Anda di halaman 1dari 15

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Secara Umum dan Penjelasannya


Tujuan pendidikan kewarganegaraan – Pendidikan
kewarganegaraan menjadi penting untuk menambah wawasan
dan pengetahuan dari siswa. Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan diajarkan di sekolah pada tiap jenjang, mulai
dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Lantas apa
sebenarnya pengertian pendidikan kewarganegaraan? Apa fungsi,
peranan dan landasan pendidikan kewarganegaraan? Apa saja
tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum dan secara
khusus? Berikut kami jelaskan tujuan pendidikan
kewarganegaraan beserta pengertian dan penjelasan lengkapnya.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian kewarganegaraan adalah sebuah ilmu atau studi


mengenai tugas dan kewajiban pemerintahan serta hak dan
kewajiban seorang warga negara. Definisi kewarganegaraan pun
bisa diartikan lebih luas yaitu mencakup sesuatu yang memiliki
keterkaitan atau hubungan antara manusia sebagai individu di
dalam suatu perkumpulan yang tertata dan terorganisir dalam
hubungannya dengan negara yang bersangkutan.

Sementara pengertian pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu


pendidikan yang bertujuan untuk memdidikan para generasi
muda dan mahasiswa agar mampu menjadi warga negara yang
demokratis dan partisipatif dalam pembelaan negara. Dalam hal
ini pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu alat pasif
untuk membangun dan memajukan sistem demokrasi suatu
bangsa.

Formatted: Font: (Default) Segoe UI, 16 pt, Font color:


Custom Color(RGB(34,34,34))

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan tentu memiliki fungsi, peranan dan


tujuan yang dihasilkan. Terdapat tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara umum yaitu fungsi dan tujuan dengan
hasil dan output yang umum dirasakan. Selain itu juga ada tujuan
pendidikan kewarganegaraan secara khusus dengan
mengkhususkan tujuan pendidikan kewarganegaraan di
perguruan tinggi atau sekolah.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Umum

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah


untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri
para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan
akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Selain itu tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan
lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia
yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani. Peran kewarganegaraan pun cukup penting
untuk keberlangsungan bangsa dengan menambah wawasan dan
pengetahuan kewarganegaraan.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Khusus

Secara khusus, terdapat beberapa tujuan kewarganegaraan yang


diperuntukkan untuk membentuk moral dan perilaku siswa.
Pentingnya mempelajari kewarganegaraan memang juga
berperan pada moral dan perilaku para siswa. Inilah beberapa
tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah secara rinci.

 Mendorong siswa supaya mempunyai kemampuan serta


kecakapan dalam mengenali berbagai macam permasalahan
hidup dan kesejahteraan maupun cara-cara penyelesaiannya.
 Mendorong siswa agar mendapatkan kemampuan dalam

memutuskan sikap yang penuh tanggung jawab sesuai moral


yang telah tertanam didalam diri.
 Mendorong siswa agar dapat mengenali serta memahami

segala bentuk perubahan serta perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi serta seni.
 Mendorong siswa agar mempunyai kemampuan dalam

memaknai segala peristiwa sejarah juga nilai-nilai budaya


dalam upaya menggalang semangat Bhinneka Tunggal Ika
sebagai pedoman ersatuan Indonesia.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa
Berikut merupakan tujuan pendidikan kewarganegaraan bagi
mahasiswa menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen
Dikti). Landasan pendidikan kewarganegaraan ini diambil dari
Keputusan Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000 yang mencakup tiga
poin tujuan utama sebagai berikut.

1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak


dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta
ikhlas sebagawai WNI terdidik dan bertanggung jawab.
2. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai
masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila,
Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.
Demikianlah info dan ilmu mengenai tujuan kewarganegaraan
lengkap beserta penjelasannya yang meliputi tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara umum, secara khusus serta menurut
Dirjen Dikti. Sekian ilmu pengetahuan kali ini, semoga bisa
menjadi referensi.
PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Civic Education)

Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar


diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan
Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah
“Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE
(Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education
pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan
Kewarganegaraan” diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED
(Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6).
Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4),
mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education
didefinisikan sebagai berikut:
Citizenship or civics education is construed broadly to
encompass the preparation of young people for their roles and
responsibilities as citizens and, in particular, the role of
education (trough schooling, teaching, and learning) in that
preparatory process.

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan


Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup
proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan
tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus,
peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan,
pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara
tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai
"...the foundational course work in school designed to prepare
young citizens for an active role in their communities in their
adult lives", maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di
sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara
muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam
masyarakatn¬ya.
Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa
pengertian Pendidikan Kewarganegaraan adalah:
Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan
warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,
melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru,
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah
suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari
masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada
kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

Sementara itu, PKn di Indonesia diharapkan dapat


mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara
yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan
atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk
membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda
agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia/BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia/PPKI).
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49),
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD NRI 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154)
mengemukakan bahwa:
PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan
hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.

Menurut Branson 1999:4 civic education dalam demokrasi


adalah pendidikan – untuk mengembangkan dan memperkuat –
dalam atau tentang pemerintahan otonom (self government).
Pemerintahan otonom demokratis berarti bahwa warga negara
aktif terlibat dalam pemerintahannya sendiri; mereka tidak
hanya menerima didikte orang lain atau memenuhi tuntutan
orang lain.
Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn, antara
lain (Somantri, 2001:158):
a. Hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge)
dengan pengetahuan ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau
antara agama dan ilmu.
b. Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.
c. Disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan.
d. Disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya “ide fundamental” Ilmu
Kewarganegaraan.
e. Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD NRI 1945 dan
perundangan negara serta sejarah perjuangan bangsa.
f. Kegiatan dasar manusia.
g. Pengertian pendidikan IPS

Ketujuh unsur inilah yang akan mempengaruhi pengembangan


PKn. Karena pengembangan pendidikan Kewarganegaraan akan
mempengaruhi pengertian PKn sebgai salah satu tujuan
pendidikan IPS.
Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan
pendidikan IPS yang menekankan pada nilai-nilai untuk
menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik, maka
batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut
(Somantri, 2001:159):
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu Kewarganegaraan, humaniora, dan
kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan dan disajikan
secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu
tujuanpendidikan IPS.

Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai Pendidikan


Kewarganegaraan antara lain (Somantri, 2001:161):
a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS,
yaitu bahan pendidikannya diorganisasikan secara terpadu
(intergrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora,
dokumen negara, terutama Pancasila, UUD NRI 1945, GBHN, dan
perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan pada
hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang berkenaan
dengan bela negara.
b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu
sosial, humaniora, Pancasila, UUD NRI 1945 dan dokumen negara
lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan.
c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk
tingkat jurusan PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk
tingkat pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi.
d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus
berpikir secara integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari
hubungan antara hubungan pengetahuan intraseptif (agama,
nilai-nilai) dengan pengetahuan ekstraseptif (ilmu), kebudayaan
Indonesia, tujuan pendidikan nasional, Pancasila, UUD1945,
GBHN, filsasat pendidikan, psikologi pendidikan, pengembangan
kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian
dibuat program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan
pendidikan, (ii) bahan pendidikan, (iii) metode pendidikan, (iv)
evaluasi.
e. PKn menitikberatkan pada kemampuan dan ketrampilan
berpikir aktif warga negara, terutama generasi muda, dalam
menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik (good
citizen)dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah
kemasyarakatan (civic affairs).
f. Dalam kepustakan asing PKn sering disebut civic education,
yang salah satu batasannya ialah “seluruh kegiatan sekolah,
rumah, dan masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi.
PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa
membantu siswa memilih sistem nilai yang dipilihnya dan
mengembangkan aspek afektif yang akan ditampilkan dalam
perilakunya. Seperti yang diungkapkan Al-Muchtar dalam Hand
Out Strategi Belajar Mengajar (2001:33), mengemukakan bahwa:
Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta
didik menumbuhkan dan memperkuat sistem nilai dipilihnya
untuk dijadikan dasar bagi penampilan perilakunya. Pendidikan
nilai bertumpu pada pengembangan sikap (afektif) oleh karena
itu berbeda dengan belajar mengajar dengan pendidikan kognitif
atau psikomotor. Pendidikan nilai secara formal di Indonesia
diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakan pendidikan
nilai Pancasila agar dapat menjadi kepribadian yang fungsional.
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

Standar Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian Standar Kompetensi adalah kualifikasi atau


ukuran kemampuan dan kecakapan seseorang yang mencakup
seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan
demikian, standar kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
(Civic Education) adalah menjadi warga negara yang cerdas dan
berkeadaban (Intelligent and Civilized Citizens). Civic
intelligence menurut rumusan MassachussettsInstitute of
Technology Encyclopedia of Cognitive Sciences yang dikutip oleh
Tilaar adalah “kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri,
memilih dan mengembangkan lingkungannya.”

Lebih lanjut, Tilaar menyatakan bahwa inteligensi berkenaan


dengan tiga kemampuan individu berinteraksi dengan
lingkungannya, yaitu kemampuan adaptasi, konstruktif dan
selektif. Dengan demikian, civic intelligence dirumuskan sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui dan menghayati hak
dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, serta
mentransformasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya
sehari-hari. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan seperti inilah
yang diharapkan mampu merespons kebutuhan masyarakat
Indonesia abad ke-21.
| Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan |

Terdapat tiga kompetensi dasar atau sering disebut kompetensi


minimal dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
:
Pertama, kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), yaitu kemampuan dan kecakapan mahasiswa untuk
menjelaskan ruang lingkup materi Pendidikan Kewarganegaraan
(Civic Education).
Kedua, kompetensi sikap kewarganegaraan (civic dispositions),
yaitu kemampuan dan kecakapan mahasiswa yang terkait dengan
kesadaran dan komitmen warga negara, antara lain komitmen
menjadikan Pancasila dan demokrasi sebagai prinsip kehidupan
berbangsa dan bernegara bangsa di Indonesia, menjunjung
kesetaraan gender, toleransi, kemajemukan dan komitmen untuk
peduli serta terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan
warga negara yang terkait dengan pelanggaran HAM (Hak Asasi
Manusia) serta memiliki komitmen kuat terhadap pemberantasan
korupsi di lingkungannya;
Ketiga, kompetensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills),
yaitu kemampuan dan kecakapan mengartikulasikan keterampilan
kewarganegaraan seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses
pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol
terhadap penyelenggara negara dan pemerintahan, maupun
kemampuan untuk menjadi warga negara yang bertanggung
jawab terhadap hak dan kewajibannya.
Ketiga kompetensi tersebut merupakan tujuan
pembelajaran (learning objectives) mata kuliah ini yang
dielaborasikan melalui cara pembelajaran yang demokratis,
partisipatif dan aktif (active learnings) sebagai upaya transfer
pembelajaran (transfer of learning), nilai (transfer of values),
dan prinsip-prinsip (transfer of principles) demokrasi dan HAM
yang merupakan prasyarat utama tumbuh kembangnya
demokrasi dan masyarakat madani (civil society).

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk


membangun karakter (character building) bangsa Indonesia yang
antara lain : (a) membentuk kecakapan partisipatif warga negara
yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; (b) menjadikan warga negara
Indonesia yang cerdas, aktif, kritis dan demokratis, namun tetap
memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa; dan
(c) mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu
kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab.

Setelah mahasiswa mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan ini


diharapkan mereka akan menjadi warga negara Indonesia yang
memiliki pengetahuan, sikap positif dan kemampuan untuk
melakukan perubahan di tengah masyarakat (agent of social
changes), melakukan transfer of learning (proses pembelajaran
diri), transfer of values(proses pengejawantahan nilai-nilai),
dan transfer of principles (transfer prinsip-prinsip) Pancasila,
demokrasi, HAM, Masyarakat Madani dan pencegahan korupsi
dalam kehidupan nyata.

| Materi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)


|

Sejalan dengan perkembangan demokrasi dan menguatnya


kembali wacana revitalisasi atas Pancasila dan masih tingginya
angka korupsi di Indonesia dewasa ini, terdapat tiga materi pokok
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) yaitu Pancasila,
Demokrasi dan Pemberantasan Korupsi. Ketiga materi pokok
tersebut dielaborasikan ke dalam sembilan materi yang saling
terkait satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi 11 bab
materi selengkapnya adalah : (1) Pendahuluan tentang
Pendidikan Kewarganegaraan; (2) Pancasila; (3) Identitas
Nasional dan Globalisasi; (4) Demokrasi: Teori dan Praktik; (5)
Konstitusi dan Tata Perundang-undangan Indonesia; (6) Negara;
Agama dan Warga Negara; (7) Hak Asasi Manusia; (8) Otonomi
Daerah; (9) Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih;
(10) Pencegahan Korupsi, dan (11) Masyarakat Sipil (Civil
Society).

Sekian dari informasi ahli mengenai standar kompetensi


pendidikan kewarganegaraan dan kompetensi dasar pendidikan
kewarganegaraan, semoga tulisan informasi ahli mengenai
standar kompetensi pendidikan kewarganegaraan dan kompetensi
dasar pendidikan kewarganegaraan dapat bermanfaat.

Sumber : Tulisan Informasi Ahli :

– A. Ubaedillah, 2015. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Education) Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi. Yang
Menerbitkan Prenada Media Group : Jakarta.
Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic
Education)

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) ini


mengembangkan paradigma pembelajaran orang dewasa
(andragogi) yang dilakukan melalui berbagai model pembelajaran
kolaboratif dan demokratis. Dalam praktiknya paradigma
andragogi-demokratis ini lebih menekankan pada proses proses
pembelajaran yang berusaha menggali dan mengembangkan
pengalaman-pengalaman mahasiswa sebagai peserta didik
dewasa, yang diorientasikan bagi upaya pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap atau komitmen yang
dibutuhkan oleh warga negara di era demokrasi, yang
berlangsung secara demokratis dan menyenangkan. Melalui
paradigma ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekadar
memiliki pengetahuan tentang kewarganegaraan (citizenship);
tetapi juga memiliki keterampil-keterampilan berdemokrasi
(democracy skills) dan memiliki komitmen kuat untuk bersikap
dan berperilaku demokratis serta cinta dan bangga menjadi
warga Indonesia.

Dalam implementasinya paradigma Pendidikan Kewarganegaraan


ini adalah suatu proses pembelajaran yang menempatkan peserta
didik sebagai subjek dari objek pembelajaran, sementara
pengajar (dosen dan guru) berperan sebagai fasilitator atau mitra
belajar peserta didik dalam seluruh proses pembelajaran di kelas.
Sejalan dengan paradigma ini, materi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan disusun berdasarkan pada kebutuhan
mendasar dan universal warga negara yang semakin kritis,
terbuka dan saling terkait sama dengan yang lainnya.
Pembelajaran yang bersandar pada Paradigma andragogi-
demokratis ini seluruhnya diarahkan agar peserta didik tidak
hanya mengetahui sesuatu (learning to know), melainkan dapat
belajar untuk menjadi (learning to be) manusia yang bertanggung
jawab sebagai individu dan makhluk sosial serta belajar untuk
melakukan sesuatu (learning to do) yang didasari oleh
pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pola pembelajaran
tersebut diharapkan mahasiswa dapat dan siap untuk belajar
hldup bersama (learning to live together) dalam kemajemukan
Indonesia dan dunia.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan peserta didik
dapat menjadi warga negara Indonesia yang tidak hanya memiliki
pengetahuan (kognitif), tetapi juga dapat menjadi warga negara
Indonesia yang kritis, aktif, solutif dan mempunyai pengetahuan
yang memadai (well informed) mengenai hak dan kewajiban
warga negara dalam sebuah negara bangsa modern.

Sekian dari informasi ahli mengenai paradigma pendidikan


kewarganegaraan (civic education), semoga tulisan informasi ahli
mengenai paradigma pendidikan kewarganegaraan (civic
education) dapat bermanfaat.
Sumber : Tulisan Informasi Ahli :

– A. Ubaedillah, 2015. Pendidikan


Kewarganegaraan (Civic
Education) Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi. Yang
Menerbitkan Prenada Media Group : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai