Anda di halaman 1dari 7

SIKLUS HIDROLOGI

Dibuat oleh:
MUHMMAD YUDHA GUNTARA
NPM:1610024427042

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
2016
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi
dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan
gerimis atau kabut.

Sumber :Siklus Hidrologi (Sumber : Soemarto, 1987)

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas
atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam
tiga cara yang berbeda:

 Evaporasi / transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

 Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

 Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa),
dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai
dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-
komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai
(DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah
wujud dan tempatnya.

Sumber: http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/air-siklus.htm

SIKLUS HIDROLOGI

Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari
atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer : evaporasi dari tanah atau laut
maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di
dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi-kembali.

Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan lain-lain), jatuh ke
atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran-saluran
sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang
kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah dengan menetes saja
maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada
tanah (through fall = air tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang
tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari
atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang
membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun
sebagai perkolasi ke dalam mintakat (zone) jenuh di bawah muka air tanah. Air ini
secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang
berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai
aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada
vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan
transpirasi berlangsung dari stomata daun.

Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan
berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut
dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih
tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya
kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut
limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar sungai, bagian dari
limpasan permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi.
Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai.

Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir
kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak
kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.

Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus
hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan
keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang
sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah
penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal
vegetasi, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-
keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim.

sumber :Siklus Hidrologi (Sumber : Soemarto, 1987)

Gangguan Siklus Hidrologi Picu Banjir dan Kekeringan

Kapanlagi.com – Gangguan siklus hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan,


karena air hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi “air larian”, kata
pakar air Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Budi Santosa.

“Beban yang harus diterima saluran atau sungai di hilir menjadi lebih besar.
Gangguan seperti ini bisa dilihat pada karakteristik sungai yang memiliki fluktuasi
aliran cukup besar,” katanya.
Ia menjelaskan pada musim hujan debit aliran air sungai sangat besar bahkan terlalu
besar, tetapi pada musim kemarau debit aliran air sungai sangat kecil bahkan kering
sama sekali. Idealnya fluktuasi aliran sungai tidak terlalu besar atau hampir seragam.

Aliran air sungai pada musim kemarau berasal dari air di dalam tanah yang keluar
dari mata air. “Kontribusi terbesar aliran sungai pada musim kemarau sebenarnya dari
mata air,” katanya. Ia menduga banjir disebabkan menurunnya kapasitas saluran atau
sungai akibat proses sedimentasi, buangan sampah atau bangunan air yang
menghambat aliran.

Banjir yang terjadi di musim penghujan, karena sebagian besar air hujan yang jatuh
ke permukaan tanah dialirkan sebagai “air larian” yang akan terbuang percuma ke
laut. “Ekses yang ditimbulkan adalah berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah
yang berarti bahwa simpanan air di dalam tanah juga akan berkurang.”

“Padahal simpanan air tersebutlah yang memberikan kontribusi terhadap aliran air
pada mata air dan sungai pada musim kemarau,” katanya. Banjir dan kekeringan yang
sering terjadi hampir setiap tahun khususnya di Jawa Tengah, telah menunjukan
adanya kerusakan lingkungan dalam skala yang cukup luas.

Banjir dan kekerangan disertai pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan


gambaran suatu krisis air yang sedang dan akan dihadapi pada masa mendatang.
Usaha mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah meningkatkan besaran
resapan air ke dalam tanah yang antara lain bisa dilakukan dengan menjaga
kelestarian hutan dan menghambat laju “air larian” melalui pembuatan sumur
resapan.

“Air hujan sebelum masuk ke saluran dibelokan terlabih dahulu ke sumur resapan
sehingga kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih besar,” kata Budi
Santosa. (*/tut)
Daftar Pustaka:

Sumber: Kapanlagi.com, Kamis, 17 Februari 2005 09:29

Anda mungkin juga menyukai