Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak
ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari
bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari kanker yang
berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma
maligna dan kanker sel darah (misalnya leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak.
Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.
B. Etiologi
1. Malignansi
Meliputi metastase, glioma, meningioma,adenoma pituitary, dan neuroma akustik
merupakan 95% dari seluruh tumor. Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak
supratentorial, tetapi pada anak-anak 2/3tumor terletak infratentorial. Tumor primer
umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30% tumor otak merupakan tumor
metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor multipel.
2. Riwayat trauma kepala
3. Gangguan pada otak
4. Gangguan fungsi hipofisis
5. Virus
6. Radiasi
7. Faktor genetik
8. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
9. Defisiensi imunologi
10. Congenital
11. Faktor resiko
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat
seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh
faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil,
tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa dipastikan.Pengaruh
genetik berperan serta dalam timbulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit
neurofibomatosis.
Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidaknormalan
sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang. Karena fungsi-fungsi otak berbeda-
beda di setiap bagiannya maka untuk mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari
perubahan yang terjadi, seperti :
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi
tubuh ( kejang jacksonian )
b) Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan
pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c) Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan
mata berirama dan tidak disengaja )
d) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah
laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan
kurang merawat diri
e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan atau
paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia (Brunner & Sudarth, 2002).
D. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai gejala
perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah
ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal. Peningkatan tekanan
intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak. Semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel
lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial
akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tak berguna apabil tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus
medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
E. Pohon masalah
Idiopatik
Risiko
Kejang Gang. Gang. ketidakefektifan Oedema
Neurologis Fungsi otak perfusi jaringan
fokal serebral
Disorientasi
Defisit Peningkatan TIK Hidrosefalus
neurologis
G. Penatalaksanaan medis
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplit dan pembedahan
merupakan tindakan yang berpotentif kuratif. Untuk tumor primer maligna atau tumor
sekunder, biasanya sulit ditemukan. Pembedahan tumor primer seringkali
diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis dan jika mungkin, untuk
meringankan gejala dengan mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari
biopsi tumor dapat mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi nonneoplasia, misalnya
abses. Pemeriksaan ini juga memungkinkan dilakukannya penentuan tingkat derajat
diferensiasi tumor yang berhubungan dengan prognosis. Jadi, pasien glioma derajat 1-
2 memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Akan tetapi, median angka harapan
hidup untuk tumor yang terdiferensiasi paling buruk (derajat 4) adalah 9 bulan.
Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya pada pasien dengan
kecurigaan glioma derajat rendah dengan gejala epilepsi. Pembedahan juga tidak tepat
dilakukan pada metastasis otak multipel, dimana diagnosisnya jelas, walaupun
beberapa metastasis soliter dapat ditangani dengan reaksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan raditerapi yang diarahkan pada tumor,
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan
dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis
3. Terapi antibiotik.
Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas. Antibiotik yang dipakai
; Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen). Bila telah
diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
4. Untuk tumor primer jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna namun umumnya
sulit dilakukan sehingga dilakukan radioterapi dan kemoterapi, pada tumor metastase
dilakukan perawatan paliatif
5. Hematom membutuhkan evakuasi
6. Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotik
7. Pemberian deksametason dapat menurunkan edema sebral.
8. Pemberian Manitol untuk menurunkan peningkatan TIK
9. Pemberian antikonvulsan sesuai gejala yg timbul
H. Komplikasi
a. Herniasi
b. Peningkatan Tekanan Darah
c. Kejang
d. Defisit neurorogis
e. Peningkatan TIK
f. Perubahan fungsi pernafasan
g. Perubahan dalam kesadaran
h. Perubahan kepribadian
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien : usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tgl MRS, askes dst.
b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang :
P : tanyakan kepada klien keadaan apa yang membuat sakit kepala hebat dan apa
saja factor yang membuatnya lebih baik atau lebih buruk.
Q: tanyakan bagaimana gambaran sakit kepala yang dirasakan, apakah
sepertitertusuk jarum (menusuk-nusuk) atau tegang seperti di remas
R: tanyakan kepada klien di bagian kepala mana yang terasa sakit,apakah hanya
bagian depan (forehead),tengah,atau belakang, dan apakah terlokalisasi
ataumenyeluruh.
S: jika klien diberikan skala 1-10, sakit kepala yang dirasakan klien termasuk skala
berapa
T: tanyakan kapan klien merasa sakit kepala hebat, apakah secara terus-
menerusatau pada keadaan tertentu saja
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi, ada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medullaoblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian inspeksi
pernapasan pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada
kelainan.
Palpasi, thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi, tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa kompresi
medullaoblongata didapatkan tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal,
tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis bergantung
padagangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri
kepala, muntah, dan pailadema. Tingkat kesadaran Kualitas kesadaran klien
merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan
adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa
sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan
kesadaran.Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah
mengalamikoma maka penilaian GCS sangat penting menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantuan pemberian asuhan keperawatan.
Eye (respon membuka mata):
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekankuku jari)
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namuntidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
kakiextensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal dan kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
b. Fungsi serebri
1) status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara,
dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas klien, aktivitas motorik pada klien
tumor intracranial tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
2) Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dankalkulasi.
Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu kesukaranmengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
3) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis : didapatkan bila kerusakan
telahterjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual
kortikalyang lebih tinggi lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat
ditunjukkan
4. POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA
Kaji keadaan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari , kaji adanya kelemahan,
kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran, hemiparase, ataksia, & keterlibatan
dalam beraktivitas kaji kekuatan otot
5. POLA ISTIRAHAT & TIDUR
Kaji perubahan pola tidur, adanya factor factor yang mempengaruhi tidaur seperti
nyeri, cemas, dll
6. POLA PERSEPSI –KOGNITIF
Kaji adanya perubahan tingkah laku, amnesia, vertigo, tinnitus, kehilangan
pendengaran, gangguan pengucapan, peciuman, perubahan kesadaran, & status metal,
perubahan pupil, ekspresi wajahm hemiparase, kejang & sensitive terhadap Gerakan.
Untuk kenyamanan kaji juga andaya nyeri, kepala intensitas berbeda & lama , respon
apatis, gelisah & gangguan tidur.
7. POLA PERAN HUBUNGAN
Tanyakan bagaimana fungsi peran klin dalm keluarganya sebelum & selama di RS,
siapa saja system pendukung klien dan apakah ada masalah dilingkunagn keluarga
ataupun social
8. POLA SEKSUALITAS
Kaji adanya masalah hubungan dg pasangan, perubahan tk. Kepuasan, Jika wanita :
Kaji pola menstruasi, pemeriksaan payudara.Jika Pria : Kaji adanya periksaan testis
mandiri bulanan
9. POLA KOPING – TOLERANSI STRESS
Tanyakan perubahan utama klien selama di rawat di RS apakah klien cemas, mudah
tersinggung, deprsesi, apakah yg dilekukan klien saat ada masalah?
10. POLA KEYAKINAN – NILAI
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapai penyakitnya?
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
menganggu kesehatan
Batasan Karakteristik :
Masa tromboplastin parsial abnormal
Masa protrombin abnormal
Sekmen ventrikel kiri akinetik
Ateroklerosis aerotik
Diseksi arteri
Fibrilasi atrium
Miksoma atrium
Tumor otak
Stenosis karotid
Aneurisme serebri
Koagulopati (mis. Anemia sel sabit)
Kardiomiopati dilatasi
Embolisme
Trauma kepala
Hierkolesterolemia
Hipertensi
Endokarditis infeksi
Katup prostetik mekanis
Stenosis mitral
Neoplasma otak
Baru terjadi infak miokardium
Sindrom sick sinus
Penyalahgunaan zat
Terapi trobolitik
Efek samping terkait terapi (bypass kardiopulmunal,obat)
2. Gangguan pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolar-kapiler
Batasan Karakteristik
pH darah arteri abnormal
Pernapasan abnormal (misalnya : kecepatan, irama, kedalaman)
Warna kulit abnormal (misalnya : pucat, kehitaman)
Konfusi
Sianosis (pada neonatus saja)
Penurunan karbondioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardi
Gangguan penglihatan
3. Risiko Cedera
Definisi : Berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu
Faktor risiko :
Eksternal
a. Biologis (mis. Tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme )
b. Zat kimia (mis. racun, polutan, obat agenes farmasi,alkohol, nikotin,
pengawet, kosmetik, perwarna)
c. Manusia (mis.agens nosokomial, pola ketegangan atau faktor kognitif,afektif
dan psikomotor)
d. Cara pemindahan / transpor
e. Nutrisi (mis. desain, struktur dan pengaturan komunitas, bangunan dan atau
peralatan)
Internal
Profil darah yang abnormal
Disfungsi biokimia
Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)
Disfungsi efektor
Disfungsi imun-autoimun
Disfungsi integratif
Malnutrisi
Fisik (mis. integritas kulit tidak uth,gangguan mobilitas)
Psikologis (orientasi afektif)
Disfungsi sensorik
Hipoksia jaringan
4. Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri Akut )
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of
Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
b. Batasan Karakteristik
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diafroesis
Perilaku distraksi (mis, berjalan modar mandir, mencari orang lain
dan/atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
Sikap melindungi are nyeri
Fokus menyempit (mis,gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
c. Faktor yang Berhubungan
Agens cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
5. Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik:
Perilaku
Gelisah
Melihat sepintas
Kontak mata yang buruk
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
Agitasi
Tampak waspada
Afektif
Gelisah
Ketakutan
Gugup
Bingung
Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan keringat
Gemetar
Suara bergetar
Simpatik
Anoreksia
Diare
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Lemah
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
Mual
Gangguan tidur
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Kognitif
Bloking pikiran
Konfusi
Kesulitan berkonsentrasi
Gangguan perhatian
Khawatir
Lupa
Factor yang berhubungan
Perubahan dalam:
1. Status ekonomi
2. Lingkungan
3. Status kesehatan
4. Pola interaksi
5. Fungsi peran
6. Status peran
Penularan penyakit interpersonal
Krisis maturasional
Krisis situasional
Stress
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman pada:
1. Status ekonomi
2. Lingkungan
3. Status kesehatan
4. Pola interaksi
5. Fungsi peran
6. Status peran
7. Konsep diri
C. Rencana Keperawatan
No Rencana
Dx Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Resiko ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan serebral a. Circulation status Peripheral Sensation
b. Tissue Prefusion : cerebral
Management
(Manajemen sensasi
Definisi : Berisiko perifer)
Kriteria Hasil :
mengalami penurunan 1. Monitor adanya
Mendemonstrasikan status
sirkulasi jaringan otak daerah tertentu
sirkulasi yang ditandai dengan :
yang dapat menganggu yang hanya peka
1. Tekanan systole dan diatole
kesehatan terhadap
dalam rentang yang diharapkan
Batasan Karakteristik : 2. Tidak ada ortostatikhipertensi panas/dingin/
3. Tidak ada tanda-tanda
Masa tromboplastin tajam/ tumpul
peningkatan tekanan 2. Monitor adanya
parsial abnormal
Masa protrombin intrakranial (tidak lebih dari 15 paretese
3. Instruksikan
abnormal mmHg)
Sekmen ventrikel kiri 4. Mendemonstrasikan keluarga untuk
akinetik kemampuan kognitif yang mengobservasi
Ateroklerosis aerotik ditandai dengan : kulit jika ada lesi
Diseksi arteri 1. Berkomunikasi dengan jelas
Fibrilasi atrium atau laserasi
dan sesuai dengan kemampuan 4. Gunakan sarung
Miksoma atrium
2. Menunjukkan perhatian,
Tumor otak tangan untuk
Stenosis karotid konsentrasi, dan orientasi
proteksi
Aneurisme serebri 3. Memproses informasi
5. Batasi gerakan
Koagulopati (mis. 4. Membuat keputusan dengan
pada kepala, leher
Anemia sel sabit) benar
Kardiomiopati dilatasi 5. Menunjukkan fungsi sensori dan punggung
Embolisme 6. Anjurkan pasien
motori cranial yang utuh :
Trauma kepala untuk menghindari
tingkat kesadaran membaik,
Hierkolesterolemia
batuk dan
Hipertensi tidak ada gerakan gerakan
Endokarditis infeksi mengejan
involunter.
Katup prostetik berlebihan
mekanis 7. Berikan posisi
Stenosis mitraL kepala lebih tinggi
Neoplasma otak
Baru terjadi infak 15-300 dengan
miokardium letak jantung
Sindrom sick sinus 8. Kolaborasi
Penyalahgunaan zat
pemberian
Terapi trobolitik
Efek samping terkait analgetik
9. Monitor adanya
terapi (bypass
tromboplebitis
kardiopulmunal,obat) 10. Diskusikan
mengenai
penyebab
perubahan sensasi
2. Gangguan pertukaran NOC NIC
gas a. Respiratory Status : Gas Airway
Definisi : Kelebihan atau exchange Management
b. Respiratory Status :
defisit pada oksigenasi dan a. Buka jalan napas,
atau eliminasi Ventilation gunakan teknik
c. Vital Sign Status
karbondioksida pada chin lift atau jaw
membran alveolar-kapiler thrust, bila perlu
Setelah diberikan asuhan
b. Posisikan pasien
keperawatan x 24 jam diharapkan
Batasan Karakteristik untuk
pH darah arteri proses oksigenasi pasien normal memaksimalkan
abnormal dengan
ventilasi
Pernapasan abnormal
c. Identifikasi
(misalnya : kecepatan, Kriteria Hasil
pasien perlunya
irama, kedalaman) a. Mendemonstrasikan
Warna kulit abnormal pemasangan alat
peningkatan ventilasi dan
(misalnya : pucat, jalan napas
oksigenasi yang adekuat
kehitaman) buatan
Konfusi b. Memelihara kebersihan
d. Pasang mayo bila
Sianosis (pada paru-paru dan bebas dari
perlu
neonatus saja) tanda-tanda distres
Penurunan e. Lakukan
pernapasan
karbondioksida fisioterapi dada
c. Mendemonstrasikan batuk
Diaforesis bila perlu
Dispnea efektif dan suara napas
f. Keluarkan sekret
Sakit kepala saat yang bersih, tidak ada
dengan batuk
bangun sianosis dan dyspneu
Hiperkapnia atau suction
Hipoksemia (mampu mengeluarkan
g. Auskultasi suara
Hipoksia sputum, mampu bernapas
Iritabilitas napas, catat
Napas cuping hidung dengan mudah, tidak ada
adanya suara
Gelisah pursed lips)
tambahan
Somnolen
d. Tanda-tanda vital dalam
Takikardi h. Lakukan suction
Gangguan penglihatan rentang normal
pada mayo
i. Berikan
bronkodilator bila
perlu
j. Berikan
pelembab udara
k. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
l. Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory
Management
a. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama
dan usaha
respirasi
b. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular
dan intercostal
c. Monitor suara
napas, seperti
dengkur
d. Monitor pola
napas : bradipnea,
takipnea, kusmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes,
biot
e. Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan
otot diafragma
(gerakan
paradoksis)
g. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
h. Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
i. Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya
menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri
secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Faktor yang
Berhubungan
Agens cedera
(mis.,biologis, zat kimia,
fisik, psikologis)
DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA Jilid 3. Yogyakarta : Medi Action
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Ed.8). Jakarta:
EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta : EGC
Tracey Hopkins,BSN, RN. 2013. Intisari medikel-bedah : buku praktik klinik (Ed.3).
Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC
Pembimbing Akademik / CT
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN
PERSYARAFAN TUMOR CEREBRI
Oleh:
D-IV Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI