Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada

penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan

kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar

atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,

2013). Sedangkan menurut Suliha (2006) Pendidikan kesehatan adalah

proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,

kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai

tujuan hidup sehat.

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar ada individu,

kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri.

Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan

untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun

ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal ( Nasution, 2004).

2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kesehatan

Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan secara umum yaitu

untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang

10

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
11

kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan dan manfaat pendidikan

kesehatan ialah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih

besar pada kesehatan (dirinya).

e. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah

dan mencegah penyakit menular.

f. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,

keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan

dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.

g. Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan

terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya

hidup dan perilaku sehat sehingga angka kesakitan terhadap

pnyakit tersebut berkurang (Notoatmodjo, 2007, Suliha, 2005)

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu:

a. Dimensi Sasaran

1) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
12

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

b. Dimensi Tempat Pelaksanaannya

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan

Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).

2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di

Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit

Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga

pasien.

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran

buruh atau karyawan.

c. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan

1. Promosi kesehatan (Health Promotion).

2. Perlindungan khusus (Specific Protection).

3. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

Prompt Treatment).

4. Pembatasan cacat (Disability Limitation).

5. Rehabilitasi (Rehabilitation). (Mubarak, 2006).

4. Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan

a. Metode ceramah

Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara

lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
13

b. Metode diskusi kelompok

Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau

dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu

dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan

serta membuat suatu keputusan.

c. Metode panel

Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan

pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau

lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel

audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai

peninjau para panelis yang sedang berdiskusi.

d. Metode forum panel

Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung

berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk

merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

e. Metode permainan peran

Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari

simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah,

mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang

mungkin muncul pada masa mendatang.

f. Metode simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu

persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
14

keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang

masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan

pembacaan kesimpulan.

g. Metode demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik

tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya

atau hanya sekadar tiruan (Sanjaya, 2008).

5. Media atau Alat Bantu Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan

Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan

menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat

membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan

menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan

dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran (Suliha,

2005).

Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai berikut:

a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau

media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman

suara.

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi,

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
15

lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis.

c. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung

unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,

misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara.

Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.

d. Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya

a. Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide,

transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus

seperti film projector, slide projector, operhead projector

(OHP).

b. Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku

bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan

tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri

alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh

bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana,

memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak

menimbulkan salah persepsi (Sanjaya, 2008, Suliha, 2005).

6. Hubungan Pendidikan Kesehatan Sanitasi Rumah Dengan

Perilaku Pencegahan ISPA

Menurut WHO (2003) dalam Notoatmodjo (2010), bahwa

pemberian pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pada

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
16

pendidikan kesehatan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat

berkaitan dengan kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat yang

dapat mempengaruhi pencegahan penyebaran penyakit menular.

Dengan pendidikan kesehatan sanitasi rumah sangat erat dengan

perubahan perilaku dalam pencegahan penyakit ISPA. Bahwa

penyuluhan kesehatan ini dapat meningkatkan pengetahuan seseorang

dibandingkan dengan yang tidak diberi penyuluhan.

B. Sanitasi rumah

1. Pengertian

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,

dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan

jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga

dan individu (WHO dalam Keman, 2005).

Menurut WHO sehat adalah keadaan fisik, mental dan sosial yang baik

sempurna serta tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan,

sehingga yang dimaksud rumah sehat adalah rumah yang mendukung

penghuninya untuk dapat hidup sehat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah

bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan seperti rumah

yang memiliki, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai

dan lantai rumah yang tidak lembab, terhindari pencemaran udara , suhu

udara yang baik. Jadi sanitasi rumah adalah menciptakan keadaan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
17

lingkungan rumah yang baik atau bersih untuk kesehatan (Depkes RI,

2008).

2. Tujuan dan Manfaat Rumah Sehat

Tujuan dan manfaat menjadi rumah yang sehat ( Slamet, J, S, 1996)

yaitu :

a) Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular

b) Untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman dan tentram bagi

keluarga

c) Untuk mewujudkan lingkungan rumah sehat yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari hari

d) Untuk menurunkan ketegangan jiwa dan sosial

e) Untuk tempat istirahat

f) Tempat tinggal dan kegiatan hidup harian

g) Melindungi manusia dari cuaca baik/buruk

h) Melindungi penghuninya dari bahaya-bahaya dari luar

i) Meningkatkan hubungan sosial diantara penghuninya.

1. Syarat-Syarat Rumah Sehat

Syarat rumah sehat dan alasan dibuatnya rumah sehat yaitu :

a) Setiap hari membersihkan lingkungan di sekitar rumah bila terlihat

kotor.

b) Menjaga anak tetap dalam keadaan bersih di rumah seperti mengganti

pakaian bila kotor dan bau, jauhkan dari benda kotor.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
18

c) Rutin membersihkan kandang ternak di rumah bila terlihat kotor dan

bau.

d) Melakukan kebersihan rumah seperti menyapu lantai, mengepel lantai

atau membersihkan meja dan perabotan lain dari debu debu dengan

kain lap.

e) Menjaga dinding dan lantai rumah dengan kering dan tidak lembab.

f) Menghindari dari pencemaran udara di rumah seperti debu, asap

rokok, asap dapur, obat nyamuk , dan asap kendaraan motor.

g) Setiap pagi membuka jendela rumah di kamar tidur dan ruang

keluarga agar cahaya dapat masuk terutama cahaya matahari

langsung

h) Membuang sampah dan membakar sampah yang sudah disediakan

tempatnya.

i) Rutin mengganti sprei dan sarung bantal secara teratur bila sudah

kotor.

j) Membuang tinja bayi dan balita ke jamban.

B. Perilaku

1) Pengertian

Perilaku, menurut (soekidjo Notoadmodjo, 2007) menyebutkan

bahwa perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Jadi yang dimaksud perilaku

ialah semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang berupa

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
19

kegiatan fisik yang dapat diamati oleh orang lain. Perilaku dipengaruhi oleh

faktor hereditas dan lingkungan. Faktor hereditas merupakan konsepsi

dasar untuk perkembangan perilaku tersebut.

2) Macam-Macam Perilaku

Menurut Skiner (1980) dalam notoatmodjo (2010) ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respon

terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata-nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-

faktor lain dari orang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
20

stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang

berbeda disebut determinan perilaku, antara lain : Determinan atau

faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang

bersifat bawaan Misalnya tingkatpengetahuan/kecerdasan,sikap,

emosional, dan sebagainya. Determinan atau faktor eksternal, yakni

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi ,politik, dan sebagainya.

3) Domain Perilaku

Benyamin Boon (1968) seorang ahli psikologi pendidikan,

membedakan adanya 3 area wilayah ranah atau domain. Perilaku ini

yaitu kognitif (cognitive), affektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia ke tiga

domain tersebut diterjemahkan kedalam cipta (kognitif), rasa (afektive),

dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, peri tindakan.

Pengukuran dan indikator perilaku mecangkup 3 domain yakni :

Pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik

(practice). Oleh sebab itu mengubah perilaku dan perubahannya

khususnya perilaku kesehatan juga mengacu kepada 3 domain tersebut.

Secara rinci dapat dijelaskan sebagi berikut.

1. Pengetahuan kesehatan ( health knowledge)

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencangkup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.

Pengatahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan ini meliputi :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
21

a) Pengetahuan tentang penyakit menular dan penyakit tidak

menular (jenis penyakit tanda tandanya atau gejala gejalanya

penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara

mengatasinya atau cara menangani sementara).

b) Pengetahuan tentan faktor-faktor yang terkait atau

mempengaruhi kesehatan antara lain : gizi makanan, sarana air

bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,

pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara dan

sebagainya.

c) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang

professional maupun yang tradisional

d) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan

rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat umum.

Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan

responden tentang kesehatan atau besarnya prosentase kelompok

responden kesehatan.

2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude)

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang

terhadap hal-hal berkaitan dengan peeliharaan kesehatan, yang

mencangkup sekurang-kurangnya 4 variabel, yaitu :

a) Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis

penyakit dan tanda-tanda atau gejalanya, penyebabnya, cara

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
22

penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau

menanganinya sementara).

b) Sikap terhadap faktor-faktor terkait atau mempengaruhi

kesehatan, antara lain : gizi makanan, sarana air bersih,

pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,

pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara dan

sebagainya.

c) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehtan yang professional

maupun tradisional.

d) Sikap untuk menghindari kecelakaaan, baik kecelakaan rumah

tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan tempat

umum.

Pengukuran sikap dapat dilakukan sacara langsung maupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau

obyek-obyek yang bersangkutan. Sikap juga dapat di ukur

pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung.

3. Praktik Kesehatan (health practice)

Praktik kesehatan (health practice) atau tindakan untuk hidup

sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka

memelihara kesehtan. Tindakan kesehtan ini meliputi 4 faktor seperti

pengetahuan dan sikap kesehatan tersebut diatas yaitu :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
23

a) Tindakan atau praktik sehubungan dengan penyakit menular

maupun penyakit tidak menular (jenis penyakit dan tanda-

tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara

pencegahanny, cara mengatasinya atau menangani sementara).

b) Tindakan atau praktik sehubungan dengan faktor-faktor yang

terkait atau mempengaruhi kesehatan, antara lain : gizi makanan,

sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran

manusia.

c) Pembuangan sampah,perumahan sehat,polusi udara, dan

sebagainya.

d) Tindakan atau prakti sehubungan dengan penggunaan (utilisasi)

fasilitas pelayanan kesehatan.

4) Tingkatan Perilaku

Domain perilaku menyatakan bahwa, perilaku merupakan bentuk

respons atau reaksi terhadap stimulus dari luar seseorang namun dalam

memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor

lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seorang yang

merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal

maupun eksternal. Penelitian Regers (1974), dalam buku (soekidjo

Notoatmodjo, 2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yakni :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
24

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (ketertarikan), yakni orang tersebut mulai tertarik dengan

stimulus.

3. Evaluation (Penilaian) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

pada dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption (mengadopsi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya tehadap stimulus.

Uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku sangat

dipengaruhi pengetahuan seseorang terhadap suatu objek. Selain

pengetahuan, perilaku oleh adanya interest rasa tertarik yang kemudian

di timbang-timbang, yang dapat membentuk sikap seseorang terhadap

objek tersebut.

5) Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat

dipelajari,berkaitan dengan itu (Walgito, 2006) menerangkan cara

terbentuknya perilaku seseorang sebagai berikut :

a. Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan

misalnya : menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan pagi.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
25

b. Pengertian (insight), terbentuk perilaku ditempuh dengan pengertian,

misalnya bila naik motor harus memakai helm, karena helm tersebut

untuk keamanan diri.

c. Penggunaan model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model

,model yang dimaksud pemimpin, orang tua, dan tokoh panutan lainnya.

Perilaku dapat dibentuk dimana pengetahuan selalu menjadi andalan

untuk membentuk perilaku seseorang , padahal perlu juga, diperhatikan

faktor faktor lain yang membuat stabil perilaku seseorang (Bar Smet,

2005).

6) Pengukuran Perilaku

Salah satu aspek yang paling penting guna memahami perilaku adalah

masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measuresment)

perilaku. Beberapa metode pengungkapan perilaku yang secara historik

telah dilakukan:

a. Observasi perilaku

Untuk mengetahui perilaku seseorang terhadap sesuatu dapat

dengan memperhatikan sikapnya, sebab perilaku merupakan salah satu

indikator sikap individu. sikap merupakan indikator perilaku dalam

konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi perilaku harus

sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap

perilaku yang di tampakan oleh sesorang.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
26

b. Penanyaan Langsung

Perilaku seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung

(direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi yang mendasari

metode penanyaan langsung guna pengungkapan perilaku pertama

adalah asumsi bahwa individu orang yang paling tahu mengenai dirinya

sendiri dan yang kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia

akan mengemukakan secara terbuka apa yang dia rasakan.

Cara pengukuran ini mempunyai keterbatasan dan kelemahan yang

mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid hanya

apabila situasi dan kondisinya memungkinkan kebebasan berpendapat

tanpa tekanan psikologis maupun fisik.

c. Pengungkapan Langsung

Suatu versi pengungkapan langsung (direct assessement) secara

tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal dan

menggunakan aitem ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan

aitem tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab

langsung pertanyaan perilaku tertulis dengan memberi tanda benar atau

salah.

Penyajian dan pemberian responnya yang dilakukan lebih jujur bila

dia tidak menuliskan nama dan identitasnya. Variasi bentuk

pengungkapan dengan aitem tunggal adalah menggunakan kata perilaku

ekstrim pada suatu kontinum sepuluh titik suka sampai benci.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
27

Problem utama dalam aitem tunggal adalah masalah reliabilitas

hasilnya. Aitem tunggal terlalu terbuka terhadap sumber error

pengukuran. Error yang terjadi dapat berkaitan dengan masalah kalimat

atau redaksional pertanyaannya yang mungkin kurang jelas, mungkin

dipahami secara salah, mungkin menggunakan istilah teknis yang

mempunyai arti khusus dan mungkin pula mengandung istilah yang

sensitive sehingga jawaban yang diinginkan oleh individu tidak

menggambarkan jawaban yang seharusnya.

Salah satu pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem

ganda adalah teknik deferensi semantik. Teknik defernsi semantik

dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang berkaitan

dengan suatu obyek tertentu.

d. Skala perilaku

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga

kini dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut dengan

skala perilaku.

Skala perilaku berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai

suatu obyek perilaku. Dari respon subyek pada setiap pertanyaan ini

kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas perilaku

seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkap mengenai

keluasan serta konsistensi perilaku. Salah satu sifat skala perilaku

adalah isi pertanyaan dapat berupa pertanyaan langsung yang jelas

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
28

tujuan ukurannya tetapi dapat pula berupa pertanyaan tidak langsung

yang tampak kurang jelas tujuan ukurannya bagi responden.

Proses pengungkapan perilaku merupakan proses yang rentan

terhadap berbagai kemungkinan error dikarenakan perilaku itu sendiri

merupakan suatu kontrak hipotetik atau konsep psikologis yang tidak

mudah dirumuskan secara operasional. Oleh karena itu, untuk

mengurangi kemungkinan error pengukuran, skala perilaku harus

dirancang secara hati-hati dengan sungguh-sungguh dan ditulis dengan

mengikuti kaidah-kaidah penyusunan skala yang berlaku.

e. Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselabung sebenarnya berorientasi kembali ke

metode observasi perilaku yang sudah dikemukakan diatas, akan tetapi

sebagai obyek pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak yang

disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-

reakasi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang yang bersangkutan

(Azwar, 2005).

7) Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Notoadmodjo, 2007 perilaku hidup sehat dipengaruhi oleh :

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
29

Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman adalah hal yang pernah dialami oleh seseorang ataupun

orang lain oleh sebab itu pengalaman dapat bersumber dari disendiri

dan orang lain.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk

memiliki ataupun meraih pengetahuan dan wawasan yang seluas-

luasnya.

c. Keyakinan

Keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan biasanya tidak

memiliki pembuktian yang kuat terlebih dahulu. Keyakinan yang

dimiliki seseorang akan sangat mempengaruhi pengetahuan.

d. Fasilitas

Fasilktas dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat

digunakan seseorang untuk mendapatkan informasi untuk

memperluas pengetahuan.

e. Latar belakang finansial

Latar belakang finansial seseorang akan berpengaruh pada

kemampuan seseorang untuk melengkapi hidupnya dengan sumber-

sumber informasi yang memadai.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
30

f. Sosial budaya

Kebudayaan, adat istiadat dan kebiasaan yang dianut seseorang

ataupun masyarakat yang ada disekitarnya akan sangat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan perilaku seseorang

terhadap suatu hal.

b) Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu , yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang- tidak senang, setuju- tidak setuju, baik-tidak baik

dan sebagainya).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2005) antara

lain:

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
31

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu masyarakat asuhannya.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yan seharusnya faktual disampaikan seara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat

menentukan system kepercayaan, tidaklah mengherankan jika kalau

pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

c) Kepercayaan

Kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau

pendirian, tanpa menunjukan pro atau anti (Sarwono, 2006).

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakak, atau nenek.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
32

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

d) Tradisi

Tradisi adalah segala sesuatu yang dianggap merupakan kebiasaan dan

adat istiadat turun menurun (Alwi, 2005).

e) Norma Sosial

Norma sosial mencangkup jenis sanksi atau imbalan yang akan

diberikan kepada mereka yang melanggar atau mematuhi peraturan yang

telah disetujui oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Norma sosial

ini digunakan sebagai mekanisme control perilaku individu dalam

masyarakat (Sarwono, 2006), dan norma-norma yang berlaku di

masyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota

masyarakat yang mendukung norma tersebut (Notoatmodjo, 2005).

5. Perilaku Kesehatan

Menurut skinner perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit . sistem pelayanan

kesehatan makanan dan minuman serta lingkungan.Perilaku kesehatan

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoadmodjo, 2005). Yaitu:

a. Perilaku pemelihara kesehatan

Usaha usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan

agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku

pemeliharan kesehatan ini terdiri 3 aspek :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
33

1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit,

serta pemulihan kesehatan bila mana telah sembuh sakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang keadaan sehat.

Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif. Maka dari itu orang sehat

pun perlu di upayakan supaya mencapai kesehatan yang seoptimal

mungkin.

3. Perilaku gizi (makanan dan minuman) , makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya

makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini

tergantung perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

(Notoadmodjo, 2007).

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem dan fasilitas kesehatan

Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) adalah

upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita atau kecelakaan.

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self

treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negri (Notoadmodjo,

2007).

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan

sebagainya,sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
34

kesehatan.Seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak

mengganggu kesehatan sendiri keluarga atau masyarakat. Misalnya

bagaimana cara mengelola pembuangan sampah, tinja, air bersih,

limbah, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007).

6. Perilaku Orang Tua

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang

tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan

menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Peran faktor perilaku

terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku orang tua dalam

mengasuh anak ikut berperan dalam terjadinya kasus ISPA diantaranya

perilaku merokok, membakar sampah, membuang sampah sembarangan,

memelihara hewan dekat rumah.

Perilaku merupakan faktor yang sangat penting didalam turut

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan

rumah. Pada kasus penyakit ISPA biasanya faktor perilaku selalu

dihubungkan aspek “ personal hygiene” karena penyakit ISPA

merupakan penyakit saluran pernafasan yang penyebarannya akibat

rumah tidak sehat , sehingga masyarakat kondisi sanitasi yang buruk

akan berpotensi dalam timbul dan penyebaran ISPA. Ada 3 jenis

perilaku orang tua berkaitan sanitasi yang melindungi dari penyakit

ISPA adalah Hindari asap dekat anak, tersedia ventilasi di lingkungan

rumah , memperhatikan kebersihan tempat tinggal. Rumah yang sehat

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
35

akan membuat para penghuninya sehat dan tidak mudah terkena

penyakit, terutama penyakit ISPA.

Hal tersebut di mungkinkan karena rumah bersih tidak ada polusi,

rumah tidak lembab sehingga tidak menjadi tempat berkembangnya bibit

penyakit dan adanya pertukaran udara yang membebaskan udara

ruangan dari bakteri-bakteri termasuk bakteri yang menyebabkan ISPA.

Khasanah (2013). Kondisi rumah dikatakan sehat bila komponen rumah,

sarana sanitasi, perilaku penghuni dan kriteria lain memenuhi syarat

kesehatan (Depkes RI, 2007).

7. Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Penyakit ISPA

Adapun perilaku penghuni dalam kriteria rumah sehat yaitu :

a) Setiap hari membersihkan lingkungan di sekitar rumah bila terlihat

kotor.

b) Menjaga anak tetap dalam keadaan bersih di rumah seperti mengganti

pakaian bila kotor dan bau, jauhkan dari benda kotor.

c) Rutin membersihkan kandang ternak di rumah bila terlihat kotor dan

bau.

d) Melakukan kebersihan rumah seperti menyapu lantai, mengepel lantai

atau membersihkan meja dan perabotan lain dari debu debu dengan

kain lap.

e) Menjaga dinding dan lantai rumah dengan kering dan tidak lembab.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
36

f) Menghindari dari pencemaran udara di rumah seperti debu, asap

rokok, asap dapur, obat nyamuk , dan asap kendaraan motor.

g) Setiap pagi membuka jendela rumah di kamar tidur dan ruang

keluarga agar cahaya dapat masuk terutama cahaya matahari

langsung

h) Membuang sampah dan membakar sampah yang sudah disediakan

tempatnya.

i) Rutin mengganti sprei dan sarung bantal secara teratur bila sudah

kotor.

j) Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

E. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

1. Defenisi ISPA ( Saluran Pernafasan Akut)

Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan

dengan pengertian sebagai berikut infeksi adalah masuknya

mikroorganism kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

menimbulkan penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari

hidung hingga alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus sinus

rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi Akut adalah infeksi yang

berlangsung sampai dengan 14 hari (DepKes, 2004). Pneumonia adalah

proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru (alveoli).

Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses

infeksi akut pada bronkus disebut Broncho Pneumonia (Justin, 2007).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
37

Berdasarkan pengertian diatas maka ISPA adalah proses infeksi akut

yang berlangsung selama 14 hari yang disebabkan oleh mikroorganisme

dan menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan

mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah).

Termasuk jaringan adneksanya seperti sinus rongga telinga dan pleura

(Justin, 2007 dalam juniva, 2010).

2. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri , virus , riketsia bakteri

penyebab ISPA antara lain genus steptococus, Staphylococcus,

Pneumococus, hemofilus bordetella dan corynebacterium.virus

penyebabnya antara lain Mexovirus, Adenovirus, coronavirus ,

Psikonavirus, Mikopasma, herpesvirus, dan lainnya (DinKes, 2007)

3. Klasifikasi ISPA

Menurut DepKes RI tahun 2008 klasifikasi dari ISPA adalah

a) Ringan ( bukan pneumonia )

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/ menit

hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah , telinga berair.

b) Sedang ( pneumonia sedang )

Batuk dan nafas cepat tanpa stridor gendang telinga merah dari

telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu . faringitis puluren

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
38

dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis

vertical).

c) Berat ( pneumonia berat )

Batuk dan nafas dengan berat,cepat, dan stidor .membran

keabuan di taring kejang apnea dehidrasi berat/ tidur terus sianosis,

dan nada penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah

kedalam.

4. Penyebab ISPA

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran

nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya

pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan

hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat

berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang

digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu.

Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih

anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan

resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002).

Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi

dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah

yaitu dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara

alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada

dinding. Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
39

merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam

rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus

untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap

udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di

pedesaan.Ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan

timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama

berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih

tinggi.

5. Faktor Resiko ISPA

Menurut Depkes (2004) faktor resiko terjadinya ISPA terbagi atas dua

kelompok yaitu:

a. Faktor internal merupakan suatu keadaan didalam diri penderita

(balita) yang memudahkan untuk terpapar dengan bibit penyakit

(agent) ISPA yang meliputi jenis kelamin, berat badan lahir, status

ASI, dan status imunisasi.

b. Faktor eksternal merupakan suatu keadaan yang berada diluar

diri penderita (balita) berupa lingkungan fisik, biologis, sosial dan

ekonomi yang memudahkan penderita untuk terpapar bibit

penyakit (agent) meliputi: polusi asap rokok, polusi asap dapur,

kepadatan tempat tinggal, keadaan geografis, ventilasi dan

pencahayaan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
40

Sedangkan Menurut Depkes RI (2002), faktor resiko terjadinya

ISPA secara umum yaitu:

1. Faktor lingkungan

a. Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk

memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme

pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya

ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya

kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan

kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain.

b. Ventilasi rumah

Ventilasi adalah proses penyediaan udara atau pengarahan

udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara

mekanis. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam

rumah sangat diperlukan karena akan mengurangi polusi

asap yang ada di dalam rumah sehingga dapat mencegah

seseorang menghirup asap tersebut yang lama kelamaan bisa

menyebabkan terkena penyakit ISPA. Luas penghawaan atau

ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas

lantai.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
41

c. Kepadatan hunian rumah

Kepadatan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan

faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Begitu juga

keadaan jumlah kamar yang penghuninya lebih dari dua

orang, karena bisa menghalangi proses pertukaran udara

bersih sehingga menjadi penyebab terjadinya ISPA.

2. Faktor individu

a. Umur

Insiden penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada

bayi dan usia dini pada anak-anak dan tetap menurun

terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6-12 bulan.

b. Berat badan lahir

Anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah

akan mengalami lebih berat infeksi pada saluran

pernapasan. Hal ini dikarenakan pembentukan zat anti

kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena

penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran

pernapasan lainnya.

c. Status gizi

Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah

terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
42

karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit

infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai

nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada

keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ ISPA

berat “ bahkan serangannya lebih lama.

3. Faktor perilaku

Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan

penyakit ISPA pada bayi dan balita merupakan hal

penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu

ataupun oleh anggota keluarga lainnya. Peran aktif keluarga

atau masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting

karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada

sehari-hari di dalam masyarakat atau keluarga.

Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua

karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga itu

balita dan anggota keluarganya yang sebagian besar dekat

dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit

ISPA ketika anaknya sakit. Upaya pencegahan ISPA juga

dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh

keluarga melalui aktifitas fisik yang dilaksanakan setiap

hari.Terjadinya ISPA dalam perilaku dipengaruhi 3 faktor

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
43

meliputi faktor predisposisi ,faktor pemungkin dan faktor

penguat (Notoatmodjo, 2007).

6. Pencegahan ISPA

Pengobatan pasien ISPAmenurut buku pedoman penatalaksanaan.

penderita ISPA untuk Departemen Kesehatan RI (2010) menyatakan

bahwa penyelenggaraan Program P2 ISPA dititikberatkan pada

penemuan dan pengobatan penderita sedini mungkin dengan

melibatkan peran serta aktif masyarakat terutama kader, dengan

dukungan pelayanan kesehatan dan rujukan secara terpadu di

sarana kesehatan yang terkait.

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat

dianggap sebagai strategi untuk mengurangi kesakitan (insiden)

pneumonia. Termasuk disini ialah :

1) Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana

kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku

masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan

faktor resiko penyakit ISPA.

2) Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi,

defisiensi vitamin A.

3) Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat

badan lahir rendah.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
44

4) Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang

menangani masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya

pengobatan sedini mungkin. Upaya pengobatan yang dilakukan

dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :

1) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :

a) Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen

(jika anak mengalami sianosi sentral, tidak dapat minum,

terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi

antibiotik dengan memberikan benzilpenisilin dan

gentamisin atau kanamisin.

b) Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak

diberikan, nasihati ibu untuk menjaga agar bayi tetap

hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan

c) sumbatan pada hidung jika sumbatan itu menggangu saat

memberi makan.

2) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya

meliputi :

a) Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan

oksigen, terapi antibiotik dengan memberikan

kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
45

Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-

5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol

oral, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-

hati dengan pemberian terapi cairan, nilai ulang dua

kali sehari.

b) Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen,

terapi antibiotic dengan memberikan benzilpenesilin

secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit

selama 3 hari, obati demam, obati mengi, perawatan

suportif, hati-hati pada pemberian terapi cairan, nilai

ulang setiap hari.

c) Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan

memberikan kotrimoksasol, ampisilin, amoksilin oral,

atau suntikan penisilin prokain intramuskular per hari,

d) nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah,

obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah 2 hari.

e) Bukan Pneumonia (batuk atau pilek) : obati di rumah,

terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, terapi

spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam,

nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah.

f) Pneumonia Persisten : rawat (tetap opname), terapi

antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol dosis

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
46

tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi

pneumokistik, perawatan suportif, penilaian ulang.

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita penderita

ISPA agar tidak bertambah parah dan mengakibatkan

kematian.

1) Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk

setelah pemberian kloram fenikol selama 48 jam, periksa

adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah

gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.

2) Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah

pemberian benzilpenisilin dalam 48 jam atau kondisinya

3) memburuk setelah pemberian benzipenisilin kemudian

periksa adanya komplikasi dan ganti dengan

kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda

pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari

penyebab pneumonia persistensi. 3) Pneumonia: Coba

untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa

adanya tanda-tanda perbaikan (pernafasan lebih

lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik.

Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat

minum, terdapat penarikan dinding dada atau tanda

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
47

penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu

rawat, obati sebagai pneumonia berat atau pneumonia

sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali tetapi

tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain

penyakit sangat berat, maka ganti antibiotik dan pantau

secara ketat.

12. Peran orang tua dalam pencegahan ISPA

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan atau posisi individu didalam masyarakat.

Dalam setiap posisi terdapat sejumlah peran yang masing-masing terdiri

dari kesatuan perilaku yang kurang lebih bersifat homogen dan

didefenisikan menurut kultur sebagaimana yang diharapkan dalam

posisi atau status (Friedman, 1998).

Kozier (1995) mendefenisikan peran adalah seperangkat tingkah laku

yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai

kedudukannya dalam suatu sistem. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

peran orang tua adalah perilaku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap orang tua sesuai dengan kedudukannya dalam keluarga.

Menurut Nye dan Gecas (1976) dalam Friedman (1998)

mengidentifikasi peran dasar yang membentuk posisi sebagai orang tua

yaitu:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
48

1. Peran sebagai provider (penyedia) yaitu peran untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasikan untuk memenuhi

kehidupan.

2. Peran perawatan anak yaitu peran untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi. Orang tua diharapkan dapat melindungi dan

mencegah terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.

3. Peran sosialisasi anak yaitu peran mengembangkan dan melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

4. Peran pendidikan yaitu orang tua berperam dan bertanggung jawab

yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi

kebutuhan dewasanya.

5. Peran afektif yaitu peran memenuhi kebutuhan psikososial sebelum

anggota keluarga berada di luar rumah.

Peran orang tua dalam pencegahan ISPA pada balita termasuk dalam

peran orang tua dalam perawatan anak. Peran aktif orang tua dalam

pencegahan ISPA sangat diperlukan karena yang biasa terkena dampak

ISPA adalah usia balita dan anak-anak yang kekebalan tubuhnya masih

rentan terkena infeksi. Sehingga diperlukan peran orang tua dalam

menangani hal ini. Orang tua harus mengerti tentang dampak negatif

dari penyakit ISPA seperti ISPA ringan bisa menjadi Pneumonia yang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
49

kronologisnya dapat mengakibatkan kematian, jika tidak segera

ditangani.

Menurut Dinkes (2003) pencegahan kejadian ISPA ini tidak terlepas

dari peran orang tua yang harus mengetahui cara-cara pencahan ISPA.

ISPA dapat dicegah dengan mengetahui penyakit ISPA, menciptakan

lingkungan rumah yang sehat, dan menghindari faktor pencetus.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
50

G. Kerangka Teori

Pendidikan Kesehatan
Sanitasi Rumah

Pengetahuan Sikap Perilaku


Pencegahan ISPA

Faktor yang Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi: mempengaruhi: mempengaruhi :

 Pengalaman  Pengalaman  Pengetahuan


 Pendidikan  Pengaruh orang  Sikap
 Keyakinan  Kebudayaan  Kepercayaan
 Fasilitas  Media massa  Tradisi
 Latar belakang  Pendidikan &  Norma sosial
finansial agama
 Sosial budaya  Faktor emosional

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka teori.

Sumber : Lubis (2007), Depkes RI (2010), Notoadmodjo (2007),Suliha (2005),

Azwar (2008)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
51

F. Kerangka Konsep

Pendidikan kesehatan Perilaku orang tua


sanitasi rumah dalam pencegahan
penyakit ISPA

Gambar 2.2. Kerangka konsep

F. Hipotesis

Ada pengaruh pendidikan kesehatan sanitasi rumah terhadap peningkatan

perilaku orang tua dalam pencegahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA) pada anak balita di wilayah Puskesmas 1 Mandiraja Kabupaten

Banjarnegara.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Akhzul Razak Apilaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

Anda mungkin juga menyukai