Sap Penyuluhan Gout Artritis
Sap Penyuluhan Gout Artritis
Dosen Pembimbing :
Rina Al Kahfi, S.Kep., Ns
Disusun Oleh :
M. Syaud Faisal
NIM :
14.IK.405
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpah kan rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal Baksos Penyuluhan
“Pencegahan Gout Artritis Demi Mewujudkan Keluarga Sehat” tepat pada
waktunya. Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang setia
kepadanya.
Penulis
RINGKASAN KEGIATAN
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa Hippocrates dikenal luas sebuah penyakit yang bernama
gout yang sering dinamakan sebagai “penyakit para raja dan raja dari
penyakit” karena sering muncul pada kelompok masyarakat dengan
kemampuan sosial ekonomi tinggi. Sebagaimana diketahui, kelompok
masyarakat sosial ekonomi tinggi sering mengkonsumsi daging (yaitu
keluarga kerajaan pada zaman dahulu), akibatnya menimbulkan rasa sakit
yang teramat sangat. Kepercayaan kuno menyatakan bahwa penyakit ini
disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes kedalam sendi
(Damayanti 2012).
Masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.
Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri
sendi disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah
oleh iklan jamu atau obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya,
tidak semua keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu asam urat.
Untuk memastikannya perlu pemeriksaan dilaboratorium. Asam urat
merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen
asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Faktor-faktor yang
diduga juga mempengaruhi penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya
hidup. Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat
adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol
berlebih, kegemukan, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan
tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Peningkatan
kadar asam urat dalam darah atau hiperuricemia menurut suatu penelitian
juga merupakan salah prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan
kardiovaskuler (Andry. dkk 2009).
Di dunia prevalensi penyakit gout mengalami kenaikan jumlah penderita
hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang dewasa di Amerika
Serikat penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta
(4%) orang Amerika. Sedangkan prevalensi hiperurisemia juga meningkat
dan mempengaruhi 43.300.000 (21%) orang dewasa di Amerika Serikat (Zhu
dkk, 2011 dalam Sun, 2014).
Prevalensi asam urat di Indonesia menduduki urutan kedua setelah
osteoarthritis. Prevalensi asam urat pada populasi di USA diperkirakan
13,6/100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan
meningkatnya umur. Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 6
April 2010 di Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa
warga pralansia dan lansia yang memeriksakan diri ke Puskesmas pada
tahun 2009 sebanyak 1584 orang, sebagian besar warga menderita
penyakit radang sendi dengan jumlah 899 orang (56,8%). Penyakit ini
dikelompokan dalam penyakit khusus dan menduduki prioritas pertama
dengan jumlah terbesar dari 10 penyakit prioritas lainnya. Salah satu
bagian dari penyakit radang sendi ini adalah asam urat berjumlah 72
orang (8%), terdiri dari 34 (47,2%) wanita berumur >50 tahun, 25
(34,7%) wanita <50 tahun. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti di wilayah kerja puskesmas Dr. Soetomo pada tanggal 07 Mei
2010 mengenai pola makan pada 7 wanita yang menderita asam urat
didapatkan hasil bahwa 2 orang mempunyai kebiasaan makan makanan
yang mengandung purin, sedangkan 5 orang tidak memiliki kebiasaan
makan makanan yang mengandung purin (Pipit, 2010).
BAB II
TARGET DAN LUARAN
A. Target
Target yang ingin dicapai melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut.
1. Setelah dilakukan penyuluhan mereka bisa memahami tentang Gout
Artritis
2. Setelah penyuluhan memahami tentang bagaimana mencegah Gout Artritis
B. Luaran
Luaran yang diharapkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut.
1. Menambah pengetahuan masyarakat dalam memahami tentang Gout
Artritis
2. Artikel ilmiah yang dapat diterbitkan dalam jurnal nasional atau
internasional
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa Penyuluhan “Pencegahan Penyakit Gout
Artritis Demi Mewujudkan Kelurga Sehat”
.
BAB V
PENUTUP
Penyakit gout merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda
dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia
adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin
merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian
hiperurisemia.
Demikian laporan pengabdian masyarakat ini dibuat sebagaimana
mestinya. Semoga dapat memberikan gambaran kegiatan pelayanan kesehatan
yang akan dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa STIKES Sari Mulia sebagai
aplikasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Besar harapan kami untuk perhatian,
partisipasi dan kesediaan pihak-pihak terkait dalam membantu kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, I .2012, Rematik dan Asam Urat, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta
Maglaya, A.S. 2009. Nursing pratice in the community, (5th ed). Philadelphia:
Argonauto Corporation.
Sunita, A 2005, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pipit, F 2010, Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar Asam Urat
Darah Pada Wanita Post Menopause Di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas dr.Soetomo Surabaya, Journal
Keperawatan,
<http://www.google.com/hubungan-antara-pola%2520makan-
dengan- kadar-asamurat-darah-pada-wanita-postmenopause-di-
posyandu-lansia- wilayah-kerja-puskesmas-
drsoetomosurabaya.pdf>