapatkan terapi
untuk flek selama 1 tahun.
Obyektif :
• BB 11 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Kurang lebih 1 minggu panas, batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, dan ada riwayat
flek.
Assesement :
1. Sambil menunggu hasil Mantoux test, maka dokter meresepkan Osmycin sebagai antibiotik, Salbuven untuk
melancarkan jalan nafas dan Lapisiv untuk meredakan batuk. Menurut aturan penggunaan, Osmycin
diresepkan untuk penggunaan selama 5 hari. Pada kasus ini obat ini hanya digunakan selama 3 hari, berarti
terjadi DTP dosis kurang. Lapisiv yang diresepkan oleh dokter diberikan 3x/hari 1 sdt. Lapisiv yang
diresepkan oleh dokter diberikan dengan dosis berlebih (DTP). Harusnya obat ini digunakan 3x/hari ½ sdt,
bukan 1 sdt.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pasien telah menerima fase lanjutan ini dengan waktu yang
lebih panjang. Karena fase lanjutan ini dilakukan sampai 5 bulan, padahal aturan pada pedoman
penatalaksanaan TB anak hanya dilakukan sampai 4 bulan saja. Berarti selama masa 1 bulan telah terjadi
DTP dosis berlebih. Sedangkan pada bulan IV pasien menerima kedua obat dalam jumlah yang kurang
(terjadi DTP dosis kurang) karena pada resep hanya tertera INH selama sebulan hanya 100 mg dan
Rifampisin 150 per bulan.
4. Selain OAT pada bulan III pasien juga mendapatkan Lapisiv, Collerin, Paraco dan Bevita. Lapisiv dan
Collerin memiliki fungsi yang sama, namun diberikan pada saat yang bersamaan, sehingga terjadi DTP
obat berlebih. Collerin digunakan 3x/hari 1 sdt, padahal aturan tersebut adalah untuk anak usia 6-12 tahun,
bukan usia 3 tahun. Sedangkan Lapisiv memiliki aturan penggunaan 3-4x/hari 1 sdt. Padahal aturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Berarti pada keduanya terjadi DTP dosis berlebih
5. Pada bulan IV, selain OAT pasien juga mendapatkan Novax sebagai antibiotik, telah diberikan sesuai
kegunaan aturan penggunaan. Hisdane untuk mengobati gejala pilek diberikan 2x/hari 1 sdt, padahal untuk
anak usia 3 tahun dibeikan 2x/hari ½ sdt saja. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
6. Pada bulan V dokter meresepkan Risina dan Collerin. Pada bulan ini juga diberikan Paraco dan Vitacur,
keduanya tidak memiliki permasalahan. Risina seharusnya digunakan 1x/hari dan untuk anak berusia sekitar
3 tahun harusnya dilakukan penyesuaian dosis. Collerin pada resep tertulis 3x/hari 1 sdt, dimana aturan ini
adalah untuk anak usia 6-12 tahun. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
7. Bulan VI pasien kembali lagi mendapatkan antibiotik lain yaitu Improvox dan Nutrikids sebagai penambah
daya tahan tubuh. Nutrikids tidak memiliki permasalahan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 1. R/ Osmycin Syr I 1. Spiramycin 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven I 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 3. Batuk produktif pada
3x sehari ½ sdt dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3. R/ Lapisiv Syp I fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium
3x sehari 1 sdt klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75
mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
2. 24/01/07 R/ INH 300 X OAT bulan I dan II
3. 21/02/07 Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
4. 17/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Batuk produktif pada
M f pulv no. XXX penyakit saluran nafas
3x sehari 1 bungkus 3. Meringankan batuk dan
2. R/ Lapisiv Syp I 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, pilek
3x sehari 1 sdt dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, 4. Analgetik antipiretik
3. R/ Collerin Syp I fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium 5. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt klorida 100 mg, gliserilguaiakolat
4. R/ Paraco Syp I 75mg, Na-sitrat 50mg, mentol 0,75mg
3x sehari 1 sdt 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg,
Bila demam gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
5. R/ Bevita Syp I 180 mg, fenilpropanolamina-HCl
1x sehari 1 sdt 7,5mg
4. Parasetamol
5. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
5. 12/04/07 R/ INH 100 OAT bulan IV
Rifam 150
B6 ⅓
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
6. 14/04/07 1. R/ Novax Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Polinosis akut, rinitis
2. R/ Hisdane I 2. Terfenadine non-seasonal dan vasomotor
2x sehari 1 sdt
7. 16/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
Rifampisin 450 X 2. Urtikaria idiopatik,
M f pulv no. XXX meredakan gejala bersin,
3x sehari 1 bungkus gatal dan hidung berair pada
2. R/ Risina Syp I 2. Cetirizine di HCl rinitis alergi
2x sehari 1 sdt 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 3. Meringankan batuk dan
3. R/ Collerin Syp I gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat pilek
3x sehari 1 sdt 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 4. Analgetik antipiretik
4. R/ Paraco Syp I 7,5mg 5. Meningkatkan nafsu
3x sehari 1 sdt 4. Parasetamol makan
Jika perlu 5. Kurkuminoid, B-karoten,
5. R/ Vitacur Syp I dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D,
1x sehari 1 sdt Ca-pidolat, fruktooligosakarida
8. 20/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 R/ Comtusi Syp Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl Batuk produktif dan non-
3x sehari 1 sdt guaiacolat 33,3 mg produktif, batuk karena
alergi
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin Syp I 2. Spiramycin
3x sehari 1 sdt
3. 01/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan II
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
4. 31/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Membantu menjaga
M f pulv no. XXX kondisi tubuh
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum I 2. Colostrum bovine, seng dan
2x sehari 1 sdt fruktooligo sakarida
5. 29/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg.
2. Perlu dilakukan dokumentasi yang jelas pada rekam medik pasien sehingga dapat diketahui riwayat
pengobatan pasien dan pasien dapat menerima pengobatan TB dengan lengkap.
3. Meskipun mengalami DTP kelebihan dosis, namun Vistrum tidak menyebabkan hal buruk.
efek samping dari INH. Berdasarkan data RM ternyata pasien hanya menerima terapi sampai pada bulan V
saja. Terjadi DTP dosis kurang.
4. Untuk memperkuat sistem imun pada bulan I, III dan V pasien mendapatkan Nutrikids. Obat ini tidak
mengalami DTP sehingga baik digunakan pasien.
5. Pada bulan III pasien menerima Amoksisilin, sedangkan bulan IV pasien menerima Benacol dan Corovit.
Amoksisilin sebagai antibiotik telah diresepkan sesuai dengan kegunaan. Benacol mengalami DTP dosis
kurang karena seharusnya obat ini digunakan 1 sdt tiap 4 jam, bukan 3x/hari 1,5 sdt.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/03/07 1. R/ Robamox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin Syp I prometazina-HCl 5 mg, amonium 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3. R/ Salbuven Syp I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari 1 sdm 3. Salbutamol sulfat
2. 07/03/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan I
2. R/ Nutrivit XX dan PZA 600 mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
3. 03/04/07 FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan II
PZA 600 mg
4. 11/05/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan III
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
1x sehari 1 tablet 3. Amoksisilin 3. Antibiotik saluran nafas
3. R/ Amox 500 X
3x sehari ½ tablet
5. 09/06/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan IV
2. R/ Benacol Syp I 2. Difenhidramin HCl 12,5 mg, 2. Flu yang disertai gejala
3x sehari 1 ½ sdt ammon Cl 100 mg, K pilek, bersin dan batuk
3. R/ Corovit Syp I guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 produktif
1x sehari 1 ½ sdt mg, menthol 1 mg 3. Menambah nafsu makan
3. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2
1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg,
vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid
7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-
pantotenol 1,5 mg
6. 09/07/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan V
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Robamox tidak mengalami DTP, namun Salbuven dan Halmezin mengalami DTP dosis berlebih. Menurut
aturan penggunaan keduanya diberikan 3x/hari 1 sdt, namun pada resep tercantum 3x/hari 1 sdm.
2. Meskipun dokter sudah meresepkan FDC selama masa terapi, namun rupanya pasien masih kurang
menerima terapi selama 1 bulan. Oleh karena itu perlu dilakukan dokumentasi yang jelas pada rekam medik
pasien sehingga dapat diketahui riwayat pengobatan pasien dan pasien dapat menerima pengobatan TB
dengan lengkap.
3. Pada Benacol, hendaknya penulisan aturannya disesuaikan dengan aturan pengguaan obat.
Assesement :
1. Selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat
yang diberikan antara lain Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat digunakan sebagai antibiotik,
Prednison dan Vitacur. Menurut literatur Prednison digunakan sebagai antiradang, namun dengan melihat
rekam medik pasien diketahui bahwa sebelum diketahui hasil uji tuberkulin pasien, dokter mendiagnosis
pasien mengidap bronkitis dan Prednison ini digunakan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi sesak
nafas yang dirasakan pasien. Vitacur mengalami DTP dosis berlebih, karena sebenarnya cukup diberikan
1x/hari saja.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Selama 1 bulan pasien telah menerima terapi dalam bentuk FDC.
Namun pada data RM diketahui bahwa pada bulan II pasien mendapatkan resep racikan yang justru
menyebabkan terjadinya DTP dosis berlebih untuk PZA yang harusnya hanya diberikan 600 mg justru
diberikan 666,67 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Pasien telah menerima fase ini dengan lengkap.
4. Pada bulan I pasien juga menerima obat tambahan yaitu Zestam yang mengandung betametason yang
berdasarkan literatur berguna sebagai antiradang. Namun sama seperti Prednison, Zestam juga digunakan
untuk meringankan gejala sesak nafas yang masih dirasakan pasien. Prednison dan Zestam merupakan
kortikosteroid yang seharusnya tidak boleh diberikan pada pasien TB sebab dapat meningkatkan keparahan
dan kerentanan terhadap penyakit. Pada pasien ini kortikosteroid tetap digunakan untuk mengurangi gejala
sesak nafas yang dirasakan pasien, namun dengan dosis dan lama penggunaan yang terkontrol. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Prednison dan Zestam tidak mengalami DTP.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids selama 6 bulan terapi. Obat ini tidak memiliki
permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/03/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 3. Kurkuminoid, B-karoten, 2. Antiradang
2. R/ Prednison VI dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D, Ca- 3. Meningkatkan nafsu
3x sehari 1 tablet pidolat, fruktooligosakarida makan
3. R/ Vitacur I
2x sehari 1 sdm
2. 07/03/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan 1. OAT bulan I
2. R/ Nutrivit XV PZA 600 mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
3. 20/03/07 R/ Zestam no. XX Betametason 0,25 mg, Antiradang
3x sehari 1 tablet deksklorfeniramin maleat 2 mg
4. 02/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 XX 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 30/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III, IV, V dan
6. 02/06/07 Rifampisin 450 XX VI
7. 03/07/07 M f pulv no. XXX 2. Penguat sistem imun
8. 27/07/07 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Meskipun mengalami DTP, namun kelebihan dosis Vitacur tidak berakibat buruk.
2. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter dapat meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg kembali,
begitu pun untuk fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Plan :
1. Untuk Benacol perlu dilakukan koreksi aturan penggunaan obat.
2. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Meringankan batuk dan
M f pulv no. XXX pilek
1x sehari 1 bungkus 4. Analgetik antipiretik
5. Suplemen makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Plan :
1. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi fase intensif.
2. Seharusnya dokumentasi terapi pada RM dilakukan lebih baik, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan-
kesalahan seperti masa terapi yang terlalu panjang dan jumlah obat yang berlebihan..
3. Karena usia pasien masih 2 tahun, harusnya dilakukan penyesuaian dosis untuk Collerin, Lapisiv dan
Lacoldin.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 R/ Pamol 2 1. Analgetik antipiretik
GG 2 2. Ekspektoran
Vit B comp 2 3. Vitamin
CTM 2 4. Antihistamin
M f pulv no. VII
3x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan II, III, V dan VI, obat ini tidak
memiliki permasalahan DTP sehingga aman diberikan kepada pasien.
5. Pada bulan IV pasien menerima Robamox sebagai antibiotik saluran nafas dan telah diberikan dengan tepat.
6. Pada bulan VI menerima Salbuven dan obat ini tidak mengalami DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 21/06/07 1. R/ Collerin Syp I 1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 1. Meringankan batuk dan
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 pilek
2. R/ Bevita Syp I mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 2. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt 2. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
2. 23/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
Pirazinamid XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 18/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 29/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III dan V
6. 19/10/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
5. 19/09/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Robamox 250 I 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sdt
7. 15/11/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX 3. Pelega saluran nafas
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet 3. Salbutamol sulfat
3. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdm
Plan :
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan
dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase
intensif maupun fase lanjutan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Maka
pasien mendapatkan Pehamoxyl, Salbuven dan Comtusi. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium. Salbuven digunakan untuk memperlancar jalan
nafas pasien. Comtusi untuk meredakan batuk. Ketiganya telah diberikan dengan tepat dan tidak mengalami
permasalahan
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari pada bulan I. Berdasarkan data RM pada bulan II terjadi
permasalahan DTP perlu terapi tambahan karena yang diresepkan hanya INH dan Rifampisin dilengkapi
vitamin B6, tanpa PZA. Selain terjadi DTP dosis kurang karena INH dan Rifampisin yang diberikan hanya
50 mg dan 75 mg per bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg kg meliputi
INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, IV, V dan VI, obat ini tidak
memiliki permasalahan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/03/07 1. R/ Pehamoxyl XII 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sachet 2. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl 2. Batuk produktif dan non-
2. R/ Comtusi I guaiacolat 33,3 mg produktif, batuk karena
3x sehari 1 sdt 3. Salbutamol sulfat alergi
3. R/ Salbuven I 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdt
2. 07/03/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XV 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
3. 26/04/07 R/ INH 50 OAT bulan II
Rifampisin 75
B6 ⅓
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 04/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV, V dan
5. 30/06/07 Rifampisin 450 X VI
6. 30/07/07 M f pulv no. XXX 2. Penguiat sistem imun
7. 28/08/07 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diberikan. Dokter
hendaknya juga lebih teliti dalam penulisan resep sehingga tidak merugikan menyebabkan kegagalan terapi.
2. Karena berat badan pasien berada di bawah garis merah pada KMS, maka dokter juga dapat memberikan
terapi tambahan berupa suplemen makanan atau penambah nafsu makan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/05/07 1. R/ Collerin Syp I 1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 1. Meringankan batuk dan
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 pilek
2. R/ Bevita Syp I mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 2. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt 2. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Infeksi saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Analgetik antiiretik
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin Syr I 2. Spiramisin
3x sehari 2 sdt
3. R/ Paraco Syr I 3. Parasetamol
3x sehari 1 sdt
3. 26/06/07 R/ INH 300 V OAT bulan II
Rifampisin 450 V
Pirazinamid 500 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 27/07/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 V 2. Membantu menjaga
M f pulv no. XXX kondisi tubuh
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum I 2. Colostrum bovine, seng dan
2x sehari 1 sdt fruktooligo sakarida
5. 27/08/07 R/ INH 300 V OAT bulan IV, V dan VI
6. 25/09/07 B6 V
7. 26/10/07 Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Hendaknya dokter lebih perhatian pada usia pasien, mengingat pasien masih balita, sehingga harus
dilakukan penyesuaian dosis sesuai dengan berat badan pasien.
2. Pencatatan atau dokumentasi yang dibuat pada RM hendaknya dilakukan dengan lengkap sehingga riwayat
terapi pasien dapat diketahui dengan jelas. Selain itu kiranya dokter juga harus paham betul dengan aturan
dosis OAT anak, seperti yang telah ditetapkan dalam pedoman penatalaksanaan TB anak.
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa terjadi DTP dosis berlebih dimana
PZA yang diberikan adalah 166,67 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH.
4. Pada bulan III pasien menerima obat tambahan Robamox dan Halmezin. Robamox bekerja sebagai
antibiotik saluran nafas dan telah diberikan sesuai berat badan pasien. Halmezin mengalami DTP dosis
berlebih karena harusnya diberikan 3x/hari 1 sdt, bukan 1 sdm.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan IV dan V, obat ini telah diberikan
dengan tepat sehingga tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 17/01/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdm fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Suplemen makanan
3. R/ Osimax Syp I amonium klorida 100 mg,
2x sehari 1 sdm gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50
mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit
B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2
mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit
D 400 IU, lysine HCl 200 mg,
curcuma extract 2 mg
2. 19/01/07 R/ INH 300 XX
Rifampisin 450 XX
Pirazinamid 500 XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 12/02/07 R/ FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan II dan III
(Obat PZA 600 mg (untuk bulan III tidak
untuk ada PZA)
bulan II
dan III
diambil
bersamaan)
4. 28/03/07 1. R/ Robamox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdm 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin I prometazina-HCl 5 mg, amonium
3x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
mg, Na-sitrat 17 mg
5. 16/04/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan IV dan V
(Obat 2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
untuk 3x sehari 1 tablet
bulan IV
dan V
diambil
bersamaan)
6. 14/06/07 R/ INH 300 XX OAT bulan VI
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Dalam penulisan aturan penggunaan harusnya lebih teliti agar tidak terjadi kelebihan dosis. Untuk Osimax
kelebihan dosis memang tidak berkibat buruk.
2. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 666,67 mg per hari selama 1 bulan.
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg, seperti yang telah dilakukan
untuk bulan II. Pada fase lanjutan bulan III, IV dan V dokter telah meresepkan FDC, namun pada bulan VI
tidak diketahui mengapa dokter kembali memberikan racikan OAT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/05/07 1. R/ Pehamoxyl XII 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sachet 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin I prometazina-HCl 5 mg, amonium 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdt klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3. R/ Salbuven I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari 1 sdt 3. Salbutamol sulfat
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Polinosis akut, rinitis non-
Pirazinamid 500 X seasonal, dan vasomotor
M f pulv no. XXX 3. Supelemen makanan
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane Syp I 2. Terfenadine
3x sehari ½ sdt 3. Kurkumoid, betakaroten,
3. R/ Bevita I dekspantenol, Ca glukonat, Vit B,
1x sehari 1 sdt Vit B2, Vit B6, Vit B12
3. 25/06/07 R/ INH 300 V OAT bulan II
Rifampisin 450 V
Pirazinamid 500 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 26/07/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 V 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Perlu dilakukan penyesuaian dosis untuk obat-obat yang diresepkan karena dosis yang ditulis dalam resep
ada yang tidak sesuai dengan usia pasien yang masih 16 bulan.
2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Menurut tatalaksana TB anak, terapi
fase lanjutan diberikan selama 4 bulan. Berarti terjadi DTP diperlukan terapi tambahan agar tidak terjadi
kekambuhan atau resistensi mikobakterium.
terjadi DTP dosis berlebih karena PZA yang harusnya sudah tidak diberikan masih diresepkan.
4. Pada bulan I pasien menerima obat tambahan Lysmin sebagai penambah nafsu makan. Obat ini telah
diberikan denagn tepat dan tidak memiliki DTP.
5. Pada bulan II dan III pasien mendapat Hisdane sebagai obat tambahan. Pada resep obat ini diberikan 2x/hari
1 sdm, padahal seharusnya hanya ½ sdt. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
6. Pada terapi bulan IV pasien menerima obat tambahan berupa Osmycin, Imunos dan Paraco. Osmycin adalah
antibiotik antibiotik saluran nafas yang telah diberikan sesuai berat badan pasien. Imunos dan Paraco tidak
memiliki masalah DTP.
7. Sebagai suplemen makanan, pada bulan VI dokter meresepkan Provit. Obat ini diberikan dengan tepat dan
tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Kompsosisi Kegunaan menurut pustaka
1. 15/03/07 R/ Collerin Exp Syp I Difenhidramina-HCl 12,5 mg, Meringankan batuk dan pilek
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5
mg
2. 17/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Multivitamin
Pirazinamid 500 XV
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lysmin Syp I 2. Vit A 5000 IU, Vit D 400 IU, Vit
3x sehari 1 sdt B1 3 mg, Vit B2 2, 74 mg, Vit B6
1 mg, Vit B12 5 mcg, Vit C 50 mg
3. 16/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II dan III
4. 14/05/07 Rifampisin 450 X 2. Polinosis akut, rinitis non-
Pirazinamid 500 XV seasonal, dan vasomotor
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane Syr I 2. Terfenadine
2x sehari 1 sdm
5. 12/06/07 1. R/ Osmycin Syp I 1. Spiramisin 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Ecinaceae, Zn pokilenat, selenium 2. Meningkatkan daya tahan
2. R/ Imunos Syp I 3. Parasetamol tubuh
1x sehari 1 sdt 3. Analgetik antipiretik
3. R/ Paraco Syp I 4. OAT bulan IV
3x sehari 1 sdt
4. R/ INH 300 X
Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
6. 12/07/07 R/ INH 100 X OAT bulan V
Rifampisin 150 X
M f pulv dtd no.
XXX
1x sehari 1 bungkus
7. 15/08/07 1. R/ INH 100 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 150 XV 2. Meningkatkan nafsu
B6 X makan
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Provit I 2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit
1x sehari 1 sdt B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca
pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
Plan :
1. Perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diresepkan. Pada fase lanjutan yaitu bulan bulan III
terapi terjadi DTP obat berlebih, karena pada bulan itu PZA masih diresepkan. Pada bulan VI terjadi DTP
dosis berlebih untuk Rifampisin yang diberikan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter
bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk permasalahan dosis dan jumlah obat yang diberikan hendaknya dokter dan apoteker lebih perhatian
karena pasien yang diterapi masih anak-anak.
3. Untuk Paraco dapat ditambahkan keterangan bila perlu (prn).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
3. 09/06/07 1. R/ FDC bulan II 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan II
2. R/ Provit I dan PZA 600 mg 2. Menambah nafsu makan
1x sehari 1 sdm 2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit B12,
vit C, vit E, Lysin HCl, Ca
pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
4. 10/07/07 1. R/ FDC bulan III 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan III
2. R/ Hisdane X mg 2. Polinosis akut, rinitis
1x sehari 1 tablet 2. Terfenadine non-seasonal dan
vasomotor, dermatitis
alergi, urtikaria dan udem
angioneuritik
5. 06/08/07 1. R/ FDC bulan IV 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan IV
2. R/ Lasal I mg 2. Asma bronkial, bronkitis
3x sehari 1 sdm 2. Salbutamol sulfat kronik, emfisema dan
kondisi bronkospastik
lainnya
6. 12/09/07 1. R/ FDC bulan V 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan V
2. R/ Nutrivit XX mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine 3. Pelega saluran nafas
3. R/ Salbuven Syp I 3. Salbutamol sulfat
3x sehari 1 sdm
7. 23/10/07 1. R/ FDC bulan VI 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan VI
2. R/ Nutrivit XX mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
Plan :
Agar permasalahan dosis pada Hisdane tidak terjadi, kerjasama pihak dokter dan apoteker sangat penting,
sehingga pasien tidak menjadi pihak yang dirugikan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/06/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven I 3. Paracetamol 250 mg, 3. Meringankan gejala flu :
3x sehari 1 sdm fenilpropanolamin HCl 6 mg, demam, sakit kepala, hidung
3. R/ Lacoldin I dekstrometorfan HBr 7,5 mg, tersumbat, bersin-bersin
3x sehari 1 sdm klorfeniramin maleat 1 mg disertai batuk
2. 30/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 30/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 27/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV dan V
5. 25/09/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
6. 23/10/07 M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
7. 23/11/07 R/ FDC INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg OAT bulan VI
Plan :
1. Agar permasalahan dosis tidak terjadi, kerjasama pihak dokter dan apoteker sangat penting. Sehingga
pasien tidak menjadi pihak yang dirugikan.
2. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase
intensif maupun fase lanjutan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 R/ Risina I Cetirizine diHCl Urtikaria idiopatik kronik,
1x sehari 1 sdt meredakan gejala bersin,
gatal dan hidungt berair pada
rinitis alergi
2. 24/01/07 1. R/ FDC bulan I 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan I
2. R/ Vitacur I dan PZA 600 mg 2. Meningkatkan nafsu makan
2x sehari 1 sdt 2. Kurkuminoid, B-karoten,
dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D,
Ca-pidolat, fruktooligosakarida
3. 22/02/07 R/ FDC bulan II INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan II
PZA 600 mg
4. 24/03/07 1. R/ FDC bulan III 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan III
2. R/ Nutrivit XX mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
5. 27/04/07 R/ FDC INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg OAT bulan IV, V dan VI
6. 14/06/07
7. 13/07/07
Plan : -
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/06/07 1. R/ Novax I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven I 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 3. Batuk produktif pada
3x sehari 1 sdt dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3. R/ Lapisiv I fenilpropilamina-HCl 6 mg,
3x sehari 1 sdt amonium klorida 100 mg,
gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
2. 30/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
3. 30/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 29/08/07 R/ INH 300 XX OAT bulan III
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
5. 28/09/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 XX 2. Batuk produktif pada
M f pulv no. XXX penyakit saluran nafas
3x sehari 1 bungkus 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg,
2. R/ Lapisiv I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg,
amonium klorida 100 mg,
gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
6. 29/10/07 1. R/ INH X 1. OAT bulan V
B6 X 2. Ekspektoran
Rifampisin X 3. Vitamin
M f pulv no. XXX 4. Vitamin
3x sehari 1 bungkus 5. Antihistamin
2. R/ GG XV
2x sehari 1 tablet
3. R/ Vit B1 XV
2x sehari 1 tablet
4. R/ Vit C XV
2x sehari 1 tablet
5. R/ CTM XV
2x sehari 1 tablet
7. 28/11/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase
intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosisi yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase
intensif maupun fase lanjutan.
2. Akibat kurangnya berat badan pasien maka akan lebih baik jika tiap bulannya mendapatkan suplemen
makanan atau penambah nafsu makan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 23/02/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 XX 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Robamox 250 I 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sdt
2. 23/03/07 R/ INH 300 XX OAT bulan II
Rifampisin 450 XX
Pirazinamid XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 23/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 XX 2. Penguat sitem imun
Pirazinamid XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 24/05/07 R/ INH 300 XX OAT bulan IV, V dan VI
5. 22/06/07 B6 XX
6. 23/07/07 Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
BIOGRAFI PENULIS