Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP

KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE


CONSTRUCTION SERANG BANTEN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
ERLANDO SYAIFUL KHAQIM
J 410 100 088

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i
ANALISIS SISTEM IJIN KERJA (SIKA) TERHADAP KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA DI PT. BAKRIE CONSTRUCTION
SERANG BANTEN
Erlando Syaiful Khaqim J 410 100 088

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta

Abstrak
PT. Bakrie Construction adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan
jasa Engineering, Fabrikasi dan Konstruksi untuk perusahaan minyak dan gas,
petrochemical, power, infrastruktur, industri kelautan dengan produk dan jasa.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan memiliki potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Sehingga perlu upaya pencegahan dengan Sistem
Ijin Kerja (SIKA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pelaksanaan
sistem ijin kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di PT. Bakrie Construction
Serang Banten. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini
adalah seluruh tenaga kerja di semua bagian PT. Bakrie Construction Serang,
Banten sebanyak 80 orang. Pemilihan sampel dengan Total Sampling sebanyak 80
tenaga kerja. Uji statistik menggunakan Incident Rate (IR), Frequency Rate (FR)
dan Severity Rate (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka incident rate,
frequency rate dan severity rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah
diberlakukan sistem ijin kerja. Angka incident rate pada bagian pekerjaan panas
tahun 2004-2014 mengalami penurunan sebesar 21,25, angka frequency rate pada
bagian kerja panas tahun 2004-2014 mengalami penurunan sebesar 106,25 dan
angka severity rate semua pekerjaan yang memerlukan ijin kerja tahun 2004-2014
mengalami penurunan sebesar 187.5.

Kata Kunci : Sistem Ijin Kerja (SIKA), Kejadian Kecelakaan Kerja (IR,FR,SR)
Kepustakaan : 29, 1962-2014

iii
ABSTRACT

Work Permit System Analysis (SIKA) Occurence of Accident Work at PT. Bakrie
Construction Serang, Banten.
PT. Bakrie Construction is a company engaged in the field of engineering
services, fabrication and construction for the oil and gas, petrochemical, power,
infrastructure, marine industry with products and services. Its production process,
there are dangerous potential to result accident. So should prevention efforts with
Work Permit System (SIKA). The purpose of this research is to learn the
implementation of the work permit system on the incidence of occupational
accidents in the PT. Bakrie Construction Serang Banten. This research method
uses design of observational descriptive analytic with cross sectional study. The
study population was the entire workforce in all position of the PT. Bakrie
Construction Serang, Banten were 80 persons. The selection of the sample with
total sampling were 80 workers. Statistical tests using Incident Rate (IR),
Frequency Rate (FR) and Severity Rate (SR). The results showed that the number
of incident rate, frequency rate and severity rate on all work at risk decreased after
the applicable the work permit system. Number of incident rate on the hot work in
2004-2014 has decreased by 21.25, number of frequency rate on the hot work in
2004 to 2014 has decreased by 106.25 and severity rate numbers all jobs that
require a work permit in 2004-2014 experienced decreased by 187.5.

iv
PENDAHULUAN
Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah
dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya
mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas, disamping kualitas yang
semakin baik dan standar. Perusahaan besar maupun perusahaan kecil tidak lagi
membutuhkan tenaga kerja yang banyak karena hadirnya alat yang modern
tersebut. Mesin dapat membuat keuntungan yang cukup besar bagi penggunanya,
namun dapat juga membuat kerugian karena mesin itu sewaktu-waktu dapat
rusak, meledak atau terbakar (Anizar, 2012). Disisi lain meningkatnya
produktivitas tersebut juga makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi
dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan
penanganan dan pengendalian sebaik mungkin.
Data kecelakaan kerja di dunia, setiap tahun lebih dari 250 juta
kecelakaan terjadi di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelakaan dan sakit di tempat kerja dan menunjukkan biaya manusia dan sosial
dari produksi terlalu tinggi (ILO, 2013).
Berdasarkan data dari PT Jamsostek Kantor Wilayah Banten, tercatat pada
tahun 2012 terjadi 16.756 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di 8 kota/kabupaten
se-Banten. Setiap harinya ada 69 kasus kecelakaan kerja dengan tiga pekerja cacat
dan satu orang meninggal dunia (Iswadi, 2013).
Pada tahun 2007 menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang
cedera. Kerugian materi akibat kecelakaan juga besar seperti kerusakan sarana
produksi, biaya pengobatan dan kompensasi. Selama tahun 2007 kompensasi
kecelakaan yang dikeluarkan jamsostek mencapai Rp 165,95 miliar kerugian
materi lainnya jauh lebih besar (Ramli, 2010).
Hasil penelitian Aryanto (2004) menunjukkan bahwa kejadian kecelakaan
kerja mengalami penurunan setelah pelaksanaan sistem ijin kerja di PT. Petro Oxo
Nusantara, Gresik. Incidence rate rata-rata tahun 1998-2000 sebesar 41,66 %, dan
tahun 2001-2003 rata-rata sebesar 29,03 %.

1
Hasil survei awal pada tanggal 26 Mei 2014, diketahui bahwa PT. Bakrie
Construction telah menerapkan sistem ijin kerja sejak tahun 2007 di setiap
aktivitas pekerjaannya. Sistem ijin kerja tersebut meliputi sistem ijin kerja panas,
sistem ijin kerja dingin, sistem ijin kerja pengangkatan, sistem ijin kerja ruang
tertutup/terbatas, sistem ijin kerja listrik, sistem ijin kerja bekerja di ketinggian.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada tahun 2006 terjadi kecelakaan kerja
di bagian Workshop blasting painting yang mengakibatkan 1 pekerja mengalami
luka bakar parah hingga akhirnya meninggal dunia, penyebabnya yaitu pada saat
melakukan pekerjaan tanpa ada ijin kerja dan ruangan kerja tidak dilengkapi
dengan blower untuk sirkulasi udara.
Masalah yang berkaitan dengan sistem ijin kerja penting untuk dilakukan
penelitian karena dapat menjadi masalah yang cukup serius. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Sistem Ijin Kerja
(SIKA) Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di PT. Bakrie Construction Serang
Banten.

TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mempelajari pelaksanaan sistem ijin kerja terhadap kejadian kecelakaan
kerja di PT. Bakrie Construction Serang Banten.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab-penyebab kecelakaan kerja.
b. Untuk mengetahui dan menilai jenis-jenis sistem ijin kerja yang
diterapkan.
c. Untuk mengetahui Incidence Rate, Frequency Rate dan Severity Rate
sebelum dan sesudah dilaksanakannya sistem ijin kerja.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pekerja yang bekerja di semua bagian PT. Bakrie Construction Serang, Banten

2
yang berjumlah 80 orang laki-laki. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80
pekerja, diambil dengan menggunakan teknik Total Sampling. Proses
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan kuesioner dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa alat tulis, kamera digital, tape
recorder. Lokasi penelitian di PT. Bakrie Construction Serang Banten, penelitian
telah dilaksanakan pada bulan Juli 2014. Variabel bebasnya adalah sistem ijin
kerja, variabel terikatnya adalah kecelakaan kerja (IR,FR,SR). Untuk mengetahui
kejadian kecelakaan kerja dihitung dengan incidence rate (IR), Frequency Rate
(FR) dan Severity Rate (SR), kemudian nilai IR, FR dan SR dibandingkan antara
sebelum dan sesudah penerapan sistem ijin kerja.

HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel 1 menggambarkan dari 80 responden sebanyak 42 pekerja
(52,5%) dengan umur kurang dari 30 tahun, 15 pekerja (18,75%) dengan
umur 31-35 tahun, 16 pekerja (20%) dengan umur 36-40 tahun dan 7
pekerja (8,75%) dengan umur lebih dari 40 tahun. Dan dari 47 responden
yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 35 pekerja (74,46%) dengan
umur kurang dari 30 tahun yang paling banyak mengalami kecelakaan
kerja, 6 pekerja (12,76%) dengan umur 31-35 tahun, 4 pekerja (8,51%)
dengan umur 36-40 tahun dan 2 pekerja (4,25%) dengan umur lebih dari
40 tahun.
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 1 menggambarkan dari 80 responden, sebanyak 49 pekerja
(61,25%) dengan tingkat pendidikan SMA, diikuti sebanyak 14 pekerja
(17,5%) dengan tingkat pendidikan SMP, 9 pekerja (11,25%) dengan
tingkat pendidikan Sarjana dan 8 pekerja (10%) dengan tingkat pendidikan
SD.

3
3. Masa Kerja
Tabel 1 menggambarkan dari 80 responden, sebanyak 43 pekerja
(53,75%) dengan masa kerja kurang dari 3 tahun, kemudian diikuti
sebanyak 26 pekerja (32,5%) dengan masa kerja lebih dari 6 tahun dan
sebanyak 11 pekerja (13,75%) dengan masa kerja 4-5 tahun. Dan dari 47
responden, sebanyak 23 pekerja (48,93%) dengan masa kerja kurang dari 3
tahun yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja, kemudian diikuti
sebanyak 14 pekerja (29,78%) dengan masa kerja lebih dari 6 tahun dan
sebanyak 10 pekerja (21,27%) dengan masa kerja 4-5 tahun.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Pekerja Mengalami Kecelakaan


Keseluruhan Pekerja
Karekteristik Kerja
n % n %
Umur Responden (tahun)
 Kurang dari 30 tahun 42 52,5 35 74,46
 31-35 tahun 15 18,75 6 12,76
 36-40 tahun 16 20 4 8,51
 Lebih dari 40 tahun 7 8,75 2 4,25
Total 80 100 47 100
Rata-rata : 30,68 Rata-rata : 27,44
Std. Dev : 7,31 Std. Dev : 5,74
Tingkat Pendidikan
SD 8 10
SMP 14 17,5
SMA 49 61,25
Sarjana 9 11,25
Total 80 100
Masa Kerja (tahun)
 Kurang dari 3 tahun 43 53,75 23 48,93
 4-5 tahun 11 13,75 10 21,27
 Lebih dari 6 tahun 26 32,5 14 29,78
Total 80 100 47 100
Rata-rata : 4,43 Rata-rata : 3,78
Std. Dev : 4,47 Std. Dev : 2,43

4
Analisis Univariat
1. Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan tabel 2 kejadian kecelakaan kerja tahun 2004-2006
(sebelum sistem ijin kerja), terbanyak karena kontak panas sebanyak 29
kasus (21,01%), kontak zat kimia 18 kasus (13,04%) dan kontak listrik 17
kasus (12,3%). Kejadian kecelakaan terendah karena terbakar sebanyak 1
kasus (0,7%).
Berdasarkan tabel 3, kejadian kecelakaan kerja tahun 2007-2014
(setelah sistem ijin kerja) terbanyak karena kontak panas 24 kasus (23,7%)
dan terendah karena terbakar 0 kasus.
Tabel 2. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab
Kecelakaan Kerja Tahun 2004 – 2006 (Sebelum Sistem Ijin Kerja)

No Penyebab 2004 2005 2006 Total %


1 Kontak zat kimia 6 7 5 18 13,04
2 Kontak panas 11 8 10 29 21,01
3 Kontak listrik 6 8 3 17 12,3
4 Kejatuhan benda 3 0 2 5 3,6
5 Terjepit 4 5 1 10 7,2
6 Tertusuk 6 0 0 6 4,3
7 Terpeleset 3 2 4 9 6,5
8 Terpukul 2 1 4 7 5
9 Jatuh 5 4 1 10 7,2
10 Percikan api 5 6 3 14 10,4
11 Ledakan 2 3 2 7 5,07
12 Terbakar 0 0 1 1 0,7
13 Terpotong 3 1 1 5 3,6
Total 56 45 37 138 100

5
Tabel 3. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab Kecelakaan Kerja
Tahun 2007-2014 (Setelah Sistem Ijin Kerja).

No Penyebab 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Total %
1 Kontak zat kimia 2 1 3 1 2 0 2 0 11 10,8
2 Kontak panas 9 5 3 2 3 0 1 1 24 23,7
3 Kontak listrik 5 1 1 1 2 2 1 1 14 13,8
4 Kejatuhan benda 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,9
5 Terjepit 2 3 1 0 1 1 1 2 11 10,8
6 Tertusuk 0 1 0 1 0 0 2 0 4 3,9
7 Terpeleset 1 0 0 1 0 1 0 0 3 2,9
8 Terpukul 2 1 0 3 0 2 0 1 9 8,9
9 Jatuh 0 1 0 0 1 0 2 1 5 4,9
10 Percikan api 5 4 2 1 0 2 0 0 14 3,8
11 Ledakan 0 1 0 0 1 1 0 0 3 2,9
12 Terbakar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Terpotong 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1,9
Total 26 19 10 10 11 9 10 6 101 100

2. Sistem Ijin Kerja


Tipe ijin kerja yang ada di PT. Bakrie construction meliputi:
a. Ijin kerja panas.
Diperlukan untuk pekerjaan yang menyebabkan atau memiliki potensi
menimbulkan sumber api di daerah yang mudah terbakar termasuk
bahan penyimpanan kimia berbahaya dan stasiun pengisian bahan
bakar minyak.
Aktivitas kerja panas meliputi:
1) Pengelasan (pemotongan dan pembakaran).
2) Penggerindaan.
3) Bekerja melibatkan api terbuka.
b. Ijin kerja dingin.
Diperlukan untuk setiap pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak
diidentifikasi sebagai pekerjaan pemeliharaan rutin dengan potensi
bahaya rendah, misalnya pelepasan handrail dan pengujian tekanan
(semua kondisi).

6
c. Ijin kerja bekerja di ruang terbatas.
Diperlukan untuk memasuki ruang yang memiliki ventilasi yang tidak
memadai, atau mungkin mengandung cairan yang mudah terbakar
seperti : gas, uap, debu atau kandungan oksigen tidak cukup.
d. Ijin kerja listrik.
Diperlukan untuk pekerjaaan yang mengandung sumber listrik.
e. Ijin kerja pengangkatan.
Diperlukan untuk melakukan pekerjaan mengangkat benda dengan
menggunakan alat berat seperti crane, yang dikategorikan dalam non
standart lifting dan critical lifting.
f. Ijin kerja bekerja di ketinggian
Diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan ketinggian lebih dari
1,8 meter.

B. Analisis Bivariat
1. Incidence Rate
Berdasarkan tabel 4, terlihat angka incidence rate di semua bagian
pekerjaan mulai tahun 2004-2006 (sebelum sistem ijin kerja) dan tahun
2007-2014 (setelah ada sistem ijin kerja) mengalami penurunan.
Penurunan angka incidence rate secara signifikan terjadi pada bagian
pekerjaan panas yaitu mulai dari tahun 2004-2014 sebesar 21,25.
2. Frequency Rate
Berdasarkan tabel 5, terlihat angka frequency rate di semua bagian
pekerjaan mulai tahun 2004-2006 (sebelum sistem ijin kerja) dan tahun
2007-2014 (setelah ada sistem ijin kerja) mengalami penurunan.
Penurunan angka frequency rate secara signifikan terjadi pada bagian
pekerjaan panas yaitu mulai dari tahun 2004-2014 sebesar 106,25.
3. Severity Rate
Berdasarkan tabel 6, terlihat angka severity rate di semua bagian pekerjaan
yang memerlukan ijin kerja mulai tahun 2004-2014 (sebelum sistem ijin

7
kerja) dan tahun 2007-2014 (setelah ada sistem ijin kerja) mengalami
penurunan sebesar 187,5.

Tabel 4. Angka Incidence Rate di Semua Bagian Pekerjaan Mulai Tahun 2004-
2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun 2007-2014
(Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

Bagian
No 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pekerjaan
1 Pengangkatan 8,75 6,25 5,00 3,75 3,75 1,25 3,75 2,50 5,00 1,25 2,50
2 Listrik 7,50 6,25 3,75 2,50 1,25 1,25 1,25 2,50 2,50 1,25 1,25
3 Panas 22,50 21,25 18,75 17,50 11,25 7,50 3,75 5,00 2,50 1,25 1,25
4 Dingin 13,75 10,00 8,75 5,00 2,50 1,25 1,25 1,25 0 2,50 1,25
5 Ruang terbatas 7,50 5,00 3,75 2,50 1,25 1,25 0 1,25 1,25 2,50 0
6 Ketinggian 10,00 7,50 6,25 1,25 1,25 0 2,50 1,25 1,25 3,75 1,25

Tabel 5. Angka Frequency Rate di Semua Bagian Pekerjaan Mulai Tahun 2004-
2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun 2007-2014
(Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

Bagian
No 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pekerjaan
1 Pengangkatan 43,75 31,25 25 18,75 18,75 6,25 18,75 12,5 25 6,25 12,5
2 Listrik 37,5 31,25 18,75 12,5 6,25 6,25 6,25 12,5 12,5 6,25 6,25
3 Panas 112,5 106,25 93,75 87,5 56,25 37,5 18,75 25 12,5 6,25 6,25
4 Dingin 68,75 50 43,75 25 12,5 6,25 6,25 6,25 0 12,5 6,25
5 Ruang terbatas 37,5 25 18,75 12,5 6,25 6,25 0 6,25 6,25 12,5 0
6 Ketinggian 50 37,5 31,25 6,25 6,25 0 12,5 6,25 6,25 18,75 6,25

Tabel 6. Angka Severity Rate untuk Semua Pekerjaan yang Memerlukan Sistem
Ijin Kerja Mulai Tahun 2004-2006 (Sebelum Ada Sistem Ijin Kerja) dan tahun
2007-2014 (Setelah Ada Sistem Ijin Kerja)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
206,25 168,75 150 125 87,5 56,25 75 50 62,5 37,5 18,75

8
PEMBAHASAN
A. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki
dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik
waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam
suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).
Data pada tabel 1, terlihat tenaga kerja yang berumur kurang dari 30
tahun paling banyak mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 74,46 %
dibandingkan dengan tenaga kerja yang berumur 31-35 tahun yaitu sebesar
12,76 %.
Umur muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja
dibandingkan dengan usia lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh
dan tergesa-gesa. Pengkajian umur dan kecelakaan kerja menunjukkan angka
kecelakaan yang pada umumnya lebih rendah dengan bertambahnya umur
(Okti, 2008).
Data pada tabel 1, terlihat tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari
3 tahun paling banyak mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 48,93%
dibandingkan dengan tenaga kerja dengan masa kerja 4-5 tahun yaitu sebesar
21,27%.
Masa kerja berhubungan dengan pengalaman kerja, semakin banyak
pengalaman kerja dari seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya
kecelakaan akibat kerja (Okti, 2008). Berdasarkan penelitian, meningkatnya
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka
kecelakaan kerja (Suma’mur, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja selain tidak
adanya sistem ijin kerja, antara lain:
1. Pengawasan
2. Kedisiplinan
3. Training
4. Ketersediaan APD

9
B. Sistem Ijin Kerja
PT. Bakrie Construction merupakan perusahaaan yang bergerak di
bidang pelayanan jasa Engineering, Fabrikasi dan Konstruksi telah
menerapkan Permit to Work / Sistem Ijin Kerja di setiap pekerjaan sebagai
salah satu upaya untuk mewujudkan persiapan kerja, pengidentifikasian dan
pengendalian bahaya, serta komunikasi antara pemberi kerja dan pelaksana
pekerjaan untuk menghindari salah pengertian antara pemberi perintah kerja
dan pihak pelaksana pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan
baik dan aman. Sistem ijin kerja di PT. Bakrie Construction telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam prosedur
Permit to Work BCPRD-HSE-049_02 dan diperkuat dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun 2012 pada pasal 13 ayat (3)
tentang keamanan bekerja berdasar Sistem Manajemen K3 yaitu
pendokumentasian seluruh kegiatan dengan ijin kerja.

C. Statistik Kecelakaan Kerja


Penurunan angka incident rate dan frequency rate terjadi karena di
semua bagian pekerjaan di PT. Bakrie Construction telah menerapkan sistem
ijin kerja sebelum pekerjaan dimulai. Di dalam prosedur ijin kerja semua
potensi bahaya dari pekerjaan pengangkatan diidentifikasi dan dilakukan
pengendalian bahaya oleh petugas safety sehingga angka kecelakaan kerja
dapat dikurangi.
Penurunan angka severity rate terjadi karena berkurangnya hari hilang
kerja akibat kecelakaan kerja di semua bagian pekerjaan setelah
diberlakukannya sistem ijin kerja.
Kecelakaan kerja yang terjadi pada bagian pekerjaan panas terbanyak
dibandingkan dengan bagian pekerjaan lainnya, sehingga menimbulkan
tingginya angka incident rate dan frequency rate. Penyebab tingginya angka
kecelakaan kerja di bagian pekerjaan panas karena faktor tindakan tidak aman
dan kondisi tidak aman yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan. Tindakan tidak
aman disebabkan oleh manusia atau pekerja itu sendiri yang dalam melakukan

10
pekerjaan di bagian kerja panas sering terburu-buru, tidak teliti, mengalami
kelelahan sehingga terjadi penurunan konsentrasi, kurangnya keahlian dan
bekerja tidak mematuhi prosedur yang berlaku. Sedangkan kondisi tidak aman
disebabkan oleh peralatan dan mesin yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan di bagian kerja panas mengalami kerusakan karena kurangnya
perawatan dan pemeliharaan sehingga dapat membahayakan pekerja.
Untuk dapat mengurangi serta mengendalikan tingkat kecelakaan
kerja, maka setiap pekerjaaan harus mempunyai cara kerja aman yaitu seluruh
kegiatan dan lingkungan di area pekerjaan untuk menjamin keselamatan kerja
telah diimplementasikan sebelum dan pada saat aktivitas pekerjaan
dilaksanakan (Syakhroni dan Utomo, 2006).
Sistem ijin kerja diterapkan untuk mengurangi potensi bahaya dari
suatu pekerjaan dan untuk mengurangi kecelakaan kerja. Menurut (Ramli,
2010) pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan pendekatan
administratif salah satunya dengan mengembangkan dan menetapkan prosedur
dan peraturan tentang K3.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di PT. Bakrie Construction dapat
disimpulkan bahwa :
1. PT. Bakrie Construction sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang konstruksi mempunyai potensi bahaya cukup besar, untuk
mencegah kecelakaan kerja telah melaksanakan sistem ijin kerja. Hal ini
telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun
2012 pada pasal 13 ayat (3) tentang keamanan bekerja berdasar Sistem
Manajemen K3.
2. Penyebab kecelakaan kerja tahun 2004-2006 (sebelum sistem ijin kerja)
terbanyak karena kontak dengan panas 29 kasus (21,01%) dan terendah
karena terbakar 1 kasus (0,7%).

11
Penyebab kecelakaan kerja tahun 2007-2014 (setelah sistem ijin kerja)
terbanyak karena kontak dengan panas 24 kasus (23,7%) dan terendah
karena terbakar 0 kasus.
3. Sistem ijin kerja yang diterapkan di PT. Bakrie Construction Serang,
Banten, meliputi:
a. Sistem ijin kerja pengangkatan.
b. Sistem ijin kerja listrik.
c. Sistem ijin kerja panas.
d. Sistem ijin kerja dingin.
e. Sistem ijin kerja ruang terbatas.
f. Sistem ijin kerja ketinggian.
4. a. Angka Incidence Rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah
diberlakukan sistem ijin kerja.
b. Angka Frequency Rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah
diberlakukan sistem ijin kerja.
c. Angka Severity Rate pada semua pekerjaan berisiko menurun setelah
diberlakukan sistem ijin kerja.

B. Saran
1. Perlu dibuat prosedur tindakan darurat yang memadai untuk semua jenis
pekerjaan yang memerlukan ijin kerja.
2. Perlu dilakukan pelatihan bagi pekerja dengan risiko tinggi mengenai
sistem ijin kerja secara berkala.

12
DAFTAR PUSTAKA

American Institute Of Chemical Engineering. 1999. Guidelines For Safety


Documentation. Newyork.

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anshori A. 2008. ”PT. JAMSOSTEK.” Home Page. 27 Februari 2008. Diakses 16


September 2014 http://www.jamsostek.co.id/info/berita.php?id=105.

Aryanto H. 2004. Studi Pelaksanaan Sistem Ijin Kerja dan Kejadian Kecelakaan
Kerja (Studi Kasus di PT Petro Oxo Nusantara Gresik). (Skripsi Ilmiah).
Gresik: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Bakrie Construction Procedure 049_02. 2014. Permit to Work. Health, Safety and
Environment Procedure.

Bird E. F. Jr dan Germain L.G. 1986. Practical Loss Control Leadership.


Published by Institute Publishing, Devision of International Loss Control
Institute. Georgia, USA.

Budiono A.M Sugeng dan Pusparini A. 2003. Keselamatan Kerja dan


Pencegahan Kecelakaan Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Edisi ke – 2 Semarang: Universitas Diponegoro.

Depnakertrans RI. 2003. Modul Pelatihan Keselamatan Kerja dan Pencegahan


Kecelakaan. Jakarta: Depnakertrans Press.

ILO. 1962. Encylopedia of Occupational Health and Safety: Geneva.

ILO. 1989. Encylopedia of Occupational Health and Safety: Geneva.

ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for Productivity. Geneva:
International Labour Office.

Iswadi D. 2013. Sehari 1 Pekerja Tewas Akibat Kecelakaan. Diakses tanggal 20


Mei 2014 pukul 13:14. Available http://www.kabar6.com/tangerang-
raya/kabupaten-tangerang/11482-sehari-1-pekerja-di-banten-tewas-akibat-
kecelakaan.html.

Karthika S. 2013. Implementation Of Permit to Work System. National


Conference on RIME 2013 Mailam Engineering College, Mailam

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

13
Okti P.F. 2008. Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Petroleum Chemical of Singapura. 1997. Petroleum Chemical Of Singapura


Safety Rules: Singapura.

Ramli S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sahab S. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta: PT Bina Sumber Daya Manusia.

Silalahi B. 1995. Manajemen Kesehatan dan Kecelakaan Kerja.


Jakarta: Sabdodali.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suma’mur. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta:


PT. Gunung Agung.

Suma’mur. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta: PT. Gunung Agung.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:


Sagung Seto.

Syakhroni A dan Utomo S. 2006. Penerapan MIK (Metode Ijin Kerja) Untuk
Meminimalisasi Kecelakaan Kerja Studi Kasus di PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia Unit Central Java. Transistor. Vol. 6 No. 1. Juli 2006:56-68.

Syakhroni A. 2007. Penerapan Manajemen Keselamatan Proses (Cara Kerja


Aman) Dengan Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) Studi Kasus di Unit
ITP PT. Pertamina (Persero) UP – VI Balongan. Transistor. Vol. 7. No. 1
Juli 2007:55-64.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3


Di Tempat Kerja. Surakarta: CV. Harapan Press.

Tarwaka. 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan


di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

14

Anda mungkin juga menyukai