Anda di halaman 1dari 48

UNIVERSITAS GADJAH MADA

SEKOLAH VOKASI
PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR SIPIL
Alamat : Jl. Yacaranda 1, Sekip Unit IV, Yogyakarta 55281, Telp. (0274) 7112126, 545193, Faks. (0274) 545193
E-mail : tekniksipil-sv@ugm.ac.id Website: http://tekniksipil.sv.ugm.ac.id

Buku 2: RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)
Modul Pembelajaran Pertemuan ke 8

TEKNIK PERBAIKAN
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
VI/2/V4IS3205
oleh
1. Dr. Eng. Iman Haryanto, ST., MT.
2. Nursyamsu Hidayat, ST., MT., Ph.D

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM


Tahun Anggaran 2013

180
November 2013

181
I. Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM)
Media Ajar
Pertemuan ke

Topik

PraktikumPeralatan
PraktikumBuku Petunjuk
Aktivitas
Tujuan Ajar/ (pokok, Metode Aktivitas

Audio/Video
Metode Ajar Dosen/ Sumber

Presentasi

Soal-tugas
Keluaran/ subpokok Evaluasi dan Mahasis-

Gambar
(STAR) Nama Ajar
Indikator bahasan, alokasi Penilaian wa
Pengajar
waktu)

8 Dapat melaksanakan (1) Metode perbaikan    -   Pre-test dan Mahasiswa (1) Baca Menjelaskan Pustaka [6],
perbaikan standar standar kerusakan aktivitas berkelompok bahan ajar materi, [11], dan [12]
kerusakan jalan trotor, bahu, dan melaksanakan sebelum memandu
beraspal drainase
kelompok, praktek, serta kuliah praktek dan
(2) Praktek perbaikan Skoring 0- menyusun (2) analisis
standar kerusakan 100 analisis dan Menyelesai-
trotor, bahu, dan laporan singkat kan pre-test Pengajar:
drainase (3) Iman
Melaksana- Haryanto
kan praktek
Waktu : 400 menit (4)
Menganalisi
s hasil
(5)
Menyusun
laporan
singkat

182
Daftar Pustaka:
[6] Direktorat Jenderal Bina Marga, Agustus 1992, Pemeliharaan Rutin Jalan Dan Jembatan: Petunjuk Praktis Pemeliharaan Rutin Jalan - UPR. 02 (UPR.02.2

Pemeliharaan Rutin Bahu & Trotoar), Departemen Pekerjaan Umum.


[11] Direktorat Bina Teknik, 1995, Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan Propinsi: Jilid I: Metode Survei (No. 001/T/Bt/1995), Direktorat

Jendral Bina Marga Departemen PU, Jakarta.

[12] Direktorat Bina Teknik, 1995, Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan Propinsi: Jilid II: Metode Perbaikan Standar (No.

002/T/Bt/1995), Direktorat Jendral Bina Marga Departemen PU, Jakarta.

183
BAB VI

TEKNIK PERBAIKAN STANDAR KERUSAKAN BAHU, TROTOAR DAN

DRAINASE JALAN

Deskripsi singkat: Bab VI menjelaskan teknik perbaikan standar kerusakan bahu,

trotoar dan drainase jalan.

Learning outcome: Setelah mempelajari Bab VI, mahasiswa dapat melaksanakan

dan/atau mengawasi pekerjaan perbaikan standar kerusakan bahu , trotoar dan

drainase jalan.

6.1 Bahu Jalan Tanpa Penutup (Tanah)

6.1.1 Retak dan Berdebu

Lokasi :

Pada sebagian atau seluruh permukaan bahu jalan.

Ciri-ciri :

1. Retak : Meresapkan air. Bentuknya memanjang, melintang atau tak beraturan.

2. Berdebu : Lepasnya butiran halus.

Tingkat kerusakan :

Diukur dengan luas (m2) permukaan yang terpengaruh atau pekerjaan tanah per

stasion.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Retak : Pemadatan kurang, tanah ekspansif, perubahan beda tinggi dengan

perkerasan, lereng longsor.

2. Berdebu : Pemadatan kurang, kurangnya pasir butir kasar.

184
Akibat :

Apabila dibiarkan dapat mengakibatkan perubahan bentuk bahu, diikuti dengan

sokongan terhadap perkerasan, mempengaruhi drainase subgrade.

Usaha pemeliharaan :

1. Retak: Bila tanah dan ekspansif, isi sesuai dengan bahan asal bahu. Bila tanah

ekspansif, ganti dengan tanah pengganti yang memenuhi syarat (lihat buku

PPPJR No. 01/ST/BM/1972).

2. Berdebu: sesuai dengan pemeliharaan seperti tersebut di atas atau tambahkan

material berbutir kasar.

Peralatan :

1. Alat manual (sekop, cangkul, dll.)

2. Alat mekanis (grader, loader, dump truck, alat pemadat, tangki air).

Tenaga :

1. Operator.

2. Sopir.

3. Mekanik.

4. Juru Jalan.

5. Tukang/pekerja terlatih.

6. Pekerja biasa.

Bahan :

1. Material pilihan.

2. Bahan lainnya.

185
6.2 Bahu Jalan Dengan Penutup Agregat

6.2.1 Retak dan Berdebu

Lokasi :

Pada sebagian atau pada seluruh permukaan.

Ciri-ciri :

1. Retak : Meresapkan air. Bentuknya memanjang, melintang atau tak beraturan.

2. Berdebu : Lepasnya butiran halus.

Tingkat kerusakan :

Diukur dengan luas (m2) permukaan yang terpengaruh.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Retak : Pemadatan kurang, tanah expansif, perubahan beda tinggi, lereng

longsor.

2. Berdebu : Pemadatan kurang, kurangnya butir kasar.

Akibat :

Apabila dibiarkan dapat bertambahnya perubahan bentuk bahu, diikuti dengan

berkurangnya sokongan pada perkerasan, mempengaruhi drainase subgrade.

Usaha pemeliharaan :

Sama halnya dengan usaha pemeliharaan pada bahu tanah.

Peralatan :

Sama halnya dengan peralatan pada pekerjaan bahu jalan tanpa penutup (tanah).

Bahan :

1. Penambahan anggregat kasar dan aggregat halus dari Aggregat B.


186
2. Bahan lainnya.

6.3 Bahu Jalan Dengan Penutup Rumput

6.3.1 Retak

Lokasi :

Pada sebagian atau seluruh permukaan.

Ciri-ciri :

Meresapkan air sehingga akan mempengaruhi struktur di bawahnya.

Tingkat kerusakan :

Diukur dengan luas (m2) permukaan yang terpengaruh.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Pemadatan kurang.

2. Adanya tanah ekspansif.

3. Lereng longsor.

Akibat :

1. Dapat mengakibatkan kerusakan pada tepi jalan karena kurangnya sokongan

terhadap bahu.

2. Rusaknya struktur subgrade karena terganggunya drainase.

Jenis penanganan/perbaikan:

1. Isi dengan material asal.

2. Tanami rumput (bila perlu)

Peralatan :

Peralatan manual (sekop, cangkul, dan peralatan bantu lainnya.)

187
Tenaga :

Sama dengan tenaga yang dibutuhkan pada bahu tanah.

Bahan :

1. Tanah pengisi.

2. Rumput (bila diperlukan).

6.3.2 Alur, Amblas, Gelombang

Lokasi :

Sebagian atau menyeluruh.

Ciri-ciri :

Terjadinya lekukan-lekukan memanjang atau melintang atau perubahan bentuk

setempat.

Tingkat kerusakan :

Diukur dengan persentase luas per 100 meter panjang.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Aliran air.

2. Lalu-lintas.

3. Kurang pemadatan.

Akibat :

1. Gangguan terhadap drainase permukaan.

2. Kehancuran pada struktur perkerasan.

Jenis penanganan/perbaikan:

Lakukan penanganan seperti pada bahu tanah/dengan penutup aggregat/rumput.

188
6.4 Bahu Jalan Dengan Penutup Aspal

6.4.1 Retak

Lokasi :

Memanjang/luas/setempat terbatas pada bahu.

Ciri-ciri :

Terjadi lebar rekahan yang lebih kecil dari 3 mm.

Tingkat kerusakan :

1. Presentase luas retak terhadap panjang jalan tertentu, atau

2. Luas (m2) permukaan jalan yang terpengaruhi.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Pemadatan kurang.

2. Lereng longsor.

3. Tanah yang ekspansif.

Akibat :

1. Gangguan terhadap drainase permukaan.

2. Kerusakan pada struktur perkerasan.

Jenis penanganan/perbaikan:

1. Beri buras atau tambahan aggregat yang sesuai untuk bahan bahu beraspal.

2. Apabila tanah expansif selain usaha perbaikan seperti tersebut di atas dapat

juga dilakukan dengan cara mengganti dengan tanah yang memenuhi syarat.

(lihat buku PPPJR No. 01/ST/BM/1972).

Peralatan :

Peralatan manual (blencong, linggis, skop dan alat bantu lainnya).


189
Bahan :

1. Tanah yang memenuhi syarat

2. Aggregat aspal.

Langkah-langkah pengaspalan disajikan sebagai berikut.

190
191
6.5 Trotoar

6.5.1 Kereb

Pemeliharaan rutin terhadap kereb meliputi antara lain:

1. Pengecatan.

2. Pembersihan.

3. Pemeliharaan struktur.

Lokasi :

Pemeliharaan struktur dilakukan untuk kerusaskan-kerusakan setempat atau per

blok.

Ciri-ciri kerusakan kereb :

Hancur, retak atau bergesar.

Jenis penanganan/perbaikan:

1. Yang hancur dan retak diganti.

2. Bergeser, dikembalikan ke posisi semula.

6.5.2 Lapis Permukaan Trotoar dengan Permukaan Rumput

Usaha pemeliharaan sama dengan usaha pemeliharaan pada bahu rumput.

6.5.3 Lapis Permukaan Trotoar dengan Permukaan Aspal

Usaha pemeliharaan sama dengan usaha perbaikan pada bahu jalan dengan

penutup aspal.

6.5.4 Lapis Permukaan Trotoar dengan Permukaan Beton

Pemeliharaan rutin terhadap Blok Beton meliputi antara lain :

1. Pembersihan.

2. Pemeliharaan struktur.
192
Pembersihan terdiri dari pembersihan terhadap tumbuhnya rumput pada celah dll.

Pemeliharaan struktur meliputi :

1. Gelombang

2. Pelepasan Blok

Gelombang

Lokasi :

Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan jalan.

Ciri-ciri :

1. Adanya gelombang akibat penurunan.

2. Celah bertambah besar pada daerah yang gelombang.

Tingkat kerusakan :

Diukur dengan luas (m2) permukaan jalan yang terpengaruh.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Pemadatan kurang

2. Inlet dari bingkai tersumbat.

Akibat :

1. Mengurangi keamanan dan kenyamanan pemakai jalan.

2. Mengurangi sistem penguncian pada Blok akibat membesarnya celah.

Usaha pemeliharaan :

1. Perbaiki lapisan-lapisan base, sub base dan lapisan pasir. Lobang-lobang air

pada bingkai (bahan kereb).

2. Pemadatan.

3. Pemasangan kembali blok beton.


193
Peralatan :

Peralatan manual antara lain belincong, linggis, sekop, pemadat dan alat bantu

lainnya.

Bahan :

1. Blok beton.

2. Pasir pengisi/pasir perata.

3. Bahan subbase.

4. Tanah terpilih.

Pelepasan Blok

Pemeliharaan dengan cara :

1. Bagian yang hilang diganti.

2. Kembalikan konstruksi seperti semula.

Langkah-langkah penggantian blok dan penambalan lubang disajikan sebagai

berikut.

194
195
196
6.6. Inlet Dan Tali Air

Usaha pemeliharaan :

1. Untuk inlet yang rusak/pecah yang merupakan segmen dari kereb, kereb inlet

tersebut harus diganti.

2. Inlet dan taliair yang tersumbat harus dibersihkan.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Inlet yang pecah/rusak dapat diakibatkan oleh tumburan kendaraan, mutu

yang tidak memenuhi syarat.

2. Inlet yang tersumban, adanya kotoran yang sengaja atau tidak sengaja

tertahan di dalam tali air.

Langkah-langkah penggantian dan pemberishan inlet disajikan sebagai berikut.

197
198
199
6.7 Drainase dengan Selokan Samping Tidak Diperkeras

6.7.1 Pendangkalan

Lokasi :

Dapat terjadi pada sebagian atau sepanjang selokan dikiri kanan jalan.

Ciri-ciri :

1. Elevasi datar saluran meninggi tertimbun tanah, sampah atau ditumbuhi

tanaman rumput.

2. Terlihat genangan setempat-setempat pada musim hujan.

Tingkat kerusakan :

Pendangkalan diukur dalam meter panjang saluran.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Material endapan dan sampah hanyut terbawa arus (sedimentasi).

2. Saluran tertimbun longsoran talud.

3. Ditumbuhi rumput dan alang-alang sehingga aliran air tertahan bersama

benda-benda hanyutannya.

4. Kemiringan memanjang saluran agak datar, sehingga air tidak mengalir

dengan lancar, mempercepat sedimentasi.

Akibat yang ditimbulkan :

Selokan tidak berfungsi, air dapat meluap sampai ke badan jalan.

Usaha perbaikan :

1. Material endapan dan timbunan dari longsoran dikeruk dan dibersihkan

dengan grading operation system atau secara manual.

2. Talud yang longsor diperbaiki.

3. Kemiringan saluran yang kurang, dibentuk kembali agar air dapat mengalir
200
dengan lancar tanpa menimbulkan gerusan.

Peralatan :

1. Pengerukan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana,

seperti : skop, cangkul, pengki atau dengan alat berat backhoe atau shovel.

2. Pengangkutan material buangan dengan dump truck, atau dengan gerobak

dorong.

3. Membentuk/memperbaiki kemiringan saluran dengan motor grader atau

alat-alat sederhana.

Bahan :

Tidak diperlukan bahan material.

Tenaga kerja

1. Mandor.

2. Operator alat berat.

3. Buruh (jumlahnya tergantung kebutuhan).

6.7.2 Penampang Saluran Rusak

Lokasi :

Terjadi setempat-setempat, terutama pada daerah belokan air.

Ciri-ciri :

Dinding dan dasar saluran rusak.

Tingkat kerusakan :

Besarnya kerusakan diukur dalam meter panjang saluran.

Kemungkinan penyebab utama :


201
1. Kemiringan dasar saluran terlalu curam, sehingga aliran menjadi deras,

timbul gerusan (scouring).

2. Penampang selokan relatif kecil dibanding debit air, sehingga air mengalir

deras yang menyebabkan gerusan.

3. Tempat belokan air terlalu tajam.

4. Perlintasan binatang-binatang ternak (sapi, kerbau dan lain-lain).

Akibat yang ditimbulkan :

1. Terjadi genangan setempat-setempat yang akhirnya meluap/meresap

keperkerasan jalan.

2. Bila dibiarkan akan menyebabkan kerusakan yang makin parah, seperti :

alinyemen selokan menjadi tidak teratur, dapat menggerus badan jalan (erosi

badan jalan).

Usaha perbaikan :

1. Alinyemen saluran dan kemiringannya dibentuk kembali dengan motor

grader.

2. Penampang yang sempit diperlebar.

3. Tempat belokan aliran air dibentuk dengan balk agar aliran dapat membelok

secara alami.

4. Tempat jalan masuk ternak supaya dipagar dan dipasang tanda larangan

untuk perlintasan ternak.

Peralatan :

1. Motor grader untuk membentuk kembali alinyemen dan penampang saluran.

2. Alat-alat sederhana, seperti : sekop, cangkul dan alat bantu lainnya sesuai

kebutuhan.

3. Dump truck atau gerobak dorong untuk mengangkut material buangan.

202
Bahan :

Pagar untuk menutup jalan masuk ternak (kalau perlu).

Tenaga Kerja :

1. Mandor

2. Operator

3. Motor grader.

4. Supir dump truck.

5. Beberapa buruh, sesuai kebutuhan.

Langkah-langkah pembersihan dan perbaikan saluran drainase (yang tidak

diperkeras) yang mengalami pendangkalan.

203
204
205
206
207
6.8 Drainase dengan Selokan Samping Diperkeras

6.8.1 Pendangkalan

Lokasi :

Dapat terjadi pada sebagian atau merata sepanjang selokan.

Ciri-ciri :

Terlihat gundukan-gundukan tanah dan sampah setempat-setempat. Pada musim

hujan, aliran air kadang-kadang sudah tidak mengikuti saluran yag ada, timbul

genangan-genangan setempat.

Tingkat kerusakan :

Daerah yang mengalami pendangkalan diukur dalam meter panjang saluran.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Aliran air membawa banyak material endapan.

2. Saluran tertimbun longsoran dari talud tepi jalan.

Akibat yang ditimbulkan :

1. Saluran tidak berfungsi, air dapat meluap ke badan jalan dan merusak

perkerasan jalan.

2. Konstruksi selokan (pasangan/beton), lama kelamaan akan rusak, retak atau

pecah karena tergerus air.

Usaha perbaikan :

Bahan-bahan endapan dikeruk dari saluran dan dibersihkan (secara manual).

Peralatan :

1. Sekop, cangkul, sapu, sikat dan sapu untuk pengerukan dan pembersihan.

2. Dump truck atau gerobak dorong untuk mengangkut material dan


208
membuang hasil pengerukan.

Bahan : Tidak ada.

Tenaga Kerja :

1. Mandor.

2. Sopir dump truck.

3. Buruh.

Langkah-langkah pembersihan saluran drainase selokan yang diperkeras disajikan

sebagai berikut.

209
210
6.8.2 Konstruksi Selokan Rusak

Lokasi :

Kerusakan dapat terjadi pada dasar dan dinding konstruksi selokan, baik pada

daerah lurus maupun pada belokan aliran air.

Ciri-ciri :

Kerusakan konstruksi dapat berupa : lubang, retak, pecah atau patah.

Tingkat kerusakan :

Besar kecilnya kerusakan konstruksi diukur dalam meter panjang saluran

diperkeras.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Aliran terlalu deras menimbulkan turbulensi, yang menyebabkan terjadi

penggerusan air (scouring) baik pada dasar saluran maupun pada dinding

konstruksi.

2. Uplift (gaya angkat) dari air tanah menyebabkan kerusakan pada dasar

saluran (retak dan pecah).

3. Beban lalu lintas pada jalan yang bahunya kurang lebar, atau akibat mobil-

mobil yang diparkir di daerah bahu jalan.

4. Pemasangaan selokan yang keliru dimana dinding selokan lebih tinggi dari

pada elevansi berm.

5. Air hujan dari permukaan jalan di daerah tanjakan tidak langsung mengalir

ke selokan samping, tetapi membentuk alur pada batas antara berm dan tepi

saluran, menyebabkan penggerusan pada dinding konstruksi saluran.

6. Akibat settlement pada tanah dasar saluran.

7. Erosi talud samping maupun talud badan jalan.

Akibat yang ditimbulkan :


211
1. Jika dibiarkan, kerusakan akan berkembang dengan cepat, terutama pada

musim hujan, sehingga pada akhirnya struktur selokan patah.

2. Akibat selanjutnya, air akan meresap masuk kebadan jalan dan merusak

konstruksi perkerasan jalan dan bahu.

Usaha perbaikan :

1. Beri tanda dengan cat, daerah/konstruksi yang akan diperbaiki, kemudian

bersihkan daerah tersebut.

2. Konstruksi selokan pasangan atau beton yang retak dapat diisi dengan

adukan semen campur pasir, (1pc : 2 ps) atau dengan aspal + pasir.

3. Daerah konstruksi pasangan atau beton yang pecah atau berlobang dibongkar

(usahakan berbentuk persegi empat panjang) kemudian dipasang kembali

dengan menggunakan material yang sejenis dengan konstruksi aslinya.

4. Saluran yang putuss disambung kembali dengan konstruksi dan bahan yang

setara dengan konstruksi aslinya.

5. Apabila kerusakan disebabkan oleh resapan air dari saluran, bagian yang

mengalami penurunan dibongkar, dan tanah dasarnya dipadatkan baru

kemudian konstruksi selokan dipasang kembali dengan material yang sejenis

dengan konstruksi aslinya.

6. Apabila kerusakan selokan disebabkan oleh air tanah (uplift), bagian selokan

di atas mata air tersebut dibongkar dan air tanah diatasi dengan konstruksi

sub drain, baru kemudian konstruksi selokan dipasang kembali dengan

material dan adukan yang sesuai dengan konstruksi aslinya.

7. Apabila kerusakan disebabkan oleh respan air dari bahu/berm yang tidak

mengalir langsung ke selokan sehingga merusakkan dinding konsstruksi,

perbaikan dilakukan pada berm dan bahu Plan agar air perukaan jalan dapat

mengalir langsung ke selokan (lihat pemeliharaan bahu jalan).

8. Apabila kerusakan disebabkan akibat pengaruh beban kendaraan yang

berhenti di daerah bahu tepi selokan, perawatan dapat berupa pemasangan


212
rambu larangan parkir di daerah bahu jalan.

Peralatan :

1. Concrete mixer (beton molen).

2. Sendok semen.

3. Alat pembuat mortar.

4. Sekop, cangkul.

5. Sikat kawat.

Bahan :

1. batu kali atau bata.

2. kerikil beton.

3. pasir.

4. semen.

5. bahan lain yang diperlukan.

Tenaga Kerja :

1. Mandor.

2. Tukang batu.

3. Buruh.

Langkah-langkah perbaikan konstruksi selokan dengan dinding selokan yang

diperkeras disajikan sebagai berikut.

213
214
6.9 Gorong-Gorong

6.9.1 Penyumbatan

Gambar gorong-gorong dan kondisi penyumbatannya.

Gambar 6.1 Gorong-gorong dan kondisi penyumbatannya

Lokasi :

Penyumbatan dan pengendapan dapat terjadi pada mulut gorong-gorong, sepanjang

saluran gorong-gorong, atau di tempat pengeluaran.

Ciri-ciri :

Banyak sampah dan batang-batang kayu yang hanyut kedalam gorong-gorong dan

tertahan dalam gorong-gorong. Juga banyak endapan-endapan berupa lumpur atau

batu-batu yang tertahan pada dasar saluran dan pada tempat pengeluaran sehingga

air tidak lancar mengalir.

Tingkat kerusakan :

Penyumbatan dan endapan pada gorong-gorong dihitung berdasarkan panjang

gorong-gorong.

Kemungkinan penyebab utama :

Inlet gorong-gorong tidak dilengkapi dengan bak penampung (catch basin) sehingga

air langsung mengalir masuk kegorong-gorong bersama dengan benda-benda yang

hanyut terbawa air.

Akibat yang ditimbulkan :

Penyumbatan dan endapan memperkecil ruang untuk pengaliran air, sehingga air

215
akan banyak tertahan pada mulut gorong-gorong yang kemudian menggerus dasar

konstruksi.

Jika dibiarkan maka air akan membuat alur baru mencari jalan untuk mengalir dan

akhirnya lama kelamaan jalan bisa terputus.

Usaha perbaikan :

1. Semua benda-benda yang menyumbat dan mengendap pada gorong-gorong

disingkirkan dan dibersihkan.

2. Bila lubang gorong-gorong cukup besar (diameter > 1,00 meter),

pembersihkan dapat dilakukan dengan mudah karena orang bisa masuk

untuk menyingkirkan semua kotoran dan bahan hanyutan di dalam gorong-

gorong.

3. Bila lubang gorong-gorong cukup kecil maka pembersihan dilakukan dengan

menggunakan alat khusus untuk mengeruk bahan-bahan endapan dalam

gorong-gorong.

4. Agar barang-barang hanyutan tidak langsung masuk ke gorong-gorong

mulut gorong-gorong dapat dipasang konstruksi penyaring (ruji-ruji) atau

dengan membuat bak penampung pada inlet (catch basin).

Peralatan :

1. Dump truck atau gerobak dorong untuk mengangkut sampah-sampah yang

akan dibuang.

2. Sekop, garpu untuk pengerukan dasar saluran dan pembersihan mulut

gorong-gorong.

3. Galah berkait, keranjang yang ditarik dengan kabel untuk membersihkan

gorong-gorong yang sempit.

4. Pompa air dan penyemprot air.

5. Cangkul, linggis untuk membuat bak penampung dimulut gorong-gorong

(inlet).
216
6. Alat bantu lainnya.

Bahan :

1. Untuk pembuatan konstruksi penyaring dapat dipakai bambu-bambu.

2. Untuk pembuatan bak penampung pasangan diperlukan bahan berupa : batu

kali, bata, pasir, semen.

Tenaga Kerja :

Untuk pembersihan gorong-gorong setiap jarak 5 km jalan, diperlukan : satu orang

mandor dan empat orang buruh.

Langkah-langkah perbaikan penyumbatan gorong-gorong disajikan sebagai berikut.

(a) (b) (c)

(d) (e)

217
6.9.2 Kerusakan Pada Konstruksi Gorong-Gorong

Gambar berikut menyajikan contoh kerusakan retak pada gorong-gorong.

Gambar 6.2 Kerusakan retak pada gorong-gorong

Lokasi :

Sebagian atau merata sepanjang gorong-gorong.

Ciri-ciri :

Kerusakan konstruksi dapat berupa :

1. Retak -retak atau pecah/berlubang pada konstruksi gorong-gorong pasangan

atau beton.

2. Karatan pada gorong-gorong pipa besi atau baja gelombang.

3. Konstruksi gorong-gorong patah.

Tingkat kerusakan :

1. Retak-retak, pecah atau berlobang pada konstruksi

2. gorong-gorong diukur dalam meter panjang gorong-gorong.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Dasar gorong-gorong tergerus air (scouring).

2. Sambungan unit gorong-gorong (joint) kurang sempurna pemasangannya.

3. Beban lalu lintas, terutama bila tebal timbunan material di atas gorong-

gorong tidak cukup tebal, sehingga dinding atas gorong-gorong pecah-pecah.

218
4. Konstruksi gorong-gorongnya sendiri sudah lecet pada awal pemasangannya,

sehingga kerusakan tersebut makin berkembang setelah gorong-gorong

difungsikan.

Akibat yang ditimbulkan :

1. Apabila kerusakan dibiarkan terus, maka akan berkembang sehingga lama

kelamaan konstruksi gorong-gorong tersebut akan rusak total dan tidak

dapat diperbaiki lagi (harus diganti konstruksi baru).

2. Air akan merembes ke badan jalan melalui bagian konstruksi yang rusak,

yang selanjutnya akan merusak badan jalan dan perkerasannya.

Usaha perbaikan :

Memperbaiki yang retak adalah sebagai berikut :

1. Daerah yang retak dibersihkan dan dikeringkan.

2. Retak pada konsstruksi beton diisi dengan mortar (1 pc : 2 ps) atau dengan

aspal + pasir.

3. Retak pada pipa baja diisi (di seal) dengan aspal ditambah pasir atau dengan

epoxy, atau dilas.

Memperbaiki bagian konstruksi yang pecah atau berlobang (khusus untuk

konstruksi pasangan dan beton): daerah yang akan ditambal, dibentuk supaya

mudah ditambah dan dibersihkan serta dikeringkan, kemudian lobang tadi di isi

dengan cor beton.

Memperbaiki sambungan unit gorong-gorong yang tidak sempurna dilakukan

dengan cara: Terlebih dahulu membersihkan dan mengeringkan daerah sambungan

(joint). Kemudian sambungan diisi dengan mortar ( 1 pc : 2 psr) atau aspal + pasir

kemudian sambungan diratakan.

Gorong-gorong yang patah harus diganti sebagian atau seluruhnya.

219
Peralatan :

1. Concrete mixer.

2. Pompa air.

3. Sendok semen.

4. Sekop.

5. Sikat kawat.

6. Alat bantu lainnya.

Bahan :

1. Kerikil beton.

2. Semen

3. Pasir

4. Aspal

5. Dan bahan lain yang perlu

Tenaga Kerja :

1. Mandor.

2. Tukang batu.

3. Tukang las.

4. Buruh.

Langkah-langkah perbaikan kerusakan konstruksi gorong-gorong disajikan sebagai

berikut.

220
221
222
6.9.2 Kepala Gorong-Gorong (Headwall)

Gambar:

Gambar berikut menyajikan headwall dan kemungkinan kerusakannya.

Gambar 6.3 Headwall dan kemungkinan kerusakannya.

Lokasi :

Kerusakan dapat terjadi pada :

1. Konstruksi bak penampung (inlet) dan bak pembuang (outlet).

2. Pada headwall tanpa bak penampung: (inlet) kerusakan terjadi pada dasar

saluran yang akan masuk kegorong-gorong. Juga terlihat gerusan pada

dinding sayap headwall.

Ciri-ciri :

1. Pada bak penampung dapat terlihat : pendangkalan, retak-retak/pecah pada

dasar dan dinding konstruksi bak penampung.

2. Pada headwall tanpa bak penampung sering terlihat tembok sayap dan ujung

gorong-gorong menggantung karena dasarnya sudah tergerus.

3. Tembok sayap retak-retak, pecah dan ambrol.

Tingkat kerusakan :

Kerusakan diukur menurut jumlah bangunan headwall.

Kemungkinan penyebab utama :

1. Pada head wall tanpa bak penampung, air yang mengalir masuk gorong-

223
gorong akan menggerus dasar headwall dan lantai mulut gorong-gorong.

2. Uplift (gaya angkat) dari air tanah akan merusak dasar bak penampung.

3. Lantai dasar bak penampung terlalu dalam.

4. Sedimentasi terkumpul pada dasar bak penampung, menyebabkan

pendangkalan.

Usaha perbaikan :

1. Bahan endapan (sedimen) pada dasar bak penampung dikeruk dan

dibersihkan.

2. Lantai dasar mulut gorong-gorong yang tergerus dibenahi kembali dengan

konstruksi lantai yang kuat.

3. Konstruksi yang rusak (pecah, runtuh) ditambah dan diperbaiki kembali

dengan bahan yang setara dengan konstruksi aslinya.

4. Lantai dasar bak penampung yang rusak di-cor kembali sehingga dapat

menahan terjunan air yang masuk bak.

Peralatan :

Gerobak dorong, sekop, alat pembuat mortar, sendok semen dan alat bantu lainnya.

Bahan :

Batu belah, semen, pasir, kerikil beton dan bahan lain yang perlu.

Tenaga Kerja :

Mandor, tukang batu, buruh.

8.10 Drainase Air Tanah (Subdrain)

Gambar berikut menyajikan drainase air tanah (subdrain).

224
Gambar 6.4 Subdrain

Lokasi :

Dapat terjadi pada pipa sub drain atau pada lobang-lobang peresapan.

Ciri-ciri :

1. Subdrain yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan mengecek daerah

outlet (mulut pembuangan). Bila outlet berlumut atau tanah sekitar outlet

ditumbuhi rumput-rumput yang lebih subur dari rumput disekelilingnya,

berarti subdrain berfungsi dengan baik.

2. Bila pipa subdrain patah atau pecah di dalam tanah maka permukaan tanah di

daerah pipa yang rusak tersebut akan terlihat lebih basah dari permukaan

tanah disekitarnya.

Tingkat kerusakan :

Kerusakan sub drain diukur dalam meter panjang saluran.

Kemungkinan penyebab utama :

225
1. Pipa subdrain tesumbat endapan.

2. Lobang-lobang peresapan tersumbat tanah, sehingga air tanah tidak dapat

mengalir masuk kedalam pipapipa subdrain.

3. Terjadi settlement sehingga pipa-pipa pecah atau patah.

Akibat yang ditimbulkan :

Air tanah akan meresap masuk kebadan jalan, terus kelapisan perkerasan, sehingga

akan menimbulkan kerusakan pada perkerasaan jalan.

Usaha perbaikan :

1. Perkirakan lokasi pipa yang rrusak (pecah atau patah) dengan melihat tingkat

kebasahan permukaan tanah di atas alinyemen pipa sub drain.

2. Gali lokasi yang diperkirakan tersebut di atas, untuk mengganti unit pipa sub

drain yang rusak.

3. Persiapkan kedudukan pipa penggantti yang akan dipasang.

4. Lobang-lobang pelepasan dibungkus dengan filter (ijuk atau bahan

pabrikasi).

5. Pasang unit pipa pengganti yang rusak pada posisi yang benar.

6. Sambungan dengan existing pipa, kemudian diplester dengan mortar.

7. Rumput/alang-alang yang memenuhi mulut pembuangan disingkirkan.

Peralatan :

1. Linggis.

2. Cangkul.

3. Sekop.

4. Stamper.

5. Gerobak dorong.

6. Dan alat bantu lainnya.

226
Bahan :

1. Pipa peresapan (Subdrain).

2. Bahan filter (ijuk atau geotextil).

3. Dan bahan lain yang diperlukan.

Tenaga Kerja :

1. Mandor.

2. Buruh.

3. dan lain-lain.

227

Anda mungkin juga menyukai