Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN PENDAHULUAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA


LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS Latar belakang
PELAYANAN SOSIAL Masalah depresi pada lanjut usia
LANJUT USIA KECAMATAN SELOSARI cukup tinggi dan muncul seiring dengan
KABUPATEN MAGETAN bertambahnya usia, lansia termasuk
golongan yang banyak mengalami depresi
akibat perubahan fisik dan keadaan sosial
Priyoto lingkungan sehingga berdampak pada
(STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun) masalah kesehatan. Secara umum kondisi
fisik seseorang yang telah memasuki usia
lanjut akan mengalami penurunan. Lansia
ABSTRAK lebih rentan terkena berbagai macam
penyakit karena semakin bertambahnya usia
Angka kejadian depresi di Indonesia cukup maka akan mengalami penurunan fungsi
tinggi. Lansia adalah golongan yang banyak organ. Penurunan kondisi inilah yang
mengalami depresi akibat perubahan fisik berpengaruh pada kondisi mental dan
dan keadaan sosial lingkungan sehingga psikososial pada lansia. Masalah mental
berdampak pada masalah kesehatan, salah yang sering dialami oleh lansia lebih banyak
satunya adalah hipertensi. Penelitian ini dipengaruhi karena faktor kesepian,
bertujuan mengetahui hubungan depresi dan ketergantungan, dan kurang percaya diri
kejadian hipertensi pada lansia di Unit sehingga menyebabkan lansia mengalami
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut depresi, kecemasan, dan stress (Maryam,
Usia Kecamatan Selosari Kabupaten 2011).
Magetan pada bulan Januari-Juni Tahun Depresi pada lansia merupakan suatu
2016. Penelitian ini bersifat analitik dengan masa terganggunya fungsi pada lansia yang
pendekatan cross sectional dengan metode berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
simple random sampling. Penelitian dan gejala penyertanya, termasuk
menggunakan kuisioner Geriatric Depression perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
Scale 15 (GDS 15) dan data tekanan darah psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
diperoleh dari hasil pengukuran langsung kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya,
dengan menggunakan tensimeter serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 2010).
(spygmomanometer). Dari 63 jumlah total Selain masalah kejiwaan, lansia juga
lansia di tempat penelitian didapatkan berisiko mengalami penyakit
sampel 46 lansia yang akan obyek kardiovaskular yang merupakan penyebab
penelitian. Hasil penelitian dari 46 lansia kematian dan disabilitas pada usia lanjut,
didapatkan 30 lansia yang mengalami penyakit kardiovaskular yang banyak diderita
depresi 80% lansia mengalami peningkatan oleh lansia adalah hipertensi yang juga
tekanan darah / hipertensi, sedangkan dari merupakan salah satu penyakit yang
16 lansia yang tidak depresi didapatkan 75% diakibatkan oleh depresi yang pada
tidak mengalami hipertensi. Diperoleh hasil umumnya dialami oleh para lanjut usia.
uji chi-square p= 0,001. Penelitian ini Menurut World Health Organization
menunjukan terdapat hubungan antara (WHO) pada tahun 2010 prevalensi
depresi dengan kejadian hipertensi pada keseluruhan gangguan depresi di kalangan
lansia dengan keeratan hubungan antar lansia di dunia bervariasi antara 10% hingga
variabel pada tingkat sedang sebesar 0,473. 20% yaitu sekitar dari 7 juta dari 39 juta.
Keeratan hubungan pada tingkat sedang Survey Kesehatan RI tahun 2011
karena pada penelitian ini menunjukan menyatakan bahwa gangguan mental pada
banyak faktor penyebab lain yang usia 55-64 tahun mencapai 7,9% sedangkan
mempengaruhi keadaan hipertensi pada yang berusia diatas 65 tahun mencapai
lansia. Hasil penelitian ini menunjukan 12,3%. Pada tahun 2020 depresi akan
bahwa lansia yang mengalami depresi lebih menduduki peringkat teratas penyakit yang
berisiko terjadi peningkatan tekanan darah dialami lanjut usia di Negara berkembang
atau hipertensi. termasuk Indonesia. Di Jawa Timur
prevalensi depresi lebih banyak ditemukan
Kata Kunci : Depresi, Hipertensi, Lansia pada lansia yang tinggal dipanti wreda 30%
daripada lansia yang tinggal di komunitas
15,5% (Kurniawati, 2013).
Sedangkan untuk prevalensi
hipertensi pada tahun 2011, WHO mencatat
satu miliar orang di dunia menderita
hipertensi. Hipertensi penyebab kematian
hampir 8 juta orang setiap tahun diseluruh Dampak yang ditimbulkan oleh
dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun depresi pada lansia adalah gangguan pada
di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari sistem kardiovaskuler, yaitu hipertensi. Jika
populasi orang dewasa di daerah Asia lansia mengalami depresi maka pembuluh
Tenggara memiliki tekanan darah tinggi. darah otak ini terganggu risiko terjadinya
Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia gangguan fungsi otak meningkat dan
tahun 2013, menunjukan bahwa pola mempengaruhi seluruh sistem aliran darah
penyakit pada lansia yang terbanyak adalah termasuk pembuluh darah yang menuju otak.
hipertensi sekitar 78%. Berdasarkan Profil Penyakit kardiovaskular akibat hipertensi
Kesehatan Jawa Timur Tahun 2010, selama dapat menyebabkan masalah pada kualitas
tiga tahun berturut-turut (2008-2010) hidup lanjut usia, sehingga kualitas hidup
hipertensi selalu berada di urutan ketiga para lanjut usia akan terganggu dan angka
penyakit terbanyak di puskesmas sentinel harapan hidup lansia juga akan menurun.
Jawa Timur. (Kemenkes RI, 2013) (Yusup, 2010).
Berdasarkan hasil survey Depresi yang dialami lansia perlu
pendahuluan di Unit Pelaksana Teknis perhatian yang tulus, dimulai dengan
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan hubungan baik, serta mampu menumbuhkan
diketahui bahwa persentase lansia yang harapan klien. Dalam percakapan tentu perlu
menderita hipertensi sebanyak 42,5%. ada yang mendengarkan. Percakapan antara
Menurut data Poliklinik di UPT PSLU pekerja sosial (perawat) dengan klien
Magetan dari 87 lansia ada 37 lansia yang bukanlah sekedar pemberian nasehat
menderita hipertensi. Terjadinya hipertensi (advice giving) dimana pekerja sosial
pada lansia yang menghuni Panti Wreda memiliki otoritas yang dominan untuk
Bahagia di lingkup UPT PSLU Magetan menceramahi klien, dan klien harus menurut.
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Dalam tehnik percakapan ini pekerja sosial
faktor genetic, umur dan jenis kelamin, lebih banyak menjadi pendengar yang
perilaku merokok dan depresi pada lansia. efektif. Saat klien telah mampu
Serta depresi pada lansia menduduki urutan mengungkapkan perasaannya maka berilah
kedua setelah gangguan mental organik. kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang aman, dan nyaman untuk bercerita. Dengan
dilakukan peneliti pada tanggal 18 Januari bercerita dan pekerja mendengar dengan
2016 terhadap 10 lansia di Panti Wreda penuh minat, maka klien telah mulai bekerja
Bahagia di lingkup UPT PSLU Magetan mengeluarkan segala kecemasan, serta
didapatkan 2 lansia tidak depresi, dan 8 perasaan-perasaan yang menekan jiwanya.
lansia mengalami depresi. Serta 7 dari 10 jika dilakukan secara terencana dan
lansia tersebut mengalami hipertensi. kontinyu, maka kemungkinan besar toksin
Terdapat mekanisme fisiologis yang (racun) depresi pada klien akan terangkat
mendasari hubungan depresi dengan seluruhnya sampai bersih (Syamsuddin,
hipertensi yaitu terdapat ketidakseimbangan 2006).
neurotransmiter sebagai senyawa
penghantar, mengakibatkan peningkatan Tujuan penelitian
serotonin, dopamine, dan norepinefrin yang Untuk mempelajari hubungan antara
berpengaruh terhadap pengaturan tekanan depresi dengan kejadian hipertensi pada
darah, serta terjadi gangguan sistem saraf lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan
simpatis yang mengakibatkan arteriol Sosial Lanjut Usia Kecamatan Selosari
kontriksi sehingga tubuh melakukan Kabupaten Magetan.
kompensasi dengan peningkatan aliran
darah. (Hartini, 2015) METHODE PENELITIAN
Depresi menyebabkan penurunan Jenis penelitan yang digunakan
status kesehatan seseorang, disamping itu adalah penelitian deskriptif analitik dengan
berkurangnya, motivasi, emosi, dan rancangan korelasi pendekatan cross
kemampuan kognitif menyebabkan individu sectional. Deskriptif analitik adalah penelitian
dengan depresi menjadi tidak dapat yang dilakukan dengan sekumpulan objek
berfungsi secara efektif sehingga terdapat yang biasanya bertujuan untuk melihat
ketergantungan, kehilangan percaya diri, gambaran fenomena (termasuk kesehatan)
termasuk penurunan kemampuan yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
berkomunikasi hingga terjadi gangguan Cross sectional adalah suatu penelitian
sosial yang dapat memperburuk kondisi untuk mempelajari dinamika factor-faktor
kesehatannya, terutama bagi penderita resiko dengan efek, dengan cara
penyakit kronis dan berulang. Depresi juga pendekatan, observasi atau pengumpulan
dapat memperparah penyakit, distress, dan data sekaligus pada suatu saat (point time
meningkatkan disabilitas. (Soep, 2009). appoarch). Artinya, setiap subyek penelitian
hanya diobservasi sekali saja (Notoatmojo, keabsahan kuesioner yang digunakan dalam
2012). penelitian ini Uji validitas dan reliabilitas
Hasil kuesioner oleh penderita kusta dilakukan kepada ibu hamil yang berjumlah
dari rumah kerumah berupa pertanyaan 30. Uji Validitas dengan menggunakan uji
tertulis untuk mengungkap pola pencarian korelasi product moment, sedangkan uji
pengobatan penderita kusta dan adanya reliabilitas menggunakan uji statistik alpha
kebebasan dalam menjawab kuesioner cronbach (r alpha).
tanpa pengaruh dari orang lain serta data Data yang telah terkumpul dianalisis
sekunder yang meliputi laporan hasil univariat dengan cara distribusi frekuensi,
penelitian, jurnal, referensi atau leteratur dari sedangkan analisis bivariat dengan cara
berbagai sumber buku dan media, laporan tabulasi silang dan kemudian dilakukan
jumlah penderita kusta dari program P2M analisis statistik menggunakan uji chi-square.
tersebut. Sedangkan untuk membuktikan
Dari 30 lansia yang mengalami
HASIL depresi sebagian besar lansia mengalami
Jenis Kelamin hipertensi sebanyak 24 lansia (80%),
Sebagian besar lansia di UPT sedangkan dari 16 lansia yang tidak depresi
PSLU Magetan yang menjadi responden didapatkan sebagian besar 12 lansia (75%)
berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 tidak mengalami hipertensi. Berkaitan erat
lansia (60,9%). Dan sebagian kecil lansia dengan yang mengalami depresi lebih
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 lansia cenderung mengalami hipertensi
(39,1%). dikarenakan depresi pada lansia merupakan
Usia salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
Responden berusia 70 -79 tahun hipertensi pada lansia.
sebanyak 20 lansia ( 43,5%). Pada usia 60 -
69 tahun terdapat 19 lansia (41,3%). Dan PEMBAHASAN
pada usia 80 - 89 tahun adalah usia yang Dari hasil penelitian yang dilakukan
paling sedikit dari keseluruhan tingkatan usia pada 46 lansia di Unit Pelaksana Teknis
yaitu terdapat 7 lansia (15,2%). Pelayanan Sosial Lansia Kecamatan
Pendidikan Selosari Kabupaten Magetan, berdasarkan
Sebagian besar lansia pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa
berpendidikan BH (Buta Huruf) sebanyak 33 sebagian besar lansia mengalami depresi
lansia (71,8%). Yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 30 orang (65,2%).
sebanyak 7 lansia (15,3%), dan yang paling Sedangkan sebagian yang tidak depresi
sedikit adalah lansia yang berpendidikan sebanyak 16 orang (34,8%). Hasil penelitian
SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi masing- menunjukkan sebagian besar lansia di UPT
masing sebanyak 2 lansia (4,3 %). PSLU Magetan mengalami depresi. Depresi
Depresi pada lansia ditandai dengan kehilangan
Sebagian besar lansia di UPT minat dan kegembiraan, berkurangnya
PSLU Magetan dari 46 lansia yang energi, berkurangnya konsentrasi dan
mengalami depresi yaitu sebanyak 30 orang perhatian, kehilangan kepercayaan diri, rasa
lansia (65,2%). Dan lansia yang tidak depresi bersalah, tak berguna, dan pesimistik.
sebanyak 16 orang lansia (34,8%). Depresi pada lansia perlu diatasi untuk
Hipertensi membantu rehabilitasi fisik, memberi
Yang mengalami hipertensi dari 46 pengaruh positif terhadap kondisi suasana
lansia adalah sebanyak 28 lansia (60,9%). hati dan emosi serta agar tidak memberikan
Dan sebagian yang tidak mengalami dampak pada gangguan kesehatan lansia.
hipertensi sebanyak 18 lansia (39,1%). Hal ini didukung pendapat dari
Hubungan Depresi dengan Kejadian Mangoenprasodjo (2012) yang menyebutkan
Hipertensi pada Lansia prevalensi depresi meningkat menjadi 30-
50% pada lansia yang menderita penyakit
No Depresi pada Kejadian Hipertensi Jumlah
Lansia %
Hipertensi % Tidak %
Hipertensi
1. Depresi 24 80% 6 20% 30 100
2. Tidak Depresi 4 25% 12 75% 16 100
Jumlah 28 60,9% 18 39,1% 46 100
2 2
p = 0,001 X hitung = 11,044 df =1 X tabel = 3,841 CC = 0,473
kronis dengan perawatan yang lama.
Lansia yang mengalami depresi dengan hipersekresi dari Corticotropin
dipanti disebabkan karena kurangnya Releasing Factor (CRF) yang mengatur
dukungan sosial yang mereka dapatkan dan waktu tidur dan nafsu makan, penurunan
jarangnya mereka mengikuti kegiatan harian. libido, dan perubahan psikomotor. Stress
Beberapa diantara mereka sudah tidak yang berkepanjangan dapat meningkatkan
mampu secara fisik untuk mengikuti kegiatan sekresi kortisol yang dapat mengakibatkan
harian dan susah untuk berkomunikasi penurunan neuron yang ada di hipotalamus
dengan yang lain. Dari hasil mewawancarai dan menimbulkan gangguan kognitif pada
dan mengobservasi lansia yang berada depresi. Mekanisme yang lain terjadinya
dipanti masalah lansia disana diantaranya gejala tersebut karena penurunan
adalah sebagian lansia dalam rasa bosan neurogenesis dan berkurangnya plastisitas.
dengan hidupnya, selain itu lansia juga Factor genetic (pengaruh genetic) terhadap
menyatakan perasaan takut bahwa sesuatu depresi tidak disebutkan secara khusus,
yang buruk akan terjadi pada dirinya, merasa hanya disebutkan bahwa terdapat
tidak bahagia dengan hidupnya, merasa penurunan dalam ketahanan dan
tidak berdaya dan tidak berharga, dan kemampuan dalam menanggapi stres.
mengeluhkan tidak bisa tidur dengan Factor psikososial disebabkan hilangnya
nyenyak serta kurangnya dukungan keluarga peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian
yang selalu mereka harapkan. teman atau sanak saudara, penurunan
Hasil penelitian ini sejalan dengan kesehatan, peningkatan isolasi diri,
penelitian yang dilakukan oleh Holzel, Harter, keterbatasan finansial dan penurunan fungsi
Reese, dan Kriston (2011) menunjukkan kognitif. Faktor psikososial yang
bahwa lansia dengan depresi kronik lebih mempengaruhi depresi meliputi peristiwa
sering tidak mendapatkan dukungan sosial kehidupan dan stressor lingkungan,
dari lingkungannya. Penelitian ini juga kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang
mendukung Hasil penelitian oleh Maria berulang, teori kognitif dan dukungan sosial.
(2008) tentang gambaran skala depresi pada Gejala klinis depresi pada lansia
lansia di panti sosial didapatkan sampel yang diantaranya adalah : perasaan murung,
terdiagnosis tidak depresi sebesar 10,3% (6 sedih, gairah hidup menurun, tidak
orang), kemungkinan depresi sebesar 69% semangat, merasa tidak berdaya, perasaan
(40 orang), dan depresi sebesar 20,7% (12 bersalah, berdosa, penyesalan, nafsu makan
orang). Lansia perempuan yang mengalami yang menurun diikuti berat badan menurun,
depresi sebanyak 30% sedangkan pada konsentrasi dan daya ingat menurun,
lansia pria tidak ada yang mengalami gangguan tidur seperti insomnia (sukar/ tidak
depresi. Kesimpulan yang didapat dari hasil dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
penelitian adalah persentase lansia yang (terlalu banyak tidur), Pikiran-pikiran tentang
kemungkinan mengalami depresi dan yang kematian, bunuh diri dsb.
mengalami depresi lebih besar dari yang Depresi pada lansia sangat perlu untuk
tidak mengalami depresi. Penelitian lain yang diatasi agar lansia dapat meneruskan hidup
juga mendukung adalah yang dilakukan dengan baik dan menghabiskan sisa
sebelumnya oleh Rizky, Lukman, Hidayati hidupnya dengan bahagia. Penanganan
(2014) mengenai gambaran tingkat depresi depresi pada lansia diantaranya melalui
pada lansia yang menunjukan dari 95 lansia terapi psikologis dengan melakukan
diperoleh 52% responden mengalami konseling dengan ahli. Penanganan depresi
depresi. Prevalensi kejadian cukup tinggi juga dapat dilakukan dengan melalui
sehinga perlu dilakukan analisis lebih pendekatan secara rohani. Selain itu yang
mendalam mengenai penyebab tingginya tidak kalah penting adalah adanya dukungan
prevalensi depresi pada lansia sebab depresi sosial dari keluarga dan peran tenaga
pada lansia merupakan hal yang kesehatan dalam meringankan depresi yang
memperburuk kualitas hidup lansia. dialami lansia.
Depresi merupakan satu masa Berdasarkan jenis kelamin dapat
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan diketahui bahwa sebagian kecil lansia yang
dengan alam perasaan yang sedih dan mengalami depresi berjenis kelamin laki-laki
gejala penyertanya, termasuk perubahan sebanyak 9 orang (30%), dan perempuan
pada pola tidur dan nafsu makan, sebanyak 21 orang (70%). Jumlah lansia
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, dan rasa perempuan yang mengalami depresi lebih
putus asa. Depresi pada lansia didapat mendominasi dibandingkan dengan jumlah
secara buatan yang dibagi menjadi faktor lansia laki-laki yang mengalami depresi.
biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Menurut Nugroho (2009), depresi merupakan
Factor biologi disebabkan oleh Perubahan salah satu gejala yang muncul pada masa
endokrin juga sering disebut menyebabkan menopause. Hal inilah yang membuat
depresi pada lansia. Depresi berhubungan kenapa depresi lebih sering muncul /
didominasi oleh wanita. Amir (2007) bertambahnya usia proses paralel penuaan
menyatakan bahwa depresi lebih sering yang terjadi dalam depresi, meliputi
terjadi pada wanita karena wanita lebih penurunan regulasi hormon pertumbuhan,
sering terpajan dengan stressor lingkungan fungsi serotonin SSP dan sensitivitas TRH di
dan ambangnya terhadap stressor lebih SSP. Ikatan Serotonin/3H-Imipramin. Banyak
rendah bila dibandingkan dengan pria. hipotesis mengenai segi biologis depresi,
Pernyataan ini didukung kuat oleh Elvira & telah terfokus pada gangguan fungsi pada
Hadisukanto, 2010) yang menyatakan satu atau lebih monoamin, yang berperan
perempuan dua kali lipat lebih besar sebagai neurotransmitter sinaptik di SSP
dibanding laki-laki dalam mengalami depresi. (norepineprin [NE], dopamin (DA), serotonin
Hal ini diduga karena adanya perbedaan [5-Hidroksitritamin, 5-HT]). Hawari (2011)
hormone, pengaruh melahirkan, perbedaan menyatakan depresi semakin bertambah
stressor psikososial antara laki-laki dan untuk masa-masa mendatang yang
perempuan, dan model perilaku yang disebabkan karena beberapa hal, antara lain
dipelajari tentang ketidakberdayaan. adalah usia harapan hidup semakin
Salah satu penyebab terjadinya bertambah, stresor psikososial semakin
depresi adalah karena faktor biologis. berat, dan berbagai penyakit kronis semakin
Neurotransmiter serotonin merupakan salah bertambah seiring dengan bertambahnya
satu unsur biologi yang berpengaruh usia.
terhadap terjadinya depresi pada seseorang. Berdasarkan pendidikan dapat
Para peneliti dari Montreal Neorological diketahui bahwa sebagian besar lansia yang
Institude di Kanada melaporkan bahwa otak mengalami depresi adalah BH (Buta Huruf)
pria dan perempuan memiliki kemampuan sebanyak 29 orang (96,7%), yang
yang berbeda dalam menghasilkan hormon berpendidikan SLTP sebanyak 1 orang
serotonin. Serotonin merupakan senyawa (3,3%) dan yang berpendidikan SD, SLTA,
kimia yang dilepaskan tubuh ke dalam sel- dan PT (Perguruan Tinggi) tidak ada yang
sel otak yang berfungsi sebagai jembatan mengalami depresi (0%). Sehingga hal ini
penghantar pesan di dalam otak yang sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012)
berhubungan dengan emosi. Pada bahwa terbentuknya perilaku dimulai dari
seseorang yang sedang mengalami depresi factor domain kognitif yaitu semakin tinggi
maka kadar serotonin akan menurun pendidikan seseorang maka semakin baik
dibandingkan saat normal. Pada keadaan pula pengetahuannya. Dan sebaliknya
normal otak pria dan perempuan mempunyai pendidikan yang kurang akan menghambat
kadar serotonin yang seimbang, namun otak perkembangan sikap dan pengetahuan
pria lebih cepat 52% dari otak perempuan seseorang.
dalam menghasilkan hormon serotonin. Hal Buta huruf merupakan istilah bagi
inilah yang diduga perempuan lebih mudah seseorang yang tidak bisa membaca
mengalami depresi. (Syarniah, 2010). maupun menulis, sehingga pengetahuannya
Berdasarkan usia dapat diketahui juga sangat kurang dibanding dengan yang
bahwa lansia yang mengalami depresi yang berpendidikan tinggi. Padahal seseorang itu
berusia 60-69 tahun sebanyak 9 orang berperilaku berdasarkan apa yang ia tahu
(30%), lansia yang berusia 70-79 tahun (pengetahuan). Pendidikan akan
sebanyak 15 orang (50%) dan lansia yang mempengaruhi pemahaman seseorang
berusia 80-89 tahun sebanyak 6 orang tentang suatu objek atau materi, semakin
(20%). Berkaitan dengan usia semakin rendah pendidikan seseorang maka akan
bertambahnya usia individu akan banyak semakin buruk pengalaman seseorang..
mengalami perubahan pada fisik maupun Tingkat pendidikan (tingkat kognitif) yang
mental khususnya kemunduran dalam rendah ini cenderung lebih sulit pemahaman
berbagai fungsi dan kemampuan yang terhadap penyelesaian masalah
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan dibandingkan dengan yang berpendidikan
fisik sebagai bagian dari proses penuaan tinggi sehingga berpendidikan rendah lebih
yang normal seperti menurunnya ketajaman cenderung memicu terjadinya depresi,
panca indera, berkurangnya daya tahan karena tingkat pendidikan berkaitan dengan
tubuh merupakan ancaman bagi integritas kemampuan untuk berfikir logis dan
orang lanjut usia. Selain itu, lansia masih merasionalisasikan permasalahan yang
harus berhadapan dengan perubahan peran, dihadapi sehingga tidak menimbulkan
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan depresi. Responden dengan pendidikan
orang-orang yang dicintai. Kondisi-kondisi rendah menyebabkan lansia tidak
tersebut menyebabkan lanjut usia (lansia) mempunyai kemampuan untuk menghadapi
menjadi lebih rentan untuk mengalami dan mengatasi beban psikologis dari
masalah mental (depresi). Beberapa aspek permasalahan yang dihadapai sehingga
psikobiologi yang disebabkan oleh menimbulkan terjadinya depresi.
Elvira, S.D. & Hadisukanto, G (Editor). 2010.
SIMPULAN “Buku Ajar Psikiatri”. Jakarta: Badan Penerbit
FK UI.
Berdasarkan penelitian yang berjudul
hubungan antara depresi dengan kejadian Friedman, MM, Bowden, V.R, & Jones, E.G.
hpertensi pada lansia di Unit Pelaksana 2010.”Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
Teknis Pelayanan Sosial Lansia Kecamatan Riset, Teori, dan Praktik”. alih bahasa, Akhir
Selosari Kabupaten Magetan dapat Yani S.Hamid dkk; Ed 5.Jakarta : EGC.
disimpulkan sebagai berikut :
Terdapat hubungan antara depresi dengan Hartini, Reni Sari. 2015. “ Pengaruh Depresi
kejadian hipertensi pada lansia di Unit terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia”.
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lansia Pendidikan dokter, fakultas kedokteran ,
Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan Universitas Islam Bandung.
dengan Dari hasil uji statistic menggunakan
2
Chi Square. Didapatkan X hitung 11,044 > Hawari, Dadang.2011.“Manajemen Stress
X tabel 3,481, dan nilai p 0,001 < α (0,05),
2
Cemas dan Depress”.Edisi ke dua.Jakarta :
dan kekuatan hubungan antar variabel pada Balai Penerbit FKUI.
tingkat sedang 0,473 dan nilai koefisien
determinasi sebesar 22,37% Jadi kontribusi Hidayat, Aziz Alimul.2012.“Metode Penelitian
depresi terhadap hipertensi pada lansia Keperawatan dan Teknik Analisis
sebesar 22,37 %. Data”.Jakarta: Salemba Medika.

Holzel et al. 2011. “Risk Factors for Cronic


DAFTAR PUSTAKA Depression- a Systematic Review”. Journal
of affective disorders, 129, 1-13.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb,
Amir, N. 2007. “Depresi: Aspek J.A.(2010).Sinopsis Psikiatri :“Ilmu
Neurobiology, Diagnosis, dan Tata Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”.Jilid
Laksana”.Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Satu.Editor : Dr. I. Made Wiguna S.Jakarta :
Bina Rupa Aksara.
Ariani. 2009. “Hubungan Harga Diri Dengan
Depresi pada Penderita hipertensi”. Skripsi. KemenKes RI.(2013).“Sistem Kesehatan
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Nasional”.Jakarta : Departemen Kesehatan.
Surakarta.
Kurniawati. (2013). Kejadian dan Tingkat
Arikunto, S.2011. “Prosedur Penelitian Suatu Depresi pada Lanjut Usia: Studi
Pendekatan Praktek”. Jakarta : Rineka Cipta. Perbandingan di Panti Werdha Pemerintah
dan Panti Werdha Swasta. Skripsi
Azizah, Lilik Ma’rifatul, 2011. “Keperawatan http://eprints.undip.ac.id/44194/3/VettyKurnia
lanjut usia”. Edisi pertama. Yogyakarta : wati_G2A009145_BAB2KTI.pdf. Diakses
Graha Ilmu. tanggal 5 Januari 2016.

Corwin, Elizabeth J.2009.“Buku Saku Lumongga, Namora.(2009).“Depresi


Patofisiologi”.Jakarta : EGC. Tinjauan Psikologis”.Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Damajanty, H.C. Pangemanan. 2012.
“Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Maas, et all.2011.“Asuhan Keperawatan
Darah Penderita Hipertensi di BPLU Senja Geriatrik”.Jakarta : EGC.
Cerah Paniki Bawah” Jurnal e-Biomedik
(Ebm). Mangoenprasodjo, A. 2005. “Mengisi Hari
Tua dengan Bahagia”. Yogyakarta : Pradipta
Darmojo, Boedhi.2011.“Geriatri (Ilmu Publishing.
Kesehatan Usia Lanjut”).Edisi ke empat.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Depkes, RI.2013.INFODATIN.”Pusat Data


dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI”.Jakarta.

Depkes.(2013). Data Riskesdas tahun 2013,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai