Anda di halaman 1dari 3

OPTIMALISASI AMAL DI BULAN SYA’BAN MENUJU KESUKSESAN PUASA RAMADAN

Tak terasa bulan yang dinanti umat islam sebentar lagi akan datang menghampiri kita. Sebuah bulan dimana
pahala akan benar-benar didiskon dan ampunan dibuka lebar-lebar. Bulan apa lagi kalau bukan bulan
Ramadhan, bulan dimana kita berkesempatan untuk berjuang memperbaiki diri, mengoptimalkan berbagai opsi
Ibadah yang ada dan semaksimal mungkin memohon ampun dosa-dosa kita.

Dan saait Kita tengah berada di bulan Sya’ban. Bulan Sya’ban termasuk bulan-bulan tahun Hijriyah. Secara
bahasa bisa berarti menyebar dan berpencar. Konon, dinamakan bulan itu karena orang-orang Arab kuno di
bulan ini berpencaran untuk mencari air. Atau mereka berpencar dalam serangan kepada musuh. Ada pula
yang mengatakan sya’aba berarti muncul, sebab ia muncul diantara bulan Rajab dan Ramadhan.
Dengan kasih sayang-Nya Allah memberi kesempatakan kepada kita untuk beramal di bulan ini, sebagai
persiapan memasuki bulan Ramadhan yang sarat dengan kebaikan yang memicu seorang muslim untuk
mengerahkan segenap potensinya demi kesuksesan mendapatkan kasih sayang, ampunan, dan dijauhkan dari
jilatan api neraka. Maka, bulan Ramdhan layak untuk ditunggu kehadirannya bahkan layak untuk disambut
dengan gegap gempita, dengan kesiapan mental dan spiritual.

Namun ternyata masyarakat sering melupakan bulan sya’ban yang tak kalah mulianya ketimbang bulan
Ramadhan. Bulan Sya`ban yang notabene waktunya sebelum Bulan Ramadhan seringkali luput dari perhatian
umat Islam dalam hal optimalisasi ibadah di bulan Ramadhan. Aisyah pernah berkata, “Rasulullah SAW tidak
pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh
pada bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari)
Terkait dengan kebiasaan puasa itu, sahabat Usamah pernah bertanya pada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, saya
tidak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Engkau lakukan dalam bulan Sya’ban.’ Rasul
menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.
Di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat,
aku dalam keadaan puasa.” (HR. Abu Dawud dan An Nasai, lihat shahih targhib wat tarhib 425 dan shahih abu
Dawud 2/461)

Kemuliaan Sya`ban
Dari uraian singkat di atas, dapat dilihat betapa Bulan Sya’ban memiliki keutamaan yang tak kalah mulianya
dari bulan-bulan yang lainnya. Dua kemuliaan disematkan untuk Bulan Sya`ban, diantaranya adalah :

Amal Kebaikan di Bulan Sya`ban diangkat Oleh Allah


Hal ini terlihat secara jelas berdasar penggalan hadits Abu Dawud dan Nasa’i di atas yang menyebutkan bahwa
“Di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam.” Oleh karena itu, momentum
diangkatnya amalan baik ini bisa dimanfaatkan oleh kita untuk memperbaiki amal ibadah. Amalan wajib
diperbaiki dan amalan sunnah ditingkatkan sembari mempersiapkan bulan Ramadhan.

Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan


Datangnya bulan Ramadhan memang perlu dipersiapkan sebaik mungkin. Oleh karena itu, bulan Sya’ban dapat
dimanfaatkan untuk introspeksi diri terhadap amalan-amalan yang telah dilakukannya. Apa yang perlu
diperbaiki, apa yang harus ditingkatkan, dan apa saja yang harus dikurangi. Hal itu penting dilakukan agar
optimalisasi amalan kita di bulan Ramadhan dapat terpenuhi. Dalam konteks inilah bulan
Puasa di bulan Sya’ban secara tidak langsung juga dapat digunakan sebagai pemanasan menjelang bulan
Ramadhan. Badan perlu dibiasakan berpuasa agar nantinya tidak “kaget” ketika menjalani puasa Ramadhan.

Berhati-hati dengan Tradisi


Walaupun kita mengetahui keutamaan bulan Sya’ban ini, namun kita tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya melakukan ibadah dan ritual-ritual tertentu, bahkan dekat dengan
kemusrikan, tanpa ada dasar dalil yang shohih, walaupun pada dasarnya baik,. Cukuplah melakukan hal-hal
yang secara jelas telah dilakukan Rasulullah SAW.

Sya’ban adalah bulan pemanasan dan bulan penyiapan. Dan hanya orang yang memiliki kesiapan yang akan
sukses meraih kebaikan bulan Ramadhan. Rasul dan para Salafus-Shalih pun menjadikannya sebagai landasan
pacu untuk terbangkan diri ke angkasa ampunan dan keberkahan bulan yang padanya terdapat satu malam
senilai seribu bulan kebaikan.
Kendatipun terdapat fakta lain tentang bulan ini seperti yang diungkapkan oleh Nabi yang tidak pernah
berbicara dengan hawa nafsunya, bahwa ia adalah bulan yang terlupakan, karena diapit oleh dua bulan ‘besar’.
Yakni bulan Haram (Ashurul Hurum), Rajab dan bulan Ramadhan.

Usamah bin Zaid menuturkan kisahnya bersama Rasulullah,


“Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, aku tidak melihatmu berpuasa diantara bulan-bulan sebagaimana engkau
berpuasa di bulan Sya’ban.’ Beliau menjawab, ‘Dia adalah bulan dimana manusia melupakannya, (karena
berada) diantara Rajab dan Ramadhan. Dan dia adalah bulan dimana segala amal diangkat kepada Tuhan
semesta alam. Aku ingin agar amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa.” (Nasa’i dan Abu
Dawud)
Berikut ini merupakan contoh aktifitas ibadah dan amal yang bisa dijadikan sarana persiapan muslim
menyiapkan dirinya memasuki bulan suci Ramadhan. Dan dengan kebersihan niat mengharap ridha Allah
seseorang mendapatkan taufiq Allah hingga memiliki kesiapan maksimal:
1.
1.Puasa
Nabi Muhammad saw. sendiri menjadikan ibadah puasa ini sebagai pembeda antara bulan Sya’ban dengan
bulan-bulan lain selain Ramadhan dengan seringnya beliau berpuasa.

Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah, Ummul Mukminin, ra. bahwa ia menuturkan,
“Adalah Rasulullah saw. saat berpuasa sampai kami mengira beliau tidak akan berbuka dan saat beliau berbuka
kami mengatakan beliau tidak akan berpuasa. Aku tidak pernah melihat Rasulullah menuntaskan puasa sebulan
penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan
Sya’ban.” (Bukhari Muslim)

Para ulama, diantara mereka Abdullah bin Mubarak seapakat bahwa beliau memang tidak puasa penuh di bulan
Sya’ban, namun paling sering berpuasa di bulan ini. Riwayat lain dari Aisyah menguatkan hal ini.
“Aku tidak pernah melihat beliau -sejak pertama kali datang ke Madinah- berpuasa sebulan penuh selain
Ramadhan.” (Bukhari dan Muslim)
1.
2.Evaluasi, Qadha Puasa, dan bekal Ilmu
Yakni seorang mengevaluasi perjalannya pada bulan-bulan sebelumnnya dan di bulan ini, seperti yang
diberitakan Rasulullah sebagai bulan dimana amal perbuatan diangkat lalu beliau ingin mempersembahkan
amal terbaik saat itu. Para Salafus-Shalih pun melakukan hal sama di saat seperti ini, mereka mengevaluasi
amal mereka. Bagi yang memiliki tanggungan puasa bulan Ramdhan tahun kemarin, ini saatnya melakukan
qadha atas puasa yang ditinggalkan itu. Sebab setelah bulan ini tidak ada lagi kesempatan untuk meng-
qadhanya. Ummul Mukminin, Aisyah suka meng-qadha puasa Ramadhan di bulan Sya’ban ini.
Termasuk yang dievaluasi adalah yang terkait dengan pemahaman seputar Ramadhan, hukum berupuasa atau
seputar fiqih Ramadhan.

1. 3. Shalat Berjamaah
Terutama bagi kaum laki-laki. Menyiapkan diri dengan shalat berjamaah di awal waktu dan di masjid adalah
sebagik-baik amal ketaatan dan taqarrub kepada Allah. Ia juga merupakan sebaik-baik bekal seseorang dalam
hidupnya bahkan bukti keimanannya kepada Allah. Ramadhan nanti merupakan momen dimana kaum Muslimin
memakmurkan rumah-rumah Allah dengan ibadah.

1. 4. Interaksi dengan Al-Qur’an


Sebagai bulan dimana Al-Qur’an diturunkan, maka Ramadhan menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki
kualitas dan kuantitas interaksi seorang Muslim dengan Al-Qur’an. Orang-orang shalih menjadikan bulan
Ramadhan sebagai ajang berdekatan dengan Al-Qur’an. Dan tentu akan lebih optimal manakala seseorang
telah terlebih dahulu menyiapkan dirinya berinteraksi secara baik dengannya; membacanya, menghapalnya,
mengamalkannya, dan mengajarkannya. Menyibukkan diri dengan kalamullah akan membimbing seseorang
untuk menngendalikan lisannya mengatakan yang haq dan menjauhi perkataan yang tidak terpuji bahkan yang
terlarang dalam agama. Jika seseorang bisa berjam-jam berkomunikasi dengan manusia, mengapa tidak bisa
meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan Tuhan-nya manusia melalui firman-Nya, yang tidak ada
kebohongan dan kebatilan padanya?

1. 5. Qiyamul-Lail dan Shalat Sunnah


Meningkatkan frekuensi shalat malam dan shalat-shalat Sunnah lainnya adalah bekal utama memasuki bulan
Ramadhan, sebab bulan Ramadhan nanti tidak hanya sebagai bulan shiyam, namun juga bulan qiyam (qiyamul-
lail). Melakukan shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari, yang dengan demikian seseorang telah
mempersembahkan seluruh watunya untuk taat kepada Allah. Selain sebagai bekal muslim, Rasul menjanjikan
surga bagi yang senantiasa melakukannya, beliau bersabda,

“Hai sekalian manusia, ucapkanlah salam, beri makan (kepada orang lain), silatur-rahim, dan qiyamul-laillah
kalian dikala orang-orang tidur, niscaya kalian masuk sruga dengan selamat.” (Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim)

1. 6.Infaq dan Shadaqah


Tidak diragukan lagi bahwa pada Ramadhan terdapat anjuran untuk melakukan ibadatul-mal (ibadah dengan
harta). Diantaranya anjuran dan motivasi untuk memberi makanan berbuka kepada orang puasa, dimana
pahalanya seperti orang yang mengerjakan puasa itu sendiri, kewajiban mengeluarkan shadaqatul-fithri (zakat
fitrah), juga semangat kaum Muslimin untuk mengeluarkan zakat dan infak di bulan Ramadhan. Mengeluarkan
harta untuk zakat dan infak sangatlah berat dirasakan jiwa kecuali yang diringankan Allah. Sebab dia
merasakan beratnya bekerja mengais rezki.
Untuk itu perlu melatih jiwa untuk berinfak agar ia tidak terikat kepada harta dan dunia, lalu terasa ringan
olehnya saat mengeluarkan sebagiannya yang nobene bukan miliknya, ia hanya titipan sementara dari Si
Empunya yang sejati, Pemiliki semua khazanah langit dan bumi, Allah Arrazzaq.
1.
2. 7.Muamalah
Terciptanya suasana yang kondusif untuk beribadah sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik keluarga maupun
lingkungan tempat tinggal. Jika seseorang sedang dirundung berbagai persoalan terkait dengan keluarga,
masyarakat, teman, dan kolega, sedikit banyak akan mempengaruhi konsentrasi dalam beribadah. Di
lingkungan keluarga, anak-anak bisa dikondisikan agar mendukung aktifitas ibadah keluarga di bulan
Ramadhan. Perlu disosialisasikan kepada mereka seputar Ramadhan. Bahkan mereka perlu dilibatkan dalam
penyambutannya, misalnya agar mereka membuat kata-kata sambutan atas kedatangan Ramadhan lalu
menempelnya di dinding atau pintu rumah. Juga terkait target-target ibadah di bulan Ramadhan nanti. Tidak
ada salahnya manakala orang tua menjanjikan hadiah bagi siapa yang memenuhi targetnya. Pola hubungan
suami-istri juga perlu diperbaiki agar keduanya lebih optimal dalam bekerja sama menciptakan suasana ibadah
yang kondusif.
Terhadap tetangga perlu ditingkatkan hubunguannya agar tercipta suasana saling menghormati dan menjaga
hingga tercipta suasana harmoni bahkan bisa bekerja sama dalam kebaikan. Dan terhadap kerabat serta handai
tolan bisa dilakukan dengan saling mengunjungi dan saling memaafkan, menyelesaikan masalah diantara
mereka jika ada.
1.
2. 8. Mengurangi Hal-hal yang Tidak Bermanfaat
Tentu tidak sempurna persiapan dan bekal kebaikan tanpa diiringi dengan upaya meninggalkan perbuatan yang
tidak berguna, baik untuk dunia maupun akhirat, apatah lagi perbuatan yang diharamkan oleh Islam. Sebab
keshalihan itu adalah melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Bebagai kebiasaan negatif dan tidak
produktif hendaknya mulai dikurangi bahkan dijauhi di bulan ini. Sebab jika tidak, sia-sia di bulan Ramadhan
nanti saat orang melakukan kebikan namun keburukan tidak ditinggalkan. Ia membaca Al-Qur’an dan berzikir,
namun ia juga menggunjing dan membicarakan keburukan orang.
Termasuk kebiasaan yang mesti dikurangi adalah nonton TV yang tidak bermanfaat, apatah lagi dengan acara
yang penuh maksiat, membuka aurat, atau membuka aib orang, berselancar di dunia maya yang sudah
menjadi kebiasaan yang menyibukkan orang-orang modern, hingga menghabiskan waktu berjam-jam untuk
berada di depan TV, komputer, dan sarana komunikasi lain untuk hal-hal yang kurang manfaatnya.

Segala kegiatan yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadah bulan Ramadhan bisa dilakukan di bulan ini,
seperti membeli pakaian untuk keperluan lebaran, memperbaiki dan merapikan rumah, menyiapkan segala
keperluan Ramadhan, serta berbagai kegiatan pribadi, keluarga, tugas, jika bisa dilakukan bulan ini, sebaiknya
dilakukan.
Tentu masih banyak amal perbuatan yang bisa dilakukan seseorang di bulan ini, masing-masing melakukan
sesuai dengan kemudahan yang diberikan Allah kepadanya. Jika niat dan tekad telah ditancapkan, Allah akan
memudahkan seseorang untuk melakukannya, semoa Allah memberkahi kita di bulan ini dan menyampaikan
kita di bulan Ramadhan nanti. Wallahu A’lam.

Hadits-hadits shahih banyak menjelaskan kepada kita, bahwa untuk memperoleh keutamaan dari bulan
Sya’ban, dapat diperoleh dengan melakukan puasa sunnah.
Mari menyambut bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang maksimal di bulan Sya’ban. Semoga ini bisa
bermanfaat untuk saudara- saudaraku semuanya untuk kembali membuat perencanaan ibadah yang baik,
mumpung bulan Sya`ban belum menghampiri kita. Jangan sampai kita hanya terfokus pada optimalisasi di
bulan Ramadhan, namun semoga kita bisa lebih menghidupkan kembali Bulan Sya`ban seraya sebagai batu
loncatan kita dalam optimalisasi Ibadah di Bulan Suci Ramadhan. Insya Allah.
Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai