Khutbah Jum'At
Khutbah Jum'At
Takwa merupaka sebuah anugerah yang paling agung setelah hidayah iman yang telah
dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam kalbu manusia.
Jikalau keimanan itu diibaratkan seperti burung, maka jiwa kita akan terus terbang menuju ke
hadirat Allah SWT dengan menggunakan dua sayap yang kokoh, yaitu sayap pertama sayap
syukur dan sayap sayap kedua adalah sayap sabar.
Hakikat sabar adalah kokoh dan teguh dalam mempertahankan jiwa untuk selalu tetap berada
pada ketentuan syariat Allah SWT, dengan tetap menjalankan ketaatan dan menahan diri dari
segala larangan serta tetap berlapang dada pada atas setiap ketentuan ujian dari Allah SWT.
Maka orang - orang yang bersabar akan senantiasa selalu teguh dan senantiasa selalu menambah
kekuatan tenaga baik jasmanimaupu kekuatan rohaninya untuk meningkatkan amal ketaatan,
terus menambah dan juga mengkokohkan tekun amal ibadah dan amal shalih mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan juga kuatkanlah kesabaranmu itu
dan tetaplah terus bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah engkau kepada Allah
agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: ayat 200).
Mereka juga terus bersabar di dalam menahan berbagai penderitaan atau yang lebih tepatnya
ujian Allah SWT dengan tetap terus melaksanakan ketaatan, sehingga Allah SWT sangar memuji
dan juga menyanjung mereka.
Dengan bekal sabar, seseorang akan menyadari dan ridha bahkan cinta terhadap ketentuan ujian
penderitaan yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT pada dirinya.
Fiman AllahSWT :
Yang artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit kelaparan,
ketakutan, kekurangan harta, jiwa, serta buah-buahan. Dan berikanlah kepada orang-orang yang
sabar berita – berita yang baik” (QS. Al-Baqarah: ayat 155).
Bagaimana tidak, padahal orang-orang musyrik, orang-orang kafir dan juga orang-orang atheis
mampu tetap bertahan dengan penderitaan - penderitaan yang sedang menimpa mereka, maka
orang yang beriman pastinya lebih kokoh, tahan dan juga ridha, bahkan cinta pada ketentuan
takdir itu, kemudian dengan bekal kekuatan jiwa dan imannya itu, orang - orang yang beriman
mencari kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat dari penderitaan tersebut dengan
beristirja` hanya kepada Allah SWT. Istirja` disini maksudnya, meyakini, mengakui, menyadari
secara sepenuhnya serta menyerahkan semua kebaikan urusannya hanya kepada Allah SWT,
sehingga Allah SWT berkenan akan membalasnya dengan yang jauh lebih indah.
Yang garinya “(Yaitu) orang-orang yang jika ditimpa musibah, maka mereka mengucapkan,
‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.” (QS. Al-Baqarah: ayat 155 – 156).
Hadirin Rahimakumullah
Itulah hakikat dari kesabaran yang intinya adalah teguh dan bertahan sekokoh - kokohnya dalam
memperkuat jiwa, kemudian terus memperjuangkan segenap kemampuan jiwanya itu dalam
menempuh keridhaan dari Allah SWT, dengan terus melaksanakan perintah dan tetap menjauhi
laranganNya dalam kondisi seperti apa pun.
Kesabaran yang seperti demikian itulah yang disediakan bagi penyandangnya berbagai jenis
kemuliaan, ketinggian derajat, keagungan, kekuasaan.
Tema yang akan saya bawakan pada kutbah jum’at kali ini tidaklah membawakan tema yang
baru, akan tetapi saya ingin sedikit mengendapkan maklumat dari para hadirin sekalian yang
terdahulu, dan sekarang adalah untuk sedikit merenungi serta mengingat kembali, maksud serta
tujuan dari khutbah Jumat yang amat banyak tersebut. Oleh Karena itu, berdirinya saya di sini,
hanya untuk kembali mengingatkan kita semuanya, baik bagi diri saya sendiri maupun bagi
hadirin semua yang dimuliakan oleh Allah Swt. Seiring dengan firman Allah :
Yang artinya : “Ingatlah olehmu, bahwa sesungguhnya sebuah peringatan itu sangat bermanfaat
atau berguna bagi orang - orang yang beriman”.(Q.S :Adzdzaariyaat : 55).
Maka dengan berlandaskan firman diatas, pada kesempatan yang berbahagia kali ini, saya ingin
kembali mengajak kia semua untuk merenungi maksud dan tujuan dari hidup ini, melalui sebuah
sarana, yang mungkin dapat mengimbangi gerak langkah hidup kita di dalam menjalani hiruk-
pikuknya bahtera dunia ini, mudah-mudahan setidaknya mampu sedikit memotifasi diri kita
semua di dalam mendekatkan diri terhadap Allah Swt, yaitu melalui sarana “mengingat mati”.
artinya : “Aku dan dunia seperti seseorang yang sedang mengadakan perjalanan di suatu hari
yang panas, kemudian berteduh sejenak di bawah rindangnya sebuah pohon, lantas kembali pergi
meninggalkan pohon itu untuk kembali melanjutkan kembali perjalanan yang panjang”. (HR.
Ibnu Mâjah dan Ahmad).
Allahpun berfirman:
“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda gurau semata. Sungguh kampung akhirat
itu lebih baik bagi orang - orang yang bertakwa. Apakah kamu tidak berpikir? (QS : Al-Anâm :
32)
Hadirin jama’ah jum’at sekalian yang dirahmati oleh Allah SWT
Kalau kita membaca dan memahami, maka begitu jelas makna dari hadis dan ayat diastas.
Logikanya, bahwa kehidupan didunia ini bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan hanya sebuah
persinggahan sementara untuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan juga melelahkan,
maka bekal apakah yang semestinya kita siapkan untuk sebuah perjalanan yang maha panjang
tersebut? Di antara hal yang bisa memotivasi diri kita untuk mempersiapkan bekal tersebut
dengan sebaik - baiknya adalah dengan cara memperbanyak mengingat mati.
Nabi Saw bersabdah
yang artinya : "Perbanyakkanlah untuk mengingati mati, maka niscaya kalian akan dapat
menyepelekan kelezatan dunia”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kalaulah kita selalu bersedia untuk mengejar pangkat, harta dan jabatan yang hanya bersifat
sementara, bahkan belum tentu semua itu bisa kita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk
mempersiapkan diri kita terhadap hal yang sudah pasti akan kita rasakan nantinya. Bukankah
kenyataan hidup selama ini telah mengatakan, bahwa umur manusia itu akan ada akhirnya ?