F13dap PDF
F13dap PDF
DI KABUPATEN TANGERANG
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebutuhan dan
Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya sendiri
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
ABSTRACT
DEDI ADE PAHRIN HASIBUAN. Analysis is the need and availability of raw
water in Tangerang Regency. Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO
Water is one of the basic necessities of human beings to make life and increase
their welfare. Indonesia is located in the tropics and have raw water availability.
Drought-prone was one problem in the raw water supply as a result of the uneven
distribution of water in the region of Indonesia. Tangerang Regency is one of the
areas of Indonesia's Banten Province has its challenges in the future to meet the
needs of the raw water, due to the increasing population and decreasing ability of
the environment both in quality and quantity in the raw water supply. This research
aims to know the needs and availability of raw water in the near future. Water
demand was analyzed by exponential approximation is a method, and water
availability was analyzed based on linear equations obtained from linear regression
using Microsoft Excel 2007. Water requirements were analyzed based on demand,
such as the water needs for domestic, non-domestic, industrial, fisheries, livestock
and irrigation. From the results obtained that level of water needs from 2010 to
2030 as a whole has increased, which for 2010 of 71,61 m3/sec, 2015 amounting to
72,86 m3/sec, by 2020 of 76,24 m3/sec, 2025 of 82,75 m3/sec, and 2030 of 95,35
m3/sec. While the total availability of water from 2010 to 2030 from water source
river and groundwater degradation, which in 2010 of 143,17 m3/sec, 2015
amounting to 127,28 m3/sec, by 2020 of 114,02 m3/sec, 2025 of 100,75 m3/sec, and
2030 of 87,50 m3/sec. By 2030 water availability can’t meet water demand, with a
water deficit -7,85 m3/sec.
Keywords : Raw water, water demands, water availability, river, groundwater
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR BAKU
DI KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DAFTAR GAMBAR
1 Metodologi Penelitian 6
2 Proyeksi Jumlah Penduduk 10
3 Proyeksi Luas Lahan Budidaya Perikanan 10
4 Proyeksi Jumlah Ternak 10
5 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Semua Jenis Penggunaan 11
6 Proyeksi Total Kebutuhan Air 12
7 Sungai Cisadane 12
8 Sungai Cidurian 12
9 Sungai Cimanceri 12
10 Sungai Cirarab 12
11 Debit Sungai dalam 10 Tahun Terakhir 13
12 Proyeksi Ketersediaan Air Aliran Sungai 14
13 Keseimbangan Air Wilayah 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan air
semakin meningkat. Air sebagai kebutuhan dasar bagi kehidupan makhluk hidup
akan selalu meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan
kebutuhan air sering tidak diiringi dengan ketersediaan air baku yang memadai.
Keterbatasan air baku baik air pemukaan, air hujan maupun airtanah diakibatkan
kurangnya pembangunan dibidang sumberdaya air baik pada air, sumber air, dan
daya air yang terkandung di dalamnya. Selain kurangnya pembangunan dibidang
sumberdaya air, masalah tingkat pembangunan dan perubahan tata guna lahan
yang tinggi sering kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan
ekosistem air yang ada di sekitarnya.
Indonesia yang terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai
tingkat ketersediaan air yang cukup. Namun secara nyata Indonesia memiliki
kendala dalam memenuhi kebutuhan air karena distribusi dan ditambah dengan
pola penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga air yang tersedia tidak
selalu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Bumi meiliki potensi air yang sangat besar, yaitu sekitar 1,454 juta km,
dengan komposisi 97,5% berupa air laut dan 2,5% berupa air tawar. Air yang
berupa air permukaan (sungai dan danau) dan 0,4% berupa air tanah (sumur dan
mata air).
Kondisi alam dan musim yang berbeda dari satu tempat dengan tempat yang
lain dapat menyebabkan beberapa daerah mengalami kondisi rawan air
(kekeringan). Hal ini disebabkan potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam
menurut tempat dan waktu. Sumber-sumber air utama yang ada di bumi terdiri
dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water), air laut, dan air
hujan.
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah Indonesia yang
terletak di Proponsi Banten memiliki potensi permasalahan tersebut. Dimana pada
tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Tangerang menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) adalah sebesar 2.834.376 jiwa dengan luas wilayah 959,60 km 2
dan memiliki rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2.954 jiwa per km2.
Diperkirakan dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun di Kabupaten
Tangerang akan mempengaruhi tingkat pembangunan di wilayah tersebut, baik
dibidang struktur maupun infrastruktur. Dimana hal ini akan mempengaruhi
besarnya kebutuhan akan air oleh masyarakat, namun pembangunan yang tidak
memperhatikan keseimbangan lingkungan akan memberikan dampak negatif bagi
ketersediaan air baku.
Topik Penelitian
Topik penelitian ini adalah “Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Baku
di Kabupaten Tangerang”.
Perumusan Masalah
Air merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup dalam melangsungkan
kegiatan sehari-hari. Air sebagai kebutuhan dasar bagi kehidupan makhluk hidup
2
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis jumlah kebutuhan air baku untuk domestik, non-
domestik, irigasi, perikanan, ternak dan industri di Kabupaten Tangerang
pada masa yang akan datang.
2. Untuk menduga jumlah ketersediaan air baku yang berasal dari air sungai
dan airtanah di Kabupaten Tangerang pada masa yang akan datang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pada
khususnya bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Sebagai informasi
awal ataupun bahan perencanaan dalam pengelolaan sumberdaya air agar
ketersediaan air yang ada tetap dapat memenuhi kebutuhan air baik dari segi
kuantitas maupun kualitas di masa yang akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA
Air Baku
Air baku adalah air yang dijadikan sebagai sumber untuk pengolahan air
bersih. Air baku dapat berasal dari berbagai macam sumberdaya air. Pengertian air
bersih adalah air yang terbebas dari zat-zat terlarut dan telah memenuhi syarat
kualitas sehingga dapat dikonsumsi sebagai air minum (Ariansyah 2009). Namun
tidak selamanya air bersih dapat diartikan sebagai air yang dapat langsung
dikonsumsi atau diminum, karena air yang digunakan untuk menunjang kegiatan
seperti mandi, cuci, irigasi, ternak, industri, dan perikanan membutuhkan air
bersih yang kualitas airnya tidak perlu seperti air layak minum. Sumber air baku
yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air permukaan,
dan air tanah.
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat–Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air baku diatur
dalam PP No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990, air dibagi menjadi
empat golongan yaitu :
3
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu;
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan;
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik
tenaga air.
Hal-hal yang mempengaruhi kualitas air bersih ataupun air baku adalah
pencemaran air baik pencemar berupa padatan maupun komponen organik yang
dapat menimbulkan penampakan fisik, bau, dan reaksi kimia yang tidak
diinginkan. Limbah rumah tangga merupakan salah satu sumber pencemar air.
Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan orgamik yang
terbawa air parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik
seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air.
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang mengalami infiltrasi
dan perkolasi. Air yang telah meresap ke dalam tanah akan terus bergerak
ke bawah hingga menemui lapisan tanah yang kedap air sehingga air akan
terkumpul sebagai air tanah. Air tanah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu air
tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitiaan
Penelitiaan mengenai analisis kebutuhan dan ketersediaan air baku
dilakukan di Kabupaten Tangerang. Penelitiaan ini dilaksanakan selama 3 bulan
terhitung dari Februari sampai April 2013.
Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Keterangan :
Pn : Jumlah Pengguna pada tahun n (jiwa/luas)
P0 : Jumlah pengguna pada tahun awal dasar (jiwa/luas)
r : angka pertumbuhan pengguna (%)
n : Periode waktu (tahun)
7
Keterangan :
Qy : Kebutuhan Air (m3/detik)
dy : Standar Kebutuhan
Py : Jumlah Pengguna
Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada berbagai macam standar yang
digunakan dalam perhitungan. Standar kebutuhan air yang digunakan dapat
didasarkan pada kriteria jumlah pengguna dan jenis proses yang dilakukan
pengguna air itu sendiri. Jumlah pengguna air yang digunakan dalam standar
perhitungan adalah jumlah pengguna yang menetap pada suatu wilayah. Standar
kebutuhan air yang digunakan dalam penelitian untuk semua jenis penggunaan air
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Kebutuhan Air yang Digunakan dalam Penelitian
Standar
No. Jenis Pengguna Satuan Sumber
Kebutuhan
1. Domestik 100 liter/orang/hari Direktorat
Ternak : Pengairan
1. Sapi/kerbau/kuda 40 dan Irigasi,
BAPPENAS, 2006
2. 2. kambing/domba 5 liter/ekor/hari
3. Babi 6 idem
4. Unggas 0,6
3. Perikanan 7 mm/hari/ha idem
Balitbang Padi,
4. Irigasi 1,2 liter/detik/ha
2007
Keterangan :
y : Peubah tidak bebas
m : Kemiringan/gradien
x : Peubah bebas
n : Intersep/perpotongan dengan sumbu tegak
Untuk besaran potensi airtanah diperoleh dari hasil penelitian sumber air
baku Kabupaten Tangerang oleh BAPPEDA pada tahun 2012. Dimana diperoleh
potensi airtanah untuk aquifer dangkal sebesar 776,15 m3/hari dan 4342,47
m3/hari untuk aquifer dalam.
25mdpl yaitu Kecamatan Kronjo, Mauk, Paku Haji, Teluk Naga, Kosambi,
Kresek, Rajeg, Sepatan, Balaraja dan Pasar Kemis. Penutupan lahan di Kabupaten
Tangerang di dominasi oleh sawah irigasi sekitar 48 % yang banyak terdapat di
bagian Barat. Jenis penutupan lahan pemukiman juga cukup dominan, yaitu
sekitar 25.5% yang menyebar di bagian Timur atau berdekatan dengan wilayah
Jakarta.
Kondisi geologi Kabupaten Tangerang mempunyai 5 jenis yaitu Holosen,
Middle Miocene, Pleitocene, Plio-Pleistocene dan Pliocene. Untuk Holosen
tersebar di Kecamatan Kronjo, Mauk, Paku Haji, Kosambi dan Sepatan. Middle
Miocene tersebar di Kecamatan Tiga raksa dan Cikupa. Pleitocene tersebar di
Kecamatan Kresek, Balaraja dan Cisoka. Plio-Pleistocene tersebar di Kecamatan
Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa dan Curug. Pliocene tersebar di Kecamatan Cisoka,
Tigaraksa dan Legok.
Iklim di Kabupaten Tangerang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Iklim tropis dengan temperatur rata-rata 27,70 C,
temperatur maksimum 32,70 C, dan temperatur minimum 23,80 C. Rata-rata curah
tahunan adalah 1900-2150 mm/tahun. DAS Cimanceri dan Cisadane rata-rata
mempunyai kondisi curah hujan tahunan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan DAS Cidurian dan Kaliangke. Untuk setiap DAS, masing-masing
mempunyai empat bulan basah dengan curah hujan diatas 200 mm/bulan, empat
bulan lembab (curah hujan 100-200 mm/bulan) dan empat bulan kering dengan
curah hujan kurang dari 100 mm/bulan. Bulan basah rata-rata terjadi pada bulan
Desember-Maret, sedangkan bulan kering dimulai pada bulan Juni sampai dengan
September. Sebaran hujan wilayah Kab. Tangerang menunjukkan bahwa wilayah-
wilayah di bagian Selatan relatif mempunyai curah hujan yang lebih besar jika
dibandingkan dengan bagian Utara. Pada bulan-bulan basah (Januari-Februari)
wilayah bagian Barat seperti DAS Cidurian dan Cimanceri mempunyai curah
hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian Utara (DAS Cisadane dan
Kaliangke).
20,000,000
15,000,000
Jiwa
10,000,000
5,000,000
0
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
Gambar 2 Proyeksi jumlah penduduk
6000
5000
4000
ha
3000
2000
1000
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
35000000
30000000
25000000
Ekor
20000000
15000000
10000000
5000000
0
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
Grafik garis pada gambar 2 menunjukkan hubungan antara dua peubah yang
menampilkan perubahan jumlah penduduk dan tahun. Dimana jumlah penduduk
mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan sebesar 6,75%.
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara perubahan luas lahan budidaya
perikanan dengan tahun dengan laju perubahan sebesar -41,7% atau setiap
tahunnya mengalami penurunan.
Gambar 4 menunjukkan hubungan antara jumlah ternak dan tahun dengan
laju pertumbuhan ternak sebesar 1,5% setiap tahunnya. Dimana laju pertmbuhan
ternak ini merupakan hasil penelitian tentang analisa kebutuhan dan pemanfaatan
air oleh Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane pada tahun
2009. Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah pemberian air oleh
PDAM Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dengan laju pertumbuhan sebesar 7%
setiap tahunnya. Dan pada penelitian ini luas lahan irigasi dianggap tetap setiap
tahunnya.
70.00
60.00
50.00
Air Domestik
Debit (m3/detik)
Air Peternakan
30.00
Air Industri
20.00 Air perikanan
0.00
2010 2015 2020 2025 2030
Tahun
100.00
Debit (m3/detik)
90.00
80.00
70.00
60.00
2010 2015 2020 2025 2030
120
100
80 Cidurian
60 y = -0,919x + 1867,
40 R² = 0,423 Cisadane
20
0
2000 2005 2010 2015
Tahun
Gambar 11 Debit sungai dalam 10 tahun terakhir
Hasil analisis regresi linear diperoleh persamaan yang digunakan untuk
memproyeksikan debit Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian. Persamaan untuk
memproyeksikan debit Sungai Cisadane adalah y = -1,733x + 3604 dengan nilai
R2 sebesar 0,275. Untuk Sungai Cidurian digunakan persamaan y = -0,919x +
1867 dengan nilai R2 sebesar 0,423. Nilai x pada persamaan ini adalah tahun dan
y adalah debit. Hasil proyeksi debit Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian
disajikan pada Gambar 12.
14
140
Debit (m3/detik) 120
100
80
60 Cidurian
40 Cisadane
20
0
2010 2015 2020 2025 2030
Tahun
Gambar 12 Proyeksi ketersediaan air aliran sungai
Potensi airtanah yang diperoleh dari hasil penelitian sumber air baku oleh
BAPPEDA Kabupaten Tangerang adalah sebesar 776,15 m3/hari untuk aquifer
dangkal dan 4342,47 m3/hari dari aquifer dalam. Total ketersediaan air baku dari
sumber air aliran sungai dan airtanah secara umum setiap tahunnya mengalami
penurunan. Besaran debit sungai dan potensi airtanah untuk berbagai sumber
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Proyeksi Total Ketersediaan Air Baku
Proyeksi Ketersediaan Air Baku (m3/detik)
No. Sumber
2010 2015 2020 2025 2030
1. Sungai Cisadane 123,3 112,01 103,34 94,66 86,01
2. Sungai Cidurian 19,81 15,21 10,62 6,03 1,43
3. Aquifer Dangkal 0,0090 0,0090 0,0090 0,0090 0,0090
4. Aquifer Dalam 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050
Total 143,17 127,28 114,02 100,75 87,50
Sumber : Hasil perhitungan
150.00
135.00
Debit (m3/detik)
120.00
105.00
90.00
75.00
60.00
45.00
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun
Kebutuhan Air Baku Ketersediaan Air Baku
Gambar 13 Keseimbangan air wilayah
Gambar 13 menunjukkan bahwa ketersediaan air baku yang ada di
Kabupaten Tangerang saat ini bisa memenuhi kebutuhan air wilayah hingga tahun
2025. Dan pada tahun 2030 diprediksi terjadi defisit air sebesar -7,85 m3/detik.
Dimana kebutuhan air setiap tahunnya mengalami peningkatan, sedangkan
ketersediaan air yang ada setiap tahunnya mengalami penurunan. Berikut besaran
surplus dan defisit air wilayah Kabupaten Tangerang untuk beberapa tahun
kedepan.
Tabel 4. Keseimbangan Air Wilayah
2010 2015 2020 2025 2030
Ketersediaan 143,17 127,28 114,02 100,75 87,50
Kebutuhan 71,67 72,86 76,24 82,75 95,35
Selisih 71,50 54,41 37,78 18,00 -7,85
Sumber : Hasil perhitungan
Perubahan jumlah kebutuhan dan keteresediaan air di Kabupaten Tangerang
tidak terlepas dari laju perkembangan wilayah tersebut. Perkembangan wilayah
Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari perkembangan Jakarta sebagai pusat
kegiatan nasional, perubahan kebijakan dalam penggunaan lahan atau rencana tata
ruang wilayah di DKI Jakarta akan berpengaruh langsung terhadap wilayah yang
berada disekitarnya, termasuk diantaranya Kabupaten Tangerang.
Ketidakmampuan DKI Jakarta untuk menampung segala aktifitas perekonomian
dan penyediaan ruang sebagai tempat hunian bagi penduduk yang bekerja di
Jakarta menyebabkan Kabupaten Tangerang sebagai salah satu wilayah
penyangga yang menjadi alternatif pilihan untuk menampung sebagian dari
aktifitas di DKI Jakarta.
Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan di
Kabupaten Tangerang akan mempengaruhi tingkat kebutuhan dan ketersediaaan
air baku. Pertama kebutuhan air sebagai kebutuhan dasar manusia untuk
melakukan aktifitasnya merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Semakin besar
pertumbuhan dan jumlah penduduk dalam suatu wilayah akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara teoritis
cenderung menyebabkan beberapa sektor ekonomi akan tumbuh pesat dan
pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya akan terus meningkat.
16
baku wilayah tahun 2010 adalah sebesar 143,17 m3/detik, tahun 2015
sebesar 127,28 m3/detik, tahun 2020 sebesar 114,02 m3/detik, tahun 2025
sebesar 100,75 m3/detik, dan tahun 2030 sebesar 87,50 m3/detik.
3. Ketersediaan air baku yang ada di Kabupaten Tangerang dari 2010 sampai
2025 masih dapat memenuhi kebutuhan air baku. Diperkirakan pada tahun
2030 terjadi defisit air sebesar -7,85 m3/detik.
Saran
Untuk menjaga ketersediaan air agar tetap dapat memenuhi kebutuhan air di
Kabupaten Tangerang perlu dilakukan berbagai tindakan, diantaranya :
1. Perlu dilakukan survei dan pengamatan langsung mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah kebutuhan air terutama untuk kebutuhan air
domestik, non-domestik, ternak, dan industri untuk mengetahui waktu-
waktu penggunaan air terbesar sebagai bahan perencanaan dalam
penyediaan air agar tidak terjadi penggunaan air secara berlebihan.
2. Pembuatan sumur resapan pada setiap kawasan perkantoran, industri,
perumahan, dan perdagangan untuk mengurangi terjadinya limpasan
langsung dan meningkatkan cadangan airtanah.
3. Perencanaan pola penyebaran penduduk dan kawasan industri yang
disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah agar kepadatan penduduk
dan industri tidak terpusat dalam satu kawasan sehingga kelestarian
sumberdaya air yang ada tetap terjaga dan air terdistribusi secara merata.
4. Terkait dengan analisis ketersediaan air, diperlukan penelitian lanjutan
dengan memperhatikan kondisi klimatologi, geologi, topografi, dan
penutupan lahan sehingga sumber air yang diperhitungkan tidak hanya
terletak pada sumber air aliran sungai dan airtanah, namun juga mencakup
kepada seluruh komponen neraca air.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP