Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

ANALISA RANGKAIAN DAN TROUBLE SHOOTING

6.1. Analisa Job


6.1.1. Tanur

Tanur bekerja secara otomatis untuk memanaskan material dengan suhu awal sebesar 8000

C hingga nantinya di pertahankan sampai 8200 C di dalam tungku pemanas dan selanjutnya

berakhir pada suatu tempat yang disebut kontainer.

Proses awal dari sistem tanur dimulai dengan menekan saklar S11 yang kemudian akan

menyebabkan K11M bekerja. Bekerjanya K11M ini akan menggerakkan motor yang

menggerakkan konveyor belt yang berfungsi untuk membawa bahan yang akan di panaskan

menuju ke ruang pemanasan. Ketika memasuki ruang pemanasan, bahan tersebut menumpuk dan

pada akhirnya mengaktifkan(menghalangi cahaya) light barrier1/S12AE maka K13 akan bekerja.

Kerja dari K13 akan memutuskan arus pada motor koveyor belt K11M sehingga konveyor belt

akan berhenti. Selain itu, aktifnya K13 juga akan mengaktifkan K14M dan Y15. Namun karena

K13 di aktifkan dengan sensor, maka hanya aktif sementara. Dengan bekerjanya Y15 maka

solenoid 1 akan aktif dan valve 1 bekerja dan menutup ruang pemanasan.sehingga menyentuh limit

switch 1 dan akan menggerakkan solenoid2 untuk menutup valve 2. Dengan tertutupnya valve 2,

maka akan menekan limit switch 2. Limit switch 2 ini menandakan bahwa semua pintu ruang

pemanasan telah tertutup dan proses pemanasan akan dilakukan. Proses pemanasan dilakukan

dengan kerja dari K17, K18M dan K19M secara delta.

62
Proses pemanasan diawali dengan hubung delta hingga mencapai suhu 800c. ketika sudah

mencapai suhu tersebut maka thermostat S17AE akan terlepas dan menghentikan kerja K17.

Dengan berhentinya kerja K17, maka proses delta telah selesai dan arus kemudian akan mengalir

ke K16 dan K20 dengan hubung star. Proses ini adalah proses kedua pemanasan dimana hanya

ingin mempertahankan suhu pemanasan hingga 820 c selama 1-3 menit. Kerja K16 dan K20 akan

mengerjakan K21 sebagai timer, yang mana ketika waktunya telah habis, maka K22 akan bekerja

dan memutuskan hubungan ke K16, K15, K18M dan K20. Dengan ini proses pemanasan telah

selesai.

Dengan selesainya proses pemanasan, maka valve 1 dan valve 2 akan terbuka. Ketika valve

2 terbuka, akan menyentuh limit switch 3 yang menyebabkan solenoid 3 bekerja dan mengaktifkan

valve 3 yang diikuti dengan timer pada K23T. Bahan yang telah di bawa oleh valve 3 ini

selanjutnya di jatuhkan ke dalam container.

Material yang tertarik mundur oleh valve 3 tersebut selanjutnya dijatuhkan kedalam

kontainer. Ketika telah masuk ke container, maka light barrier 2, S25AE, akan aktif dan

menghubungkan arus ke K11 sehingga K11 akan bekerja dan menjalankan kembali konveyor belt.

Dari sini proses tanur dimulai kembali dari awal.

6.1.2. Air Blast

Pengoperasian air blast dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu normal (otomatis) dan

manual. Kedua cara pengoperasian ini dapat di ganti dengan memindahkan posisi dari saklar

selector S7. Cara normal digunakan untuk operasi dalam keadaan normal dimana

pengoperasiannya menggunakan sensor untuk memastikan bahwa operasi berjalan sesuai kondisi

sebenarnya, dalam hal ini seperti motor vibrator tidak boleh bekerja sebelum terdapat aliran udara

63
dalam pipa atau motor fan tidak boleh mati lebih dulu dari motor vibrator untuk memastikan tidak

ada sisa bahan dalam pipa. Cara pengoperasian manual digunakan untuk keperluan pemeliharaan

system pada air blast itu sendiri. Pada sistem Air Blast ini jika terjadi gangguan baik pada saat

posisi manual maupun normal maka dapat dihentikan dengan menekan emergency stop (S6a).

 Posisi Normal :

Pada posisi normal selector berada pada posisi 1 atau saklar S7 berada pada posisi 1 untuk

menandakan silo 2 tersebut akan mengoperasikan K16, dengan bekerjanya K16 maka K14T yang

dihubungkan seri dengan kontak NO dari K16 akan bekerja. Begitu K14T bekerja maka K13M

akan off karena dihubungkan seri dengan kontak NC dari K14T. Dengan demikian maka M2

(motor Vibrator) berhenti bekerja, kemudian beberapa saat setelah diperkirakan pipa sudah kosong

dari material atau sesuai dengan setting waktu dari K14T maka kontak timer NC dari K14T akan

terbuka yang menyebabkan supply tegangan ke K6M, K7M, K8M dan K9T terputus sehingga M1

(fan motor) berhenti bekerja yang menandakan bahwa keseluruhan proses dari sistem ini telah

berakhir, selain itu untuk menghentikan proses ini dapat juga dilakukan dengan cara menekan

saklar S14, dimana jika S14 ini ditekan maka supply tegangan akan masuk ke K14T sehingga

bekerja mematikan M1 dan M2.

 Posisi Manual :

Untuk mengoperasikannya saklar selektor S7 dipindahkan ke posisi 2. Pada posisi ini K22

akan berlangsung dari S7 demikian juga dengan lampu H23 yang menandai bahwa sistem

pada posisi manual berfungsi, Fan motor (M1) dioperasikan secara manual dengan

menekan saklar S8b sehingga K6M, K8M, K9T akan bekerja secara bersama dan M1

beroperasi pada hubung bintang. Beberapa waktu kemudian (sesuai dengan setting waktu

64
dari K9T) anak kontak timer dari K9T akan menutup sehingga menyebabkan K7M akan

bekerja dan K8M berhenti bekerja, dengan bekerjanya K7M maka M1 sudah terhubung

delta atau bekerja pada putaran penuh. Dengan bekerjanya K7M, maka K11T juga bekerja

karena hubungan seri dengan salah satu kontak bantu NO dari K7M, pada saat itu S13

posisinya sudah tertutup karena adanya aliran udara yang dihasilkan oleh fan motor, S13

ini dihubung seri dengan salah satu kontak bantu dari K11T, dengan bekerjanya K11T ini

beberapa saat kemudian kontak NOnya menutup dan mengalirkan supply arus ke K13M

yang berfungsi untuk menggerakkan M2 (motor vibrator), M2 atau Vibrator tersebut

bekerja untuk menggerakan material yang akan dipindahkan ke silo 2, untuk mengetahui

bahwa M1 bekerja maka diberikan penandaan dengan menyalanya lampu tanda H17 yang

dilayani oleh kontak NO K7M dan K8M, sedangkan untuk motor vibrator (M2)

berfungsinya di tandai dengan menyalanya lampu tanda H19 dan lampu H12 menandakan

bahwa berfungsinya atau menutupnya S13. Pada saat proses pemindahan material dari silo

1 ke silo 2 sedang berlangsung, jika terjadi penumpukan material pada silo 2 maka light

barrier/visolux (S16) bekerja dan M1 akan beroperasi pada hubung delta atau fan motor

bekerja pada putaran penuh. Kerja M1 ini tidak mempengaruhi kerja dari M2, pada saat

manual ini K11T dan K14T tidak bekerja karena kontak bantu NC dari K22 yang dihubung

seri dengan kontaktor tersebut dalam keadaan terbuka.

Untuk mengoperasikan M2 dapat dilakukan dengan menekan saklar S14b sehingga K13M

akan bekerja dan menyebabkan M2 bekerja pula. K13 ini akan terus bekerja meskipun S14B

tekan terlepas, dikarenakan terdapat pengunci yang akan mempertahankan kerja dari K13.

Untuk menghentikan sistem ini dilakukan secara manual yaitu dengan menekan S14a untuk

menghentikan M2 dan S8a untuk menghentikan M1.

65
6.1.3. Pump Station
Sistem simulasi pompa merupakan suatu sistem pemindahan air dari bak 1 ke bak 2 dengan

menggunakan 2 buah pompa yang diputar oleh motor induksi satu fasa. Cara kerja dari pump

station adalah sebagai berikut:

- Bila air berada pada level 0 maka kedua pompa tidak akan bekerja.
- Bila air berada pada level 1 maka hanya satu pompa yang akan bekerja.
- Bila air berada pada level 2 maka kedua pompa akan berkerja akan bergantian. Jika pompa 1
berkerja maka pompa 2 mati, dan jika pompa 2 berkerja maka pompa 1 mati.
- Jika air berada pada level 3 maka kedua pompa akan bekerja bersamaan dan buzzer akan
berbunyi, dalam praktik bengkel ini buzzer diganti dengan lampu tanda.

Motor pompa 1 dan 2 masing-masing dilayani oleh sebuah MCB dan kontaktor serta TOR

sebagai pengamannya. Untuk mengoperasikan rangkaian kemudian dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu :

 Secara impuls tangan

Pengoperasian secara impuls tangan atau manual dikontrol langsung oleh saklar selector S10

untuk pompa 1 dan S16 untuk pompa 2. Pada cara ini hanya dilakukan untuk melakukan

pengecekan terhadap pompa 1 dan pompa 2. Dengan begitu pengoperasian dijalankan sesuai

dengan kemauan dari penggunanya, apakah akan menjalankan pompa 1, pompa 2, ataupun

keduanya.

Dengan terhubungnya S10 keposisi impuls tangan, maka supplai tegangan akan langsung

terhubung ke D11, yang mana kontak bantu NO-nya akan menghubungkan supplai tegangan ke

kontaktor C21 yang melayani pompa 1. Ketika kontaktor C21 bekerja maka kontak utamanya akan

66
segera menghubungkan motor pompa dengan supplai tegangan yang mengoperasikan motor

pompa 1.

Begitu pula untuk S16, yang ketika berada pada posisi impuls, maka suplai akan langsung

terhubung ke D11, sehingga menjalankan motor pompa 2.

 Secara otomatis

Untuk pengendalian secara otomatis, S10 dan S16 di jalankan pada posisi otomatis. Dengan

begitu supplai tidak langsung menjalankan motor melainkan menggunakan sensor B11 dan B16

sebagai saklar. Dengan begitu pompa akan beroperasi sesuai dengan kondisi pada lapangan.

Sehingga operasi pompa akan berganti sesuai level secara otomatis

Sensor B11 akan menjalankan impuls yang digunakan untuk menukar kondisi kerja antara

pompa 1 dan pompa 2 dengan menggunakan saklar impuls. Sensor B16 akan menukar kondisi

pada pompa ke-dua. Sehingga ketika kedua sensor dalam keadaan aktif, maka kedua pompa juga

dalam keadaan aktif.

Ketika D11 atau D16 aktif, baik dengan pengaturan manual maupun otomatis, maka supplai

akan mengalir ke C21 dan C23 dan mengoperasikan motor pompa. Ketika timer on delay

pada D11 dan D16 belum aktif, maka arus akan mengalir dan menjalan kan motor pompa, namun

ketika timer on delay aktif maka maka arus yang menuju ke C21 dan C23 akan berpindah ke D12

dan D17 yang keduanya merupakan relay untuk mengaktifkan lampu tanda. Pada kondisi ini tidak

ada pompa yang akan bekerja. Kecuali, kalau terdapat aliran air pada sensor aliran b 10 dan b 15.

Arus yang menuju ke C21 dan C23 melawati saklar NC dari TOR C21 dan C23. Dengan

begitu, motor akan berhenti beroperasi ketika terjadi beban lebih.

67
Cara kerja inilah yang terjadi secara terus menerus dari proses pemindahan air dari tangki

1 menuju tangki 2 secara otomatis sambil menjaga antara ketinggian air dan operasi pompa.

6.1.4. Milling

Pengoperasian Milling terbagi menjadi 2 posisi yaitu posisi normal dan posisi perbaikan.

 Posisi normal :

Prinsip dari posisi normal adalah menjalankan motor secara berurutan, artinya motor 2

tidak dapat bekerja ketika motor 1 tidak bekerja.Pada posisi normal arus akan mengalir menuju

S17 sebagai tanda bahwa rangkaian berada pada posisi normal, kemudian kita memulai rangkaian

dengan menekan tombol S19 yang akan menghubungkan arus menuju K19. K19 aktif maka

konveyor belt 1 akan berjalan.

Kemudian kita menekan S21 untuk mengaktifkan motor 2, pada motor 2 terdapat 3 step

dimana masing masing step menggunakan timer on delay. Ketika S21 ditekan maka arus akan

mengalir menuju K22T, selang waktu tertentu maka anak kontak NO K22T akan bekerja dan

menghubungkan tegangan menuju K23M(Step 1). Setelah K23M aktif maka anak kontak NO

K23M akan bekerja dan mengaktifkan K24T, selang waktu tertentu maka anak kontak K24T akan

bekerja dan menghubungkan tegangan menuju K25M(Step 2). Setelah K25M aktif maka anak

kontak NO K25M akan aktif dan mengaktifkan K26T, selang waktu tertentu anak kontak K26T

akan aktif dan mengaktifkan K27M(Step 3).

Kemudian kita menekan S31 untuk mengaktifkan konveyor belt 2. Sebelumnya K27M

wajib aktif agar tegangan K31M(konveyor belt2) dapat melalui anak kontak NO pada K27M.

68
Kemudian kita menekan S33 untuk mengaktifkan K33M(Motor 4). Sebelumnya K31M

wajib aktif agar tegangan K33M(Motor 4) dapat melalui anak kontak NO pada K31M.

Sebelum mengaktifkan motor 5, wajib mengaktifkan K35(pneumatic) terlebih dahulu

dengan menekan tombol S34. Lalu kita bisa mengaktifkan K36M (Motor 5) dengan menekan

tombol S36.

 Posisi repair :

Prinsip posisi repair adalah motor dapat dijalankan tanpa terikat satu sama lain, artinya kita

dapat mengaktifkan motor 2 tanpa perlu mengaktifkan motor 1 terlebih dahulu. Pada posisi repair

tegangan akan mengalir menuju K16T yang akan membunyikan buzzer sebagai tanda bahwa

rangkaian berada pada posisi repair. Lalu kita bisa menekan S19, S21, S31, S33, S34, S36 sesuai

kehendak kita.

6.1 Trouble shooting


 Selama pengerjaan job pada bengkel semester IV ini, ada sebuah masalah yang kami
dapatkan pada JOB MILLING KONVENSIONAL yaitu banyak kontaktor yang tidak
ingin mengunci dikarenakan tidak adanya arus listrik yang mengalir, awalnya kami
mengira adanya rangkaian tidak sesuai dengan jobsheet yang telah disediakan. Namun,
setelah diperiksa ulang ternyata tidak ada masalah pada rangkaiannya. Tetapi, yang
bermasalah adalah kabel NYAF yang digunakan terputus di dalam isolasi kabel tersebut.
Sehingga dari situlah kita harus mengecek kabel NYAF bekas yang kami gunakan itu
menggunakan tester untuk mengetahui adanya kabel yang terputus di dalam isolasi
kabel atau tidak. Dan juga banyak kontaktor dan anak kontak yang kami temukan tidak
berfungsi dengan baik sehingga kami menggantinya dengan yang lain.
 Juga pada jobsheet yang diberikan pada kami dimana pada gambar rangkaian khususnya
pada rangkaian kontrolnya masih terdapat banyak simbol komponen listrik yang tidak

69
kami gunakan karena kurangnya komponen yang ada pada bengkel semester IV ini
contohnya Dioda ,Dll.
 Ada sebuah masalah yang kami dapatkan juga yaitu pada pengerjaan PUSAT POMPA
KOVENSIONAL, dimana kami mengalami masalah pada rangkaian karena kami
menggunakan jobsheet lama dan tulisannya sudah tidak jelas sehingga kami salah
memilih terlalu banyak kontaktor untuk digunakan sebagai rangkaian pengunci. Namun
setelah mendapat job sheet baru kami langsung menyesuaiakan rangkaiannya sesuai
yang ada di jobsheet dan membuka beberapa kontaktor yang tidak digunakan di
jobsheet.
 Kami juga mendapatkan masalah pada JOB TANUR PLC dimana PLC kami tidak
terhubung dengan rangkaian pada PANEL KERJA sehingga ketika kita menekan push
button pada panel , push button tersebut tidak bekerja. Namun setelah kami melakukan
pengecekan ternyata kabel yang menghubungkan push button dengan PLC tidak
mendapatkan tegangan listrik karena pada PLC kami tidak mengcouple bagian output
tepatnya pada COM 2 yang tidak kami couple pada COM 0 dan COM 1 dimana COM
1 dan COM 2 ini sudah kami couple sebelumnya.

70
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek ini, praktikan dapat menarik beberapa kesimpulan :
 Praktikum dapat menerapkan standar aturan kelistrikan dalam melaksanakan
pekerjaan instalasi tenaga sesuai PUIL 2011.
 Praktikum mampu memenuhi atau melengkapi mata kuliah praktikum bengkel
semester IV.
 Praktikum dapat mengetahui mengenai sistem kontrol industri konvensional dan
PLC.
 Paraktikum dapat menggunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya.
 Praktikum mampu membaca gambar rangkaian serta memahami prinsip kerja dari
sebuah rangkaian kontrol.
 Praktikum mampu memahami apa yang telah didapatkan pada mata kuliah yang
berkaitan dengan praktikum bengkel kali ini.
 Praktikum mampu berfikir kreatif dalam hal perencanaan sebuah kontrol.
 Praktikum kompak dan bekerja sama dengan teman kelompoknya.
 Praktikum mampu membuat laporan hasil praktikum sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
7.2 Saran
Setelah melakukan praktek instalasi tenaga dan penerangan, maka praktikan ingin
menyampaikan beberapa kritik dan saran demi membuat praktikum bengkel lebih baik lagi
kedepannya.
 Diharapkan kepada pihak kampus untuk menambah pendingin ruangan untuk
kenyamanan praktikum dalam pelaksanaan bengkel.
 Diharapkan kepada pihak kampus untuk menambah dan melengkapi jobsheet yang
akan digunakan oleh praktikum.

71
 Diharapkan pihak kampus untuk memperbanyak komponen-komponen listrik
lainnya sehingga tidak menjadi kendala pada praktik kami.
 Diharapkan kepada pihak kampus agar menambah sumber yang akan digunakan
agar praktikan tidak saling berebut untuk memakai sumber.
 Diharapkan pihak kampus agar lebih memperbanyak kabel baru NYAF, karena
terkadang kabel bekas sudah tidak layak digunakan.

72

Anda mungkin juga menyukai