Tujuan pendidikan kewarganegaraan – Pendidikan kewarganegaraan menjadi penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari siswa. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah pada tiap jenjang, mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Lantas apa sebenarnya pengertian pendidikan kewarganegaraan? Apa fungsi, peranan dan landasan pendidikan kewarganegaraan? Apa saja tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum dan secara khusus? Berikut kami jelaskan tujuan pendidikan kewarganegaraan beserta pengertian dan penjelasan lengkapnya. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian kewarganegaraan adalah sebuah ilmu atau studi
mengenai tugas dan kewajiban pemerintahan serta hak dan kewajiban seorang warga negara. Definisi kewarganegaraan pun bisa diartikan lebih luas yaitu mencakup sesuatu yang memiliki keterkaitan atau hubungan antara manusia sebagai individu di dalam suatu perkumpulan yang tertata dan terorganisir dalam hubungannya dengan negara yang bersangkutan.
Sementara pengertian pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu
pendidikan yang bertujuan untuk memdidikan para generasi muda dan mahasiswa agar mampu menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif dalam pembelaan negara. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu alat pasif untuk membangun dan memajukan sistem demokrasi suatu bangsa.
Formatted: Font: (Default) Segoe UI, 16 pt, Font color:
Custom Color(RGB(34,34,34))
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan tentu memiliki fungsi, peranan dan
tujuan yang dihasilkan. Terdapat tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum yaitu fungsi dan tujuan dengan hasil dan output yang umum dirasakan. Selain itu juga ada tujuan pendidikan kewarganegaraan secara khusus dengan mengkhususkan tujuan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi atau sekolah.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Umum
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah
untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Peran kewarganegaraan pun cukup penting untuk keberlangsungan bangsa dengan menambah wawasan dan pengetahuan kewarganegaraan.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Secara Khusus
Secara khusus, terdapat beberapa tujuan kewarganegaraan yang
diperuntukkan untuk membentuk moral dan perilaku siswa. Pentingnya mempelajari kewarganegaraan memang juga berperan pada moral dan perilaku para siswa. Inilah beberapa tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah secara rinci.
Mendorong siswa supaya mempunyai kemampuan serta
kecakapan dalam mengenali berbagai macam permasalahan hidup dan kesejahteraan maupun cara-cara penyelesaiannya. Mendorong siswa agar mendapatkan kemampuan dalam
memutuskan sikap yang penuh tanggung jawab sesuai moral
yang telah tertanam didalam diri. Mendorong siswa agar dapat mengenali serta memahami
segala bentuk perubahan serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni. Mendorong siswa agar mempunyai kemampuan dalam
memaknai segala peristiwa sejarah juga nilai-nilai budaya
dalam upaya menggalang semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman ersatuan Indonesia. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa Berikut merupakan tujuan pendidikan kewarganegaraan bagi mahasiswa menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Landasan pendidikan kewarganegaraan ini diambil dari Keputusan Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000 yang mencakup tiga poin tujuan utama sebagai berikut.
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak
dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagawai WNI terdidik dan bertanggung jawab. 2. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional. 3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Demikianlah info dan ilmu mengenai tujuan kewarganegaraan lengkap beserta penjelasannya yang meliputi tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum, secara khusus serta menurut Dirjen Dikti. Sekian ilmu pengetahuan kali ini, semoga bisa menjadi referensi. PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Civic Education)
Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6). Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education didefinisikan sebagai berikut: Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives", maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatn¬ya. Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan adalah: Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.
Sementara itu, PKn di Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI). Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak- hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa: PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Menurut Branson 1999:4 civic education dalam demokrasi
adalah pendidikan – untuk mengembangkan dan memperkuat – dalam atau tentang pemerintahan otonom (self government). Pemerintahan otonom demokratis berarti bahwa warga negara aktif terlibat dalam pemerintahannya sendiri; mereka tidak hanya menerima didikte orang lain atau memenuhi tuntutan orang lain. Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn, antara lain (Somantri, 2001:158): a. Hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu. b. Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional. c. Disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan. d. Disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya “ide fundamental” Ilmu Kewarganegaraan. e. Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD NRI 1945 dan perundangan negara serta sejarah perjuangan bangsa. f. Kegiatan dasar manusia. g. Pengertian pendidikan IPS
Ketujuh unsur inilah yang akan mempengaruhi pengembangan
PKn. Karena pengembangan pendidikan Kewarganegaraan akan mempengaruhi pengertian PKn sebgai salah satu tujuan pendidikan IPS. Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut (Somantri, 2001:159): Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu Kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuanpendidikan IPS.
Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan antara lain (Somantri, 2001:161): a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (intergrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD NRI 1945, GBHN, dan perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang berkenaan dengan bela negara. b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, Pancasila, UUD NRI 1945 dan dokumen negara lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat jurusan PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi. d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berpikir secara integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara hubungan pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nilai) dengan pengetahuan ekstraseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan pendidikan nasional, Pancasila, UUD1945, GBHN, filsasat pendidikan, psikologi pendidikan, pengembangan kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian dibuat program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan pendidikan, (ii) bahan pendidikan, (iii) metode pendidikan, (iv) evaluasi. e. PKn menitikberatkan pada kemampuan dan ketrampilan berpikir aktif warga negara, terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik (good citizen)dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan (civic affairs). f. Dalam kepustakan asing PKn sering disebut civic education, yang salah satu batasannya ialah “seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi. PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu siswa memilih sistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang akan ditampilkan dalam perilakunya. Seperti yang diungkapkan Al-Muchtar dalam Hand Out Strategi Belajar Mengajar (2001:33), mengemukakan bahwa: Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik menumbuhkan dan memperkuat sistem nilai dipilihnya untuk dijadikan dasar bagi penampilan perilakunya. Pendidikan nilai bertumpu pada pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda dengan belajar mengajar dengan pendidikan kognitif atau psikomotor. Pendidikan nilai secara formal di Indonesia diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakan pendidikan nilai Pancasila agar dapat menjadi kepribadian yang fungsional. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
Standar Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Standar Kompetensi adalah kualifikasi atau
ukuran kemampuan dan kecakapan seseorang yang mencakup seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian, standar kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) adalah menjadi warga negara yang cerdas dan berkeadaban (Intelligent and Civilized Citizens). Civic intelligence menurut rumusan MassachussettsInstitute of Technology Encyclopedia of Cognitive Sciences yang dikutip oleh Tilaar adalah “kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, memilih dan mengembangkan lingkungannya.”
Lebih lanjut, Tilaar menyatakan bahwa inteligensi berkenaan
dengan tiga kemampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu kemampuan adaptasi, konstruktif dan selektif. Dengan demikian, civic intelligence dirumuskan sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, serta mentransformasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan seperti inilah yang diharapkan mampu merespons kebutuhan masyarakat Indonesia abad ke-21. | Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan |
Terdapat tiga kompetensi dasar atau sering disebut kompetensi
minimal dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu : Pertama, kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), yaitu kemampuan dan kecakapan mahasiswa untuk menjelaskan ruang lingkup materi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Kedua, kompetensi sikap kewarganegaraan (civic dispositions), yaitu kemampuan dan kecakapan mahasiswa yang terkait dengan kesadaran dan komitmen warga negara, antara lain komitmen menjadikan Pancasila dan demokrasi sebagai prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa di Indonesia, menjunjung kesetaraan gender, toleransi, kemajemukan dan komitmen untuk peduli serta terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan warga negara yang terkait dengan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) serta memiliki komitmen kuat terhadap pemberantasan korupsi di lingkungannya; Ketiga, kompetensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills), yaitu kemampuan dan kecakapan mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol terhadap penyelenggara negara dan pemerintahan, maupun kemampuan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya. Ketiga kompetensi tersebut merupakan tujuan pembelajaran (learning objectives) mata kuliah ini yang dielaborasikan melalui cara pembelajaran yang demokratis, partisipatif dan aktif (active learnings) sebagai upaya transfer pembelajaran (transfer of learning), nilai (transfer of values), dan prinsip-prinsip (transfer of principles) demokrasi dan HAM yang merupakan prasyarat utama tumbuh kembangnya demokrasi dan masyarakat madani (civil society).
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk
membangun karakter (character building) bangsa Indonesia yang antara lain : (a) membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (b) menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa; dan (c) mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggung jawab.
Setelah mahasiswa mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan ini
diharapkan mereka akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan, sikap positif dan kemampuan untuk melakukan perubahan di tengah masyarakat (agent of social changes), melakukan transfer of learning (proses pembelajaran diri), transfer of values(proses pengejawantahan nilai-nilai), dan transfer of principles (transfer prinsip-prinsip) Pancasila, demokrasi, HAM, Masyarakat Madani dan pencegahan korupsi dalam kehidupan nyata.
| Materi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
|
Sejalan dengan perkembangan demokrasi dan menguatnya
kembali wacana revitalisasi atas Pancasila dan masih tingginya angka korupsi di Indonesia dewasa ini, terdapat tiga materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) yaitu Pancasila, Demokrasi dan Pemberantasan Korupsi. Ketiga materi pokok tersebut dielaborasikan ke dalam sembilan materi yang saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi 11 bab materi selengkapnya adalah : (1) Pendahuluan tentang Pendidikan Kewarganegaraan; (2) Pancasila; (3) Identitas Nasional dan Globalisasi; (4) Demokrasi: Teori dan Praktik; (5) Konstitusi dan Tata Perundang-undangan Indonesia; (6) Negara; Agama dan Warga Negara; (7) Hak Asasi Manusia; (8) Otonomi Daerah; (9) Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih; (10) Pencegahan Korupsi, dan (11) Masyarakat Sipil (Civil Society).
Sekian dari informasi ahli mengenai standar kompetensi
pendidikan kewarganegaraan dan kompetensi dasar pendidikan kewarganegaraan, semoga tulisan informasi ahli mengenai standar kompetensi pendidikan kewarganegaraan dan kompetensi dasar pendidikan kewarganegaraan dapat bermanfaat.
Sumber : Tulisan Informasi Ahli :
– A. Ubaedillah, 2015. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi. Yang Menerbitkan Prenada Media Group : Jakarta. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education)
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) ini
mengembangkan paradigma pembelajaran orang dewasa (andragogi) yang dilakukan melalui berbagai model pembelajaran kolaboratif dan demokratis. Dalam praktiknya paradigma andragogi-demokratis ini lebih menekankan pada proses proses pembelajaran yang berusaha menggali dan mengembangkan pengalaman-pengalaman mahasiswa sebagai peserta didik dewasa, yang diorientasikan bagi upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap atau komitmen yang dibutuhkan oleh warga negara di era demokrasi, yang berlangsung secara demokratis dan menyenangkan. Melalui paradigma ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekadar memiliki pengetahuan tentang kewarganegaraan (citizenship); tetapi juga memiliki keterampil-keterampilan berdemokrasi (democracy skills) dan memiliki komitmen kuat untuk bersikap dan berperilaku demokratis serta cinta dan bangga menjadi warga Indonesia.
Dalam implementasinya paradigma Pendidikan Kewarganegaraan
ini adalah suatu proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek dari objek pembelajaran, sementara pengajar (dosen dan guru) berperan sebagai fasilitator atau mitra belajar peserta didik dalam seluruh proses pembelajaran di kelas. Sejalan dengan paradigma ini, materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan disusun berdasarkan pada kebutuhan mendasar dan universal warga negara yang semakin kritis, terbuka dan saling terkait sama dengan yang lainnya. Pembelajaran yang bersandar pada Paradigma andragogi- demokratis ini seluruhnya diarahkan agar peserta didik tidak hanya mengetahui sesuatu (learning to know), melainkan dapat belajar untuk menjadi (learning to be) manusia yang bertanggung jawab sebagai individu dan makhluk sosial serta belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do) yang didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pola pembelajaran tersebut diharapkan mahasiswa dapat dan siap untuk belajar hldup bersama (learning to live together) dalam kemajemukan Indonesia dan dunia. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan peserta didik dapat menjadi warga negara Indonesia yang tidak hanya memiliki pengetahuan (kognitif), tetapi juga dapat menjadi warga negara Indonesia yang kritis, aktif, solutif dan mempunyai pengetahuan yang memadai (well informed) mengenai hak dan kewajiban warga negara dalam sebuah negara bangsa modern.
Sekian dari informasi ahli mengenai paradigma pendidikan
kewarganegaraan (civic education), semoga tulisan informasi ahli mengenai paradigma pendidikan kewarganegaraan (civic education) dapat bermanfaat. Sumber : Tulisan Informasi Ahli :
– A. Ubaedillah, 2015. Pendidikan
Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi. Yang Menerbitkan Prenada Media Group : Jakarta.