Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Mei 2017
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 3
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………...
B. TUJUAN………………………………………………………………………..
C. VISI DAN MISI RSUD CILINCING…………………………………………..
D. PENGERTIAN………………………………………………………………
BAB II ISI……………………………………………………………………………...
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter dan seluruh
tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Cilincing dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan dengan tetap menghormati hak pasien berhubungan dengan kemudahan
pasien dalam mengakses informasi mengenai pelayanan kesehatan.
3. Dasar Hukum
3
c. Undang –Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
e. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
f. Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medis Depkes RI No
YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, Rumah
Sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
h. Surat Edaran Dirjen Yanmed No. YM. 02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien
i. Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam medik
4. Definisi
b. Hak Pasien untuk mengakses informasi pelayanan kesehatan adalah : Hak pasien
untuk mengaksesinformasi terkait pelayanan kesehatan yang akan atau telah
dilakukannya, hak ini juga sebagai komunikasi yang baik antara pasien dengan
dokter penanggung jawabnya sehingga kesalahpahaman terkait pelayanan
kesehatan dapat di minimalisir.
Komunikasi yang baik antara dokter pasien terkait dengan hak untuk mengakses
informasi meliputi :
a) Mendengarkan keluhan,
b) Menggali informasi, dan
c) menghormati pandangan serta kepercayaan pasien yang berkaitan dengan
keluhannya.
d) Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang kondisi,
diagnosis, terapi dan prognosis pasien, serta rencana perawatannya dengan
cara yang bijak dan bahasa yang dimengerti pasien. Termasuk informasi
tentang tujuan pengobatan, pilihan obat yang diberikan, cara pemberian serta
pengaturan dosis obat, dan kemungkinan efek samping obat yang mungkin
terjadi;
e) Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang
dilakukan kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien. Jika
seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama dalam
perawatan dokter, dokter yang bersangkutan atau penanggunjawab pelayanan
kedokteran (jika terjadi di sarana pelayanan kesehatan) harus menjelaskan
keadaan yang terjadi akibat jangka pendek atau panjang dan rencana tindakan
kedokteran yang akan dilakukan secara jujur dan lengkap serta memberikan
empati.
Banyak faktor yang menyebabkan kurang efektifnya komunikasi antara pasien dan
dokter diantaranya :
a) motivasi dokter dalam pelayanan kesehatan yang kurang simpatis,
4
b) kurangnya pengetahuan pasien – dokter tentang hak dan kewajibannya
masing-masing,
c) kurang terbukanya pasien dalam mengungkapkan penyakitnya
d) kurangnya inform consent, dan sebagainya.
BAB II
TATA LAKSANA
5
1. Hak pasien untuk mengakses informasi pelayanan kesehatan
Setiap pasien yang mendapatkan perawatan dan dalam proses pengobatan
berhak mendapatkan informasi yang detil dan lengkap tentang penyakit yang
dideritanya. Sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, pasal 4 tentang
perlindungan konsumen, pasien juga berhak mendapatkan informasi tentang tindakan
medis, potensi risiko yang timbul karena tindakan medis, serta informasi estimasi
biaya yang harus ditanggung pasien serta informasi waktu lama proses pengobatan.
Rumah sakit menghormati hak pasien dalam memperoleh informasi layanan kesehatan
Dalamsetiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus mendapat
persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak memberika persetujuan dan
penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan.Untuk itu dokter harus
melakukan pemeriksaan secara teliti, serta menyampaikan rencana pemeriksaan lebih
lanjut termasuk resiko yang mungkin terjadi secara jujur, transparan dan komunikatif.
Dokter harus yakin bahwa pasien mengerti apa yang disampaikan sehingga pasien
dalam memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.
Kewajiban dokter terkait dengan informasi adalah :
a. Memberikan informasi yang adekuat dan besikap jujur kepada pasien tentang
perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risiko yang dapat
ditimbulkannya
b. Memberikan penjelasan mengenai apa yang diderita pasien, dan tindakan apa
yang harus dilakukan
Pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya. Penjelasan
tersebut sekurang-kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis Tujuan tindakan medis yang dilakukan
Alternatif tindakan lain dan resikonya Resiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
b. Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi terlebih dahulu harus memberika penjelasan kepada pasien
tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan
pasien
c. Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh
informasi yang jelas tentang penyakitnya.
d. Pemberian obat-obatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila pasien
meminta untuk dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan kecuali
6
dengan penghentian terapi akan mengakibatkan keadaan gawat darurat atau
kehilangan nyawa pasien.
Terkait dengan pemberian informasi kepada pasien ada beberapa yang harus
diperhatikan :
a) Informasi harus diberikan, baik diminta ataupun tidak.
b) Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak dimengerti
oleh orang awam.
c) Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan
situasi pasien.
d) Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter menilai
bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan atau kesehatan pasien
atau pasien menolak untuk diberikan infomasi (KODEKI, pasal 5)
e) Untuk tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive yang lain, informasi
harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi. Apabila dokter
yang bersangkutan tidak ada, maka informasi harus diberikan oleh dokter
yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggng
jawab.
7
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
b) Bagi Rumah Sakit
Adalah sebagai bentuk komunikasi yang efektif antara dokter penanggung
jawab pasien dengan pasien itu sendiri, sehingga kesalah pahaman dalam
memberikan layanan kesehatan dapat diminimalkan
BAB III
PENUTUP
8
9