Anda di halaman 1dari 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK


DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) MAGELANG
KUNJUNGAN PERTAMA JANUARI-APRIL 2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Sukma Paramita Citraningtyas
NIM : 058114073

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK


DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) MAGELANG
KUNJUNGAN PERTAMA JANUARI-APRIL 2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Sukma Paramita Citraningtyas
NIM : 058114073

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Anak di Balai Kesehatan Paru

Masyarakat (BKPM) Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 dapat

diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat

terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh

karena itu pada saat ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus juga sebagai dosen penguji yang

telah banyak memberi masukan kepada penulis.

2. dr. Fenty, M.Kes, SpPK selaku dosen pembimbing skripsi dan penguji

yang telah memberikan kritik, saran dan pencerahan kepada penulis.

3. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi masukan kepada penulis.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah atas izin yang telah diberikan

sehingga peneliti dapat melakukan pengambilan data rekam medik di

BKPM Magelang.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Kepala Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang atas izin

yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Rina, Ibu Kunah dan segenap staf BKPM Magelang, khususnya

staf pada bagian pendaftaran dan bagian Apotek yang telah banyak

membantu pada saat proses pengambilan data dilakukan.

7. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta atas doa dan dorongan sehingga

kuliah dapat selesai tepat waktu.

8. Semua sahabat, Dhita, Ika, Nia, Dewi dan Yesi, serta teman-teman

senasib dan seperjuangan Fakultas Farmasi Angkatan 2005 kelas B

dan FKK 2005, terima kasih atas dukungan dan pertemanan yang

terjalin selama ini.

9. Teman-teman KKN kelompok 19 yang telah hidup bersama-sama dan

berjuang di lokasi selama 2 bulan, terutama untuk Nori Paramita yang

telah membantu dalam penyusunan abstract.

10. Seluruh warga Kos Mandoyo, Icha, Titin, Mono, dan Erlin, serta

Deddy atas dukungan dan kesediaan untuk menemani dan

mendengarkan keluh kesah saat mengerjakan skripsi.

11. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha seoptimal mungkin,

namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masih jauh dari sempurna. Untuk memperbaiki penulisan ini penulis selalu

berusaha untuk terbuka dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI

Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian pertama


akibat infeksi. Pengobatan tuberkulosis anak dilakukan setiap hari dengan dosis
yang ditetapkan berdasarkan berat badan. Pengobatan pada anak-anak kerap
mengalami medication error dan salah satu penyebabnya adalah Drug Therapy
Problems (DTP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya DTP
pada pengobatan pasien TB anak di BKPM Magelang.
Data diambil dari rekam medik pasien TB anak di BKPM Magelang yang
berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April 2007. Penelitian ini termasuk
observasional bersifat deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara
purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan menilai karakteristik pasien
tuberkulosis anak serta evaluasi terhadap obat-obat yang diresepkan berdasarkan
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 untuk mengetahui ada
tidaknya DTP.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien TB anak paling
banyak perempuan. Berdasarkan umur diketahui bahwa penderita TB paling
banyak adalah balita (0-5 tahun). Berdasarkan berat badan diketahui 23% dengan
berat 0-10 kg; 56% 10-20 kg; 18% 20-30 kg dan 3% 30-40 kg. Obat tambahan
yang paling banyak diresepkan adalah antibiotik, antitusiv-ekspektoran dan
suplemen makanan. DTP yang terjadi selama terapi pada pasien TB anak antara
lain adalah perlu terapi tambahan pada 2 pasien, obat salah pada 2 pasien, dosis
kurang pada 11 pasien, dosis berlebih pada 35 pasien dan ketidaktaatan pada 1
pasien

Kata kunci : drug therapy problems, tuberkulosis, anak.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Tuberculosis is the first death which is caused by infection. The


tuberculosis treatment for children is done everyday with the dosage based by
weight. The treatment often has a medical error which is caused by drug theraphy
problems (DTP). This research is purpose to recognize DTP on children in BKPM
Magelang.
This data from the patients who come to BKPM Magelang for the first
visit on January-April 2007 was written in medical record. This research was an
observational study which used descriptive-evaluative method by purposive
sampling. This research was taken by describing characteristics on patientswith
some evaluations on drugs prescribed. The evaluation is based on Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 in order to know DTP.
Based on the research, girls had more percentages than boys. Based on
age, infants were the most suffered. Based on the weight, there were 23% patients
which weighed 0-10 kg; 56% weighed 10-20 kg; 18% weighed 20-30 kg and 3%
weighed 30-40 kg. The additional drugs were the most prescribed ones, namely,
antibiotics, antitusive-expectoran and food suplement. DTP which occured on the
process of treatment is needed additional drugs (2 patients); ineffective drugs (2
patients); dosage too low (11 patients); dosage too high (35 patients) and non-
compliance (1 cases).

Keyword : drug theraphy problems, tuberculosis, children.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................... vi

PRAKATA ............................................................................................. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ x

INTISARI ............................................................................................... xi

ABSTRACT ............................................................................................. xii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

1. Permasalahan ............................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ...................................................................... 4

3. Manfaat penelitian ....................................................................... 5

B. Tujuan penelitian............................................................................... 6

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Tujuan umum ............................................................................. 6

2. Tujuan khusus ............................................................................ 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................... 7

A. Tuberkulosis Paru ............................................................................. 7

1. Penyebab .................................................................................... 7

2. Etiologi dan patogenesis ............................................................ 7

3. Gejala tuberkulosis ..................................................................... 8

4. Diagnosis .................................................................................... 8

B. Pengobatan Tuberkulosis ................................................................. 12

C. Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang ................................... 15

D. Drug Therapy Problems (DTP) ....................................................... 17

E. Keterangan Empiris .......................................................................... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 19

B. Definisi Operasional ........................................................................ 19

C. Subyek Penelitian ............................................................................. 21

D. Jalannya Penelitian ........................................................................... 23

1. Tahap orientasi ........................................................................... 23

2. Tahap pengambilan data ............................................................ 24

3. Tahap pengolahan data ............................................................... 24

E. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................... 25

F. Kesulitan Penelitian ......................................................................... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 27

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Diagnosis dan Karakteristik Pasien TB Anak .................................. 27

1. Diagnosis TB anak ..................................................................... 28

2. Karakteristik jenis kelamin pasien TB anak ............................... 31

3. Karakteristik umur pasien TB anak ............................................ 32

4. Karakteristik berat badan pasien TB anak ................................. 33

5. Karakteristik gejala yang dirasakan pasien TB anak ................. 34

B. Gambaran Pengobatan Pasien TB Anak .......................................... 36

1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) .............................. 36

2. Penggunaan obat tambahan ........................................................ 38

C. Drug Therapy Problems (DTP) ........................................................ 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 45

A. Kesimpulan ...................................................................................... 45

B. Saran ................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 46

LAMPIRAN ........................................................................................... 48

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................... 103

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Sistem Skor Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB ........ 11

Tabel II. Dosis OAT Kombipak pada Anak .................................... 14

Tabel III. Dosis OAT KDT pada Anak .............................................. 14

Tabel IV. Penggolongan DTP ............................................................ 18

Tabel V. Gejala yang Dirasakan Pasien TB Anak di BKPM


Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ........... 36

Tabel VI. Perbandingan Penggunaan OAT-FDC dan OAT


Kombipak pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang
Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ............................ 38

Tabel VII. Distribusi Obat yang Diresepkan Sebelum Mendapatkan


Terapi OAT pada Pasien TB Anak di BKPM
Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007............ 40

Tabel VIII. Frekuensi Penerimaan Resep Selama Pengobatan Pasien


TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama
Januari-April 2007 ............................................................ 41

Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan ... 43

Tabel X. Nomor Pasien dan Kasus DTP Obat Salah ....................... 43

Tabel XI. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Kurang ................... 44

Tabel XII. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Berlebih ................. 45

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak .......................... 9

Gambar 2. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada Unit Pelayanan


Kesehatan Dasar................................................................. 12

Gambar 3. Bagan Kegiatan BKPM Magelang .................................... 17

Gambar 4. Bagan Subyek Penelitian.................................................... 22

Gambar 5. Tahap Jalannya Penelitian.................................................. 24

Gambar 6. Diagram Perbandingan Hasil Sistem Skoring pada Pasien


TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-
April 2007 .......................................................................... 29

Gambar 7. Diagram Perbandingan Hasil Uji Tuberkulin Pasien TB


Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-
April 2007 .......................................................................... 31

Gambar 8. Diagram Karakteristik Jenis Kelamin Pasien TB Anak di


BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April
2007.................................................................................... 32

Gambar 9. Diagram Karakteristik Umur Pasien TB Anak di BKPM


Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007............ 33

Gambar 10. Diagram Karakteristik Berat Badan Pasien TB Anak di


BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April
2007.................................................................................... 35

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ........................................................... 50

Lampiran 2. Data Berat Badan Balita Menurut KepMenKes Nomor


920/Menkes/SK/VIII/2002................................................. 51

Lampiran 3. Evaluasi DTP Pasien TB Anak .......................................... 55

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyebab

kematian pertama di dunia akibat infeksi. World Health Organization (WHO)

memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara

tahun 2002-2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Kecepatan

penyebaran TB bisa meningkat lagi sesuai dengan peningkatan penyebaran

HIV/AIDS dan munculnya bakteri TB yang resisten terhadap obat.

Di kawasan Asia Tenggara, data WHO tahun 2002 menunjukan bahwa

TB membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Sekitar 40 persen dari kasus TB di

dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sendiri menduduki peringkat

ketiga dunia, setelah India dan Cina. Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 583

ribu kasus dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari

425 orang meninggal akibat TB di Indonesia. Kalau 1 orang pasien bisa

menularkan ke 10 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8

juta orang. Terdapat 75% kasus TB di suatu negara berkembang, termasuk

Indonesia terjadi pada usia produktif, yaitu usia antara 15-50 tahun (Harries,

1997).

Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan

berbagai upaya untuk menanggulangi TB, antara lain dengan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Shortcourse) (Anonim, 2005). Dalam strategi ini

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan

melakukan pengawasan langsung. Keberadaan program tersebut memang

menunjukkan banyak kemajuan bagi penanggulangan dan pengobatan TB di

Indonesia. Pemerintah juga telah menjamin ketersediaan obat-obat anti TB bagi

sarana pelayanan kesehatan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan prakiraan

kasus di seluruh Indonesia, namun pada kenyataannya TB masih belum dapat

diberantas bahkan diperkirakan jumlah penderita TB belum mengalami

penurunan.

Penderita TB tidak hanya datang dari golongan dewasa, namun juga

dapat terjadi pada anak-anak. Terutama bila di sekeliling mereka terdapat

penderita TB aktif dewasa, serta tinggal di lingkungan padat dengan sirkulasi

udara buruk dan kurang sinar matahari. Menurut data WHO, pada 2004 tercatat

1,3 juta anak di dunia yang terinfeksi TB. Dari jumlah tersebut, tiap tahunnya

450.000 di antaranya meninggal dunia. Sementara menurut data Depkes, kasus TB

anak di Indonesia pada 2007 tercatat sebanyak 3.990 kasus (Anonim, 2009).

Anak-anak yang menderita TB ini dikenal sebagai penderita infeksi TB primer,

sedangkan pada orang dewasa kebanyakan infeksi yang terjadi adalah infeksi

pasca primer. Infeksi TB pada anak-anak dapat terjadi karena adanya penularan

dari orang dewasa, misalnya melalui droplet.

Diagnosis TB pada anak sulit dilakukan karena kadang ada kebingungan

antara infeksi primer (seringkali tanpa luka yang jelas pada paru-paru) dan PTB

atau Pulmonary Tuberculosis (Anonim, 2002). Hal ini dikarenakan pemeriksaan

sputum tidak dapat dilakukan pada anak, karena kebanyakan anak-anak tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

dapat mengeluarkan sputum/dahak mereka. Oleh karena itu untuk mendukung

diagnosis dilakukan penggunaan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap

gejala dan tanda klinis yang dijumpai (Anonim, 2007b).

Pengobatan TB sifatnya lama dan jumlah obat yang dikonsumsi tidak

sedikit, misalnya standar pengobatan TB anak adalah dengan menggunakan

isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan dan diberikan setiap hari

(Anonim, 2005). Pemilihan obat yang tepat dan cukup jumlahnya sangat penting

agar TB pada anak dapat disembuhkan dan tidak mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan mereka. Karena sifat pengobatan yang lama maka dari pihak

keluarga juga harus melakukan pemantauan yang cukup ketat agar tujuan

pengobatan dapat tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terapi yang diberikan pada

anak. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada ada-tidaknya Drug Therapy

Problems (DTP) yang terjadi. Evaluasi terhadap DTP meliputi ketepatan

pemilihan dan penggunaan obat, ketepatan pemilihan terapi tambahan, ketepatan

dosis obat, pemilihan obat dengan efek samping yang minimal, serta ketaatan

pasien minum obat didukung dengan pemberian informasi obat yang benar

(Cipolle, 2004).

Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional yang dilakukan

secara deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bersifat retrospektif karena

evaluasi dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada rekam medis pasien di

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang. Dari data pengobatan yang

didapat selanjutnya akan dievaluasi dengan standar pengobatan yang ada di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

BKPM maupun menggunakan standar pengobatan dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia atau WHO. Keberadaan penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan referensi bagi pengobatan TBC untuk anak-anak. Penelitian ini

diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan pelayanan medik di

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. seperti apakah karakteristik anak yang mengidap TB?

b. seperti apakah gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan

obat, jumlah dan dosis obat dan juga penggunaan obat tambahan) yang

diberikan dalam pengobatan TB pada anak?

c. apakah ada permasalahan yang berhubungan dengan obat (DTP) yang

terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak dilakukan (meliputi :

penggunaan obat yang tidak perlu, perlunya obat tambahan, penggunaan

obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah, efek samping obat dan

ketaatan pasien) ?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis anak

di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang dengan kunjungan

pertama Januari-April 2007 belum pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian

tentang pasien tuberkulosis yang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

penelitian ini berbeda dalam hal tujuan penelitian, subyek penelitian, waktu

penelitian dan lokasi penelitian.

Beberapa penelitian tentang tuberkulosis antara lain adalah :

a. Karakteristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif yang diteliti oleh

Supriyatno, dkk (2002).

b. Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB) di

Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Periode Januari – Desember 2005 yang

diteliti oleh Lusiana (2006).

c. Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru pada Pasien Dewasa di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 yang diteliti oleh

Utomowati (2007).

3. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis

Anak di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang Kunjungan

Pertama Januari-April 2007” adalah :

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengobatan

penyakit TB pada anak.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

peningkatan pelayanan medik pengobatan TB pada anak di Balai Kesehatan Paru

Masyarakat (BKPM) Magelang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengobatan atau terapi TB yang diberikan pada pasien anak di Balai Kesehatan

Paru Masyarakat (BKPM) Magelang.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik anak pengidap TB dilihat dari data yang ada

pada data rekam medik.

b. Mengetahui gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan

obat, jumlah dan dosis obat, dan juga penggunaan obat tambahan) yang

diberikan untuk mengobati TB pada anak-anak.

c. Mengetahui ada tidaknya permasalahan-permasalahan yang berhubungan

dengan obat (DTP) yang terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak

dilakukan (meliputi: penggunaan obat yang tidak perlu, perlunya obat

tambahan, penggunaan obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah,

efek samping obat dan ketaatan pasien).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru

1. Penyebab

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini termasuk golongan basil gram positif,

berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta

lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia (Anonim, 2005). Mycobacterium

tuberculosis juga dikenal dengan nama lain tubercle bacilli, karena

kemampuaanya dalam menimbulkan lesi yang disebut tuberkel (Harries, 1997).

Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru (80%) dan

sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan

terhadap asam pada pewarnaan, sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam

(BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi

dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,

kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan

kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Anonim,

2005)

2. Etiologi dan patogenesis

Sumber penularan penyakit TB adalah pasien TB dengan BTA positif pada

saat ia batuk atau bersin. Di mana pada saat itu terjadi penyebaran kuman melalui

droplet. Orang lain dapat terinfeksi jika menghirup droplet yang mengandung

kuman tersebut (Anonim, 2005). Setelah terhirup droplet yang mengandung

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

bakteri tersebut akan terbawa hingga sampai ke cabang bronkial dan akan

menempel di bronkiolus atau alveolus. Kemampuan bakteri dalam menimbulkan

penyakit tergantung dari keganasan bakteri dan kemampuan mikrobiosidal dari

makrofag pada alveolus tersebut (Anonim, 2000a).

3. Gejala tuberkulosis

Gejala-gejala umum TB pada anak antara lain adalah mengalami

penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas,

dan tidak mengalami kenaikan dalam satu bulan walaupun telah mendapat

penanganan gizi yang baik. Mengalami demam lama atau berulang tanpa sebab

yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai

dengan keringat malam. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,

paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala dari saluran nafas,

misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk),

tanda cairan di dada dan nyeri dada. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare

berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di

abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen (Anonim, 2005).

4. Diagnosis

Diagnosis TB paling tepat adalah dengan penemuan basil TB dari

spesimen dahak, bilasan lambung, biopsi dan lain-lain. Namun pada anak-anak hal

tersebut sulit didapat karena anak-anak kadang tidak dapat mengeluarkan dahak

mereka, justru kerap kali menelannya. Oleh karena itu sebagian besar diagnosis

anak didapat dari gambaran klinik, foto rontgen dada dan uji tuberkulin (Wirawan,

2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9

Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak (Anonim, 2002a)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10

Diagnosis TB anak sulit dilakukan, tidak seperti pada orang dewasa yang

dapat dilakukan dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis.

Karena sulitnya mendiagnosis maka sering terjadi overdiagnosis maupun

underdiagnosis. Oleh karena itu untuk mempermudah diagnosis pada anak

digunakan sistem skor, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang

dijumpai (Anonim, 2007b).

Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien

dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai

pasien TB dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Skor kurang dari 6 tetapi

secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan

diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi,

pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-scan, dan

lain-lainnya (Anonim, 2007b).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

Tabel I. Sistem Skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB


(Anonim, 2007b)
Parameter 0 1 2 3 Jml
Kontak TB Tidak Laporan BTA positif
jelas keluarga,
BTA negatif
atau tidak
tahu, BTA
tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif
( ≥ 10 mm,
atau ≥ 5 mm
pada keadaan
imunosupresi)
Berat badan/ Bawah garis Klinis gizi
keadaan gizi merah (KMS) buruk
atau BB/U (BB/U
<80% <60%)
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab yang
jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1 cm,
kelenjar limfe jumlah >1,
koli, aksila, tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada pem-
tulang/sendi bengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto rontgen Normal/
toraks tidak
jelas
Jumlah

Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
• Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti asma, sinusitis, dan lain-lain.
• Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis tuberkulosis.
• Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname) kemudian
dilampirkan pada tabel badan badan.
• Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12

• Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
• Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14).
• Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.

Setelah didapatkan hasil dari sistem skor, maka tatalaksana dilanjutkan

dengan pemberian OAT, dapat dilihat dari alur berikut ini :

Gambar 2. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada


Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (Anonim, 2007b)

B. Pengobatan Tuberkulosis

Ada tiga sifat penting yang terdapat dalam obat TB yaitu memiliki

aktivitas bakterisidal, sterilisasi, dan kemampuan mencegah resistensi. Sifat-sifat

tersebut dimiliki oleh tiap obat TB dengan kemampuan yang berbeda-beda.

Isoniazid dan rifampisin merupakan bakterisidal paling kuat dan aktif melawan

pertumbuhan basil TB. Rifampisin adalah obat sterilisasi paling poten yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

saat ini. Pirazinamid dan streptomisin juga merupakan bakterisidal yang dapat

melawan populasi basil TB. Pirazinamid hanya aktif di lingkungan asam.

Streptomisin merupakan bakterisidal yang mampu membunuh basil TB yang

tumbuh dengan cepat. Etambutol dan tiosetason digunakan bersama-sama dengan

obat lain yang lebih kuat untuk mencegah resistensi basil (Anonim, 2000a). Terapi

terhadap penderita TB dimaksudkan untuk menyembuhkan penderita hingga

sembuh, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat

penularan (Anonim, 2005).

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan

diberikan dalam waktu 6 bulan (Anonim, 2007b). Pengobatan pada anak tidak

berbeda dengan dewasa, namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu pemberian

obat untuk tahap intensif maupun lanjutan OAT pada anak diberikan setiap hari,

selain itu dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak

(Anonim, 2005).

Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan 6 bulan cukup adekuat.

Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan

penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk

menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata

walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, maka

OAT tetap dihentikan (Anonim, 2007b). Perbaikan klinis yang terjadi antara lain

adalah kenaikan berat badan dan pengamatan terhadap peningkatan aktivitas anak

dibanding sebelum pengobatan (Anonim, 2005).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

Tabel II. Dosis OAT Kombipak pada Anak (Anonim, 2007b)

Jenis Obat BB BB BB
< 10 kg 10 – 19 kg 20 – 32 kg
Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Tabel III. Dosis OAT KDT pada Anak (Anonim, 2007b)

Berat Badan (kg) 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari


RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:
• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
• Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
• Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
• Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
• OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.

Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat

dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan

menggunakan sistem skoring (Tabel I). Bila hasil evaluasi dengan sistem skoring

didapat skor <5, kepada anak tersebut diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-

10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan sebagai terapi pencegahan (profilaksis). Bila

anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan

setelah pengobatan pencegahan selesai (Anonim, 2007b).

Obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada pasien TB anak bisa dalam

bentuk kombipak atau bentuk Fixed Dose Combination (FDC). OAT-kombipak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

merupakan OAT yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal dengan paduan obat

tuberkulosis. Untuk mempermudah pemberian obat pada pasien anak maka dibuat

dalam bentuk racikan. OAT-kombipak memiliki keuntungan yaitu mudah

dilakukan penyesuaian dosis jika ternyata pasien mengalami kontraindikasi

dengan salah satu obat. Namun kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya

kesalahan pada saat penyiapan racikan karena jumlah obat yang cukup banyak

(Utomowati, 2007).

Obat anti tuberkulosis FDC bentuknya lebih ringkas dan praktis

dibanding OAT-kombipak, sehingga penggunaan obatnya pun menjadi lebih

mudah. OAT-FDC ini berupa paduan obat tuberkulosis yang diberikan dalam satu

tablet yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tepat. Selain

kelebihan yang dimiliki daripada OAT-kombipak, dengan OAT-FDC ini

diharapkan ketaatan pasien minum obat menjadi lebih baik karena penggunaan

obatnya lebih mudah. Namun kelemahannya adalah sulit melakukan penyesuaian

dosis untuk pasien yang kontraindikasi dengan obat tersebut (Utomowati, 2007).

C. Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang adalah

salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang bergerak dalam bidang

tindakan preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit yang berkaitan dengan

fungsi paru. BKPM Magelang sampai dengan tahun 2005 lebih dikenal sebagai

BP4 (Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru) Magelang yang berlokasi

di Jl. Jend. Sudirman No. 46 B Kota Magelang. Pada tahun 2005 – 2006 terjadi

otonomi daerah dimana pengelolaan BP4 berada di bawah pemerintah Kota


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

Magelang, namun tetap dengan pengawasan dari Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah. Pada tahun 2006 – 2007 dibentuklah satuan kerja khusus P4, yang

mengurusi kegiatan-kegiatan pada unit tersebut. Kemudian pada Juli 2008 BP4

Magelang resmi berubah nama menjadi BKPM Wilayah Magelang. Dikarenakan

gedung lama sudah tidak mampu menampung jumlah pasien dari beberapa

kabupaten di Jawa Tengah yang cukup banyak maka pada tanggal 30 Desember

2008 pelayanan di BKPM pindah ke gedung baru yang lebih memadai yang

terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 46 B Kota Magelang.

BKPM Magelang sendiri mempunyai visi yaitu “Menjadi pusat rujukan

layanan kesehatan paru yang profesional dan dicintai masyarakat”, sedangkan

misinya adalah :

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan paru yang bermutu dan terjangkau

bagi masyarakat.

2. Meningkatkan sumber daya manusia, kinerja, profesionalisme dan

kesejahteraan.

3. Mengupayakan peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan

paru masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dengan kerja sama lintas

sektoral.

Sesuai dengan sesuai Perda Provinsi Jawa Tengah No 5 tahun 2006

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 1 Tahun 2002

tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi

Unit Pelaksana Teknis Dinas, maka cakupan wilayah kerja BKPM meliputi : Kota

Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purworejo,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banyumas, Kabupaten

Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Cilacap (Anonim, 2008).

MASALAH KESEHATAN PARU

Masyarakat Individu

Record Analisis lingkungan Diagnosis kesehatan


(angka kesakitan paru pasien
paru dsb)
Networking
Tim Multidisiplin
(SpP,SpPK,SpR,Ps,
Tim Multidisiplin (ahli Perawat, dsb)
Database untuk kesmas, klinisi,
pengkajian, psikolog, dll)
penelitian dan Rencana
pengambangan
ilmu Rencana
kegiatan/program Implementasi
terapi
Out come

KESADARAN TTG KESEHATAN Sembuh total


PARU, PERILAKU, DERAJAT KES
PARU
Rehabilitasi

Gambar 3. Bagan Kegiatan BKPM Magelang (Anonim, 2008)

D. Drug Therapy Problems (DTP)

Drug therapy problems (DTP) merupakan salah satu dari 6 macam

kejadian medication error paling umum yang terjadi selama pengobatan

dilaksanakan (Cohen, 1999). Drug Therapy Problems (DTP) adalah kejadian-

kejadian yang tidak dikehendaki yang dialami oleh pasien yang melibatkan, atau

kemungkinan melibatkan, terapi obat, dan dapat menghalangi pencapaian tujuan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

terapi (Cipolle, 2004). Kategori dan kasus DTP yang sering terjadi dapat dilihat

dari tabel berikut :

Tabel IV. Penggolongan Drug Therapy Problems (Cipolle, 2004)

No. Drug Therapy Problem Contoh kasus yang sering terjadi


1. Penggunaan obat yang tidak Obat yang digunakan tidak sesuai
perlu dengan indikasi; Kondisi pasien lebih
baik diobati dengan terapi
nonfarmakologis.
2. Diperlukan terapi tambahan Diperlukan obat untuk mengurangi
risiko terjadinya perubahan kondisi
sekarang.
3. Penggunaan obat yang tidak Bentuk sediaan yang digunakan tidak
efektif sesuai dengan kondisi pasien.
4. Dosis terlalu rendah Dosis terlalu rendah untuk
menghasilkan respon yang diinginkan.
5. Adverse Drug Reaction Obat yang digunakan menimbulkan
(ADR) reaksi alergi.
6. Dosis terlalu tinggi Dosis yang diberikan terlalu tinggi;
Frekuensi obat terlampau singkat.
7. Ketidaktaatan Pasien tidak mengerti perintah yang
diberitahukan; harga obat terlampau
mahal; pasien lupa minum obat.

E. Keterangan Empiris

Penelitian mengenai TB yang dilakukan sebelumnya memberikan

kesimpulan bahwa TB juga dapat diderita oleh anak-anak. Pasien pediatrik atau

pasien anak merupakan pasien yang sangat rentan mengalami medication errors.

Drug Therapy Problems (DTP) merupakan salah satu dari 6 macam kasus yang

umum terjadi pada medication errors.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis anak di

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang kunjungan pertama Januari-

April 2007 termasuk penelitian observasional (Pratiknya, 2001) dengan rancangan

penelitian bersifat deskriptif evaluatif (Notoadmodjo, 2005).

Penelitian ini disebut sebagai penelitian obeservasional karena pada

penelitian ini hanya dilakukan pengamatan terhadap sejumlah ciri (variabel) yang

ada pada subyek penelitian tanpa adanya manipulasi atau perlakuan dari

penelitian. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif evaluatif, karena tujuan dari

penelitian ini adalah untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005). Evaluasi dilakukan berdasarkan

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang diterbitkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007b).

B. Definisi Operasional

1. Pasien tuberkulosis anak adalah pasien anak usia 0 – 14 tahun yang

didiagnosis baik dengan Uji Tuberkulin maupun dengan sistem skoring dan

ditetapkan menderita TB.

2. Periode Januari-April 2007 adalah waktu kunjungan pertama yang dilakukan

oleh pasien anak ke BKPM Magelang untuk memeriksakan diri dan untuk

mengetahui apakah mengidap TB atau tidak.

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

3. Evaluasi pengobatan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap obat-obat yang

diresepkan kepada pasien tuberkulosis anak di BKPM Magelang kunjungan

pertama Januari-April 2007 berdasarkan penggolongan 7 macam DTP

menurut Cipolle (2004).

4. Kartu rekam medik adalah berkas yang memberikan informasi tentang

identitas pasien yang meliputi nomor rekam medis, nama, umur, jenis

kelamin, hasil Uji Tuberkulin, hasil sistem skoring, anamnesis, berat badan,

tanggal dan perjalanan penyakit, jenis obat, dosis obat, lama pemberian dan

hasil pengobatan.

5. Lama pengobatan adalah waktu penggunaan OAT yang diperlukan oleh pasien

TB anak dalam melaksanakan terapi TB, meliputi fase intensif selama 2 bulan

dan fase tambahan selama 4 bulan, di BKPM Kota Magelang.

6. Dosis obat adalah takaran (kadar) obat yang digunakan untuk mengobati

penyakit atau mengurangi gejala yang diberikan pada saat pasien menunggu

hasil uji tuberkulin maupun pada saat pasien menerima terapi TB anak di

BKPM Kota Magelang. Dosis obat yang dimaksud meliputi dosis dan aturan

pemakaian obat. Evaluasi dosis berdasarkan MIMS (2007a), Informatorium

Obat Nasional Indonesia (2000b), Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis (2007b).

7. Obat tambahan adalah obat (generik maupun paten) selain OAT, yang

diberikan kepada pasien selama proses terapi TB di BKPM Kota Magelang.

8. Jenis obat tambahan adalah kelompok obat tambahan berdasarkan efek

terapinya yang digunakan pada saat terapi pasien TB anak di BKPM Kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

Magelang, terutama yang diberikan pada saat pasien menunggu hasil Uji

Tuberkulin.

9. Efek samping obat adalah efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat

antituberkulosis dan obat tambahan selama proses terapi tuberkulosis di

BKPM Magelang.

10. Status pengobatan adalah kondisi pasien TB anak baik selama maupun setelah

dilakukannya terapi. Kondisi ini ada tiga macam yaitu Drop Out (DO) untuk

pasien yang pengobatannya putus, kambuh untuk pasien yang dulu pernah

melakukan terapi namun karena sesuatu hal tidak tuntas dan menjadi kambuh

lagi, dan kondisi yang ketiga adalah sembuh yaitu keadaan pasien yang telah

tuntas melaksanakan terapi dan berdasarkan hasil laboratorium dinyatakan

sembuh.

11. Data yang tidak dapat dievaluasi adalah data rekam medik yang tidak memuat

diagnosis TB, baik hasil Uji Tuberkulin maupun hasil skoring sistem.

C. Subyek Penelitian

Gambar 4. Bagan Subyek Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

Populasi pasien TB anak di BKPM Magelang dengan kunjungan pertama

Januari-April 2007 berjumlah 198 pasien. Berdasarkan perhitungan, maka jumlah

populasi penelitian yang didapat adalah 67 pasien.

(Notoadmodjo, 2002)

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada saat pengolahan

data, maka jumlah populasi penelitian yang diambil dibuat berlebih, yaitu menjadi

80 pasien. Kedelapan puluh pasien tersebut kemudian mengalami seleksi

berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi penelitian yang telah dibuat, yaitu :

a. Kriteria inklusi

1. Pasien anak usia 0 – 14 tahun yang didiagnosis menderita TB.

2. Tercatat dalam rekam medis di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

(BKPM) Magelang.

3. Berkunjung atau memeriksakan diri pertama kali pada periode Januari-

April 2007.

4. Sedang atau telah menjalani terapi TB, fase intensif dan fase lanjutan.

b. Kriteria eksklusi

Data rekam medik pasien yang tidak memiliki kelengkapan data

diagnosis, anamnesis dan pengobatan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

Sampel kemudian diambil dengan cara purposive sampling, yaitu

mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu antara lain pasien dengan data

rekam medik yang memiliki kelengkapan data diagnosis TB oleh dokter, melalui

hasil skoring sistem dan Uji Tuberkulin (Mantoux test). Berdasarkan

pengambilan sampel dengan cara purposive sampling tersebut maka total subyek

penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah 39 pasien TB anak yang

diwakili oleh data rekam medik.

D. Jalannya Penelitian

Gambar 5. Tahap Jalannya Penelitian

1. Tahap orientasi

Tahap orientasi adalah awal dari jalannya penelitian. Pada tahap ini

peneliti mencari informasi tentang seberapa besar jumlah pasien TB anak yang

berobat di BKPM Magelang yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman No. 46 B

Magelang. Pada tahap ini juga dilakukan penyesuaian teknis pengambilan data di

ruang pendaftaran BKPM, tempat rekam medik disimpan. Penyesuaian teknis

bertujuan agar selama pengambilan data dilakukan kegiatan pelayanan di ruang

pendaftaran tidak terganggu. Tahap ini berlangsung selama tiga hari dan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

tahap ini dapat diketahui bahwa jumlah total pasien TB anak yang berkunjung

pertama kali di BKPM Magelang pada periode Januari-April 2007 ada 198 pasien.

2. Tahap pengambilan data

Pada tahap ini dilakukan pengambilan data dimulai dari tanggal 30

Desember 2008 sampai dengan 13 Januari 2009. Data rekam medik pasien TB

anak yang diambil meliputi nomor RM, usia pasien, jenis kelamin, tempat tinggal,

hasil skoring sistem, hasil Uji Tuberkulin, kelas terapi obat, jumlah dan dosis

obat, efek samping yang mungkin muncul, obat tambahan yang digunakan, dan

status pengobatan (DO atau Drop Out, kambuh atau sembuh).

Data yang diambil untuk penelitian adalah rekam medik dari pasien anak

yang berkunjung pertama kali pada periode Januari-April 2007 dengan usia 0-14

tahun, berdasarkan penggolongan usia dari BKPM Magelang. Data tersebut juga

memiliki kelengkapan data diagnosis dokter melalui sistem skoring dan Uji

Tuberkulin. Hal ini menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel karena

melalui data tersebut pasien dapat dinilai apakah benar-benar positif TB atau

tidak. Data rekam medik juga harus memiliki kelengkapan data pengobatan

terhadap TB yang diberikan. Kondisi pasien baik pada awal berkunjung maupun

selama menerima terapi TB dapat dilihat melalui data rekam medik tersebut.

3. Tahap pengolahan data

Data yang diperoleh kemudian dievaluasi, diolah dan disajikan dalam

bentuk tabel yang memuat analisis SOAP (Subjective, Objective, Assessement and

Plan) termasuk data penatalaksanaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

tersebut kemudian dinilai DTP apa saja yang terjadi dalam terapi pasien TB anak.

Selain itu dari data RM juga dapat diketahui karakteristik pasien TB anak.

E. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari RM pasien TB anak kemudian diolah secara

deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk diagram dan tabel beserta

uraian penjelasannya. Analisis yang dilakukan didasarkan pada :

a. jenis kelamin, usia, berat badan, tingkat pendidikan dari pasien

b. diagnosis tuberkulosis berdasarkan hasil skoring sistem dan Uji

Tuberkulin (Mantoux test)

c. evaluasi DTP yang terjadi selama pengobatan TB pada anak dengan

metode SOAP dan analisis pengobatan dilakukan berdasarkan Pedoman

Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

F. Kesulitan Penelitian

Selama penelitian dilakukan peneliti tidak lepas dari kesulitan-kesulitan

penelitian. Kesulitan itu antara lain adalah teknik pengambilan data rekam medik

(RM). Hal itu dikarenakan situasi BKPM Magelang yang agak kurang

mendukung sebab BKPM baru saja melakukan pindah gedung yang jaraknya

cukup jauh dari gedung yang lama, sehingga rak penyimpanan rekam medik

belum sepenuhnya tertata rapi dan berurutan nomor rekam mediknya. Akibatnya

teknik penelitian yang awalnya dirancang sebagai teknik acak sederhana tidak

dapat terlaksana dan peneliti hanya mampu mengambil data yang disediakan oleh

pegawai di BKPM saja, meskipun data tersebut nomor RM-nya acak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

Kesulitan berikutnya adalah data pada RM kadang tidak lengkap,

terutama data diagnosis TB baik dengan sistem skoring maupun hasil dari Uji

Tuberkulin. Hal ini yang menyebabkan banyak data tidak masuk dalam kriteria

inklusi penelitian. Selain itu dokumentasi peresepan obat juga tidak lengkap,

sehingga penelusuran terhadap obat-obat yang diberikan kepada pasien menjadi

terhambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang evaluasi pengobatan pada pasien TB anak di Balai

Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang dengan waktu kunjung pertama

Januari-April 2007 dilaksanakan dengan melakukan pencatatan langsung obat-

obat yang diberikan pada saat terapi dan semua data diagnosis yang tercantum

dalam rekam medik pasien yang tersimpan di ruang pendaftaran BKPM

Magelang. Selama periode Januari-April 2007 diketahui ada 198 pasien TB anak

yang berkunjung di BKPM Magelang. Dari kasus tersebut terdapat 39 pasien yang

sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain memiliki kelengkapan data diagnosis

dan terapi. Berdasarkan data rekam medik tersebut kemudian dilakukan

pencatatan meliputi nomor rekam medik, usia pasien, jenis kelamin, hasil skoring

sistem, hasil Uji Tuberkulin, kelas terapi obat, jumlah dan dosis obat, efek

samping yang mungkin muncul, obat tambahan yang digunakan, dan status

pengobatan (DO atau Drop Out, kambuh atau sembuh).

Hasil dari penelitian ini terbagi dalam tiga bagian utama. Bagian pertama

membahas tentang diagnosis dan karakteristik pasien TB anak. Bagian kedua

membahas tentang gambaran pengobatan pasien TB anak. Bagian yang terakhir

tentang drug therapy problems (DTP) yang terjadi pada saat pengobatan

dilakukan.

A. Diagnosis dan Karakteristik Pasien TB Anak

Berdasarkan data kunjungan pasien di BKPM Magelang pada periode

Januari-April 2007, maka sampel penelitian yang diambil adalah 39 pasien.

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

Informasi tentang kondisi pasien tersebut diwakili oleh data rekam medik yang

tersimpan di ruang pendaftaran BKPM Magelang.

1. Diagnosis TB anak

Pada anak, gejala klinis TB bersifat tidak khas sehingga banyak dijumpai

over/under diagnosis atau over/under treatment. Pemeriksaan penunjang untuk

membantu diagnosis TB anak seperti uji serologis dan PCR memberikan hasil

yang kurang memuaskan. Selain uji tersebut tidak ada uji lain yang lebih spesifik

layaknya kultur M.tuberculosis (Supriyatno, 2002). Untuk membantu penetapan

diagnosis TB pada anak dilakukan sistem pembobotan (scoring system) gejala dan

pemeriksaan penunjang lainnya.

Hasil Sistem Skoring

6-13 poin
44%

< 6 poin
56%

< 6 poin 6-13 poin

Gambar 6. Diagram Perbandingan Hasil Sistem Skoring pada Pasien TB


Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Hasil skoring sistem yang didapat dari data rekam medik pasien TB anak

di BKPM Magelang dengan waktu kunjungan pertama bulan Januari-April 2007

dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu hasil skoring kurang dari 6 dan skoring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

antara 6 sampai 13. Seorang anak akan didiagnosis TB jika hasil sistem skoring

nilainya adalah ≥ 6. Berdasarkan data rekam medik pasien ternyata ada 23 pasien

yang mendapatkan hasil skoring kurang dari 6 dan 16 pasien mendapatkan hasil

skoring antara 6-13.

Di dalam sistem skoring ada salah satu pengujian yang sangat penting

untuk menilai seorang anak mengidap TB atau tidak, yaitu Uji Tuberkulin atau

Mantoux test. Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux ( pernyuntikan

intrakutan ) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang

dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48-72

jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang terjadi.

Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm (

pada gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk (Anonim, 2002a).

Secara umum hasil positif menunjukkan bahwa pasien terinfeksi oleh

TB, bahkan kemungkinan adanya TB aktif pada anak. Berdasarkan hasil tersebut

maka pasien dapat langsung mendapatkan terapi TB baik fase intensif maupun

fase lanjutan. Namun kadang ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat hasil Uji

Tuberkulin negatif walaupun pasien telah terinfeksi TB, misalnya kondisi anergi

atau keadaan yang menyebabkan berkurangnya reaktivitas terhadap antigen

tertentu. Berdasarkan data rekam medik terdapat 21 pasien yang menunjukkan

hasil Uji Tuberkulin positif dan 17 pasien menunjukkan hasil negatif, sisanya

yaitu 1 pasien tidak melakukan Uji Tuberkulin, sebab menurut sistem skoring

pasien sudah dapat dipastikan mengidap TB.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

Hasil Uji Tuberkulin


Tidak
melakukan
3%

Negatif
44%
Positif
53%

Positif Negatif Tidak melakukan

Gambar 7. Diagram Perbandingan Hasil Uji Tuberkulin pada Pasien TB


Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Berdasarkan keterangan pada data rekam medik pasien dapat diketahui

bahwa pasien yang mendapatkan hasil skoring antara 6-13 dan menunjukkan hasil

Uji Tuberkulin positif ada 12 pasien, hasil negatif 3 pasien dan yang tidak

melakukan Uji Tuberkulin 1 pasien. Sedangkan pasien yang mendapatkan hasil

skoring kurang dari 6 namun menunjukkan hasil Uji Tuberkulin positif ada 8

pasien dan hasil negatif 15 pasien. Pada data rekam medik tidak terdapat

informasi lebih lanjut mengapa pasien dengan hasil skoring kurang dari 6 dan

hasil Uji Tuberkulin negatif tetap menerima terapi TB selama 6 bulan. Namun jika

ditelusuri lebih lanjut diketahui bahwa setelah pasien menerima terapi OAT

selama 2 bulan, ternyata pasien menunjukkan perbaikan klinis, yang berarti bahwa

pasien memang mengidap TB meskipun Uji Tuberkulin menunjukkan hasil

negatif. Hal ini telah sesuai dengan Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak

(Gambar 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

2. Karakteristik jenis kelamin pasien TB anak

Pasien anak yang berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April 2007

di BKPM Magelang dan terdiagnosis menderita tuberkulosis dapat

dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya persentase kejadian TB pada pasien anak laki-laki dan perempuan.

Karakteristik Jenis Kelamin


Pasien TB anak
Laki-laki
33%

Perempuan
67%

Laki-laki
Perempuan

Gambar 8. Diagram Karakteristik Jenis Kelamin pada Pasien TB Anak di


BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Hasil dari pencatatan data rekam medik menunjukkan bahwa dari 39

pasien yang ada diketahui bahwa 13 pasien TB anak (33%) adalah anak laki-laki

dan 26 pasien (67%) adalah anak perempuan. Berdasarkan diagram tersebut dapat

terlihat bahwa pasien anak yang didiagnosis TB dan mendapat terapi di BKPM

paling banyak adalah pasien perempuan dibandingkan pasien laki-laki. Tidak ada

permasalahan khusus terkait besar kecilnya persentase jenis kelamin yang

terinfeksi TB. Karena sebenarnya semua anak yang berumur kurang dari 15 tahun,

baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama terserang TB paru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

Berbeda dengan orang dewasa, dimana ada banyak faktor yang

menyebabkan jenis kelamin tertentu memiliki persentase besar dalam hal

terinfeksi M. tuberculosis. Hasil penelitian Utomowati (2007) menyatakan

persentase laki-laki dewasa terserang TB paru lebih besar dibanding wanita. Hal

ini dikarenakan laki-laki dewasa memiliki faktor risiko lebih besar akibat

kebiasaannya merokok.

3. Karakteristik umur pasien TB anak

Karakteristik Umur Pasien TB


Anak
≥ 12 tahun < 1 tahun
0% 8%

5-12 tahun
46%

1-5 tahun
46%

< 1 tahun 1-5 tahun

5-12 tahun ≥ 12 tahun

Gambar 9. Diagram Karakteristik Umur pada Pasien TB Anak di BKPM


Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Pasien TB anak yang berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April

2007 di BKPM Magelang juga dapat digolongkan berdasarkan umur. Kategori

umur anak yang digunakan di BKPM Magelang yaitu antara umur 0-14 tahun.

Berdasarkan penggolongan usia sekolah, umur pasien TB anak dapat

dikelompokkan menjadi 4 kelompok, kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun, 5-12 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

dan 12-14 tahun. Berdasarkan diagram berikut dapat diketahui bahwa pasien TB

anak di BKPM dengan umur kurang dari 1 tahun sebanyak 3 pasien, 1-5 tahun

sebanyak 18 pasien, 5-12 tahun sebanyak 18 pasien dan tidak terdapat pasien

dengan umur antara 12-14 tahun.

Data tersebut menunjukkan bahwa TB anak paling banyak diderita oleh

balita (kurang dari 1 tahun dan antara 1-5 tahun) dibandingkan dengan anak-anak

usia sekolah. Anak-anak pada usia balita merupakan anak-anak yang sedang

mengalami masa pertumbuhan, selain itu sistem kekebalan tubuhnya juga sedang

dalam masa perkembangan. Apalagi jika balita tersebut tumbuh di lingkungan

keluarga dimana salah satu anggota keluarganya mengidap TB BTA positif, maka

balita tersebut akan mudah tertular TB. Oleh karena itu akan sangat wajar jika

pada usia balita seorang anak mempunyai risiko tinggi terinfeksi oleh berbagai

macam penyakit dibanding anak usia sekolah, 5-6 tahun maupun 12-14 tahun.

4. Karakteristik berat badan pasien TB anak

Berdasarkan data rekam medik pasien maka dapat diketahui berat badan

pasien pada awal diagnosis. Melalui data berat badan ini maka akan dapat

diperoleh suatu gambaran kondisi klinik pasien pada saat datang memeriksakan

diri ke BKPM Magelang. Melalui data berat badan tersebut maka dapat dilakukan

penggolongan berdasarkan berat badan pasien. Diantara 39 pasien yang menjadi

sampel penelitian terdapat 9 pasien dengan berat badan 0-10 kg; 22 pasien dengan

berat badan 10-20 kg; 7 pasien memiliki berat badan 20-30 kg dan 1 pasien

dengan berat badan 30-40 kg.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

Karakteristik Berat Badan


Pasien TB Anak
30-40 kg
3%
20-30 kg
18%
0-10 kg
23%

0-10 kg
10-20 kg
20-30 kg
10-20 kg
56% 30-40 kg

Gambar 10. Diagram Karakteristik Berat Badan pada Pasien TB Anak di


BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Karakteristik berat badan ini sebenarnya tidak dapat diperbandingkan

satu sama lain mengingat usia pasien yang berlainan. Namun dari data berat badan

ini dapat digunakan untuk menilai sistem skoring untuk menetapkan diagnosis TB

pada anak, karena berat badan ini sangat berhubungan erat dengan gejala yang

dirasakan pasien, yaitu berat badan turun/kurang maupun berkurangnya nafsu

makan. Penilaian sistem skoring dengan berat badan didasarkan pada KepMenKes

RI No. 920 tahun 2002 yang memuat tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah

Lima Tahun (Balita).

5. Karakteristik gejala yang dirasakan pasien TB anak

Melalui data rekam medik dapat diketahui gejala yang dirasakan oleh

pasien TB anak pada saat pertama kali datang memeriksakan diri. Sebanyak 36

dari 39 pasien mengeluhkan batuk sebagai gejala awal (92%). Meskipun batuk

adalah gejala yang bersifat umum, namun batuk yang dirasakan untuk kasus TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35

adalah batuk yang sifatnya kronik (berlangsung lama) dan terjadi berulang. Gejala

batuk ini harus dapat dibedakan dengan batuk kronik berulang akibat asma dan

hal inilah yang agak sulit dibedakan. Gejala batuk pada asma biasanya belangsung

pada malam atau dini hari, terjadi karena ada faktor pencetus dan ada riwayat

atopi (Supriyatno, 2002).

Tabel V. Gejala yang Dirasakan Pasien TB Anak di BKPM Magelang


Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Gejala Jumlah Persentase (%)


Batuk 36 92
Demam 29 74
BB kurang/turun 29 74
Pilek 24 62
Pembesaran kelenjar 24 62
Tidak nafsu makan 22 56
Sesak nafas 19 49
Keringat malam/dingin 8 20
Mual-muntah 2 5
Diare 1 3

Gejala paling banyak kedua yang sering dikeluhkan pasien adalah

demam dan berat badan kurang. Demam, dikeluhkan oleh 29 pasien (74%),

merupakan salah satu gejala paling umum yang dapat dirasakan jika telah terjadi

infeksi dalam tubuh. Demam yang terjadi jika pasien terinfeksi TB sifatnya tidak

terlalu tinggi dan berlangsung lama (Supriyatno, 2002). Berat badan kurang atau

tidak naik, seperti yang dikeluhkan oleh banyak pasien, berhubungan dengan

berkurangnya nafsu makan (anoreksia). Penurunan berat badan yang terjadi pada

29 pasien (74%) ini kerapkali menjadi pertanda seorang anak terinfeksi TB.

Apalagi jika penurunan berat badan terjadi selama 3 bulan berturut-turut tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan walaupun sudah mendapatkan

penanganan yan baik (Anonim, 2002a).

Selain ketiga gejala diatas, masih banyak gejala-gejala lain yang

dikeluhkan pasien terkait dengan tanda-tanda klinik seorang anak terkena TB.

Gejala tersebut sering kali terjadi bersama-sama pada satu pasien. Melalui gejala-

gejala tersebut dapat dilakukan skoring untuk menilai seorang anak positif

mengidap TB atau tidak. Untuk status pengobatan pasien apakah tergolong DO,

kambuh maupun sembuh pada pasien TB anak di BKPM Magelang tidak dapat

dilakukan penilaian. Hal ini dikarenakan pada data rekam medik pasien tidak

terdapat informasi mengenai status pengobatan pasien. Meski begitu dari data

pengobatan yang dimiliki pasien, kebanyakan pasien TB anak di BKPM

Magelang telah melaksanakan pengobatan TB dengan tuntas.

B. Gambaran Pengobatan Pasien TB Anak

1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Setelah pasien didiagnosis mengidap TB maka akan segera diberikan

terapi pada pasien tersebut. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam

obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari,

baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan

dengan berat badan anak (Anonim, 2007b). Ketiga OAT yang digunakan adalah

INH, Rifampisin dan Pirazinamid (PZA). Terapi yang diberikan untuk pasien TB

dibagi menjadi 2 fase, yaitu 2 bulan pertama sebagai fase intensif dengan

menggunakan kombinasi dari INH, Rifampisin dan PZA. Fase lanjutan diberikan

selama 4 bulan berikutnya dengan menggunakan kombinasi INH dan Rifampisin.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37

Tabel VI. Perbandingan Penggunaan OAT-FDC dan Kombipak pada Pasien


TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Jenis Obat Jumlah Persentase (%)


OAT-Kombipak Racikan 35 89
OAT-FDC 3 8
OAT-FDC dan Kombipak 1 3

Untuk pasien yang masih anak-anak, maka penggunaan OAT-kombipak

maupun FDC harus disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan data

rekam medik, dari 39 pasien yang ada terdapat 35 pasien menerima OAT-

kombipak racikan sepenuhnya, 3 pasien menerima OAT-FDC, dan sisanya 1

pasien diketahui menerima FDC kemudian untuk terapi bulan berikutnya diganti

menjadi OAT-Kombipak dalam bentuk racikan.

Kombipak dan FDC yang diberikan pada 2 bulan fase intensif pada

dasarnya sama, yaitu kombinasi 3 macam OAT. Untuk jumlah obat yang

diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien TB anak, misalnya untuk pasien

TB anak dengan berat badan 12 kg maka OAT-Kombipak yang diresepkan adalah

INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan PZA 300 mg. Sedangkan jika mendapat

OAT-FDC, maka pasien akan menerima 2 tablet yang mengandung INH,

Rifampisin dan PZA dengan jumlah secara berurutan 50 mg, 75 mg dan 150 mg

(Anonim, 2007b). Perbandingan kandungan obat untuk OAT Kombipak dan FDC

fase intensif dan fase lanjutan adalah sama, hanya berbeda pada jenis obat yang

diberikan. Pada OAT Kombipak maupun FDC fase lanjutan tidak terdapat

Pirazinamid seperti pada fase intensif. Dokumentasi pengobatan baik fase intensif

maupun fase lanjutan harus dilakukan dengan lengkap dan cermat agar pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

dapat menerima OAT sesuai masa pengobatannya dan tidak mengalami kelebihan

atau kekurangan OAT.

2. Penggunaan obat tambahan

Selain mengunakan OAT untuk membunuh M.tuberculosis, ternyata

dokter juga meresepkan beberapa obat tambahan untuk mengobati gejala yang

dikeluhkan pasien. Obat tambahan yang diresepkan ada juga yang berguna untuk

meningkatkan status kesehatan pasien. Berdasarkan data rekam medik pasien,

diketahui bahwa semua kasus yang ada mendapatkan obat tambahan berupa obat

untuk tujuan mengobati flu yang disertai batuk dan juga suplemen makanan. Saat

pasien datang pertama kali untuk berobat dan mendapatkan Uji Tuberkulin, maka

sambil menunggu hasil uji tersebut dokter akan meresepkan obat untuk mengatasi

gejala yang dirasakan pasien.

Menurut data rekam medik pasien TB anak, diketahui bahwa dari 39

pasien terdapat 5 pasien yang tidak mendapatkan obat sebelum OAT karena pada

kelima pasien dokter langsung meresepkan OAT. Berdasarkan data juga diketahui

terdapat 8 jenis obat yang diberikan pada pasien anak sebelum terapi dengan OAT

dilaksanakan. Obat yang paling banyak diresepkan sebelum pasien didiagnosis

menderita TB atau sebelum menerima terapi OAT adalah antibiotik, yaitu jenis

amoksisilin, yaitu sebesar 25% atau 22 obat dari total obat 90 obat yang

diresepkan pada pasien. Dua puluh satu persen atau 19 obat yang diberikan adalah

antitusif-ekspektoran. Terdapat 19% atau 17 obat berupa suplemen makanan, baik

itu vitamin, penambah nafsu makan maupun penguat sistem imun. Obat asma

diresepkan sebanyak 13 obat atau 14%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

Tabel VII. Distribusi Obat yang Diresepkan Sebelum Terapi TB pada Pasien
TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Golongan Obat Jumlah Persentase (%)


Antibiotik 22 25
Antitusiv-ekspektoran 19 21
Suplemen 17 19
Obat asma 13 14
Flu disertai batuk 11 12
Antihistamin 5 6
Antipiretik analgetik 2 2
Kortikosteroid 1 1

Obat yang berguna untuk meredakan flu yang disertai batuk (kebanyakan

mengandung gliseril guaiakolat, fenilpropanolamin, dekstrometorfan,

difenhidramin) juga banyak diresepkan yaitu sebesar 12% atau 11 obat, dan

sisanya adalah antihistamin sebanyak 6% atau 5 obat; analgetik antipiretik sebesar

2% atau 2 obat dan kortikosteroid 1 obat atau 1%. Obat-obat yang diresepkan

sebelum pasien menerima terapi TB seperti tersebut di atas, terkadang juga masih

diresepkan oleh dokter selama masa terapi dengan OAT dilakukan.

C. Drug Therapy Problems (DTP)

Drug therapy problems (DTP) atau sering diartikan sebagai

permasalahan yang berhubungan dengan obat merupakan salah satu penyebab

medication error yang paling banyak terjadi dan dapat menyebabkan peningkatan

biaya pengobatan. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap pengobatan TB

yang dilakukan kepada pasien anak yang berkunjung pertama kali di BKPM

Magelang pada bulan Januari-April 2007. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya DTP yang terjadi selama pengobatan TB fase intensif dan fase

lanjutan berlangsung. Evaluasi dilakukan pada sejumlah resep yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

BKPM Magelang terhadap pasien TB anak. Berdasarkan data rekam medik

diketahui bahwa pasien TB anak menerima resep dengan jumlah yang berbeda-

beda selama terapi TB berjalan.

Tabel VIII. Frekuensi Penerimaan Resep Selama Pengobatan Pasien TB


Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Jumlah Resep Jumlah Pasien Nomor urut pasien


3 1 31
4 1 29
5 2 6, 13
6 7 14, 16, 24, 27, 32, 38, 39
1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 18,
7 25 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28,
30, 33, 34, 35, 36, 37
8 2 5, 15
9 1 12
Total Resep : 269 Total pasien : 39 -

Kebanyakan pasien TB anak menerima 7 lembar resep selama 6 bulan

masa terapi TB yang terdiri dari 6 lembar resep yang berisi OAT dan 1 lembar

resep yang diberikan pada saat pasien pertama kali datang yang berisi obat-obat

untuk menringan kan gejala yang dirasakan pasien. Total resep dari 39 pasien TB

anak yang menjadi subyek penelitian adalah 269 resep. Menurut evaluasi yang

telah dilakukan, ternyata pada satu resep yang diberikan kadang terjadi lebih dari

1 macam DTP, sehingga seorang pasien dapat mengalami beberapa DTP, baik

karena OAT maupun karena obat tambahan yang diresepkan.

Berdasarkan penggolongan 7 macam drug therapy problems (DTP) oleh

Cipolle (2004) maka dilakukan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan pada

pasien TB anak. DTP yang ditemukan antara lain adalah DTP memerlukan terapi

tambahan untuk mencapai efek yang diinginkan. Permasalahan DTP tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

terjadi pada pasien dengan nomor urut 22 dan 23. Hal ini terjadi karena kedua

pasien pada masa pengobatan fase intensif hanya menerima INH dan Rifampisin,

tanpa PZA.

Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan

Nomor Pasien DTP Terjadi Pada


22, 23 OAT

Pada data rekam medik tidak terdapat informasi apakah pasien

mengalami kontraindikasi dengan PZA yang mengakibatkan PZA tidak

diresepkan. Padahal penggunaan PZA sebagai kombinasi dengan INH dan

Rifampisin akan dapat memperpendek masa terapi menjadi 6 bulan saja. Namun

jika dilihat dari data pengobatan pasien memang mendapatkan terapi TB selama 6

bulan saja. Kemungkinan oleh pihak apotek pasien diberi ketiga obat kombinasi,

namun tidak ditambahkan keterangan pada rekam medik bahwa resep tersebut

telah dikoreksi.

Permasalahan terkait dengan obat yang ditemukan berikutnya adalah

penggunaan obat yang tidak efektif, yang terjadi karena bentuk sediaan obat yang

diresepkan tidak sesuai dengan kondisi pasien. Pada penelitian terdapat 1 kasus

obat salah, yaitu pada pasien dengan nomor urut 23. Permasalahan ini terjadi

karena pasien yang masih berusia kurang lebih 10 bulan mendapatkan obat asma

yang bentuk sediaannya tidak sesuai. Menurut literatur obat tersebut dapat

diberikan pada pasien anak dengan usia minimal 4 tahun.

Tabel X. Nomor Pasien dan Kasus DTP Obat Salah

Nomor Pasien DTP Terjadi Pada


23 Pelega saluran nafas/obat asma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

Pasien dengan nomor urut 15 menerima kortikosteroid yang seharusnya

tidak diberikan pada pasien TB sebab dapat memberatkan dan menambah

kerentanan terhadap infeksi untuk pasien yang menderita TB (Anonim, 2000b).

Namun hal ini tidak dapat dikatakan sebagai penggunaan obat yang tidak efektif,

sebab dengan dosis dan dalam jangka waktu penggunaan tertentu kortikosteroid

juga dapat berfungsi sebagai terapi simptomatik terhadap sesak nafas.

Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa pasien menerima kortikosteroid

pada saat pasien datang pertama kali dengan keluhan sesak nafas dan waktu

penggunaannya pun tidak lama, sehingga pada pasien ini tidak dapat dikatakan

telah terjadi DTP penggunaan obat tidak efektif.

Tabel XI. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Kurang

Nomor Pasien DTP Terjadi Pada


6, 12, 13, 14, 22, 23, 24 OAT
12 Antibiotik saluran nafas
6 Suplemen makanan
14, 16, 17 Obat flu disertai batuk
19 Obat asma
33 Antihistamin

Dosis obat kurang juga dapat menjadi salah satu DTP. Permasalahan ini

tidak hanya dipandang dari kadar atau dosis obat yang digunakan, namun juga

terkait dengan frekuensi dan durasi penggunaan obat. DTP dosis kurang yang

dialami pasien TB anak di BKPM Magelang antara lain terjadi akibat durasi obat

yang kurang dan karena kadar obat yang kurang. Durasi obat yang kurang terjadi

karena OAT yang seharusnya diberikan selama 4 bulan fase lanjutan, namun

ternyata pasien hanya menerima 2 atau 3 bulan saja. Permasalahan kadar kurang

terjadi pada obat selain OAT, dimana kadar obat yang diberikan tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43

dengan berat badan pasien TB anak, dapat dilihat pada pasien dengan nomor urut

6, 12, 14, 16, 17, 19 dan 33.

Sama seperti kasus DTP dosis kurang, DTP dosis berlebih juga

menyangkut permasalahan kadar obat, frekuensi dan durasi penggunaan. Pada tipe

DTP ini kebanyakan terjadi karena peresepan PZA yang digunakan jumlahnya

terlampau banyak dibandingkan jumlah yang seharusnya. Untuk anak dengan

berat badan 10-19 kg jumlah PZA yang digunakan untuk terapi TB adalah 300 mg

1x/hari, namun pada resep tertulis PZA 500 mg sebanyak 20 tablet kemudian

dibagi menjadi 30 bungkus puyer. Jika dilakukan perhitungan maka setiap kali

minum pasien menerima 333,33 mg PZA. Jumlah PZA 500 mg yang diresepkan

yang benar adalah 18 tablet saja, sehingga dalam sehari pasien menerima PZA

tepat 300 mg.

Tabel XII. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Berlebih

Nomor Pasien DTP Terjadi Pada


1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, OAT
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 34, 36, 37, 38, 39
10, 12, 18, 25, 27, 29, 36 Antitusiv ekspektoran
10, 23, 29, 34 Obat asma
1, 3, 5, 7, 18, 19, 23, 26, 28, 30, 34, 38 Obat flu disertai batuk
2, 10, 11, 13, 15, 17, 27, 32 Suplemen makanan
7, 8, 12, 23, 25, 26, 29, 30 Antihistamin
38 Antiemetik

Selain permasalahan kadar, pemberian OAT juga mengalami

permasalahan DTP dosis berlebih terkait durasi obat. OAT yang seharusnya

diberikan selama 2 bulan fase intensif justru diberikan 3 bulan. DTP dosis

berlebih yang lain adalah karena aturan penggunaan obat yang tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

berat badan, mengingat usia pasien yang masih balita. Karena untuk pasien

tersebut harus dilakukan penyesuaian dosis berdasarkan dengan berat badan

pasien.

Drug therapy problems yang paling sedikit terjadi pada masa terapi TB

untuk pasien anak di BKPM Magelang adalah masalah ketidaktaatan, meskipun

pengobatan TB dilakukan dalam waktu yang lama. Kasus DTP ini terjadi pada

pasien dengan nomor urut 31. Hal ini terjadi karena letak rumah pasien yang

berjauhan dari lokasi BKPM. Namun kasus tersebut tidak dapat dikatakan dengan

pasti sebagai DTP ketidaktaatan, sebab banyak data yang tidak tercantum dalam

rekam medik pasien. Selain itu DTP untuk obat berlebih juga tidak ditemukan.

Hal ini karena BKPM hanya memberikan obat yang sesuai dengan status

kesehatan pasien dimana pasien mengidap TB. Oleh karena itu obat yang

diresepkan hanya obat TB dan obat tambahan untuk meningkatkan kondisi

kesehatan pasien, antara lain penambah nafsu makan dan obat-obat untuk

meringankan gejala yang dirasakan pasien seperti obat flu atau obat batuk.

Permasalahan berkaitan tentang obat terkait dengan ADR (Adverse Drug

Reaction) juga tidak ditemukan karena pada data rekam medik tidak terdapat

keluhan pasien mengenai efek samping yang muncul maupun ADR yang terjadi,

kejadian interaksi obat juga tidak ditemukan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik pasien anak pengidap TB berdasarkan jenis kelamin paling

banyak adalah anak perempuan; berdasarkan umur sebagian besar pasien TB

anak adalah balita (usia 0-5 tahun); berdasarkan berat badan sebagian besar

pasien memiliki berat badan 10-20 kg.

2. Terapi TB yang diberikan untuk anak adalah INH, Rifampisin dan PZA,

dalam bentuk FDC maupun Kombipak, dengan dosis berdasarkan berat badan

dan terapi fase intensif dilaksanakan selama 2 bulan dan fase lanjutan selama

4 bulan. Terapi tambahan yang diberikan didasarkan pada gejala yang

dirasakan dan obat-obat untuk meningkatkan kondisi kesehatan pasien.

3. DTP yang terjadi selama terapi TB antara lain adalah perlu terapi tambahan

pada 2 pasien, obat salah pada 2 pasien, dosis kurang pada 11 pasien, dosis

berlebih pada 35 pasien dan ketidaktaatan pada 1 pasien.

B. Saran

1. Perlu ditetapkan tata cara penulisan resep dan peresepan obat yang baik dan

benar dengan dosis yang sesuai dengan berat badan pasien anak, sehingga

DTP tidak terjadi lagi selama masa pengobatan TB.

2. Sebaiknya dilakukan dokumentasi tentang kondisi awal serta riwayat

pengobatan pasien melalui data rekam medik yang baik, lengkap dan jelas,

sehingga dapat dilakukan evaluasi pengobatan dengan baik.

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000a, Diagnostic Standards and Classification of Tuberculosis in Adult


and Children, Am J Respir Crit Care Med, Vol.161, 1377.

Anonim, 2000b, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 273-275, Agung Seto,


Jakarta.

Anonim, 2002a, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, edisi 8,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2002b, Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National


Programmes, Edisi 3, 22, 56-57, WHO, Jenewa.

Anonim, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberculosis, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2007a, MIMS Indonesia : Petunjuk Konsultasi, edisi 7, PT Info Master,


Jakarta.

Anonim, 2007b, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, edisi 2,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2008, Bahan Presentasi : Profil BKPM Magelang, Handouts, BKPM


Magelang, Magelang.

Anonim, 2009, Kenali Tuberkulosis pada Usia Dini,


www.kr.co.id/web/detail.php., diakses tanggal 19 Juni 2009.

Cipolle, R.J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : The Clinicians Guide, 173,
178-179, Mc Graw-Hill, New York.

Cohen, M.R., 1999, Medication Errors, 1.1 – 1.7, American Pharmaceutical


Assosiation, Washington.

DiPiro, J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologyc Approach, 6th edition,


91, McGraw Hill Companies, New York.

Harries, A., 1997, TB : A Clinical Manual for SEA, 19, WHO, Jenewa.

Kurniawati, Rr. F., Yassin, N.M., Satibi, 2006, Identifikasi Drug Related
Problems Resep Dokter Anak di Apotek-apotek Kota Jogjakarta Bagian
Timur Tahun 2003, Jurnal Farmasi Indonesia “Pharmacon”, Vol. 7,
No.1, 31-35.

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

Lusiana, I., 2006, Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Tuberkulosis (TB) di


Kabupaten Temanggung Jawa Tengah periode Januari-Desember 2005,
Skripsi, 1, Universitas Sanata Dharma.

Notoadmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 86-88, Rineka Cipta,


Jakarta.

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan, 10-11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Supriyatno, B., Rahajoe, N.N., Rahajoe, N., Boediman, L., Said, M., Setyanto,
D.B. 2002, Karateristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif, Cermin
Dunia Kedokteran, No. 137, 22-24.

Utomowati, N.A., 2007, Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru pada Pasien


Dewasa di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun
2005, Skripsi, 45-50, Universitas Sanata Dharma.

Wirawan, K.A., 2008, Profil Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Darek tahun


2004/2005, CDK, 162/Vol.35, No.3, 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49

LAMPIRAN 2. KLASIFIKASI STATUS GIZI ANAK BALITA


(MENURUT KEPMENKES RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002)

TABEL BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK PEREMPUAN USIA 0-59 BULAN
MENURUT BERAT BADAN DAN UMUR (BB/U)

Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg)
<-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD
0 1.7 1.8 – 2.1 2.2 – 3.9 4.0 30 8.9 9.0 – 10.2 10.3 – 16.3 16.4
1 2.1 2.2 – 2.7 2.8 – 5.0 5.1 31 9.0 9.1 – 10.4 10.5 – 16.6 16.7
2 2.6 2.7 – 3.2 3.3 – 6.0 6.1 32 9.1 9.2 – 10.5 10.6 – 16.9 17.0
3 3.1 3.2 – 3.8 3.9 – 6.9 7.0 33 9.3 9.4 – 10.7 10.8 – 17.1 17.2
4 3.6 3.7 – 4.4 4.5 – 7.6 7.7 34 9.4 9.5 – 10.8 10.9 – 17.4 17.5
5 4.0 4.1 – 4.9 5.0 – 8.3 8.4 35 9.5 9.6 – 10.9 11.0 – 17.7 17.8
6 4.5 4.6 – 5.4 5.5 – 8.9 9.0 36 9.6 9.7 – 11.1 11.2 – 17.9 18.0
7 4.9 5.0 – 5.8 5.9 – 9.5 9.6 37 9.7 9.8 – 11.2 11.3 – 18.2 18.3
8 5.3 5.4 – 6.2 6.3 – 10.0 10.1 38 9.8 9.9 – 11.3 11.4 – 18.4 18.5
9 5.6 5.7 – 6.5 6.6 – 10.4 10.5 39 9.9 10.0 – 11.4 11.5 – 18.6 18.7
10 5.8 5.9 – 6.8 6.9 – 10.8 10.9 40 10.0 10.1 – 11.5 11.6 – 18.9 19.0
11 6.1 6.2 – 7.1 7.2 – 11.2 11.3 41 10.1 10.2 – 11.7 11.8 – 19.1 19.2
12 6.3 6.4 – 7.3 7.4 – 11.5 11.6 42 10.2 10.3 – 11.8 11.9 – 19.3 19.4
13 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 11.8 11.9 43 10.3 10.4 – 11.9 12.0 – 19.5 19.6
14 6.6 6.7 – 7.7 7.8 – 12.1 12.2 44 10.4 10.5 – 12.0 12.1 – 19.7 19.8
15 6.8 6.9 – 7.9 8.0 – 12.3 12.4 45 10.5 10.6 – 12.1 12.2 – 20.0 20.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50

16 6.9 7.0 – 8.1 8.2 – 12.5 12.6 46 10.6 10.7 – 12.2 12.3 – 20.2 20.3
17 7.1 7.2 – 8.2 8.3 – 12.8 12.9 47 10.7 10.8 – 12.4 12.5 – 20.4 20.5
18 7.2 7.3 – 8.4 8.5 – 13.0 13.1 48 10.8 10.9 – 12.5 12.6 – 20.6 20.7
19 7.4 7.5 – 8.5 8.6 – 13.2 13.3 49 10.8 10.9 – 12.6 12.7 – 20.8 20.9
20 7.5 7.6 – 8.7 8.8 – 13.4 13.5 50 10.9 11.0 – 12.7 12.8 – 21.0 21.1
21 7.6 7.7 – 8.9 9.0 – 13.7 13.8 51 11.0 11.1 – 12.8 12.9 – 21.2 21.3
22 7.8 7.9 – 9.0 9.1 – 13.9 14.0 52 11.1 11.2 – 12.9 13.0 – 21.4 21.5
23 8.0 8.1 – 9.2 9.3 – 14.1 14.2 53 11.2 11.3 – 13.0 13.1 – 21.6 21.7
24 8.2 8.3 – 9.3 9.4 – 14.5 14.6 54 11.3 11.4 – 13.1 13.2. – 21.8 21.9
25 8.3 8.4 – 9.5 9.6 – 14.8 14.9 55 11.4 11.5 – 13.2 13.3 – 22.1 22.2
26 8.4 8.5 – 9.7 9.8 – 15.1 15.2 56 11.4 11.5 – 13.3 13.4 – 22.3 22.4
27 8.6 8.7 – 9.8 9.9 – 15.5 15.6 57 11.5 11.6 – 13.4 13.5 – 22.5 22.6
28 8.7 8.8 – 10.0 10.1 – 15.8 15.9 58 11.6 11.7 – 13.5 13.6 – 22.7 22.8
29 8.8 8.9 – 10.1 10.2 – 16.0 16.1 59 11.7 11.8 – 13.6 13.7 – 22.9 23.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51

TABEL BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK LAKI-LAKI USIA 0-59 BULAN
MENURUT BERAT BADAN DAN UMUR (BB/U)

Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Umur Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(bulan) (kg) (kg) (kg) (kg) (bulan) (kg) (kg) (kg) (kg)
<-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD >+2 SD <-3 SD <-2 SD - ≥-3 SD ≥-2 SD - +2 SD >+2 SD
0 1.9 2.0 – 2.3 2.4 – 4.2 4.3 30 9.3 9.4 – 10.6 10.7 – 16.9 17.0
1 2.1 2.2 – 2.8 2.9 – 5.5 5.6 31 9.3 9.4 – 10.8 10.9 – 17.1 17.2
2 2.5 2.6 – 3.4 3.5 – 6.7 6.8 32 9.4 9.5 – 10.9 11.0 – 17.3 17.4
3 3.0 3.1 – 4.0 4.1 – 7.6 7.7 33 9.5 9.6 – 11.0 11.1 – 17.5 17.6
4 3.6 3.7 – 4.6 4.7 – 8.4 8.5 34 9.6 9.7 – 11.1 11.2 – 17.7 17.8
5 4.2 4.3 – 5.2 5.3 – 9.1 9.2 35 9.6 9.7 – 11.2 11.3 – 17.9 18.0
6 4.8 4.9 – 5.8 5.9 – 9.7 9.8 36 9.7 9.8 – 11.3 11.4 – 18.2 18.3
7 5.3 5.4 – 6.3 6.4 – 10.2 10.3 37 9.8 9.9 – 11.4 11.5 – 18.4 18.5
8 5.8 5.9 – 6.8 6.9 – 10.7 10.8 38 9.9 10.0 – 11.6 11.7 – 18.6 18.7
9 6.2 6.3 – 7.1 7.2 – 11.2 11.3 39 10.0 10.1 – 11.7 11.8 – 18.8 18.9
10 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 11.6 11.7 40 10.1 10.2 – 11.8 11.9 – 19.0 19.1
11 6.8 6.9 – 7.8 7.9 – 11.9 12.0 41 10.2 10.3 – 11.9 12.0 – 19.2 19.3
12 7.0 7.1 – 8.0 8.1 – 12.3 12.4 42 10.3 10.4 – 12.0 12.1 – 19.4 19.5
13 7.2 7.3 – 8.2 8.3 – 12.6 12.7 43 10.4 10.5 – 12.2 12.3 – 19.6 19.7
14 7.4 7.5 – 8.4 8.5 – 12.9 13.0 44 10.5 10.6 – 12.3 12.4 – 19.8 19.9
15 7.5 7.6 – 8.6 8.7 – 13.1 13.2 45 10.6 10.7 – 12.4 12.5 – 20.0 20.1
16 7.6 7.7 – 8.7 8.8 – 13.4 13.5 46 10.7 10.8 – 12.5 12.6 – 20.3 20.4
17 7.7 7.8 – 8.9 9.0 – 13.6 13.7 47 10.8 10.9 – 12.7 12.8 – 20.5 20.6
18 7.8 7.9 – 9.0 9.1 – 13.8 13.9 48 10.9 11.0 – 12.8 12.9 – 20.7 20.8
19 7.9 8.0 – 9.1 9.2 – 14.0 14.1 49 11.0 11.1 – 12.9 13.0 – 20.9 21.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52

20 8.0 8.1 – 9.3 9.4 – 14.3 14.4 50 11.1 11.2 – 13.0 13.1 – 21.1 21.2
21 8.2 8.3 – 9.4 9.5 – 14.5 14.6 51 11.2 11.3 – 13.2 13.3 – 21.3 21.4
22 8.3 8.4 – 9.6 9.7 – 14.7 14.8 52 11.3 11.4 – 13.3 13.4 – 21.6 21.7
23 8.4 8.5 – 9.7 9.8 – 14.9 15.0 53 11.4 11.5 – 13.4 13.5 – 21.8 21.9
24 8.9 9.0 – 10.0 10.1 – 15.6 15.7 54 11.5 11.6 – 13.6 13.7 – 22.0 22.1
25 8.9 9.0 – 10.1 10.2 – 15.8 15.9 55 11.7 11.8 – 13.7 13.8 – 22.2 22.3
26 9.0 9.1 – 10.2 10.3 – 16.0 16.1 56 11.8 11.9 – 13.8 13.9 – 22.5 22.6
27 9.0 9.1 – 10.3 10.4 – 16.2 16.3 57 11.9 12.0 – 14.0 14.1 – 22.7 22.8
28 9.1 9.2 – 10.4 10.5 – 16.5 16.6 58 12.0 12.1- 14.1 14.2 – 22.9 23.0
29 9.2 9.3 – 10.5 10.6 – 16.7 16.8 59 12.1 12.2 – 14.2 14.3 – 23.2 23.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

Lampiran 3. Evaluasi DTP Pasien TB Anak di BKPM Magelang


Kunjungan Pertama Januari-April 2007

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 1 / RM 000430

Tanggal terapi : 5 Februari – 9 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, berkeringat malam dan mual. Hal
tersebut dirasakan sejak 1-2 minggu lalu dan diderita menetap dan kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 13 kg
• Hasil skoring sistem 4 : Uji tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : BB turun, sering batuk, tidak demam, pilek, sesak nafas, tidak mengi, tidak nafsu makan, mual
muntah.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Lapisiv untuk menghilangkan
gejala dan Osimax sebagai penambah nafsu makan. Menurut aturan penggunaan jika Lapisiv digunakan
oleh anak berusia kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan penyesuaian dosis. Namun karena berat badan
pasien lebih dari berat rata-rata anak pada usianya, maka Lapisiv langsung dapat digunakan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang
diberikan adalah 333,33 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa pasien telah menerimanya dengan lengkap.
4. Selama proses pengobatan OAT, kadang pasien juga menyampaikan keluhan seperti pilek, sesak nafas dan
batuk yang masih terjadi walaupun pengobatan telah dilakukan. Untuk mengatasi gejala batuk dan pilek
maka diberikan Collerin. Pada resep tercantum penggunaan Collerin 3x sehari 1 sdt. Padahal aturan itu
adalah untuk anak dengan usia 6-12 tahun. Untuk pasien dengan usia 16 bulan dan BB 13 kg, berarti cara
penggunaan tersebut termasuk DTP dosis berlebih. Sehingga harus dilakukan penyesuaian dosis.
5. Sebagai penguat sistem imun maka dokter meresepkan Nutrikids 3x/hari 1 tablet.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/02/07 1. R/ Robamox 250 Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, nafas
2. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, 2. Batuk produktif pada
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg, penyakit saluran nafas
3. R/ Osimax Syp amonium klorida 100 mg, 3. Suplemen makanan
2x sehari 1 sdt gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU,
Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit
B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C
60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl
200 mg, curcuma extract 2 mg
2. 07/02/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
PZA 500 XX
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 07/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
PZA 500 XX
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

2. R/ Nutrikids XV 2. Colostrum bovine


3x sehari 1 tablet
4. 04/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, V dan
6. 06/06/07 Rifampisin 450 X VI
7. 05/07/07 m f pulv no. XXX 2. Penguat sistem imun
1x sehari 1
bungkus
2. R/ Nutrikids XV 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet

5. 05/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV


Rifampisin 450 X 2. Meringankan batuk dan
m f pulv no. XXX pilek
1x sehari 1 bungkus 3. Suplemen makanan
2. R/ Collerin Syp I 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg,
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
3. R/ Bevita Syp I 180 mg, fenilpropanolamina-HCl
1x sehari 1 sdt 7,5 mg
3. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak/balita hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosis yang terjadi.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 2 / RM : 000439

Tanggal terapi : 5 Februari – 21 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang balita berjenis kelamin perempuan dan berusia 3 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, yang diderita menetap dan kumat-
kumatan.
Obyektif :
• BB 13 kg
• Hasil sistem skoring 4 : Uji tuberkulin 3 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Batuk, pilek, sesak nafas, tidak mengi, dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Pehamoxyl sebagai antibiotik, Lapisiv untuk mengurangi gejala
dan Osimax sebagai suplemen makanan. Menurut resep pada data RM, Lapisiv diberikan 3x/hari 1 sdt,
padahal untuk anak berusia 2-6 tahun dosis yang diberikan adalah 3x/hari ½ sdt. Osimax diberikan 2x/hari 1
sdt, padahal seharusnya hanya 1x/hari. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang
diberikan adalah 333,33 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama proses terapi respon pasien sangat bagus, sehingga dokter pun tidak perlu meresepkan obat yang
tidak dibutuhkan. Untuk memperkuat sistem imun pasien, dokter memberikan suplemen, Nutrikids, 3x/hari
1 tablet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/02/07 1. R/ Pehamoxyl Sac I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sac 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Suplemen makanan
3. R/ Osimax Syp I amonium klorida 100 mg,
2x sehari 1 sdt gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU,
Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit
B6 1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C
60 mg, Vit D 400 IU, lysine HCl
200 mg, curcuma extract 2 mg
2. 07/02/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifam 450 X
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 06/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifam 450 X 2. Penguat sistem imun
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XV 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 02/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV dan
5. 21/05/07 Rifam 450 X VI
7. 23/07/07 m f pulv no XXX 2. Penguat sistem imun
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 21/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan V
Rifampisin 450 XX
Vit B6 X
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Untuk pasien yang masih anak-anak/balita hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosis yang terjadi.
2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif
maupun fase lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 3 / RM : 000047

Tanggal terapi : 5 Januari – 5 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah muntah-muntah dan ada darah.
Obyektif :
• BB 6,2 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan
Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, tidak demam.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Penmox sebagai antibiotik dan Collerin untuk mengobati gejala
yang muncul. Aturan penggunaan Collerin adalah 3x/hari 1 sdt dan aturan tersebut digunakan untuk anak
usia minimal 6 tahun, dengan BB normal. Namun untuk pasien ini, berarti cara penggunaan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

termasuk DTP dosis berlebih.


2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang
diberikan adalah 166,67 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi
INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Berdasarkan data berat badan pasien yang sangat jauh dari berat badan normal, sehingga dokter
memberikan penambah nafsu makan. Vistrum pada bulan III dan Bevita pada bulan IV.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1 05/01/07 1. R/ Penmox Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 2. Meringankan batuk dan
2. R/ Collerin Syp I gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat pilek
3x sehari 1 sdt 180 mg, fenilpropanolamina-HCl
7,5 mg
2. 08/01/07 R/ INH 300 V OAT bulan I dan II
3. 07/02/07 Rifam 450 V
PZA 500 X
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 09/03/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan III
Rifam 450 V 2. Membantu menjaga
m f pulv no XXX kondisi tubuh
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum Syp I 2. Colostrum bovine, seng dan
2x sehari ½ sdt fruktooligo sakarida
5. 09/04/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan IV
Rifam 450 V 2. Suplemen makanan
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Bevita Syp I 2. Kurkumoid, betakaroten,
1x sehari 1 sdt dekspantenol, Ca glukonat, Vit B,
Vit B2, Vit B6, Vit B12
6. 09/05/07 R/ INH 300 V OAT bulan V dan VI
7. 08/06/07 Rifampisin 450 V
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Perlu dilakukan penyesuaian dosis berdasarkan BB pasien untuk Collerin yang diresepkan. Selain itu juga
perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diberikan.
2. Karena berat badan pasien yang sangat jauh dari berat badan normal, maka akan lebih baik jika pasien
dirawat inap di rumah sakit untuk menerima terapi yang lebih lengkap untuk meningkatkan berat badan
pasien.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 4 / RM : 000247

Tanggal terapi : 22 Januari – 11 Juni 2007


Subyektif :
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan
selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk lebih dari 3 minggu, yang diderita kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 23 kg
• Hasil sistem skoring 7 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran
kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Batuk ± 1 bulan, sesak nafas, pilek, demam, tidak nafsu makan, tidak berkeringat malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Halmezin untuk mengurangi
gejala batuk yang timbul dan Salbuven untuk melegakan saluran nafasnya. Ketiganya tidak memiliki
permasalahan DRP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan
berat badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300
mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg
per hari untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA
yang diberikan adalah 666,67 mg per hari, dimana terjadi DTP dosis berlebih
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama 6 bulan terapi ternyata gejala seperti batuk, pilek dan sesak nafas juga sering muncul. Oleh karena
itu dokter meresepkan beberapa obat tambahan antara lain Lasal pada bulan I, Halmezin dan Penmox pada
bulan IV. Ketiganya diberikan sesuai aturan dosis.
5. Sebagai penambah daya tahan tubuh maka diberikan Nutrikids pada bulan IV dan V.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 1. R/ Robamox 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Melegakan saluran nafas
2. R/ Salbuven Syp I 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 3. Antitusiv dan
3x sehari 1 sdt prometazina-HCl 5 mg, amonium ekspektoran
3. R/ Halmezin Syp I klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3x sehari 1 sdt mg, Na-sitrat 17 mg
2. 24/01/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan I
Rifam 450 XX 2. Melegakan saluran nafas
PZA 500 XL
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lasal Syp I 2. Salbutamol sulfat
3x sehari 1 sdt
3. 21/02/07 R/ INH 300 XX OAT bulan II
Rifam 450 XX
PZA 500 XL
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 23/03/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III dan V
6. 22/05/07 Rifam 450 XX 2. Penguat sistem imun
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 24/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan IV
Rifam 450 XX 2. Antibiotik saluran nafas
m f pulv no XXX 3. Antitusiv dan
1x sehari 1 bungkus ekspektoran
2. R/ Penmox 250 Syp I 2. Amoksisilin trihidrat
1x sehari 1 sdm
3. R/ Halmezin Syp I 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdm prometazina-HCl 5 mg, amonium
klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
mg, Na-sitrat 17 mg
7. 11/06/07 R/ INH 300 XX OAT bulan VI
Rifampisin 450 XX
m f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
Karena DTP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 5 / RM : 001047

Tanggal terapi : 27 Maret – 18 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang balita berjenis kelamin perempuan dan berusia 3 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk pilek, lebih dari 3 minggu, yang
diderita kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 10 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, BB 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen
thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Batuk, pilek, tidak demam, tidak seseg, tidak berkeringat pada malam hari, tidak nafsu makan
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan obat untuk meredakan gejala yang dirasakan sekaligus untuk
menunggu hasil dari Mantoux test yang telah dilakukan. pasien mendapat GG untuk meredakan gejala
batuk, Pemol sebagai antipiretik dan vitamin B kompleks. Pada ketiga obat tidak terjadi DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM, terjadi DTP dosis berlebih untuk PZA
yang diberikan dengan dosis 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama pengobatan OAT bulan II pasien mengeluhkan batuk dan pilek, kemudian dokter meresepkan
Novax, yang merupakan antibiotik, Collerin untuk mengurangi gejala dan Vistrum sebagai penambahn daya
tahan tubuh. Novax dan Vistrum telah diberikan sesuai aturan penggunaan obat. Penggunaan Collerin
3x/hari 1 sdt digunakan untuk anak dengan usia minimal 6 tahun. Untuk pasien dengan usia 3 tahun dan BB
10 kg, berarti cara penggunaan tersebut termasuk DTP dosis berlebih.
5. Berat badan pasien agak bermasalah, karena berada di bawah garis merah pada KMS.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 27/03/07 R/ GG V 1. Ekspektoran
Pamol III 2. Antipiretik
B komp V 3. Vitamin
M f pulv no. X
3x sehari 1 bungkus
2. 29/03/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I dan II
3. 24/04/07 Rifam 450 V 2. Penguat sistem imun
PZA 500 X
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 14/05/07 1. R/ Novax Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 2. Meringankan batuk dapn
2. R/ Collerin Syp I gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat pilek
3x sehari 1 sdt 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 3. Membantu menjaga
3. R/ Vistrum Syp I 7,5 mg kondisi tubuh
1x sehari 1 sdt 3. Colostrum bovine, seng dan
fruktooligo sakarida
5. 25/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III dan VI
8. 18/08/07 Rifam 450 X 2. Penguat sistem imun
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 20/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan IV dan V
7. 18/07/07 Rifam 450 X
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59

Plan :
1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif
maupun fase lanjutan.
2. Harus dilakukan penyesuaian dosis untuk Collerin yang diberikan.
3. Maka selain suplemen makanan dokter juga dapat memberikan penambah nafsu makan, agar tiap bulan
berat badan pasien dapat meningkat.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 6 / RM : 001147

Tanggal terapi : 4 April – 12 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 11 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah sesak nafas, dada sakit dan batuk.
Dirasakan lebih dari 3 minggu, diderita menetap dan kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 19 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, uji tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Batuk lebih dari 3 minggu, sesak nafas, berkeringat pada malam hari.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien mendapatkan Robamox sebagai antibiotik, Halmezin untuk mengurangi gejala
batuk yang timbul dan Salbuven untuk melegakan saluran nafasnya. Ketiganya tidak memiliki
permasalahan DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM, terjadi DTP dosis berlebih untuk PZA
yang diberikan dengan dosis 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Pada bulan ini pasien hanya menerima terapi sampai bulan IV, berarti DTP dosis
kurang. Selain itu pada bulan III terjadi DTP dosis berlebih karena pada bulan tersebut pasien masih
menerima PZA, padahal PZA hanya diberikan sampai pada bulan II.
4. Pada pengobatan bulan II pasien diberi Collerin untuk meredakan gejala batuk dan pilek yang dirasakan.
Selain itu dokter juga memberikan Elkana sebagai suplemen makanan. Collerin tidak mengalami DRP,
namun Elkana mengalami DTP dosis kurang. Karena menurut aturan dosis Elkana diberikan 2x/hari 1 sdm
bukan 1 sdt.
5. Berat badan pasien tergolong rendah untuk anak seusianya, oleh karena itu perlu diberikan penambah nafsu
makan agar berat badannya dapat bertambah. Untuk bulan berikutnya secara berturut-turut dokter
meresepkan Corovit sebagai suplemen makanan dan Nutrikids sebagai penambah daya tahan tubuh.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 04/04/07 1. R/ Halmezin Syp I 1. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 1. Antitusiv dan
3x sehari 1 sdm prometazina-HCl 5 mg, amonium ekspektoran
2. R/ Salbuven Syp I klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 2. Melegakan saluran nafas
3x sehari 1 sdm mg, Na-sitrat 17 mg 3. Antibiotik saluran nafas
3. R/ Robamox Syp I 2. Salbutamol sulfat
3x sehari 1 sdm 3. Amoksisilin sulfat
2. 07/04/07 R/ INH 300 XX OAT bulan I
Rifam 450 XX
PZA 500 XL
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 10/05/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan II
Rifam 450 XX 2. Meringankan batuk dapn
PZA 500 XL pilek
m f pulv no XXX 3. Mencegah defisiensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

1x sehari 1 bungkus vitamin dan mineral


2. R/ Collerin Syp I 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg,
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50mg, Na-sitrat
3. R/ Elkana Syp I 180mg, fenilpropanolamina-HCl
1x sehari 1 sdt 7,5mg
3. Vit A 2400 IU, vit B1 4 mg, vit B2
1,2 mg, vit B6 1,2 mg, vit B12 4
mcg, vit C 60 mg, vit D 400 IU,
nikotinamid 16 mg, Ca pantotenat 6
mg, kolin 12 mg, inositol 12 mg, Ca
glukonat 300 mg, Ca hipofosfit 20
mg, Na hipofosfit 20 mg, lisin HCl
200 mg.
4. 09/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifam 450 X 2. Penambah nafsu makan
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Corovit Syp I 2. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2
3x sehari 1 sdt 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg,
vit C 15 mg, vit D3 400 iu,
niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200
mg, d-pantotenol 1,5 mg.
5. 12/07/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan IV
Rifam 450 XX 2. Penguat sistem imun
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Karena DRP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan. Selain itu dokumentasi tentang terapi yang diberikan juga
harus jelas sehingga pasien dapat menerima tahapan terapi dengan lengkap.
2. Sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap aturan yang ditulis dokter pada resep Elkana.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 7 / RM : 001749

Tanggal terapi : 16 Mei – 9 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan
pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, berat badan turun dan pada malam hari sering
berkeringat. Hal ini dirasakan kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 17,5 kg
• Hasil sistem skoring 4 poin : demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin,
Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Sering batuk, pilek, demam, berkeringat di malam hari.
Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien menerima Comtusi untuk meredakan batuk. Obat ini telah diberikan dengan
tepat. Kemudian pasien juga mendapatkan Hisdane untuk mengurangi gejala pilek yang diderita. Hisdane
mengalami DTP dosis berlebih karena pada resep tercantum 3x/hari, padahal menurut aturan dosis
diberikan 2x/hari saja. Obat ketiga adalah suplemen makanan Osimax, dan obat ini telah diberikan dengan
tepat
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM, terjadi DTP dosis berlebih untuk PZA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

yang diberikan dengan dosis 333,33 mg per hari selama 2 bulan.


3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama proses terapi berlangsung ternyata pasien masih merasakan gejala seperti pada awal diagnosis.
Untuk meredakan gejala yang dirasakan pasien pada bulan I dan V, maka dokter meresepkan Lacoldin
dengan penggunaan 3x sehari 1 sdm. Lacoldin mengalami DTP dosis berlebih karena pada aturan
penggunaan obat ini digunakan 3x sehari 1 sdt, bukan 1 sdm.
5. Sebagai penambah daya tahan tubuh maka diberikan Nutrikids pada bulan III, IV, V dan VI.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 16/05/07 1. R/ Comtusi Syp I 1. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl 1. Mengobati batuk
3x sehari 1 sdt guaiacolat 33,3 mg produktif dan non
2. R/ Hisdane Syp I 2. Terfenadine 30 mg produktif, batuk karena
3x sehari 2 sdt 3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, alergi
3. R/ Osimax Syp I Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit 2. Polinosis akut, rinitis non
1x sehari 1 sdt B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 seasonal dan vasomotor, dll
mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit 3. Suplemen makanan
D 400 IU, lysine HCl 200 mg,
curcuma extract 2 mg
2. 18/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifam 450 X 2. Penguat sistem imun
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
3. 14/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifam 450 X 2. Meringankan gejala flu
PZA 500 XX
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lacoldin Syp I 2. Parasetamol 250 mg,
3x sehari 1 tablet fenilpropanolamin HCl 6 mg,
dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
klorfeniramin maleat 1 mg
4. 12/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV, V dan
5. 13/08/07 Rifam 450 X VI
6. 12/09/07 m f pulv no XXX 2. Penguat sistem imun
7. 09/10/07 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Perlu dilakukan koreksi terhadap aturan yang ditulis dokter pada resep Hisdane dan Lacoldin.
2. Karena DTP itu maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 8 / RM : 002049

Tanggal terapi : 9 Juni – 5 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah nyeri dada, sesak nafas dan batuk. Hal
tersebut mulai dirasakan sejak 2 hari lalu.
Obyektif :
• BB 20 kg
• Hasil sistem skoring 3 poin : demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Sering batuk, pilek, demam, berkeringat di malam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

Assesement :
1. Pada awal pengobatan pasien menerima Penmox sebagai antibiotik. Lasal diberikan untuk melegakan
saluran pernafasan pasien. Kedua obat tersebut tidak mengalami DTP. Obat lainnya yang juga diberikan
pada saat yang sama adalah Risina, untuk mengurangi gejala pilek yang ada. Obat diberikan 2x/hari,
padahal pada aturan penggunaan hanya diberikan 1x/ hari saja. Berarti Risina mengalami DTP dosis
berlebih. Selain itu pasien juga mendapatkan Bevita sebagai suplemen makanan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan, dimana keduanya telah diberikan dalam bentuk FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Pada fase ini, untuk bulan III
dokter meresepkan FDC, namun untuk seterusnya dokter memberikan racikan.
4. Selama proses terapi berlangsung ternyata pasien masih merasakan gejala seperti pada awal diagnosis. Pada
terapi bulan III pasien mendapatkan Salbuven untuk melegakan saluran pernafasan pasien. Salbuven telah
diberikan sesuai dengan aturan. Selain itu pasien juga menerima Halmezin untuk meredakan batuk, yang
diberikan 3x/hari 1 sdm, padahal untuk anak harusnya hanya 1 sdt saja. Berarti pada obat ini telah terjadi
DTP dosis berlebih.
5. Bulan V pasien mendapatkan tablet GG dan CTM untuk meredakan gejala batuk dan pilek yang muncul,
selain itu juga mendapatkan vitamin B1 sebagai suplemen. Sebagai penguat sistem imun dokter
memberikan Nutrikids.
6. Pada bulan IV pasien mendapatkan Nutrikids sebagai suplemen penguat sistem imun yang telah diberikan
sesuai aturan penggunaan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 09/06/07 1. R/ Penmox Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Asma bronkial, bronkhitis
2. R/ Lasal Syp I 2. Salbutamol sulfat kronik, emfisema dan
3x sehari 2 sdt kondisi bronkospatik
3. R/ Risina Syp I 3. Cetirizin diHCl lainnya.
2x sehari 1 sdt 3. Urtikaria idiopatik kronik,
4. R/ Bevita Syp I 4. Kurkumoid, betakaroten, meredakan gejala bersin,
1x sehari 1 ½ sdt dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit gatal dan hidung berair pada
B2, Vit B6, Vit B12 rinitis alergi.
4. Suplemen makanan
2. 11/06/07 R/ FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan I dan II
3. 07/07/07 PZA 600 mg
4. 16/07/07 1. R/ FDC 3 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300mg 1. OAT bulan 3
2. R/ Salbuven Syp I 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdm 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 3. Antitusiv dan ekspektoran
3. R/ Halmezin Syp I prometazina-HCl 5 mg, amonium 4. antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
4. R/ Penmox Syp I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari 1 sdt 4. Amoksisilin trihidrat
5. 07/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan 4
Rifam 450 X 2. Penguat sistem imun
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrikids XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 07/09/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan 5
Vit B6 X 2. Ekspektoran
Rifam 450 XX 3. Vitamin
m f pulv no XXX 4. Antihistamin
1x sehari 1 bungkus
2. R/ GG XV
3x sehari 1 tablet
3. R/ Vit B1 XV
3x sehari 1 tablet
4. R/ CTM XV
3x sehari 1 tablet
7. 05/10/07 R/ INH 300 X OAT bulan 6
Rifam 450 X
m f pulv no XXX
1x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

Plan :
1. Fase intensif telah diberikan dalam bentuk FDC, tapi tidak diketahui mengapa pada fase lanjutan dokter
hanya memberikan FDC pada bulan III dan kembali meresepkan OAT dalam bentuk racikan, meskipun
dengan resep tersebut juga tidak terjadi DTP.
2. Pada aturan penggunaan Halmezin perlu dilakukan koreksi sehingga dokter tidak memberikan obat dengan
dosis yang berlebih.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 9 / RM : 000356

Tanggal terapi : 29 Januari – 28 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah tidak nafsu makan dan batuk.
Obyektif :
• BB 17,5 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, batuk 1 poin dan demam 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam 1 minggu, sesak nafas, tidak keringat dingin, dan tidak mengi.
Assesement :
1. Pada awal diagnosis dokter meresepkan Robamox sebagai antibiotik. Selain itu juga ada Lapisiv yang
digunakan untuk mengobati batuk yang dikeluhkan pasien dan Nutrikids untuk menambah daya tahan
tubuh. Ketiga obat ini tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Untuk fase ini dokter telah memberikan OAT dalam bentuk
FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Untuk fase lanjutan dokter juga telah memberikan OAT dalam bentuk FDC.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 29/01/07 1. R/ Robamox Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Penguat sistem imun
3. R/ Nutrivit XX amonium klorida 100 mg,
3x sehari 1 tablet gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
3. Colostrum bovine
2. 31/01/07 R/ FDC INH 100 mg, Rifampisin 150 mg OAT bulan I dan II
3. 01/03/07 dan PZA 300 mg
4. 29/03/07 1. R/ FDC 1. INH 100 mg, Rifampisin 150 mg 1. OAT bulan III dan V
5. 27/06/07 2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet
6. 28/05/07 R/ FDC INH 100 mg, Rifampisin 150 mg OAT bulan IV dan VI
7. 28/07/07
Plan : -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 10 / RM : 000357

Tanggal terapi : 29 Januari – 28 Juni 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 11 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah sering batuk, panas dan mual.
Obyektif :
• BB 25 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Uji tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin dan demam 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Batuk, demam, tidak pilek, tidak sesak nafas, dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Awal diagnosis TB, pasien menerima Penmox sebagai antibiotik, Lapisiv untuk meredakan batuk dan
Salbuven untuk melancarkan pernafasam pasien. Lapisiv dan Salbuven memiliki aturan penggunaan yang
sama, pada resep tercantum 3x/hari 1 sdm. Padahal menurut aturan penggunaan Lapisiv maupun Salbuven
diberikan 3x/hari 1 sdt. Hal ini menunjukkan telah terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 666,67 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Selama masa pengobatan pasien mendapatkan Corovit pada bulan II sebagai suplemen dan Nutrikids pada
bulan III sampai dengan VI untuk menambah daya tahan tubuh pasien. Corovit mengalami DTP dosis
berlebih karena diberikan 2x/hari 1 sdm, padahal pada aturan penggunaan hanya digunakan 1x/hari 1-2 sdt.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 29/01/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdm fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Pelega saluran nafas
3. R/ Salbuven I amonium klorida 100 mg,
3x sehari 1 sdm gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
3. Salbutamol sulfat
2. 31/01/07 R/ INH 300 XX OAT bulan I
Rifampisin 450 XX
Pirazinamid 500 XL
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
3. 03/03/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 XX 2. Penambah nafsu makan
Pirazinamid 500 XL 2. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit
M f pulv no. XXX B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5
3x sehari 1 bungkus mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu,
2. R/ Corovit I niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200
2x sehari 1 sdm mg, d-pantotenol 1,5 mg
4. 03/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III, IV, V dan
5. 03/05/07 Rifampisin 450 XX VI
6. 01/06/07 M f pulv no. XXX 2. Penguat sistem imun
7. 28/06/07 3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Kiranya dokter lebih teliti dalam menuliskan aturan penggunaan resep dan Apoteker juga berkewajiban
untuk melakukan koreksi dan konsultasi dengan dokter jika ada penulisan yang salah pada resep.
2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg untuk terapi baik fase intensif
maupun fase lanjutan.
3. Meskipun terjadi DRP, namun kelebihan dosis pada Corovit tidak menimbulkan efek buruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 11 / RM : 001457

Tanggal terapi : 25 April – 29 September 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek, panas, tidak nafsu makan.
Hal tersebut dirasakan sejak 1-2 minggu lalu, sifatnya menetap dan kumat-kumatan. Pasien pernah
mendapatkan pengobatan TB 1 tahun yang lalu.
Obyektif :
• BB 16 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin,
batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, demam, tidak pilek, tidak sesak nafas, dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Awal diagnosis TB, pasien hanya mendapat Nutrikids sebagai penambah daya tahan tubuh. Pemberian
Nutrikids masih berlanjut hingga masa terapi OAT (bulan II sampai IV).
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Terapi bulan III terjadi DTP dosis berlebih, karena pada bulan ini PZA yang
seharusnya sudah tidak diberikan masih juga diresepkan. Terapi fase lanjutan pada bulan VI justru terjadi
DTP dosis berlebih karena Rifampisin diberikan 2x dosis seharusnya.
4. Sebagai penambah nafsu makan dokter meresepkan Lysmin dan untuk menambah daya tahan tubuh dokter
memberikan Nutrikids. Aturan penggunaan Lysmin pada resep adalah 2x/hari 1 sdt. Lysmin diberikan
2x/hari 1 sdt, padahal menurut aturan penggunaan hanya digunakan 1x/hari 1 sdt, sehingga terjadi DTP
dosis berlebih.
5. Pada bulan V pasien mendapatkan resep racikan yang terdiri dari GG, CTM dan vitamin B kompleks untuk
mengatasi gejala yang dirasakan. GG dan CTM telah diberikan sesuai aturan dosis. Sebenarnya Vitamin B
kompleks tidak perlu diresepkan karena justru mengalami DTP obat berlebih. Pasien telah mendapatkan
Vitamin B6 selama INH diberikan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 24/04/07 R/ Nutrivit XX Colostrum bovine Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet
2. 27/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Urtikaria idiopatik,
Pirazinamid 500 XX meredakan gejala bersin,
M f pulv no. XXX gatal dan hidung berair pada
3x sehari 1 bungkus rinitis alergi
2. R/ Risina Syp I 2. Cetirizine diHCl
2x sehari 1 sdt
3. 28/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II dan III
4. 28/06/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 25/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 22/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
Rifampisin 450 X 2. Ekspektoran
M f pulv no. XXX 3. Antihistamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

3x sehari 1 bungkus 4. Vitamin


2. R/ GG IV
CTM IV
B comp. V
M f pulv no. X
3x sehari 1 bungkus
7. 25/09/07 R/ INH 300 X OAT bulan VI
B6 X
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA dan Rifampisin yang diberikan. Untuk
mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg
baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan. Dokumentasi tahapan pengobatan melalui RM juga harus
dibuat lebih teliti sehingga pasin tidak dirugikan.
2. Meskipun terjadi DTP, namun kelebihan dosis pada Lysmin dan kelebihan obat pada vitamin B kompleks
tidak menimbulkan efek buruk.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 12 / RM : 000258

Tanggal terapi :
Subyektif :
Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2,8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Berdasarkan data RM, ternyata pasien pernah mendapatkan terapi
untuk flek selama 1 tahun.
Obyektif :
• BB 11 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Kurang lebih 1 minggu panas, batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, dan ada riwayat
flek.
Assesement :
1. Sambil menunggu hasil Mantoux test, maka dokter meresepkan Osmycin sebagai antibiotik, Salbuven untuk
melancarkan jalan nafas dan Lapisiv untuk meredakan batuk. Menurut aturan penggunaan, Osmycin
diresepkan untuk penggunaan selama 5 hari. Pada kasus ini obat ini hanya digunakan selama 3 hari, berarti
terjadi DTP dosis kurang. Lapisiv yang diresepkan oleh dokter diberikan 3x/hari 1 sdt. Lapisiv yang
diresepkan oleh dokter diberikan dengan dosis berlebih (DTP). Harusnya obat ini digunakan 3x/hari ½ sdt,
bukan 1 sdt.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pasien telah menerima fase lanjutan ini dengan waktu yang
lebih panjang. Karena fase lanjutan ini dilakukan sampai 5 bulan, padahal aturan pada pedoman
penatalaksanaan TB anak hanya dilakukan sampai 4 bulan saja. Berarti selama masa 1 bulan telah terjadi
DTP dosis berlebih. Sedangkan pada bulan IV pasien menerima kedua obat dalam jumlah yang kurang
(terjadi DTP dosis kurang) karena pada resep hanya tertera INH selama sebulan hanya 100 mg dan
Rifampisin 150 per bulan.
4. Selain OAT pada bulan III pasien juga mendapatkan Lapisiv, Collerin, Paraco dan Bevita. Lapisiv dan
Collerin memiliki fungsi yang sama, namun diberikan pada saat yang bersamaan, sehingga terjadi DTP
obat berlebih. Collerin digunakan 3x/hari 1 sdt, padahal aturan tersebut adalah untuk anak usia 6-12 tahun,
bukan usia 3 tahun. Sedangkan Lapisiv memiliki aturan penggunaan 3-4x/hari 1 sdt. Padahal aturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Berarti pada keduanya terjadi DTP dosis berlebih
5. Pada bulan IV, selain OAT pasien juga mendapatkan Novax sebagai antibiotik, telah diberikan sesuai
kegunaan aturan penggunaan. Hisdane untuk mengobati gejala pilek diberikan 2x/hari 1 sdt, padahal untuk
anak usia 3 tahun dibeikan 2x/hari ½ sdt saja. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
6. Pada bulan V dokter meresepkan Risina dan Collerin. Pada bulan ini juga diberikan Paraco dan Vitacur,
keduanya tidak memiliki permasalahan. Risina seharusnya digunakan 1x/hari dan untuk anak berusia sekitar
3 tahun harusnya dilakukan penyesuaian dosis. Collerin pada resep tertulis 3x/hari 1 sdt, dimana aturan ini
adalah untuk anak usia 6-12 tahun. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
7. Bulan VI pasien kembali lagi mendapatkan antibiotik lain yaitu Improvox dan Nutrikids sebagai penambah
daya tahan tubuh. Nutrikids tidak memiliki permasalahan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 1. R/ Osmycin Syr I 1. Spiramycin 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven I 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 3. Batuk produktif pada
3x sehari ½ sdt dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3. R/ Lapisiv Syp I fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium
3x sehari 1 sdt klorida 100 mg, gliserilguaiakolat 75
mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg
2. 24/01/07 R/ INH 300 X OAT bulan I dan II
3. 21/02/07 Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
4. 17/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Batuk produktif pada
M f pulv no. XXX penyakit saluran nafas
3x sehari 1 bungkus 3. Meringankan batuk dan
2. R/ Lapisiv Syp I 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, pilek
3x sehari 1 sdt dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, 4. Analgetik antipiretik
3. R/ Collerin Syp I fenilpropilamina-HCl 6 mg, amonium 5. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt klorida 100 mg, gliserilguaiakolat
4. R/ Paraco Syp I 75mg, Na-sitrat 50mg, mentol 0,75mg
3x sehari 1 sdt 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg,
Bila demam gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
5. R/ Bevita Syp I 180 mg, fenilpropanolamina-HCl
1x sehari 1 sdt 7,5mg
4. Parasetamol
5. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
5. 12/04/07 R/ INH 100 OAT bulan IV
Rifam 150
B6 ⅓
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
6. 14/04/07 1. R/ Novax Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Polinosis akut, rinitis
2. R/ Hisdane I 2. Terfenadine non-seasonal dan vasomotor
2x sehari 1 sdt
7. 16/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
Rifampisin 450 X 2. Urtikaria idiopatik,
M f pulv no. XXX meredakan gejala bersin,
3x sehari 1 bungkus gatal dan hidung berair pada
2. R/ Risina Syp I 2. Cetirizine di HCl rinitis alergi
2x sehari 1 sdt 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 3. Meringankan batuk dan
3. R/ Collerin Syp I gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat pilek
3x sehari 1 sdt 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 4. Analgetik antipiretik
4. R/ Paraco Syp I 7,5mg 5. Meningkatkan nafsu
3x sehari 1 sdt 4. Parasetamol makan
Jika perlu 5. Kurkuminoid, B-karoten,
5. R/ Vitacur Syp I dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D,
1x sehari 1 sdt Ca-pidolat, fruktooligosakarida
8. 20/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

2. R/ Improvox I 2. Amoksisilin tihidrat 125 mg, K


3x sehari 1 sdt klavulanat 31,25 mg

9. 19/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VII


Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Menurut aturan penggunaan Osmycin harus digunakan minimal 5 hari, kalau dokter hanya menggunakan
antibiotik selama 3 hari lebih baik menggunakan obat lain, misal Amoksisilin saja. Daripada muncul
permasalahan yang terkait dengan resistensi kuman.
2. Aturan 3x/hari 1 sdt adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Karena usia pasien yang masih di bawah 6 tahun
maka hendaknya dilakukan penyesuaian dosis.
3. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg baik untuk
fase intensif maupun fase lanjutan. Dokumentasi terapi yang diterima pasien melalui RM hendaknya dibuat
dengan baik, sehingga dapat diketahui berapa lama pemberian terapi telah dilakukan. Selain itu hendaknya
dokter juga harus menuliskan resep dengan teliti, sehingga tidak ada perintah yang terlewat.
4. Antara Collerin dan Lapisiv lebih baik dipilih salah satu saja. Kemudian untuk aturan penggunaan juga
harus disesuaikan dengan usia pasien.
5. Untuk Hisdane harusnya dilakukan penyesuaian dosis, agar dosis yang diberikan cocok untuk anak 3 tahun.

Evaluasi DTP pasien TB Anak No. 13 / RM : 001658

Tanggal terapi : 10 Mei – 29 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang balita berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, panas dan berkeringat pada malam
hari..
Obyektif :
• BB 10,5 kg
• Hasil sistem skoring 4 : Berat badan 1 poin, batuk 1 dan pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen
thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif
• Anamnesis : Batuk, demam, pilek, sesak nafas, mengi.
Assesement :
1. Sambil menunggu hasil Mantoux test maka untuk sementara dokter meresepkan obat untuk mengatasi
gejala yaitu dengan Comtusi yang diberikan 3x/hari 1 sdt. Obat ini tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih
yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Pada bulan I ini dokter juga meresepkan Osmycin sebagai antibiotik saluran nafas. Obat ini telah diberikan
dengan dosis yang sesuai.
4. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan yang dilaksanakan oleh pasien hanya berlangsung selama 2 bulan dari
rencana 4 bulan. Menurut pedoman penatalaksanaan TB anak, terapi diteruskan sampai 6 bulan walaupun
telah terjadi perbaikan klinis. Berarti telah terjadi DTP dosis kurang.
5. Untuk menambah daya tahan tubuh maka dokter memberikan Vistrum 2x/hari 1 sdt pada bulan III dan
Nutrikids 3x/hari 1 tablet pada bulan IV. Vistrum mengalami DTP dosis berlebih karena harusnya cukup
diberikan 1x/hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 R/ Comtusi Syp Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl Batuk produktif dan non-
3x sehari 1 sdt guaiacolat 33,3 mg produktif, batuk karena
alergi
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin Syp I 2. Spiramycin
3x sehari 1 sdt
3. 01/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan II
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
4. 31/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Membantu menjaga
M f pulv no. XXX kondisi tubuh
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum I 2. Colostrum bovine, seng dan
2x sehari 1 sdt fruktooligo sakarida
5. 29/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg.
2. Perlu dilakukan dokumentasi yang jelas pada rekam medik pasien sehingga dapat diketahui riwayat
pengobatan pasien dan pasien dapat menerima pengobatan TB dengan lengkap.
3. Meskipun mengalami DTP kelebihan dosis, namun Vistrum tidak menyebabkan hal buruk.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 14 / RM : 000760

Tanggal terapi : 5 Maret – 9 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 10 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah badan panas dan batuk. Gejala tersebut
dirasakan menetap dan kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 22 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, batuk 1 dan dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : Sering batuk, pilek, sesak nafas, mengi, tidak demam dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test, selama menunggu hasil
maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang diberikan antara lain
Robamox sebagai antibiotik, Halmezin sebagai antitusiv-ekspektoran dan Salbuven untuk melancarkan
jalan nafas. Lapisiv dan Salbuven memiliki aturan penggunaan yang sama, pada resep tercantum 3x/hari 1
sdm.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan, dimana keduanya telah diberikan dalam bentuk FDC.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

efek samping dari INH. Berdasarkan data RM ternyata pasien hanya menerima terapi sampai pada bulan V
saja. Terjadi DTP dosis kurang.
4. Untuk memperkuat sistem imun pada bulan I, III dan V pasien mendapatkan Nutrikids. Obat ini tidak
mengalami DTP sehingga baik digunakan pasien.
5. Pada bulan III pasien menerima Amoksisilin, sedangkan bulan IV pasien menerima Benacol dan Corovit.
Amoksisilin sebagai antibiotik telah diresepkan sesuai dengan kegunaan. Benacol mengalami DTP dosis
kurang karena seharusnya obat ini digunakan 1 sdt tiap 4 jam, bukan 3x/hari 1,5 sdt.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/03/07 1. R/ Robamox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin Syp I prometazina-HCl 5 mg, amonium 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3. R/ Salbuven Syp I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari 1 sdm 3. Salbutamol sulfat
2. 07/03/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan I
2. R/ Nutrivit XX dan PZA 600 mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
3. 03/04/07 FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan II
PZA 600 mg
4. 11/05/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan III
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
1x sehari 1 tablet 3. Amoksisilin 3. Antibiotik saluran nafas
3. R/ Amox 500 X
3x sehari ½ tablet
5. 09/06/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan IV
2. R/ Benacol Syp I 2. Difenhidramin HCl 12,5 mg, 2. Flu yang disertai gejala
3x sehari 1 ½ sdt ammon Cl 100 mg, K pilek, bersin dan batuk
3. R/ Corovit Syp I guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 produktif
1x sehari 1 ½ sdt mg, menthol 1 mg 3. Menambah nafsu makan
3. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2
1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg,
vit C 15 mg, vit D3 400 iu, niasinamid
7 mg, L-lisine HCl 200 mg, d-
pantotenol 1,5 mg
6. 09/07/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan V
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Robamox tidak mengalami DTP, namun Salbuven dan Halmezin mengalami DTP dosis berlebih. Menurut
aturan penggunaan keduanya diberikan 3x/hari 1 sdt, namun pada resep tercantum 3x/hari 1 sdm.
2. Meskipun dokter sudah meresepkan FDC selama masa terapi, namun rupanya pasien masih kurang
menerima terapi selama 1 bulan. Oleh karena itu perlu dilakukan dokumentasi yang jelas pada rekam medik
pasien sehingga dapat diketahui riwayat pengobatan pasien dan pasien dapat menerima pengobatan TB
dengan lengkap.
3. Pada Benacol, hendaknya penulisan aturannya disesuaikan dengan aturan pengguaan obat.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 15 / RM : 000763

Tanggal terapi : 5 Maret – 27 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8,5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah kadang-kadang batuk dan sifatnya
menetap. Berdasarkan data RM, diketahui bahwa pasien pernah menjalani terapi TB.
Obyektif :
• BB 22 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 dan pembesaran kelenjar
limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Pilek, demam, tidak alergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

Assesement :
1. Selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat
yang diberikan antara lain Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat digunakan sebagai antibiotik,
Prednison dan Vitacur. Menurut literatur Prednison digunakan sebagai antiradang, namun dengan melihat
rekam medik pasien diketahui bahwa sebelum diketahui hasil uji tuberkulin pasien, dokter mendiagnosis
pasien mengidap bronkitis dan Prednison ini digunakan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi sesak
nafas yang dirasakan pasien. Vitacur mengalami DTP dosis berlebih, karena sebenarnya cukup diberikan
1x/hari saja.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Selama 1 bulan pasien telah menerima terapi dalam bentuk FDC.
Namun pada data RM diketahui bahwa pada bulan II pasien mendapatkan resep racikan yang justru
menyebabkan terjadinya DTP dosis berlebih untuk PZA yang harusnya hanya diberikan 600 mg justru
diberikan 666,67 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Pasien telah menerima fase ini dengan lengkap.
4. Pada bulan I pasien juga menerima obat tambahan yaitu Zestam yang mengandung betametason yang
berdasarkan literatur berguna sebagai antiradang. Namun sama seperti Prednison, Zestam juga digunakan
untuk meringankan gejala sesak nafas yang masih dirasakan pasien. Prednison dan Zestam merupakan
kortikosteroid yang seharusnya tidak boleh diberikan pada pasien TB sebab dapat meningkatkan keparahan
dan kerentanan terhadap penyakit. Pada pasien ini kortikosteroid tetap digunakan untuk mengurangi gejala
sesak nafas yang dirasakan pasien, namun dengan dosis dan lama penggunaan yang terkontrol. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Prednison dan Zestam tidak mengalami DTP.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids selama 6 bulan terapi. Obat ini tidak memiliki
permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/03/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 3. Kurkuminoid, B-karoten, 2. Antiradang
2. R/ Prednison VI dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D, Ca- 3. Meningkatkan nafsu
3x sehari 1 tablet pidolat, fruktooligosakarida makan
3. R/ Vitacur I
2x sehari 1 sdm
2. 07/03/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan 1. OAT bulan I
2. R/ Nutrivit XV PZA 600 mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
3. 20/03/07 R/ Zestam no. XX Betametason 0,25 mg, Antiradang
3x sehari 1 tablet deksklorfeniramin maleat 2 mg
4. 02/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 XX 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 30/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III, IV, V dan
6. 02/06/07 Rifampisin 450 XX VI
7. 03/07/07 M f pulv no. XXX 2. Penguat sistem imun
8. 27/07/07 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Meskipun mengalami DTP, namun kelebihan dosis Vitacur tidak berakibat buruk.
2. Akibat DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter dapat meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg kembali,
begitu pun untuk fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 16 / RM : 001663

Tanggal terapi : 10 Mei – 6 November 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 6 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan panas.
Obyektif :
• BB 18 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Kontak penderita TB 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, pembesaran kelenjar limfe
1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif
• Anamnesis : -
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sistem dan Mantoux test,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Pasien
menerima Benacol untuk mengurangi gejala yang dirasakan dan Corovit sebagai penambah nafsu makan.
Benacol diberikan 3x/hari 1,5 sdt. Benacol mengalami DTP dosis kurang karena seharusnya obat ini
digunakan 1 sdt tiap 4 jam, bukan 3x/hari 1,5 sdt. Sedangkan Corovit telah diberikan dengan tepat.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids selama 6 bulan terapi. Obat ini tidak memiliki
permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 1. R/ Benacol I 1. Difenhidramin HCl 12,5 mg, 1. Flu yang disertai gejala
3x sehari 1 sdt ammon Cl 100 mg, K pilek, bersin dan batuk
2. R/ Corovit I guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 produktif
1x sehari 1 sdt mg, menthol 1 mg 2. Menambah nafsu makan
2. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit B2
1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5 mcg,
vit C 15 mg, vit D3 400 iu,
niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200
mg, d-pantotenol 1,5 mg
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I dan II
3. 06/06/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 07/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV, V
5. 06/09/07 Rifampisin 450 X dan VI
6. (terapi M f pulv no. XXX 2. Penguat sistem imun
bulan V 1x sehari 1 bungkus
diambil 2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
bersama 3x sehari 1 tablet
bulan IV)
06/11/07
Plan :
1. Pada penulisan aturan penggunaan harusnya dokter lebih teliti dan Apoteker juga harus cermat.
2. Karena tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 17 / RM : 001664

Tanggal terapi : 10 Mei – 3 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak laki-laki dengan rusia 5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan pengobatan
selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah badan panas, sesak nafas dan tidak nafsu makan.
Obyektif :
• BB 13 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Kontak penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk
1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif
• Anamnesis : Batuk, sering mimisan, sulit makan, sesak nafas.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sistem dan Mantoux test,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat antara lain adalah Penmox sebagai antibiotik,
Benacol untuk mengurangi gejala yang dirasakan dan Bevita sebagai suplemen makanan. Penmox dan
Bevita telah diberikan dengan tepat. Benacol mengalami DTP dosis kurang karena pada aturan
penggunaan harusnya diberikan 1 sdt tiap 4 jam,bukan 3x/hari 1 sdt.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, IV dan VI dan Imunos pada
bulan II. Kedua obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
5. Untuk menambah nafsu makan pada bulan V pasien menerima Vistrum yang berdasarkan resep diberikan
2x/hari 1 sdm. Vistrum mengalami DTP dosis berlebih karena sebenarnya cukup diberikan 1x/hari saja,
meskipun kelebihan dosis tidak menyebabkan efek samping.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 1. R/ Penmox Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramin HCl 12,5 mg, 2. Flu yang disertai gejala
2. R/ Benacol Syp I ammon Cl 100 mg, K pilek, bersin dan batuk
3x sehari 1 sdt guaiacolsulfonat 30 mg, Na sitrat produktif
3. R/ Bevita Syp I 50 mg, menthol 1 mg 3. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt 3. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B,
Vit B2, Vit B6, Vit B12
2. 12/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500
XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
3. 09/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Meningkatkan daya tahan
Pirazinamid 500 tubuh
XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Imunos Syp I 2. Ecinaceae, Zn pokilenat,
1x sehari 1 sdt selenium.
4. 09/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV V dan
5. 04/08/07 Rifampisin 450 X VI
6. 01/09/07 M f pulv no. XXX 2. Penguat sistem imun
7. 03/10/07 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

Plan :
1. Untuk Benacol perlu dilakukan koreksi aturan penggunaan obat.
2. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 18 / RM : 001665

Tanggal terapi : 10 Mei – 27 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan sering kejang-kejang..
Obyektif :
• BB 10 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin,
batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin.
• Mantoux test tidak dilakukan
• Anamnesis : Batuk dan sesak nafas.
Assesement :
1. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih
yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase lanjutan telah dilaksanakan dengan lengkap, bahkan menjadi lebih lama 1
bulan. Pada fase lanjutan terjadi DRP dosis berlebih, karena masa pengobatan pada fase ini yang
seharusnya hanya 4 bulan menjadi 5 bulan. Selain itu juga terjadi DTP dosis berlebih karena pada bulan
III, PZA yang seharusnya sudah dihentikan justru masih diberikan.
3. Selain mendapatkan OAT pada bulan I, pasien juga menerima Robamox sebagai antibiotik, Collerin untuk
meredakan batuk, Paraco sebagai penurun panas dan Osimax sebagai suplemen makanan. Collerin
diberikan 3x/hari 1 sdt, dimana aturan tersebut adalah untuk anak berusia 6-12 tahun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Collerin mengalami DTP dosis berlebih. Robamox, Paraco dan Osimax tidak memiliki
nasalah.
4. Pada bulan II pasien menerima Penmox, Lapisiv dan Corovit. Penmox merupakan antibiotik, Lapisiv
digunakan unutk meredakan batuk dan Corovit sebagai penambah nafsu makan. Lapisiv mengalami DTP
dosis berlebih. Karena untuk anak usia 2 tahun, dosis yang diberikan adalah 3x/hari ½ sdt, bukan 1 sdt.
Corovit dan Penmox tidak mengalami DTP.
5. Selain mendapatkan OAT pada bulan III, dokter juga meresepkan Halmezin dan Imunos. Kedua obat ini
diberikan dengan dosis yang tepat dan tidak mengalami DTP.
6. Untuk bulan IV selain mendapatkan OAT, pasien juga menerima Lapimox sebagai antibiotik, yang telah
diberikan degan tepat, dan Lacoldin yang berguna untuk meringankan gejala flu. Aturan penggunaan
Lacoldin pada resep 3x/hari 1 sdt adalah untuk anak usia 6-12 tahun, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
7. Pada bulan V pasien juga mendapatkan Paraco dan Bevita. Paraco diberikan bila perlu saja dan Bevita
hanya diberikan 1x/hari. Kedua obat telah diberikan sesuai aturan penggunaan.
8. Sebagai penambah daya tahan tubuh makan dokter meresepkan Nutrikids.

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Meringankan batuk dan
M f pulv no. XXX pilek
1x sehari 1 bungkus 4. Analgetik antipiretik
5. Suplemen makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

2. R/ Robamox Syp I 2. Amoksisilin trihidrat


3x sehari 1 sdt 3. Difenhidramina-HCl 12,5 mg,
3. R/ Collerin Syp I gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
3x sehari 1 sdt 180 mg, fenilpropanolamina-HCl
4. R/ Paraco Syp I 7,5 mg
3x sehari 1 sdt 4. Parasetamol
5. R/ Osimax Syp I 5. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
1x sehari 1sdt Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU,
Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6
1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60
mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200
mg, curcuma extract 2 mg
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 V 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Batuk produktif pada
M f pulv no. XXX penyakit saluran nafas
1x sehari 1 bungkus 4. Menambah nafsu makan
2. R/ Penmox Syp I 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sdt 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg,
3. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg,
4. R/ Corovit Syp I amonium klorida 100 mg,
1x sehari 1sdt gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
4. Vit A 2000 iu, vit B1 1 mg, vit
B2 1,25 mg, vit B6 2 mg, vit B12 5
mcg, vit C 15 mg, vit D3 400 iu,
niasinamid 7 mg, L-lisine HCl 200
mg, d-pantotenol 1,5 mg
3. 30/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Antitusiv dan ekspektoran
Pirazinamid 500 XX 3. Meningkatkan daya tahan
M f pulv no. XXX tubuh
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Halmezin Syr I 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdt prometazina-HCl 5 mg, amonium
3. R/ Imunos Syr I klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
1x sehari 1 sdt mg, Na-sitrat 17 mg
3. Ecinaceae, Zn pokilenat,
selenium
4. 30/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
M f pulv no. XXX 3. Meringankan gejala flu :
1x sehari 1 bungkus demam, sakit kepala, hidung
2. R/ Lapimox I 2. Amoksisilin trihidrat tersumbat dan bersin-bersin
3x sehari 1 sdt 3. Paracetamol 250 mg, disertai batuk
3. R/ Lacoldin I fenilpropanolamin HCl 6 mg,
3x sehari 1 sdt dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
klorfeniramin maleat 1 mg
5. 30/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
Rifampisin 450 X 2. Analgetik antipiretik
M f pulv no. XXX 3. Suplemen makanan
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Paraco Syr I 2. Parasetamol
3x sehari 1 sdt prn 3.Kurkumoid, betakaroten,
3. R/ Bevita Syr I dekspantenol, Ca glukonat, Vit B,
1x sehari 1 sdt Vit B2, Vit B6, Vit B12
6. 29/09/07 R/ INH 300 X OAT bulan VI
Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
7. 27/10/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bualn VII
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

Plan :
1. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi fase intensif.
2. Seharusnya dokumentasi terapi pada RM dilakukan lebih baik, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan-
kesalahan seperti masa terapi yang terlalu panjang dan jumlah obat yang berlebihan..
3. Karena usia pasien masih 2 tahun, harusnya dilakukan penyesuaian dosis untuk Collerin, Lapisiv dan
Lacoldin.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 19 / RM : 001666

Tanggal terapi : 10 Mei – 4 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 22 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk yang telah dirasakan sejak 1-2
minggu dan sifatnya menetap dan kumat-kumatan. Berdasarkan data RM pasien pernah menderita flek 1
bulan.
Obyektif :
• BB 8 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Kontak dengan penderita TB 1 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin,
batuk 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, sering berkeringat, pilek, panas dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sistem dan Mantoux test,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang
diberikan adalah Pamol, GG, vitamin B kompleks dan CTM. Ketiga obat ini diberikan selama 2 hari dan
telah diberikan sesuai aturan dosis dan tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan untuk anak dengan berat badan < 10 kg meliputi INH 50 mg dan
Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi efek samping
dari INH. OAT yang diberikan pada fase lanjutan sudah lengkap, yakni selama 6 bulan. Namun pada bulan
IV, V dan VI dokter meresepkan OAT dengan jumlah dua kali lebih banyak daripada bulan sebelumnya.
Hal ini bukan merupakan DTP sebab pemberian dosis obat disesuaikan dengan berat badan anak.
4. Di samping menerima terapi OAT, pada bulan I pasien juga menerima Pehamoxyl yang merupakan
antibiotik dan Salbuven untuk melegakan saluran nafas. Salbuven diberikan 2x/hari 1 sdt. Salbuven yang
diberikan mengalami DTP dosis kurang karena menurut aturan penggunaan obat, untuk anak usia 2-6
tahun diberikan 2,5-5 ml 3-4x/hari.
5. Pada bulan II, selain OAT pasien juga diberi Salbuven dan Lacoldin. Salbuven masih mengalami kasus
yang seperti bulan I. Lacoldin diberikan 3x/hari 1 sdt. Lacoldin mengalami DTP dosis berlebih karena
aturan penggunaan pada resep tersebut adalah untuk anak usia 6-12 tahun. Karena obat diberikan untuk
anak 2 tahun, harusnya dokter melakukan penyesuaian dosis.
6. Sebagai penambah daya tahan tubuh dokter memberikan Nutrikids pada bulan VI.

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 10/05/07 R/ Pamol 2 1. Analgetik antipiretik
GG 2 2. Ekspektoran
Vit B comp 2 3. Vitamin
CTM 2 4. Antihistamin
M f pulv no. VII
3x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

2. 12/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I


Rifampisin 450 V 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Pelega saluran nafas
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Pehamoxyl XII 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sachet
3. R/ Salbuven I 3. Salbutamol sulfat
2x sehari 1 sdt
3. 06/06/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 V 2. Pelega saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Meringankan gejala flu :
M f pulv no. XXX demam, sakit kepala, hidung
1x sehari 1 bungkus tersumbat dan bersin-bersin
2. R/ Salbuven I 2. Salbutamol sulfat disertai batuk
2x sehari 1 sdt 3. Paracetamol 250 mg,
3. R/ Lacoldin I fenilpropanolamin HCl 6 mg,
3x sehari 1 sdt dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
klorfeniramin maleat 1 mg
4. 09/07/07 R/ INH 300 V OAT bulan III
Rifampisin 450 V
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
5. 06/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
6. 06/09/07 R/ INH 300 X OAT bulan V dan VI
7. 04/10/07 Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan.
2. Aturan penggunaan obat harus diperhatikan dengan benar, jangan sampai terjadi dosis berlebih, sebab usia
pasien yang masih balita, maupun terjadi dosis kurang sebab efek yang diharapkan bisa-bisa tidak muncul.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 20 / RM : 000267

Tanggal terapi : 22 Januari – 22 Juni 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan
pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek dan demam. Dirasakan sejak 4 hari dan
sifatnya kumat-kumatan. Berdasarkan data RM pasien punya riwayat flek 2 bulan lalu.
Obyektif :
• BB 11 kg
• Hasil sistem skoring 7 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran
kelenjar limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk pilek 5 hari, demam, tidak sesak nafas dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan skoring sitem dan Mantoux test, selama
menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang
diresepkan adalah Improvox sebagai antibiotik, Salbuven untuk melancarkan pernafasan dan Comtusi untuk
mengobati gejala batuk. Ketiganya telah diberikan dengan tepat dan tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.


3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Nutrikids yang diberikan pada bulan III bertujuan untuk menambha daya tahan tubuh
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 1. R/ Improvox I 1. Amoksisilin trihidrat 125 mg, K 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1sdt klavulanat 31,25 mg 2. Batuk produktif dan non-
2. R/ Comtusi I 2. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl produktif, batuk karena
3x sehari 1 sdt guaiacolat 33,3 mg alergi
3. R/ Salbuven I 3. Salbutamol sulfat 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdt
2. 24/01/07 R/ INH 300 X OAT bulan I dan II
3. 23/02/07 Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 23/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 23/04/07 R/ INH 300 X OAT bulan IV, V dan VI
6. 23/05/07 Rifampisin 450 X
7. 22/06/07 M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk
terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 21 / RM : 002167

Tanggal terapi : 21 Juni – 15 November 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah berat badan kurang, batuk dan tidak nafsu
makan.
Obyektif :
• BB 15 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin, Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif
• Anamnesis : Batuk, demam, tidak nafsu makan dan berat badan tetap
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Obat yang
diberikan adalah Collerin dan Bevita Kedua obat yang diresepkan tidak memiliki DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 333,33 mg per hari selama 2 bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan II, III, V dan VI, obat ini tidak
memiliki permasalahan DTP sehingga aman diberikan kepada pasien.
5. Pada bulan IV pasien menerima Robamox sebagai antibiotik saluran nafas dan telah diberikan dengan tepat.
6. Pada bulan VI menerima Salbuven dan obat ini tidak mengalami DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 21/06/07 1. R/ Collerin Syp I 1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 1. Meringankan batuk dan
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 pilek
2. R/ Bevita Syp I mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 2. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt 2. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
2. 23/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
Pirazinamid XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 18/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 29/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III dan V
6. 19/10/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX
3x sehari 1 tablet
5. 19/09/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Robamox 250 I 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sdt
7. 15/11/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX 3. Pelega saluran nafas
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet 3. Salbutamol sulfat
3. R/ Salbuven I
3x sehari 1 sdm
Plan :
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan
dosis tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase
intensif maupun fase lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 22 / RM : 000768

Tanggal terapi : 5 Maret – 28 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek dan panas pada malam hari.
Obyektif :
• BB 9 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin,
pembesaran kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam namun tidak sesak nafas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Maka
pasien mendapatkan Pehamoxyl, Salbuven dan Comtusi. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium. Salbuven digunakan untuk memperlancar jalan
nafas pasien. Comtusi untuk meredakan batuk. Ketiganya telah diberikan dengan tepat dan tidak mengalami
permasalahan
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari pada bulan I. Berdasarkan data RM pada bulan II terjadi
permasalahan DTP perlu terapi tambahan karena yang diresepkan hanya INH dan Rifampisin dilengkapi
vitamin B6, tanpa PZA. Selain terjadi DTP dosis kurang karena INH dan Rifampisin yang diberikan hanya
50 mg dan 75 mg per bulan.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg kg meliputi
INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, IV, V dan VI, obat ini tidak
memiliki permasalahan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/03/07 1. R/ Pehamoxyl XII 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sachet 2. Oxomemazine 1,65 mg, glyceryl 2. Batuk produktif dan non-
2. R/ Comtusi I guaiacolat 33,3 mg produktif, batuk karena
3x sehari 1 sdt 3. Salbutamol sulfat alergi
3. R/ Salbuven I 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdt
2. 07/03/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XV 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
3. 26/04/07 R/ INH 50 OAT bulan II
Rifampisin 75
B6 ⅓
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 04/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV, V dan
5. 30/06/07 Rifampisin 450 X VI
6. 30/07/07 M f pulv no. XXX 2. Penguiat sistem imun
7. 28/08/07 1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diberikan. Dokter
hendaknya juga lebih teliti dalam penulisan resep sehingga tidak merugikan menyebabkan kegagalan terapi.
2. Karena berat badan pasien berada di bawah garis merah pada KMS, maka dokter juga dapat memberikan
terapi tambahan berupa suplemen makanan atau penambah nafsu makan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 23 / RM : 000869

Tanggal terapi : 12 Maret – 7 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 10 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan berat badan tidak mengalami
kenaikkan.
Obyektif :
• BB 7,5 kg
• Hasil sistem skoring 4 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas, tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. maka
pasien mendapatkan Pehamoxyl, Halmezin dan Salbuven. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium dan telah digunakan dengan tepat. Halmezin
digunakan sebagai antitusiv ekspektoran digunakan 3x/hari ⅓ sdt. Salbuven digunakan untuk memperlancar
jalan nafas pasien, dapat digunakan minimal pada anak usia 2 tahun dengan aturan 3-4x/hari ½ - 1 sdt.
Sehingga bisa dikatakan terjadi DTP dosis berlebih karena usia pasien masih 10 bulan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis 166,67 mg per hari pada bulan I. Berdasarkan data RM pada bulan II terjadi permasalahan DTP perlu
terapi tambahan karena yang diresepkan hanya INH dan Rifampisin dilengkapi vitamin B6, tanpa PZA.
INH dan Rifampisin yang diberikan hanya 50 mg dan 75 mg per bulan, sehingga terjadi DTP dosis kurang.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi
INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Berdasakan data RM pasien telah menerima terapi fase ini dengan
lengkap. Namun pada bulan III, dokter memberikan kedua obat dengan jumlah yang kurang (DTP) yaitu
INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg per bulan, terjadi kesalahan yaitu dokter kurang menuliskan tanda dtd
pada resep.
4. Selain menerima terapi fase intensif, pasien juga mendapatkan Lasal dan Flixotide yang keduanya memiliki
kegunaan yang sama, namun memiliki titik tangkap yang berbeda, sehingga tidak termasuk obat berlebih.
Menurut aturan penggunaan obat, Flixotide mengalami DTP obat salah karena tidak boleh digunakan pada
pasien bayi. Aturan yang diberikan untuk Lasal adalah 3x/hari ½ sdt dan sudah sesuai.
5. Pada bulan III pasien juga menerima Collerin untuk meringankan batuk dan pilek. Obat ini diberikan
3x/hari ½ sdm. Padahal untuk anak usia 6 tahun saja dosis yang diberikan adalah 3x/hari 1 sdt. Berarti telah
terjadi DTP dosis berlebih, karena pasien masih 10 bulan.
6. Hisdane yang ikut diresepkan pada bulan VI digunakan untuk mengatasi gejala pilek. Pada resep aturan
penggunaanya adalah 3x/hari 1 sdt, padahal pada aturan penggunaan obat untuk anak usia 3 tahun saja
3x/hari ½ sdt. Berarti terjadi DTP dosis berlebih, karena pasien masih 10 bulan.
7. Karena berat badan pasien berada di bawah garis merah pada KMS, maka dokter juga dapat memberikan
terapi tambahan berupa suplemen makanan atau penambah nafsu makan.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 12/03/07 1. R/ Pehamoxyl X 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari ½ sachet 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin I prometazina-HCl 5 mg, amonium 3. Pelega saluran nafas
3x sehari ½ sdt klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3. R/ Salbuven I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari ½ sdt 3. Salbutamol sulfat
2. 14/03/07 R/ INH 300 V OAT bulan I
Rifampisin 450 V
Pirazinamid 500 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82

3. 12/04/07 1. R/ INH 50 1. OAT bulan II


Rifampisin 75 2. Asma bronkial, bronkitis
B6 ⅓ kronik, emfisema dan
M f pulv no. XXX kondisi bronkospastik
1x sehari 1 bungkus lainnya
2. R/ Lasal Exp Syr I 2. Gliseril guaiakolat 75 mg, 3. Profilaksis asma berat
3x sehari ½ sdt salbutamol sulfat 2 mg pada dewasa dan remaja usia
3. R/ Flixotide no. I 3. Fluticasone propionate lebih dari 16 tahun, terapi
1x sehari 1 spray eksaserbasi akut asma ringan
sampai sedang pada anak dan
remaja usia 4-16 tahun
4. 10/05/07 1. R/ INH 50 1. OAT bulan III
Rifampisin 75 2. Meringankan batuk dan
B6 ⅓ pilek
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Collerin Syp I I 2. Difenhidramina-HCl 12,5 mg,
3x sehari ½ sdm gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5
mg
5. 31/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 V 2. Dispeptik, kembung
M f pulv no. XXX setelah makan, mual dan
1x sehari 1 bungkus muntah
2. R/ Costil I 2. Domperidom
3x sehari 1 sdt
6. 09/07/07 R/ INH 300 V OAT bulan V
Rifampisin 450 V
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
7. 07/08/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 V 2. Polinosis akut, rinitis non-
M f pulv no. XXX seasonal dan vasomotor
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane I 2. Terfenadine
1x sehari 1 sdt
Plan :
1. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Selain itu perlu dilakukan koreksi
atas resep yang dituliskan oleh dokter, sehingga pengobatan TB yang dilakukan dapat rasional.
2. Perlu dilakukan koreksi dosis untuk obat-obat yang diresepkan dan mengalami DRP dosis berlebih terutama
karena pasien tergolong dalam balita, sehingga aturan dosis harus selalu diperhatikan dan disesuaikan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 24 / RM : 001672

Tanggal terapi : 12 Mei – 6 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 3,5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, sesak nafas dan tidak nafsu makan.
Obyektif :
• BB 12 kg
• Hasil sistem skoring 4 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin dan pembesaran
kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, tidak nafsu makan, kadang sesak nafas.
Assasement :
1. Pada RM diketahui bahwa dokter tidak memberikan obat pada saat menunggu hasil Mantoux test. Setelah
didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif
selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg
dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid
(PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

terjadi DTP dosis berlebih.


2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Namun pada bulan V dan VI, ternyata dosis INH yang diberikan mengalami DTP
dosis kurang.
3. Selain mendapat OAT pada bulan I pasien juga mendapatkan Osmycin yang berguna untuk mengobati
infeksi saluran nafas. Osmycin telah diberikan sesuai dengan aturan penggunaan.
4. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dokter meresepkan Nutrikids pada bulan II, III dan IV.
5. Pada bulan V pasien diberi Provit sebagai suplemen makanan. Obat ini diberikan dengan tepat dan tidak
mengalami DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 12/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin I 2. Spiramisin
3x sehari 1 sdt
2. 07/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
3. 09/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III dan IV
4. 09/08/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 08/09/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan V
B6 V 2. Meningkatkan nafsu makan
Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Provit Syp I 2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit
1x sehari ½ sdt B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca
pantotenat, Ca laktat,
nikotinamida
6. 06/10/07 R/ INH 300 V OAT bulan VI
B6 V
Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
Karena DTP tersebut maka perlu dilakukan koreksi terhadap PZA pada fase intensif dan Rifampisin pada
fase lanjutan yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut sebenarnya dokter bisa
meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun fase lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 25 / RM : 001286

Tanggal terapi : 13 April – 16 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 3 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan.
Obyektif :
• BB 13 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, panas dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Selama menunggu hasil Mantoux test maka pasien mendapatkan Novax, Lapisiv, Hisdane dan Osimax.
Novax adalah antibitotik yang dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium, obat ini telah
diberikan dengan tepat. Lapisiv yang digunakan untuk mengobati batuk harusnya juga diberikan 3x/hari ½
sdt bukan 3x/hari 1 sdt. Hisdane yang dapat meredakan gejala hidung berair harusnya diberikan 2x/hari ½
sdt, namun pada resep 1 sdt. Berarti pada kedua obat tersebut terjadi DTP dosis berlebih. Untuk Osimax
tidak ada permasalahan DTP.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase
intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan
10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada terapi yang dilakukan terjadi DTP dosis berlebih dimana
jumlah PZA adalah 333,33 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Namun pada bulan III terapi terjadi DTP dosis berlebih karena Rifampisin
diberikan 2x lipat dari aturan dosis OAT anak.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, II, III dan V.
5. Untuk bulan IV dan VI pasien juga mendapatkan Amoksisilin sirup sebagai antibiotik saluran nafas selain
OAT dan telah diberikan dengan tepat.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 13/04/07 1. R/ Novax Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv Syr I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Polinosis akut, rinitis non-
3. R/ Hisdane Syp I amonium klorida 100 mg, seasonal dan vasomotor
2x sehari 1 sdm gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 4. Suplemen makanan
Pagi dan sore 50 mg, mentol 0,75 mg
4. R/ Osimax Syr I 3. Terfenadine
1x sehari 1 sdt 4. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU,
Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6
1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60
mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200
mg, curcuma extract 2 mg
2. 21/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I dan II
3. 18/05/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 18/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
B6 X 2. Penguat sistem imun
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85

5. 16/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV dan VI


7. 16/10/07 Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Amox Syp I 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sdm
6. 17/09/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Hendaknya dokter lebih perhatian pada usia pasien, mengingat pasien masih balita, sehingga harus
dilakukan penyesuaian dosis.
2. Harus dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut
sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk fase intensif maupun fase
lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 26 / RM : 001894

Tanggal terapi : 28 Mei – 26 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 1 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan bisulan.
Obyektif :
• BB 8 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, demam dan terjadi pembesaran kelenjar.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Collerin untuk meringankan gejala yang dirasakan
dan Bevita sebagai suplemen makanan. Aturan pengggunaan Collerin pada resep adalah 3x/hari 1 sdt,
dimana aturan itu adalah untuk anak usia 6-12 tahun, bukan untuk anak usia 1 tahun. Berarti telah terjadi
DTP dosis berlebih. Untuk Bevita tidak mengalami DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Terjadi DTP dosis berlebih yaitu pemberian obat PZA dengan
dosis berlebih yaitu 166,67 mg per hari selama 2 bulan terapi.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi
INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Berdasakan data RM pasien telah menerima terapi fase ini dengan
lengkap. Namun pada bulan IV dan V terapi terjadi DTP dosis berlebih karena Rifampisin diberikan 2x
lipat dari aturan dosis OAT anak.
4. Selain mendapat OAT, pada bulan I pasien juga menerima Osmycin dan Paraco sebagai obat tambahan.
Osmycin adalah antibiotik saluran nafas dan telah diberikan sesuai dengan berat badan pasien. Untuk
Paraco tidak terjadi DTP, namun akan lebih baik jika ditambah keterangan prn atau bila perlu.
5. Hisdane ikut diresepkan pada bulan III sebagai obat tambahan. Pada resep aturan penggunaannya adalah
2x/hari 1 sdt. Padahal aturan itu adalah untuk anakn usia 6-12 tahun. Berarti telah terjadi DTP dosis
berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/05/07 1. R/ Collerin Syp I 1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 1. Meringankan batuk dan
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat 180 pilek
2. R/ Bevita Syp I mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5 mg 2. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt 2. Kurkumoid, betakaroten,
dekspantenol, Ca glukonat, Vit B, Vit
B2, Vit B6, Vit B12
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Infeksi saluran nafas
Pirazinamid 500 X 3. Analgetik antiiretik
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Osmycin Syr I 2. Spiramisin
3x sehari 2 sdt
3. R/ Paraco Syr I 3. Parasetamol
3x sehari 1 sdt
3. 26/06/07 R/ INH 300 V OAT bulan II
Rifampisin 450 V
Pirazinamid 500 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 27/07/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 V 2. Membantu menjaga
M f pulv no. XXX kondisi tubuh
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vistrum I 2. Colostrum bovine, seng dan
2x sehari 1 sdt fruktooligo sakarida
5. 27/08/07 R/ INH 300 V OAT bulan IV, V dan VI
6. 25/09/07 B6 V
7. 26/10/07 Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Hendaknya dokter lebih perhatian pada usia pasien, mengingat pasien masih balita, sehingga harus
dilakukan penyesuaian dosis sesuai dengan berat badan pasien.
2. Pencatatan atau dokumentasi yang dibuat pada RM hendaknya dilakukan dengan lengkap sehingga riwayat
terapi pasien dapat diketahui dengan jelas. Selain itu kiranya dokter juga harus paham betul dengan aturan
dosis OAT anak, seperti yang telah ditetapkan dalam pedoman penatalaksanaan TB anak.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 27 / RM : 000192

Tanggal terapi : 17 Januari – 14 Juni 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 7 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan
pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan pilek.
Obyektif :
• BB 22 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Uji tuberkulin 3 poin, demam tanpa sebab 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas, diare, dan tidak nafsu makan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. Pasien
mendapatkan Penmox, Lapisiv dan Osimax. Penmox adalah antibitotik yang dapat mencegah pertumbuhan
mikobakterium dan telah diberiakn sesuai dengan berat badan pasien. Obat ini telah digunakan dengan
tepat. Lapisiv dan Osimax mengalami DTP dosis berlebih. Harusnya Lapisiv digunakan 3x/hari 1 sdt,
bukan 1 sdm dan Osimax digunakan 1x/hari, bukan 2x.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87

Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa terjadi DTP dosis berlebih dimana
PZA yang diberikan adalah 166,67 mg per hari.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH.
4. Pada bulan III pasien menerima obat tambahan Robamox dan Halmezin. Robamox bekerja sebagai
antibiotik saluran nafas dan telah diberikan sesuai berat badan pasien. Halmezin mengalami DTP dosis
berlebih karena harusnya diberikan 3x/hari 1 sdt, bukan 1 sdm.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan IV dan V, obat ini telah diberikan
dengan tepat sehingga tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 17/01/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 2. Batuk produktif pada
2. R/ Lapisiv Syp I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3x sehari 1 sdm fenilpropilamina-HCl 6 mg, 3. Suplemen makanan
3. R/ Osimax Syp I amonium klorida 100 mg,
2x sehari 1 sdm gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat 50
mg, mentol 0,75 mg
3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit
B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2
mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit
D 400 IU, lysine HCl 200 mg,
curcuma extract 2 mg
2. 19/01/07 R/ INH 300 XX
Rifampisin 450 XX
Pirazinamid 500 XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 12/02/07 R/ FDC INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan II dan III
(Obat PZA 600 mg (untuk bulan III tidak
untuk ada PZA)
bulan II
dan III
diambil
bersamaan)
4. 28/03/07 1. R/ Robamox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdm 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin I prometazina-HCl 5 mg, amonium
3x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
mg, Na-sitrat 17 mg
5. 16/04/07 1. R/ FDC 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan IV dan V
(Obat 2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine 2. Penguat sistem imun
untuk 3x sehari 1 tablet
bulan IV
dan V
diambil
bersamaan)
6. 14/06/07 R/ INH 300 XX OAT bulan VI
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Dalam penulisan aturan penggunaan harusnya lebih teliti agar tidak terjadi kelebihan dosis. Untuk Osimax
kelebihan dosis memang tidak berkibat buruk.
2. Terjadi DTP yaitu pemberian obat PZA dengan dosis berlebih yaitu 666,67 mg per hari selama 1 bulan.
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan dosis
tersebut sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg, seperti yang telah dilakukan
untuk bulan II. Pada fase lanjutan bulan III, IV dan V dokter telah meresepkan FDC, namun pada bulan VI
tidak diketahui mengapa dokter kembali memberikan racikan OAT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 28 / RM : 001592

Tanggal terapi : 5 Mei – 2 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan.
Obyektif :
• BB 11 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin dan batuk 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, pilek dan berat badan kurang.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Collerin untuk meringankan gejala yang dirasakan.
Obat ini mengalami DTP dosis berlebih karena aturan pada resep adalah aturan yang digunakan untuk
anak berusia 6-12 tahun.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase
intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan
10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada terapi yang dilakukan jumlah PZA adalah 333,33 mg per
hari, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Pada bulan V dan VI terdapat
kesalahan penulisan resep, yaitu penulisan dtd. Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih karena INH dan
Rifampisin yang diberikan jumlahnya adalah 10x jumlah normal.
4. Pada bulan I pasien mendapat obat tambahan Kelfex yang juga termasuk antibiotik saluran nafas yang telah
diberikan sesuai dengan berat badan pasien.
5. Nutrikids pada bulan II, IV dan VI sebagai penguat sistem imun tidak memiliki permasalahan DTP.
6. Vomidone digunakan sebagai obat tambahan pada bulan III, obat ini tidak memiliki permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 05/05/07 R/ Collerin Exp Syp I Difenhidramina-HCl 12,5 mg, Meringankan batuk dan pilek
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
180 mg, fenilpropanolamina-HCl
7,5 mg
2. 07/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Kelfex I 2. Cefadroksil monohidrat
2x sehari 1 sdt
3. 08/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 27/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 X 2. Mengobati mual dan
M f pulv no. XXX muntah
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Vomidone I 2. Domperidon maleat
3x sehari 1 sdt
5. 31/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89

6. 03/09/04 R/ INH 100 X OAT bulan V


Rifampisin 150 X
M f pulv dtd no.
XXX
1x sehari 1 bungkus
7. 02/10/07 1. R/ INH 100 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 150 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv dtd no.
XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Harus dilakukan koreksi aturan penggunaan obat agar sesuai dengan usia dan kondisi pasien.
2. Harus dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan. Untuk mengatasi permasalahan dosis tersebut
sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg untuk terapi baik fase intensif maupun
fase lanjutan. Kelebihan dosis yang terjadi pada bulan V dan VI disebabkan oleh kesalahan penulisan resep
oleh dokter.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 29 / RM : 001892

Tanggal terapi : 28 Mei – 26 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 16 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk pada sore hari dan berkeringat pada
malam hari.
Obyektif :
• BB 8,4 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, pembesaran kelenjar
limfe 1 poin dan Rotgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas dan nyeri.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat untuk meringankan gejala yang dirasakan. pasien
mendapatkan Pehamoxyl, Halmezin dan Salbuven. Pehamoxyl adalah antibitotik yang dapat digunakan
untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium, obat ini telah diberikan dengan tepat. Halmezin merupakan
obat batuk, yang pada resep diberikan 3x/hari 1 sdt. Dimana aturan itu adalah untuk anak berusia 6 tahun ke
atas. Salbuven digunakan untuk memperlancar jalan nafas pasien yang diberikan 3x/hari 1 sdt juga, dimana
aturan itu adalah untuk anak berusia 2-6 tahun. Berarti pada kedua obat terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa PZA yang diberikan adalah 166,67
mg per hari, berarti terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi
INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Berdasakan data RM pasien hanya menerima terapi selama 1 bulan.
4. Sebagai obat tambahan pada bulan I maka dokter memberikan Hisdane dan Bevita. Bevita telah diberikan
dengan tepat dan tidak ada permasalahan DRP. Hisdane mengalami DTP dosis berlebih karena aturan
penggunaan yang dituliskan dalam resep 3x/hari ½ sdt adalah untuk anak berusia 3-5 tahun.
5. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan III.
6. Karena berat badan pasien tergolong kurang dibanding anak-anak seusianya, sehingga dapat ditambahkan
suplemen makanan pada terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/05/07 1. R/ Pehamoxyl XII 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sachet 2. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 2. Antitusiv dan ekspektoran
2. R/ Halmezin I prometazina-HCl 5 mg, amonium 3. Pelega saluran nafas
3x sehari 1 sdt klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4
3. R/ Salbuven I mg, Na-sitrat 17 mg
3x sehari 1 sdt 3. Salbutamol sulfat
2. 30/05/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 V 2. Polinosis akut, rinitis non-
Pirazinamid 500 X seasonal, dan vasomotor
M f pulv no. XXX 3. Supelemen makanan
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane Syp I 2. Terfenadine
3x sehari ½ sdt 3. Kurkumoid, betakaroten,
3. R/ Bevita I dekspantenol, Ca glukonat, Vit B,
1x sehari 1 sdt Vit B2, Vit B6, Vit B12
3. 25/06/07 R/ INH 300 V OAT bulan II
Rifampisin 450 V
Pirazinamid 500 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
4. 26/07/07 1. R/ INH 300 V 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 V 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Perlu dilakukan penyesuaian dosis untuk obat-obat yang diresepkan karena dosis yang ditulis dalam resep
ada yang tidak sesuai dengan usia pasien yang masih 16 bulan.
2. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap PZA yang diberikan. Menurut tatalaksana TB anak, terapi
fase lanjutan diberikan selama 4 bulan. Berarti terjadi DTP diperlukan terapi tambahan agar tidak terjadi
kekambuhan atau resistensi mikobakterium.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 30 / RM : 000895

Tanggal terapi : 15 Maret – 15 Agustus 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah berkeringat dingin.
Obyektif :
• BB 13 kg
• Hasil sistem skoring 3 : Berat badan 1 poin, pembesaran kelenjar limfe 1 poin dan Rontgen thoraks 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : -
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Collerin untuk meringankan gejala yang dirasakan.
Aturan penggunaan yang tercantum dalam resep adalah 3x/hari 1 sdt, dimana aturan itu adalah utnuk anak
berusia 6-12 tahun. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase
intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan
10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada terapi yang dilakukan jumlah PZA adalah 333,33 mg per
hari, berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap. Namun pada bulan III diketahui bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91

terjadi DTP dosis berlebih karena PZA yang harusnya sudah tidak diberikan masih diresepkan.
4. Pada bulan I pasien menerima obat tambahan Lysmin sebagai penambah nafsu makan. Obat ini telah
diberikan denagn tepat dan tidak memiliki DTP.
5. Pada bulan II dan III pasien mendapat Hisdane sebagai obat tambahan. Pada resep obat ini diberikan 2x/hari
1 sdm, padahal seharusnya hanya ½ sdt. Berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
6. Pada terapi bulan IV pasien menerima obat tambahan berupa Osmycin, Imunos dan Paraco. Osmycin adalah
antibiotik antibiotik saluran nafas yang telah diberikan sesuai berat badan pasien. Imunos dan Paraco tidak
memiliki masalah DTP.
7. Sebagai suplemen makanan, pada bulan VI dokter meresepkan Provit. Obat ini diberikan dengan tepat dan
tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Kompsosisi Kegunaan menurut pustaka
1. 15/03/07 R/ Collerin Exp Syp I Difenhidramina-HCl 12,5 mg, Meringankan batuk dan pilek
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat
180 mg, fenilpropanolamina-HCl 7,5
mg
2. 17/03/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Multivitamin
Pirazinamid 500 XV
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Lysmin Syp I 2. Vit A 5000 IU, Vit D 400 IU, Vit
3x sehari 1 sdt B1 3 mg, Vit B2 2, 74 mg, Vit B6
1 mg, Vit B12 5 mcg, Vit C 50 mg
3. 16/04/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II dan III
4. 14/05/07 Rifampisin 450 X 2. Polinosis akut, rinitis non-
Pirazinamid 500 XV seasonal, dan vasomotor
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Hisdane Syr I 2. Terfenadine
2x sehari 1 sdm
5. 12/06/07 1. R/ Osmycin Syp I 1. Spiramisin 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Ecinaceae, Zn pokilenat, selenium 2. Meningkatkan daya tahan
2. R/ Imunos Syp I 3. Parasetamol tubuh
1x sehari 1 sdt 3. Analgetik antipiretik
3. R/ Paraco Syp I 4. OAT bulan IV
3x sehari 1 sdt
4. R/ INH 300 X
Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
6. 12/07/07 R/ INH 100 X OAT bulan V
Rifampisin 150 X
M f pulv dtd no.
XXX
1x sehari 1 bungkus
7. 15/08/07 1. R/ INH 100 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 150 XV 2. Meningkatkan nafsu
B6 X makan
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Provit I 2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit
1x sehari 1 sdt B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca
pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
Plan :
1. Perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah PZA yang diresepkan. Pada fase lanjutan yaitu bulan bulan III
terapi terjadi DTP obat berlebih, karena pada bulan itu PZA masih diresepkan. Pada bulan VI terjadi DTP
dosis berlebih untuk Rifampisin yang diberikan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter
bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk permasalahan dosis dan jumlah obat yang diberikan hendaknya dokter dan apoteker lebih perhatian
karena pasien yang diterapi masih anak-anak.
3. Untuk Paraco dapat ditambahkan keterangan bila perlu (prn).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 31 / RM : 000596

Tanggal terapi : 19 Februari – 21 Maret 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 9 bulan. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan.
Obyektif :
• BB 6,8 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji tuberkulin 3 poin, berat badan 1 poin, demam tanpa sebab 1 poin dan
pembesaran kelenjar limfe 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Tidak demam, tidak nafsu makan, pilek, tidak batuk, dan tidak sesak nafas.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Pehamoxyl dan Lacoldin untuk meringankan gejala
yang dirasakan. Pehamoxyl adalah antibitotik digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikobakterium dan
obat ini telah diberikan dengan tepat. Aturan penggunaan Lacoldin pada resep adalah 3x/hari ½ sdt, dimana
aturan itu telah menyesuaikan dengan usia pasien. Sehingga kedua obat yang diresepkan tidak mengalami
DTP.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 50 mg, Rifampisin 75 mg dan
Pirazinamid (PZA) 150 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada resep diketahui bahwa PZA yang diberikan adalah 166,67
mg per hari, berarti telah terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan < 10 kg kg meliputi
INH 50 mg dan Rifampisin 75 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pasien tidak menjalani pengobatan fase lanjutan
sama sekali. Tidak ada keterangan pada RM, sehingga kemungkinan hal tersebut terjadi kaibat DTP
ketidaktaatan pasien, mengingat rumah pasien juga sangat jauh dari lokasi BKPM Magelang.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 19/02/07 1. R/ Pehamoxyl XII 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sachet 2. Paracetamol 250 mg, 2. Meringankan gejala flu :
2. R/ Lacoldin Syp I fenilpropanolamin HCl 6 mg, demam, sakit kepala, hidung
3x sehari ½ sdt dekstrometorfan HBr 7,5 mg, tersumbat dan bersin-bersin
3. R/ Halmezin I klorfeniramin maleat 1 mg. disertai batuk
3x sehari 1 sdm 3. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg, 3. Antitusiv dan ekspektoran
4. R/ Osimax I prometazina-HCl 5 mg, amonium 4. Suplemen makanan
2x sehari 1 sdm klorida 44 mg, bromheksina-Hcl 4 mg,
Na-sitrat 17 mg
4. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, Ca
laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit B1 4
mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2 mg, Vit
B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit D 400 IU,
lysine HCl 200 mg, curcuma extract 2
mg
2. 21/02/07 R/ INH 300 V OAT bulan I dan II
3. 21/03/07 Rifampisin 450 V
Pirazinamid 500 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan.
2. Perlu dilakukan pendekatan kepada pasien sehingga dapat diketahui mengapa pasien tidak meneruskan fase
pengobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 32 / RM : 001497

Tanggal terapi : 30 April – 5 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2,5 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, pilek, panas dan keringat malam.
Obyektif :
• BB 15 kg
• Hasil sistem skoring 3 : Demam tanpa sebab 1 poin, batuk 1 poin, berat badan 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam, keringat malam dan berat badan turun.
Assesement :
1. Pada RM diketahui bahwa dokter tidak memberikan obat pada saat menunggu hasil Mantoux test. Setelah
didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif
selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg
dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid
(PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya
terjadi DRP dosis berlebih. Selain itu pada bulan II terapi PZA yang harusnya ikut diresepkan justru tidak
ada. Berarti juga terjadi DTP perlu terapi tambahan.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Berdasarkan data RM pada bulan IV dan V terjadi DTP dosis berlebih untuk
Rifampisin, karena obat diberikan 2x lebih banyak dari yang seharusnya.
3. Selain mendapat OAT, pada bulan I pasien juga menerima Aclam dan Osimax. Aclam bekerja seperti OAT
yang diberikan, oleh karena itu terjadi DTP obat berlebih. Osimax juga mengalami DTP dosis berlebih,
karena harusnya obat ini digunakan 1x/hari, bukan 2x.
4. Pada bulan II dan III pasien mengeluhkan mulutnya berwarna putih, kemudian oleh dokter diberi Candistin.
Menurut aturan penggunaan obat ini diberikan melalui tetes, bukan pakai sendok. Dapat disimpulkan terjadi
kesalahan namun hal tersebut tidak termasuk DTP.
5. Pada bulan III, pasien menerima obat tambahan berupa Paraco, pada bulan V menerima Provit sebagai
suplemen makanan dan pada bulan VI menerima Nutrikids sebagai penguat sistem imun pasien. Ketiga obat
tersebut tidak mengalami DTP.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 30/04/07 1. R/ INH 300 X 2. Amoksisilin 125 mgdan asam 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X klavulanat 31,25 mg 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid 500 XX 3. Ca monohidrogen fosfat 100 mg, 3. Suplemen makanan
M f pulv no. XXX Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU, Vit
1x sehari 1 bungkus B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6 1,2
2. R/ Aclam I mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60 mg, Vit
3x sehari 1 sdt D 400 IU, lysine HCl 200 mg,
3. R/ Osimax I curcuma extract 2 mg
2x sehari 1 sdt
2. 14/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
B6 X 2. Candisiasis mulut
Rifampisin 450 X
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Candistin Komp I 2. Nistatin
3x sehari 1 sdt
3. 20/06/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III
B6 X 2. Candisiasis mulut
M f pulv no. XXX 3. Analgetik antipiretik
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Candistin Komp I 2. Nistatin
3x sehari 1 sdt
3. R/ Paraco Syr I 3. Parasetamol
3x sehari 1 sdt
4. 15/08/07 R/ INH 300 X OAT bulan IV
B6 X
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94

5. 10/09/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V


B6 X 2. Meningkatkan nafsu
Rifampisin 450 XX makan
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus 2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit
2. R/ Provit I B12, vit C, vit E, Lysin HCl, Ca
1x sehari 1 sdt pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
6. 05/10/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Dokumentasi yang tidak baik dan kekurangtelitian menyebabkan pengobatan yang diberikan pada pasien
tidak sesuai dengan pedoman penatalaksanaan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa
meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Karena tujuan yang sama itulah maka sebaiknya Aclam tidak diberikan pada pasien. Namun kelebihan dosis
pada Osimax tidak berakibat buruk.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 33 / RM : 001650

Tanggal terapi : 9 Mei – 23 Oktober 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 12 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah nyeri dada dan sesak nafas. Hal tersebut
diderita menetap dan kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 26 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Uji Tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin, berat badan 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, sesak nafas, tidak nafsu makan, tidak ada flek, tidak berkeringat dingin.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Penmox, antibiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan mikobakterium. Obat ini telah diberikan dengan tepat. Kemudian pasien juga mendapatkan
Salbuven untuk melancarkan saluran nafas pasien, dan obat ini juga diberikan sesuai aturan penggunaan.
2. Setelah didapat hasil skoring sistem dan uji Tuberkulin/Mantoux test, pasien langsung mendapatkan terapi
OAT fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat
badan 20-32 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan
Pirazinamid (PZA) 600 mg per hari selama 2 bulan. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH 200 mg dan
Rifampisin 300 mg. Dimana dokter telah memberikan FDC untuk masa terapi 6 bulan.
3. Pada terapi bulan III pasien mendapatkan Hisdane untuk mengurangi gejala pilek yang muncul. Menurut
aturan penggunaan obat ini diberikan 2x/hari, namun pada resep hanya 1x/hari. Berarti terjadi DTP dosis
kurang.
4. Pada bulan IV pasien mendapatkan Lasal untuk meredakan gejala sesak nafas yang timbul. Obat ini telah
diberikan dengan tepat.
5. Bulan V pasien mendapatkan Salbuven untuk meredakan gejala sesak nafas yang timbul. Obat ini telah
diberikan dengan tepat. Selain itu pasien juga mendapatkan Nutrikids sebagai suplemen makanan yang juga
telah diberikan dengan tepat.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 09/05/07 1. R/ Penmox Syp I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven Syp I
3x sehari 1 sdm
2. 11/05/07 1. R / FDC bulan I 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan I
2. R/ Nutrivit XX dan PZA 600 mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

3. 09/06/07 1. R/ FDC bulan II 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan II
2. R/ Provit I dan PZA 600 mg 2. Menambah nafsu makan
1x sehari 1 sdm 2. Vit A, vit B, vit B2, vit B6, vit B12,
vit C, vit E, Lysin HCl, Ca
pantotenat, Ca laktat, nikotinamida
4. 10/07/07 1. R/ FDC bulan III 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan III
2. R/ Hisdane X mg 2. Polinosis akut, rinitis
1x sehari 1 tablet 2. Terfenadine non-seasonal dan
vasomotor, dermatitis
alergi, urtikaria dan udem
angioneuritik
5. 06/08/07 1. R/ FDC bulan IV 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan IV
2. R/ Lasal I mg 2. Asma bronkial, bronkitis
3x sehari 1 sdm 2. Salbutamol sulfat kronik, emfisema dan
kondisi bronkospastik
lainnya
6. 12/09/07 1. R/ FDC bulan V 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan V
2. R/ Nutrivit XX mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine 3. Pelega saluran nafas
3. R/ Salbuven Syp I 3. Salbutamol sulfat
3x sehari 1 sdm
7. 23/10/07 1. R/ FDC bulan VI 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan VI
2. R/ Nutrivit XX mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
Plan :
Agar permasalahan dosis pada Hisdane tidak terjadi, kerjasama pihak dokter dan apoteker sangat penting,
sehingga pasien tidak menjadi pihak yang dirugikan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 34 / RM : 002251

Tanggal terapi : 28 Juni – 23 November 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah sering batuk, pilek, badan panas, kejang-
kejang dan ada benjolan di leher.
Obyektif :
• BB 16 kg
• Hasil sistem skoring 4: Batuk 1 poin, demam 1 poin, pembesaran kelenjar 1 poin, berat badan 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif.
• Anamnesis : Batuk, pilek, demam, sesak nafas, tidak nafsu makan, tidak ada flek, berkeringat di malam
hari, ada benjolan di leher.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat
yang merupakan antibiotik. Obat lain yang juga diresepkan adalah Salbuven dan Lacoldin, yang sama-sama
diberikan 3x/hari 1 sdm. Menurut aturan penggunaan obat ini hanya diberikan 3x/hari 1 sdt saja. Berarti
pada kedua obat ini terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase
intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan
10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari.
Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai suplemen penambah daya tahan tubuh maka pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan II – V.
Pemberian obat ini tidak mengalami permasalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/06/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven I 3. Paracetamol 250 mg, 3. Meringankan gejala flu :
3x sehari 1 sdm fenilpropanolamin HCl 6 mg, demam, sakit kepala, hidung
3. R/ Lacoldin I dekstrometorfan HBr 7,5 mg, tersumbat, bersin-bersin
3x sehari 1 sdm klorfeniramin maleat 1 mg disertai batuk
2. 30/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 30/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 27/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III, IV dan V
5. 25/09/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
6. 23/10/07 M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
7. 23/11/07 R/ FDC INH 100 mg dan Rifampisin 150 mg OAT bulan VI
Plan :
1. Agar permasalahan dosis tidak terjadi, kerjasama pihak dokter dan apoteker sangat penting. Sehingga
pasien tidak menjadi pihak yang dirugikan.
2. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase
intensif maupun fase lanjutan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 35 / RM : 000252

Tanggal terapi : 22 Januari – 13 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 12 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan sering dehem-dehem.
Dirasakan lebih dari 3 minggu dan diderita kumat-kumatan.
Obyektif :
• BB 33 kg
• Hasil sistem skoring 5 : Uji Tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin, berat badan 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk kadang-kadang, tidak pilek, tidak demam, tidak nafsu makan, tidak sesak nafas, dan
muntah.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan obat Risina untuk meredakan gejala yang dirasakan yang
diberikan 1x/hari 1 sdt. Hal tersebut telah sesuai dengan aturan penggunaan.
2. Setelah pasien didiagnosis TB, terapi yang diberikan adalah OAT berupa FDC untuk pasien dengan BB 30-
37 kg. Untuk fase intensif diberikan kombinasi 3 macam obat dan pasien telah menerima terapi dengan
lengkap serta tidak terjadi DTP.
3. Memasuki bulan III pasien menerima terapi fase lanjutan selama 4 bulan dengan dua macam obat
kombinasi yang tetap diberikan dalam bentuk FDC yang ringkas namun tidak mengalami DTP dosis
berlebih.
4. Untuk menjaga kondisi pasien tetap sehat maka dokter memberikan obat tambahan berupa suplemen,
Vitacur 2x/hari 1 sdt pada bulan I, dan Nutrikids 3x/hari 1 tablet pada bulan III. Kedua obat tersebut
diberikan dengan tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 22/01/07 R/ Risina I Cetirizine diHCl Urtikaria idiopatik kronik,
1x sehari 1 sdt meredakan gejala bersin,
gatal dan hidungt berair pada
rinitis alergi
2. 24/01/07 1. R/ FDC bulan I 1. INH 200 mg, Rifampisin 300 mg 1. OAT bulan I
2. R/ Vitacur I dan PZA 600 mg 2. Meningkatkan nafsu makan
2x sehari 1 sdt 2. Kurkuminoid, B-karoten,
dekspantenol, B1, B2, B6, B12, D,
Ca-pidolat, fruktooligosakarida
3. 22/02/07 R/ FDC bulan II INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan OAT bulan II
PZA 600 mg
4. 24/03/07 1. R/ FDC bulan III 1. INH 200 mg dan Rifampisin 300 1. OAT bulan III
2. R/ Nutrivit XX mg 2. Penguat sistem imun
3x sehari 1 tablet 2. Colostrum bovine
5. 27/04/07 R/ FDC INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg OAT bulan IV, V dan VI
6. 14/06/07
7. 13/07/07
Plan : -

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 36 / RM : 002253

Tanggal terapi : 28 Juni – 28 November 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 4 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk pada malam hari.
Obyektif :
• BB 12,5 kg
• Hasil sistem skoring 6 : Uji Tuberkulin 3 poin, batuk 1 poin, demam 1 poin dan berat badan 1 poin
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk malam hari, pilek, demam, keringat dingin, sesak nafas, tidak flek, dan tidak nafsu
makan.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan 3 macam obat yaitu Novax, Salbuven dan Lapisiv. Novax
sebagai antibiotik spektrum luas yang telah diberikan sesuai dosis penggunaan. Salbuven sebagai pelega
saluran nafas juga telah diberikan sesuai dengan aturan penggunaan. Obat yang ketiga adalah Lapisiv
sebagai obat untuk batuk yang diderita pasien. Pada resep tercantum bahwa obat ini diberikan 3x/hari 1 sdt,
padahal pada aturan dosis obat untuk anak usia 4 tahun hanya diberikan 3x/hari ½ sdt saja. Berarti untuk
Lapisiv telah terjadi DTP dosis berlebih.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase
intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan
10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari.
Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Sebagai suplemen penambah daya tahan tubuh maka pasien diberi Nutrikids pada bulan II dan VI. Obat ini
diberikan sesuai aturan dosis obat, sehingga tidak ada permasalahan.
5. Pada bulan V pasien juga mendapatkan GG dan CTM untuk membantu mengurangi gejala batuk yang
dirasakan pasien. Obat tersebut telah diberikan menurut aturan dosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 28/06/07 1. R/ Novax I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. Salbutamol sulfat 2. Pelega saluran nafas
2. R/ Salbuven I 3. Difenhidramina-HCL 12,5 mg, 3. Batuk produktif pada
3x sehari 1 sdt dekstrometorfan-HBr 7,5 mg, penyakit saluran nafas
3. R/ Lapisiv I fenilpropilamina-HCl 6 mg,
3x sehari 1 sdt amonium klorida 100 mg,
gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
2. 30/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan I
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
3. 30/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 29/08/07 R/ INH 300 XX OAT bulan III
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
5. 28/09/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan IV
Rifampisin 450 XX 2. Batuk produktif pada
M f pulv no. XXX penyakit saluran nafas
3x sehari 1 bungkus 2. Difenhidramina-HCL 12,5 mg,
2. R/ Lapisiv I dekstrometorfan-HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdt fenilpropilamina-HCl 6 mg,
amonium klorida 100 mg,
gliserilguaiakolat 75 mg, Na-sitrat
50 mg, mentol 0,75 mg
6. 29/10/07 1. R/ INH X 1. OAT bulan V
B6 X 2. Ekspektoran
Rifampisin X 3. Vitamin
M f pulv no. XXX 4. Vitamin
3x sehari 1 bungkus 5. Antihistamin
2. R/ GG XV
2x sehari 1 tablet
3. R/ Vit B1 XV
2x sehari 1 tablet
4. R/ Vit C XV
2x sehari 1 tablet
5. R/ CTM XV
2x sehari 1 tablet
7. 28/11/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan VI
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
3x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase
intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosisi yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 37 / RM : 001363

Tanggal terapi : 18 April – 11 September 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk dan panas.
Obyektif :
• BB 15 kg
• Hasil sistem skoring 4 : Batuk 1 poin, demam 1 poin dan berat badan 2 poin
• Hasil Mantoux test negatif
• Anamnesis : Batuk, panas.
Assesement :
1. Untuk mengetahui penyakit yang diderita maka pasien diuji dengan Mantoux test dan sistem skoring,
selama menunggu hasil maka dokter memberikan Penmox yang mengandung amoksisilin trihidrat
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikobakterium. Obat ini diberikan sesuai aturan penggunaan.
Obat lain yang juga diresepkan adalah Collerin dan Osimax. Kedua obat juga telah diberikan dengan tepat.
2. Setelah didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase
intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan
10-19 kg dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan
Pirazinamid (PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari
untuk mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari.
Akibatnya terjadi DTP dosis berlebih.
3. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
4. Nutrikids pada bulan II dan V sebagai penguat sistem imun tidak memiliki permasalahan DTP.
5. Berdasarkan data RM pasien mengalami kurang gizi karena berat badannya sangat rendah dibanding anak-
anak seusianya.
Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 18/04/07 1. R/ Collerin I 1. Difenhidramina-HCl 12,5 mg, 1. Meringankan batuk dan
3x sehari 1 sdt gliseril guaiakolat 50 mg, Na-sitrat pilek
2. R/ Osimax Syp I 180 mg, fenilpropanolamina-HCl 2. Suplemen makanan
1x sehari 1 sdt 7,5 mg.
2. Ca monohidrogen fosfat 100 mg,
Ca laktat 113 mg, Vit A 2400 IU,
Vit B1 4 mg, Vit B2 1,2 mg, Vit B6
1,2 mg, Vit B12 4 mcg, Vit C 60
mg, Vit D 400 IU, lysine HCl 200
mg, curcuma extract 2 mg.
2. 20/04/07 1. R/ Penmox 250 I 1. Amoksisilin trihidrat 1. Antibiotik saluran nafas
3x sehari 1 sdt 2. OAT bulan I
2. R/ INH 300 X
Rifampisin 450 X
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 18/05/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 15/06/07 R/ INH 300 X OAT bulan III, IV dan VI
5. 18/07/07 Rifampisin 450 X
7. 11/09/07 M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
6. 13/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100

Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase
intensif maupun fase lanjutan.
2. Akibat kurangnya berat badan pasien maka akan lebih baik jika tiap bulannya mendapatkan suplemen
makanan atau penambah nafsu makan.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 38 / RM : 002265

Tanggal terapi : 2 Juli – 26 November 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 10 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah batuk, kembung dan sesak nafas.
Obyektif :
• BB 19 kg
• Hasil sistem skoring 4 : Uji Tuberkulin 3 poin dan batuk 1 poin.
• Hasil Mantoux test positif.
• Anamnesis : Batuk, pilek dan sesak nafas.
Assesement :
1. Pada RM diketahui bahwa dokter tidak memberikan obat pada saat menunggu hasil Mantoux test. Setelah
didapat hasil diagnosis TB maka pasien mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan, pengobatan fase intensif
selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 10-19 kg
dilakukan dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 100 mg, Rifampisin 150 mg dan Pirazinamid
(PZA) 300 mg per hari selama 2 bulan. Selain itu juga digunaan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk
mengurangi efek samping dari INH. Pada RM PZA yang diberikan adalah 333,33 mg per hari. Akibatnya
terjadi DTP dosis berlebih.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 10-19 kg meliputi INH
100 mg dan Rifampisin 150 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Namun pada bulan IV pasien justru mendapatkan kedua obat dengan jumlah yang
2x lebih banyak, sehingga justru terjadi DTP dosis berlebih. Pada bulan V dan VI terjadi DTP dosis
berlebih lagi, namun hanya untuk Rifampisin saja dengan jumlah yang 2x lebih banyak.
3. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan I, III, dan IV. Obat ini tidak
memiliki permasalahan DTP.
4. Selain mendapat OAT pada bulan II pasien juga menerima Vomidone untuk mengobati gejala kembung dan
mual yang dirasakan dan juga Lacoldin untuk meringankan gejala flu yang dialami. Menurut aturan
penggunaan Lacoldin dan Vomidone harusnya diberikan 3x/hari 1 sdt, sedangkan pada resep tercantum 1
sdm. Berarti terjadi DTP dosis berlebih untuk kedua obat.
5. Pada bulan V dokter meresepkan GG untuk meredakan batuk, vitamin C dan B. Ketiga obat diberikan
dengan tepat dan tidak ada permasalahan DTP.
Penatalaksaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 02/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
Pirazinamid 500 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
1x sehari 1 tablet
2. 30/07/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan II
Rifampisin 450 X 2. Mengobati mual dan
Pirazinamid 500 XX muntah
M f pulv no. XXX 3. Meringankan gejala flu :
1x sehari 1 bungkus 2. Domperidon maleat demam, sakit kepala,
2. R/ Vomidone I 3. Paracetamol 250 mg, hidung tersumbat dan
3x sehari 1 sdm fenilpropanolamin HCl 6 mg, bersin-bersin disertai batuk
3. R/ Lacoldin I dekstrometorfan HBr 7,5 mg,
3x sehari 1 sdm klorfeniramin maleat 1 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101

3. 29/08/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan III dan IV


4. 29/09/07 Rifampisin 450 X 2. Penguat sistem imun
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
5. 27/10/07 1. R/ INH 300 X 1. OAT bulan V
B6 X 2. Ekspektoran
Rifampisin 450 XX 3. Vitamin
M f pulv no. XXX 4. Vitamin
1x sehari 1 bungkus
2. R/ GG XX
3x sehari 1 tablet
3. R/ Vitamin B
3x sehari 1 tablet
4. R/ Vitamin C
3x sehari 1 tablet
6. 26/11/07 R/ INH 300 X OAT bulan VI
B6 X
Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
1. Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah OAT yang diresepkan baik pada fase
intensif maupun pada fase lanjutan. Untuk mencegah permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa
meresepkan FDC anak dengan BB 10-19 kg, baik untuk fase intensif maupun fase lanjutan.
2. Untuk pasien yang masih anak-anak hendaknya dokter lebih berhati-hati dalam penetapan dosis dan
apoteker dapat melakukan koreksi jika ada permasalahan dosisi yang terjadi.

Evaluasi DTP Pasien TB Anak No. 39 / RM : 000668

Tanggal terapi : 23 Februari – 23 Juli 2007


Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki dan berusia 8 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan mendapatkan
pengobatan selama 6 bulan. Keluhan utamanya adalah benjolan di leher.
Obyektif :
• BB 25,5 kg
• Hasil sistem skoring 2 : Batuk 1 poin dan pembesaran kelenjar 1 poin.
• Hasil Mantoux test negatif
• Anamnesis : Benjolan di leher warna coklat, batuk, tidak pilek dan tidak demam.
Assesement :
1. Meskipun hasil Mantoux test negatif namun pasien tetap mendapatkan terapi OAT selama 6 bulan,
pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Karena selama terapi OAT
pasien menunjukkan perbaikan klinis. Terapi intensif untuk anak dengan berat badan 20-32 kg dilakukan
dengan pemberian 3 obat kombinasi yaitu INH 200 mg, Rifampisin 300 mg dan Pirazinamid (PZA) 600 mg
per hari selama 2 bulan. Fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH 200 mg dan Rifampisin 300 mg.
Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah PZA yang diberikan adalah 666,67 mg per hari, berarti
terjadi DTP dosis berlebih.
2. Penggunaan obat pada fase lanjutan selama 4 bulan untuk anak dengan berat badan 20-32 kg meliputi INH
200 mg dan Rifampisin 300 mg. Disertai dengan peresepan vitamin B6 5-10 mg per hari untuk mengurangi
efek samping dari INH. Fase ini telah dilaksanakan dengan lengkap.
3. Selain mendapat OAT pada bulan I rupanya dokter juga meresepkan Robamox. Robamox adalah antibitotik
saluran nafas. Obat ini telah diberikan dengan tepat.
4. Sebagai penguat sistem imun pasien mendapatkan Nutrikids pada bulan III dan obat ini tidak memiliki
permasalahan DTP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102

Penatalaksanaan :
No. Tanggal Terapi Komposisi Kegunaan menurut pustaka
1. 23/02/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan I
Rifampisin 450 XX 2. Antibiotik saluran nafas
Pirazinamid XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Robamox 250 I 2. Amoksisilin trihidrat
3x sehari 1 sdt
2. 23/03/07 R/ INH 300 XX OAT bulan II
Rifampisin 450 XX
Pirazinamid XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
3. 23/04/07 1. R/ INH 300 XX 1. OAT bulan III
Rifampisin 450 XX 2. Penguat sitem imun
Pirazinamid XL
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
2. R/ Nutrivit XX 2. Colostrum bovine
3x sehari 1 tablet
4. 24/05/07 R/ INH 300 XX OAT bulan IV, V dan VI
5. 22/06/07 B6 XX
6. 23/07/07 Rifampisin 450 XX
M f pulv no. XXX
1x sehari 1 bungkus
Plan :
Akibat kelebihan dosis itu maka perlu dilakukan koreksi jumlah PZA yang diresepkan Untuk mencegah
permasalahan dosis sebenarnya dokter bisa meresepkan FDC anak dengan BB 20-32 kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103

BIOGRAFI PENULIS

Penulis dengan nama lengkap Sukma Paramita


Citraningtyas merupakan anak kedua dari pasangan
Bambang Pudjoasmoro dan Ninik Rumniyati. Lahir di
Magelang pada tanggal 6 Januari 1987.
Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi 2
dan lulus pada tahun 1993. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SD Negeri Rejowinangun Selatan 2
Magelang dan lulus pada tahun 1999, SLTP Negeri 1
Magelang dan lulus pada tahun 2002, dan dilanjutkan lagi di SMF Indonesia
Yogyakarta serta lulus pada tahun 2005. Untuk mendapatkan gelar S1 penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi, penulis pernah menjadi
asisten praktikum Perbekalan Steril.

Anda mungkin juga menyukai